Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke
manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum
terbukti menginfeksi manusia. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari
hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara
lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada
kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian. Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus
disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Penambahan jumlah
kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar
wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 16 Februari 2020, secara global
dilaporkan 51.857 kasus konfimasi di 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%).
Rincian negara dan jumlah kasus sebagai berikut: China 51.174 kasus konfirmasi
dengan 1.666 kematian, Jepang (53 kasus, 1 Kematian dan 355 kasus di cruise ship
Pelabuhan Jepang), Thailand (34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam (16
kasus), Singapura (72 kasus), Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1 kasus), Nepal
(1 kasus), Perancis (12 kasus), Australia (15 kasus), Malaysia (22 kasus), Filipina (3
kasus, 1 kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7 kasus), Jerman (16 kasus),
Perancis (12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2 kasus), United Kingdom (9 kasus),
Belgia (1 kasus), Finlandia (1 kasus), Spanyol (2 kasus), Swedia (1 kasus), UEA (8
kasus), dan Mesir (1 Kasus), indonesia(134 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah ada
beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Tanda-tanda dan gejala klinis
yang dilaporkan sebagian besar adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua

1
paru. Menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan
memiliki riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering berkunjung ke
Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini, penyebab penularan masih
belum diketahui secara pasti. WHO melaporkan bahwa penularan dari manusia ke
manusia terbatas (pada kontak erat dan petugas kesehatan) telah dikonfirmasi di
China maupun negara lain. Berdasarkan kejadian MERS dan SARS sebelumnya,
penularan manusia ke manusia terjadi melalui droplet, kontak dan benda yang
terkontaminasi, maka penularan COVID-19 diperkirakan sama. Rekomendasi standar
untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur,
menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan
ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang
menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu,
menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas
kesehatan terutama unit gawat darurat.
1.2. Rumusan masalah
Dari data tersebut maka kami mengambil suatu rumusan masalah bagaimana
upaya kebijakan pemerintah terhadap penyediaan APD dalam menangani
COVID-19?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam terhadap penyedian APD dalam
menangani COVID-19

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian APD


Menurut Tarwaka, Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja
terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut Budiono, Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya
potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.
Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian
teknis atau pengendalian administratif.
Sedangkan menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri, Alat Pelindung Diri selanjutnya
disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi 11 12
bahaya di tempat kerja.
Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. 22 Dalam
pasal 4 ayat satu pada PER.08/MEN/VII/2010 disebutkan APD wajib digunakan di
tempat kerja di mana:
1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
2. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
3. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau
dimana dilakukan pekerjaan persiapan;
4. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan;

3
5. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi
maupun di dasar perairan;
6. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
7. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara dan gudang;
8. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
9. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
10. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
11. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
12. Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
13. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
14. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
15. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio,
radar, televisi, atau telepon;
16. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat teknis;
17. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
18. Diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.
2.2 Alat Pelindung Pernapasan Beserta Perlengkapannya
Alat pelindung jenis masker digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang
bersifat rangsangan terhadap saluran pernapasan. Selain penggunaannya pada
keadaan darurat, alat pelindung ini juga dipakai secara rutin atau berkala dengan
tujuan inspeksi, pemeliharaan atau perbaikan alat-alat dan mesin yang terdapat
ditempat-tempat kerja yang udaranya telah terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia
berbahaya. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara
bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel
yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya. Alat
pelindung diri masker berfungsi untuk melindungi pernafasan dari debu/partikel yang

4
lebih besar yang masuk ke dalam organ pernafasan. Organ pernafasan terutama paru
harus dilindungi apabila udara tercemar oleh debu maka ada kemungkinan
kekurangan oksigen dalam udara sehingga menyebabkan sesak nafas. Masker dapat
terbuat dari kain dengan pori-pori tertentu. 21 Jenis alat pelindung pernapasan dan
perlengkapannya secara umum terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-
breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask
Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing
Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency
breathing apparatus.21 Menurut Budiono21 , APD yang tepat bagi tenaga kerja yang
berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi tinggi adalah
masker dan atau respirator. Masker berfungsi untuk melindungi dari debu atau
partikel-partikel yang lebih kasar yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker
terbuat dari kain dengan ukuran pori- pori tertentu. Terdiri atas beberapa jenis masker
yaitu:
1. Masker penyaring debu Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan
dari serbuk-serbuk logam, penggerindaan atau serbuk kasar lainya.
2. Masker berhidung Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai
ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka
hidungnya harus diganti karena filternya tersumbat oleh debu. Alat
pelindung pernapasan/masker diperlukan di tempat kerja dimana udara
didalamnya tercemar. Pencemaran udara berkisar dari pencemaran yang
tidak berbahaya sampai pada pencemaran yang sangat berbahaya. Bahan
pencemaran udara biasanya dalam bentuk debu, uap, gas, asap, atau kabut.
Untuk menentukan alat pelindung diri pernapasan, maka lebih dahulu
ditentukan jenis dan kadar bahan pencemar yang ada serta dievaluasi tingkat
bahayanya.
3. Masker bertabung Masker bertabung mempunyai filter yang baik daripada
masker berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi
pernafasan dari gas tertentu. Bermacam-macam tabungnya tertulis untuk
macam-macam gas yang sesuai dengan jenis masker yang digunakan.
4. Masker kertas Masker ini digunakan untuk menyerap partikel-pertikel
berbahaya dari udara agar tidak masuk ke jalur pernafasan. Pada penggunaan
masker kertas, udara disaring permukaan kertas yang berserat sehingga
partikel-partikel halus yang terkandung dalam udara tidak masuk ke saluran
pernafasan. Menurut Harington24 ada beberapa jenis dari respirator yaitu:
1) Respirator Sekali Pakai Respirator ini terbuat dari bahan filter, beberapa
cocok untuk paparan debu berukuran pernapasan. Bagian muka alat

5
tersebut bertekanan negative karena paru menjadi daya penggeraknya.
Efisiensi perlindungan pernapasannya dalam membuang kontaminan
adalah sebesar 5.
2) Respirator Separuh Muka Respirator ini terbuat dari karet atau plastik dan
dirancang untuk menutupi mulut dan hidung. Alat ini memiliki catridge
filter yang dapat diganti dengan catridge yang sesuai. Cocok untuk
paparan debu, gas dan uap. Bagian muka bertekanan negatif karena
hisapan dari paru. Efisiensi perlindungan pernapasannya dalam
membuang kontaminan adalah sebesar 10
3) Respirator Seluruh Muka Respirator ini dibuat dari karet atau plastic dan
dirancang untuk menutupi mulut, muka, hidung dan mata. Medium filter
dipasang di dalam canister yang langsung disambung lentur dengan
canister yang sesuai. Alat ini cocok untuk paparan debu, gas dan uap.
Bagian muka mempunyai tekanan negative karena paru mmenghirup
udara. Efisiensi perlindungan pernapasannya dalam membuang
kontaminan adalah sebesar 50.
4) Respirator Berdaya Respirator ini terbuat dari karet atau plastik yang
dipertahankan dengan tekanan positif dengan jalan mengalirkan udara
melalui filter dengan bantuan kipas baterai. Efisiensi perlindungan
pernapasannya dalam membuang kontaminan adalah sebesar 500.
5) Respirator Topeng Muka Berdaya Respirator ini mempunyai kipas dan
filter yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan kearah bawah, di
atas muka pekerja, di dalam topeng yang menggantung. Topeng dapat
dipasang bersama tameng pinggir yang dapat diukur untuk mencocokkan
dengan muka pekerja. Baterai biasanya dipasang pada sabuk serangkaian
filter dan absorbent tersedia. Efisiensi perlindungan pernapasannya dalam
membuang kontaminan adalah sebesar 1-20.
2.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemakaian APD
Dalam penggunaan APD ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
pemakainya yaitu:
1) Pengujian mutu Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah
ditentukan untuk menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan
perlindungan sesuai yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum
dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.
2) Cara pemakaian yang benar Sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-
alat ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya
tidak benar. Masker baik untuk dikenalan tapi kurang baik apabila terlalu

6
lama. Bukalah masker anda setiap 2 jam sekali untuk memberikan relaksasi
pada otot bagian muka atau apabila memungkinkan keluar dari ruangan
tempat bekerja selama kurang lebih 5 menit untuk melepas masker tersebut.
3) Pemilihan masker yang tepat Alat pelindung diri yang akan digunakan harus
benar-benar sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan pekerja
sendiri agar benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal
mungkin pada tenaga kerja. Idealnya masker digunakan pada tempat yang
tepat dengan jenis yang tepat. Tidak ada gunanya apabila kita menyarankan
pekerja mengenakan masker penahan debu di area finishing, begitu pula
sebaliknya. Masker yang tepat untuk area produksi, sawmill, ruang ampelas
atau ruang lain yang berdebu adalah jenis N95 yang berarti menyaring 95%
dari berbagai jenis partikel minyak atau nonminyak. jenis ini tergolong ringan,
mudah dibawa dan berventilasi yang baik. Standar N95 untuk Respirator
sendiri dikeluarkan oleh NIOSH (The National Institute for Occupational
Safety and Health) melalui suatu pengujian laboratorium terhadap
kemampuan masker menahan partikel Sodium Chloride ukuran kecil (0,3
mikron) dengan flow rate 85 liter per menit. Masker jenis ini sangat
disarankan oleh WHO. 25 Khusus untuk ruang finishing atau yang banyak
terdapat partikel bahan kimia di udara, masker yang paling tepat adalah jenis
R100 yang memiliki daya tahan minimum 99,97% dari partikel minyak atau
non-minyak. jenis ini sangat cocok untuk pekerja di ruang finishing dan
gudang bahan kimia (gudang bahan finishing).
4) Syarat-syarat APD Untuk dapat memberikan perlindungan yang maksimum
pada tenaga kerja maka harus mempertimbangkan syarat dari APD itu sendiri.
APD yang memenuhi syarat akan dapat melindungi pekerja dengan optimal.
2.4 Cara Pemakaian Masker Cara pemakaian masker kain atau alat pelindung
pernafasan
1. Memilih ukuran masker yang sesuai dengan ukuran anthropometri tubuh
pemakai, misalnya: panjang muka, lebar muka, lebar mulut, panjang tulang
hidung, tonjolan hidung.
2. Periksa lebih dahulu, apakah respirator dalam keadaan baik, tidak rusak, dan
komponenya masih dalam keadaan baik.
3. Jika terdapat komponen yang tidak berfungsi, maka perlu diganti lebih dahulu
dengan yang baru dan baik. Pilih jenis filter atau catridge atau canister yang
sesuai dengan kontaminanya.
4. Pasang filter atau catridge atau canister dengan seksama, agar tidak terjadi
kebocoran.

7
5. Singkirkan rambut yang menutupi bagian muka, potong jenggot sependek
mungkin.
6. Pasang atau kenakan gigi palsu, bila pekerja menggunakan gigi palsu pakailah
respirator dengan cara yang sesuai dengan petunjuk operasional yang ada pada
setiap respirator.
7. Gerakan kepala, untuk memastikan bahwa tidak akan terjadi kebocoran
apabila pekerja bekerja sambil bergerak.
2.5 Syarat-Syarat APD
Adapun syarat-syarat APD menurut Tarwaka11 agar dapat dipakai dan efektif
dalam penggunaan dan pemiliharaan APD sebagai berikut:
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.
3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.
4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup
lama.
7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda peringatan.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di
pasaran.
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
2.6 Pemeliharaan dan penyimpanan APD
Secara prinsip pemeliharaan APD dapat dilakukan dengan cara:
1. Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan mencegah
tumbuhnya jamur dan bakteri.
2. Pencucian dengan air sabun untuk plindung diri seperti helm, kacamata,
earplug yang terbuat dari karet, sarung tangan kain/kulit/karet dan lain-lain.
3. Penggantian cartirgde atau canister pada respirator setelah dipakai beberapa
kali.
Untuk penyimpanan APD diperlukan adanya beberapa syarat yaitu:
1) Tempat penyimpanan yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak terlalu
lembab, serta terhindar dari gigitan binatang.

8
2) Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil dan
dijangkau oleh pekerja dan diupayakan disimpan di almari khusus APD.
2.7 Dampak tidak menggunakan APD
Salah satu dampak apabila pekerja tidak menggunakan APD masker yaitu
terkenya penyakit paru akibat kerja (PPAK). Terdapat sangat banyak kejadian
yang berkaitan dengan PPAK itu sendiri. Jenis-jenis PPAK juga ada bermacam
macam.
a. Kejadian Penyakit Paru Akibat Kerja Penelitian di AS tahun 1997
menunjukkan sekitar 6-10% kasus kanker berhubungan dengan pajanan di
tempat kerja, sedangkan data penelitian di Australia tahun 1998
menunjukkan sekitar 1% kematian disebabkan oleh kanker akibat pajanan di
tempat kerja. Pajanan tempat kerja berkontribusi sekitar 5% kasus kanker
paru di AS. Berdasarkan dari data penelitian ditemukan bahwa 3-17%
kanker paru berhubungan dengan pekerjaan. Nilai risiko relatif untuk semua
karsinogen paru (tidak termasuk radon) bervariasi 1,31-3,69. Dengan dasar
tersebut diperkirakan di AS pajanan tempat kerja masa lalu menyebabkan
masalah 9000-10.000 kanker paru pada laki-laki dan 900-1900 pada
perempuan setiap tahunnya. Penelitian di Swedia menunjukkan proporsi
sebesar 9,5% diperkirakan kanker paru yang berhubungan dengan pajanan
hasil pembakaran diesel dan bahan-bahan lain serta asbes. Analisis
peningkatan dosis menunjukkan peningkatan risiko kanker paru sebesar 14%
perserat asbes pertahun per ml. Begitu pula penelitian di Jerman
menunjukkan peningkatan risiko kanker paru dalam hubungan dengan
pajanan bahan/partikel industri dan tempat kerja yaitu kristal silika, man-
made mineral fibers, asbes, hasil pembakaran diesel dan hidrokarbon
aromatik. Insidens mesotelioma akibat asbes diperkirakan 2 per 1 juta
pertahun pada perempuan dan 10-30 per 1 juta pertahun pada lakilaki. Pada
pekerja yang terpajan asbes berat insidens mencapai 366 per 100.000
pertahun. Pajanan di tempat kerja di AS diperkirakan menyebabkan 85-90%
kasus mesotelioma pada laki-laki dan 23- 90% pada perempuan.
Diperkirakan 3000 orang meninggal setiap tahun akibat mesotelioma di AS.
Di wilayah Australia insidens mesotelioma adalah 66 per 1 juta pada laki-
laki usia > 35 tahun pada tahun 1980. Analisis data di AS dari tahun 1973-
2000 menunjukkan kasus mesotelioma semakin meningkat dan diperkirakan
ada sekitar 7000 kasus mesotelioma pada lakilaki/tahun antara tahun 2003-
2054. Angka kematian setiap tahun akibat mesotelioma dalam kaitan dengan
asbes di Inggris meningkat dari 153 pada tahun 1968 menjadi 1862 pada

9
tahun 2002 Diperkirakan angka kematian akan mencapai 1950 sampai 2450
setiap tahun pada tahun 2011-2015.
b. Jenis-Jenis Penyakit Paru Akibat Kerja Penyakit paru kerja adalah penyakit
atau kerusakan paru disebabkan oleh debu, uap atau gas berbahaya yang
terhirup pekerja di tempat kerja. Berbagai penyakit paru dapat terjadi akibat
pajanan zat seperti serat, debu, dan gas yang timbul pada proses
industrialisasi. Jenis penyakit paru yang timbul tergantung pada jenis zat
pajanan, tetapi manifestasi klinis penyakit paru kerja mirip dengan p paru
lain yang tidak berhubungan dengan kerja. Penyakit paru kerja ternyata
merupakan penyebab utama ketidakmampuan, kecacatan, kehilangan hari
kerja dan kematian pada pekerja. 31 Beberapa penyakit paru yang
disebabkan paparan debu akibat kerja antara lain, pneumokoniosis, asma
akibat kerja, pneumonitis hipersensitif, bisinosis, silikosis, asbestosis,
mesothelioma, dan penyakit berilium. Untuk masalah yang terbesar adalah
pneumokoniosis yang merupakan salah satu penyakit utama akibat kerja,
terjadi hampir di seluruh dunia dan merupakan masalah yang mengancam
para pekerja. Penyakit tersebut disebabkan oleh kontaminasi zat yang
terhirup pekerja pada saat bekerja di tempat kerja.
2.8 Alat Pelindung Diri Terhadap COVID-19
Mengingat terbatasnya informasi penularan COVID-19 yang sampai saat ini
belum diketahui maka strategi PPI digunakan untuk mencegah atau membatasi
penularan infeksi dengan menerapkan kewaspadaan kontak, droplet dan airborne.
2.8.1 Prinsip Pencegahan Infeksi dan Strategi Pengendalian
Berkaitan dengan Pelayanan Kesehatan Mencegah atau membatasi penularan
infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan penerapan prosedur dan protokol
yang disebut sebagai “pengendalian”. Secara hirarki hal ini telah di tata sesuai dengan
efektivitas PPI, yang meliputi pengendalian administratif, pengendalian dan rekayasa
lingkungan serta APD.
1. Pengendalian administratif
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi PPI, meliputi
penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah,
mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan kesehatan.
Kegiatan akan efektif bila dilakukan mulai dari antisipasi alur pasien sejak
saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan. Pengendalian
administratif dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan meliputi penyediaan
infrastruktur dan kegiatan PPI yang berkesinambungan, pembekalan
pengetahuan petugas kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang

10
tunggu, menyediakan ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan
pasien rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian
perbekalan digunakan dengan benar, prosedur–prosedur dan kebijakan semua
aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA diantara
petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan medis, dan
pemantauan kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan yang diperlukan.
Langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi identifikasi dini
pasien dengan ISPA/ILI baik ringan maupun berat, diikuti dengan penerapan
tindakan pencegahan yang cepat dan tepat, serta pelaksanaan pengendalian
sumber infeksi. Untuk identifikasi awal semua pasien ISPA digunakan triase
klinis. Pasien ISPA yang diidentifikasi harus ditempatkan di area terpisah dari
pasien lain, dan segera lakukan kewaspadaan tambahan. Aspek klinis dan
epidemiologi pasien harus segera dievaluasi dan penyelidikan harus
dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.
2. Pengendalian lingkungan
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar
dan di rumah tangga yang merawat pasien dengan gejala ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk
memastikan bahwa ventilasi lingkungan cukup memadai di semua area didalam
fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan
yang memadai. Harus dijaga jarak minimal 1 meter antara setiap pasien dan
pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak menggunakan APD).
Kedua kegiatan pengendalian ini dapat membantu mengurangi penyebaran
beberapa patogen selama pemberian pelayanan kesehatan.
3. Alat Pelindung Diri
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD, kebersihan tangan akan
membantu mengurangi penyebaran infeksi. Oleh karena itu jangan
mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan. Bila tidak ada langkah
pengendalian administratif dan rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya
memiliki manfaat yang terbatas. APD yang digunakan merujuk pada Pedoman
Teknis Pengendalian Infeksi sesuai dengan kewaspadaan kontak, droplet, dan
airborne.
2.8.2 Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2.8.2.1 Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi
semua pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan standar

11
meliputi kebersihan tangan dan penggunaan APD untuk menghindari kontak
langsung dengan sekret (termasuk sekret pernapasan), darah, cairan tubuh, dan
kulit pasien yang terluka. Disamping itu juga mencakup: pencegahan luka
akibat benda tajam dan jarum suntik, pengelolaan limbah yang aman,
pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi linen dan peralatan perawatan pasien,
dan pembersihan dan desinfeksi lingkungan. Orang dengan gejala sakit saluran
pernapasan harus disarankan untuk menerapkan kebersihan/etika batuk.
Petugas kesehatan harus menerapkan “5 momen kebersihan tangan”,
yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau
aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan
pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk
permukaan atau barang-barang yang tercemar.
 Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air atau
menggunakan antiseptik berbasis alkohol.
 Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor.
 Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk kebersihan tangan.
Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika
melepas APD.
Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada
penilaian risiko/antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit
yang terluka. Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke
wajah dan/atau badan, maka pemakaian APD harus ditambah dengan:
 Pelindung wajah dengan cara memakai masker bedah dan pelindung mata/
eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah, dan
 Gaun dan sarung tangan bersih.
Pastikan bahwa prosedur-prosedur kebersihan dan desinfeksi diikuti
secara benar dan konsisten. Membersihkan permukaan-permukaan lingkungan
dengan air dan deterjen serta memakai disinfektan yang biasa digunakan
(seperti hipoklorit) merupakan prosedur yang efektif dan memadai. Pengelolaan
laundry, peralatan makan dan limbah medis sesuai dengan prosedur rutin.
2.8.2.2 Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tambahan Ketika
Merawat Pasien ISPA
Tambahan pada kewaspadaan standar, bahwa semua individu termasuk
pengunjung dan petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien
harus:
 Memakai masker bedah ketika berada dekat (yaitu dalam waktu kurang lebih
1 meter) dan waktu memasuki ruangan pasien.

12
 Membersihkan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien dan
lingkungannya dan segera setelah melepas masker bedah.
2.8.2.3 Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Prosedur/
Tindakan Medik yang Menimbulkan Aerosol
Suatu prosedur/tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan
sebagai tindakan medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai
ukuran, termasuk partikel kecil (<5 mkm). Tindakan kewaspadaan harus
dilakukan saat melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol dan mungkin
berhubungan dengan peningkatan risiko penularan infeksi, khususnya, intubasi
trakea. Tindakan kewaspadaan saat melakukan prosedur medis yang
menimbulkan aerosol:
 Memakai respirator partikulat (N95) ketika mengenakan respirator partikulat
disposable, periksa selalu sealnya.
 Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah).
 Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak steril,
(beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril).
 Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan volume cairan
yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus gaun.
 Melakukan prosedur di ruang berventilasi cukup, yaitu di sarana-sarana yang
dilengkapi ventilasi mekanik, minimal terjadi 6 sampai 12 kali pertukaran
udara setiap jam dan setidaknya 60 liter/ detik/ pasien di sarana–sarana
dengan ventilasi alamiah.
 Membatasi jumlah orang yang berada di ruang pasien sesuai jumlah
minimum yang diperlukan untuk memberi dukungan perawatan pasien.
 Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan nya dan setelah pelepasan APD.
2.8.2.4 Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Ketika Merawat
Pasien dalam Pengawasan dan Kasus Konfirmasi COVID-19
Batasi jumlah petugas kesehatan, anggota keluarga dan pengunjung
yang melakukan kontak dengan pasien dalam pengawasan atau konfirmasi
terinfeksi COVID19.
Tunjuk tim petugas kesehatan terampil khusus yang akan memberi
perawatan kepada pasien terutama kasus probabel dan konfirmasi untuk
menjaga kesinambungan pencegahan dan pengendalian serta mengurangi
peluang ketidakpatuhan menjalankannya yang dapat mengakibatkan tidak
adekuatnya perlindungan terhadap pajanan.

13
Selain kewaspadaan standar, semua petugas kesehatan, ketika
melakukan kontak dekat (dalam jarak kurang dari 1 meter) dengan pasien atau
setelah memasuki ruangan pasien probabel atau konfirmasi terinfeksi harus
selalu:
 Memakai masker N95
 Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah)
 Memakai gaun lengan panjang, dan sarung tangan bersih, tidak steril,
(beberapa prosedur mungkin memerlukan sarung tangan steril)
 Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungannya dan segera setelah melepas APD
Jika memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau yang
dikhususkan untuk pasien tertentu (misalnya stetoskop, manset tekanan darah
dan termometer). Jika peralatan harus digunakan untuk lebih dari satu pasien,
maka sebelum dan sesudah digunakan peralatan harus dibersihkan dan
disinfeksi. Petugas kesehatan harus menahan diri agar tidak
menyentuh/menggosok–gosok mata, hidung atau mulut dengan sarung tangan
yang berpotensi tercemar atau dengan tangan telanjang.
Tempatkan pasien dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi
terinfeksi COVID-19 di ruangan/kamar dengan ventilasi yang memadai dengan
kewaspadaan penularan airborne, jika mungkin kamar yang digunakan untuk
isolasi (yaitu satu kamar per pasien) terletak di area yang terpisah dari tempat
perawatan pasien lainnya. Bila tidak tersedia kamar untuk satu orang,
tempatkan pasien-pasien dengan diagnosis yang sama di kamar yang sama. Jika
hal ini tidak mungkin dilakukan, tempatkan tempat tidur pasien terpisah jarak
minimal 1 meter. Selain itu, untuk pasien dalam pengawasan, probabel atau
konfirmasi terinfeksi COVID-19 perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
 Hindari membawa dan memindahkan pasien keluar dari ruangan atau daerah
isolasi kecuali diperlukan secara medis. Hal ini dapat dilakukan dengan
mudah bila menggunakan peralatan X-ray dan peralatan diagnostik portabel
penting lainnya. Jika diperlukan membawa pasien, gunakan rute yang dapat
meminimalisir pajanan terhadap petugas, pasien lain dan pengunjung.
 Memberi tahu daerah/unit penerima agar dapat menyiapkan kewaspadaan
pengendalian infeksi sebelum kedatangan pasien.
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan peralatan (misalnya tempat tidur) yang
bersentuhan dengan pasien setelah digunakan.

14
 Pastikan bahwa petugas kesehatan yang membawa/mengangkut pasien harus
memakai APD yang sesuai dengan antisipasi potensi pajanan dan
membersihkan tangan sesudah melakukannya.
2.9 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Tentang Alat Pelindung
Diri (APD)
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
2. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
3. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
4. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
5. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja.
6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas
Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan

15
dalam Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh
Menteri.

Pasal 2
(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara
cuma-cuma.
Pasal 3
(1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. Pelindung kepala;
b. Pelindung mata dan muka;
c. Pelindung telinga;
d. Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. Pelindung tangan; dan/atau
f. Pelindung kaki.

(2) Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:
a. Pakaian pelindung
b. Alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
c. Pelampung.

(3) Jenis dan fungsi APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
(1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:

16
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di
mana dilakukan pekerjaan persiapan;
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi maupun
di dasar perairan;
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara dan gudang;
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
k. ilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;

17
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio,
radar, televisi, atau telepon;
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat teknis;
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
r. Diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.

(2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat kerja selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 5
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang
ramburambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
Pasal 6
(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila
APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja.
(2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja/buruh;
c. Pelatihan;
d. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;

18
e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. Pembinaan;
g. Inspeksi; dan
h. Evaluasi dan pelaporan.

Pasal 8
(1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang
dan/atau dimusnahkan.
(2) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya,
harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
(3) Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan
berita acara pemusnahan.
Pasal 9
Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dapat dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970.
Pasal 10
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan
penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.10 Analisis Kebijakan Terhadap Penyedian APD Dalam Menangani COVID-


19
Persediaan alat pelindung diri sangat penting guna menjamin keselamatan dan
mencegah penularan petugas medis saat menangani pasien suspek corona ataupun
pasien lainnya. Pemerintah impor alat pelindung diri (APD) untuk petugas kesehatan

19
dalam menghadapi virus corona. Pemerintah menyatakan alat pelindung diri (APD)
untuk petugas kesehatan di berbagai daerah saat ini stoknya mencukupi. Ketersediaan
alat pelindung mendapat perhatian setelah ada kasus petugas medis di salah satu RS
yang menjadi rujukan kasus penyakit COVID-19 menggunakan jas hujan saat
membawa pasien suspect virus corona atau Covid-19.
Terjadinya kepanikan akibat Covid-19 ini membuat banyak oknum
memanfaatkan momen kepanikan masyarakat ini untuk menaikan harga masker atau
APD lainnya. Akibatnya, orang-orang yang membutuhkan ( orang dalam keadaan
sakit, tenaga kesehatan, dll.) kesulitan mendapatkannya.
Selain harganya yang mahal, stok masker dan APD juga menipis. Hal ini
dikarenakan masyarakat yang salah mempersepsikan untuk tetap menggunakan
masker padahal tidak dalam kondisi membutuhkan.
Pemerintah mendapatkan stok APD dengan mengimpor dari beberapa negara di
luar Tiongkok, yaitu India, Eropa, Belanda, dan lainnya. Menurut Yuri mengatakan
semua provinsi mendapatkan APD dan ketersediaannya dipantau melalui sistem milik
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan. Rumah sakit yang
mengalami keterbatasan pasokan APD diminta untuk berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan di provinsinya. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperingatkan
kekurangan global dan kenaikan harga sejumlah alat medis pelindung diri untuk
mencegah penyebaran virus corona. Pemerintah dan industri diminta meningkatkan
produksi sebesar 40% seiring jumlah kematian akibat covid-19 yang meningkat.
Kekurangan pasokan disebabkan oleh meningkatnya permintaan, membeli karena
panik, penimbunan, dan penyalagunaan. Ini dapat membuat dokter, perawat, dan
pekerja di garis depan lainnya tidak siap untuk merawat pasien Covid-19 lantaran
terbatasnya akses ke persediaan seperti sarung tangan, masker medis, pelindung mata,
dan jubah.
Sejak virus corona menyebar, harga alat-alat pelindung diri melonjak. Harga
masker bedah meningkat enam kali lipat, resiprator N95 naik tiga kali lipat, dan jubah
pelindung berlipat ganda. Persediaan alat tersebut pun memakan waktu berbulan-

20
bulan untuk pengiriman dan manipulasi pasar kian meluas dengan stok sering dijual
kepada penawar tertinggi. WHO sejauh ini telah mengirim hampir setengah juta set
alat pelindung diri ke 47 negara, tetapi persediaan semakin menipis. Berdasarkan
pemodelan WHO, diperkirakan 89 juta masker medis diperlukan untuk merespons
Covid-19 setiap bulan. Untuk sarung tangan pemeriksaan, angka itu mencapai 76
juta, sementara permintaan untuk pelindung mata mencapai 1,6 juta per bulan.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alat Pelindung Diri atau APD sangat penting dan diperlukan untuk masyarakat
yang telah terinfeksi COVID-19 dan para petugas tenaga kesehatan untuk
terhindar dari penyakit COVID-19.
3.2 Saran
a. Penyuluhan tentang APD kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi
rantai penularannya
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri sebaiknya sesuai dengan kebutuhan
c. Pemantauan terhadap Alat Pelindung Diri harus rutin dilakukan, agar dalam
penggunaan lebih optimal.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/48234/3/BAB_II.pdf ( Diakses pada tanggal 16 Maret 2020,


pukul 15:41 WIB)
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._31_Th_2018_ttg_Aplik
asi_Sarana,_Prasarana,_dan_Alat_Kesehatan_pdf ( Diakses pada tanggal 18 Maret
2020, pukul 11:26 WIB)
https://katadata.co.id/berita/2020/03/10/tim-medis-pakai-jas-hujan-kemenkes-ada-
stok-alat-perlindungan-corona ( Diakses pada tanggal 15 Maret 2020, pukul 08:32
WIB)
https://www.teropongsenayan.com/110488-tenaga-medis-kesulitan-mendapatkan-
pelindung-diri-dpr-desak-polri-dan-kemdag-selidiki-stok-apd-corona ( Diakses pada
tanggal 15 Maret 2020, pukul 08:32 WIB)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200318130730-20-484490/rs-minta-
pemerintah-perhatikan-stok-apd-hadapi-pasien-corona ( Diakses pada tanggal 15
Maret 2020, pukul 08:32 WIB)
https://republika.co.id/berita/q7kdja327/polri-dan-kemendag-diminta-selidiki-
mahalnya-harga-apd ( Diakses pada tanggal 15 Maret 2020, pukul 08:32 WIB)
http://rri.co.id/post/berita/805395/kumham/petugas_medis_corona_kesulitan_apd_pol
ri_dan_kemdag_harus_selidiki.html ( Diakses pada tanggal 15 Maret 2020, pukul
08:32 WIB)

23

Anda mungkin juga menyukai