Anda di halaman 1dari 8

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.

php/Mr/index
DOI:

Prinsip-Prinsip Muamalah Dan Inplementasinya Dalam Hukum Perbankan


Indonesia
Muamalah Principles and their Implementation in Indonesian Banking Law

Dudi Badruzaman
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Sabili Bandung, Indonesia
badruzaman.dudi@yahoo.com

Naskah masuk: 22-10-2018 Naskah diterima: 27-10-2018

ABSTRAK

Dalam bermuamalah, dua pihak yang melakukan transaksi diposisikan mempunyai kedudukan yang sama dalam hak
dan kewajiban. Namun kesan yang ditimbulkan dari undang-undang perbankan lebih banyak mengatur dan
memproteksi bank sebagai lembaga keuangan. Sementara posisi nasabah tidak mendapatkan porsi yang cukup dalam
undang-undang, sehingga terkesan nasabah dalam suatu perjanjian lebih cenderung sebagai obyek bukannya subyek.
Prinsip muamalah sesungguhnya terlimplementasi dalam hukum perbankan Indonesia sebagai mana ditemukan
dalam beberapa pasal dalam undang-undang perbankan, namun tidaklah berarti diimplementasikan. Maksudnya,
ketika undang-undang itu disusun, kuat dugaan tidaklah mengacu kepada prinsip-prinsip muamalah, atau legislator
tidaklah membawa pesan khusus untuk memasukkan prinsip-prinsip muamalah dalam draf undang-undang
perbankan. Adanya prinsip-prinsip muamalah terimplementasi dalam undang-undang perbankan, itu lebih karena
prinsip-prinsip muamalah bersifat universal yang dijujung tinggi oleh nilai-nilai kemanusiaan.

Kata kunci: Prinsip, Muamalah, perbankan.

ABSTRACT

In muamalah, the two parties to a transaction have positioned an equal in rights and obligations. But the impression
arising from banking laws regulate and protect more of the bank as a financial institution. Meanwhile, the customer
does not receive a sufficient portion in the law, so impressed the customers in an agreement more likely as objects
rather than subjects. The principle of real muamalah terlimplementasi in Indonesia as the banking law which is found
in several articles of the banking law, but it does not mean implemented. That is, when the law was drafted, strong
suspicion that it is not referring to the principles muamalah, or a legislator is not a special message to include
muamalah principles in the draft banking law. The existence muamalah principles implemented in banking law, it was
more because the principles are universal, dijujung muamalah high by human values.

Keywords: Principles, Muamalah, banking.

Copyright © 2018 Program Studi Ekonomi Perbankan Islam, FAI Universitas Majalengka. All rights
reserved.

A. Latar Belakang terjadi disintegrasi di dunia Islam, khususnya di zaman


Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam Utsmani (Turki Ottoman), terjadi perkem-bangan
yang mengatur hubungan antara dua pihak atau lebih, pembangian fiqh.
baik antara seorang pribadi dengan dengan peribadi lain, Cakupan bidang muamalah dipersempit,
maupun antar badan hukum, seperti perseroan, firma, sehingga masalah yang berhubungan dengan hukum
yayasan, negara, dan sebagainya. Awalnya cakupan keluarga tidak masuk lagi dalam pengertian muamalah.
muamalah didalam fiqh meliputi permasalahan keluarga, Hukum keluarga dan segala yang terkait dengannya
seperti perkawinan dan perceraian. Akan tetapi setelah disebut al-ahwal al-syakhshiyah (masalah peribadi).

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 109
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

Muamalah kemudian difahami sebagai hukum yang PEMBAHASAN


berkaitan dengan perbuatan manusia dengan sesamanya 1. Prinsip-prinsip Muamalah
yang menyangkut harta dan hak serta penyelesaian kasus Di atas telah dikemukakan bahwa muamalah
1
di antara mereka. Pengertian ini memberikan gambaran adalah merupakan bagian dari hukum Islam yang
bahwa muamalah hanya mengatur permasalahan hak mengatur hubungan antara dua pihak atau lebih dalam
dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang suatu transaksi. Dari pengertian ini ada dua hal yang
3
dengan orang lain, atau antara seseorang dengan badan menjadi ruang lingkup dari muamalah : Pertama,
hukum, atau antara badan hukum dengan badan hukum bagaimana transaksi itu dilakukan. Hal ini menyangkut
yang lain. dengan etika (adabiyah) suatu transaksi, seperti ijab
Konsumen dimaksud adakalanya orang kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah
perorang, dan bisa juga badan hukum. Sebagai badan satu pihak, adanya hak dan kewajiban masing-masing,
hukum, perbankan di Indonesia diatur oleh undang- kejujuran; atau mungkin ada penipuan, pemalsuan,
undang, yaitu Undang-undang Perbankan. Secara umum penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari
adanya undang-undang adalah untuk menimalisir atau indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran
menghindari sama sekali perselisihan antara pihak bank harta dalam kehidupan masyarakat. Kedua, apa bentuk
dengan nasabahnya. Perselisihan bisa dihindari apabila di transaksi itu. Ini menyangkut materi (madiyah) transaksi
dalam undang-undang termuat prinsip-prinsip yang pada yang dilakukan, seperti jual beli, pegang gadai, jaminan
intinya tidak merugikan salah satu atau kedua belah dan tanggungan, pemindahan utang, perseroan harta
pihak yang melakukan transaksi. Di dalam perekonomian dan jasa, sewa menyewa dan lain sebagainya.
global, sulit menemukan standar etika bisnis. Kesulitan Berdasarkan ruang lingkup di atas, maka prinsip-prinsip
itu, kata Tantri Abeng, terletak pada tidak adanya muamalah berada pada wilayah etika (adabiyah), yaitu
kesamaan pandangan yang universal terhadap etika bagaimana transasksi itu dilakukan. Prinsip-prinsip itu
bisnis itu sendiri. Apa yang dianggap etis di Indonesia pada intinya menghendaki agar pada setiap prosesi
belum tentu dapat di terima dan diartikan sama pada transaksi tidak merugikan salah satu atau kedua belah
2
lingkungan masyarakat lain, misalnya Amerika Serikat. pihak, atau hanya menguntungkan salah satupihak saja.
Kalau saja para ekonom sedikit menoleh kepada Prinsip-prinsip itu, antara lain, adalah sebagai
4
etika bisnis yang ada dalam Islam dan tidak berikut : Pertama, setiap transaksi pada dasarnya
berpandangan subyektif, ada nilai-nilai universal yang mengikat pihak-pihak yang melakukan transaksi itu
dijunjung tinggi oleh manusia beradab. Di dalam sendiri, kecuali transaksi itu ternyata melanggar syariat.
bermuamalah secara Islami, ada prinsip-prinsip etika Prinsip ini sesuai dengan maksud ayat surat al-Maidah : 1
yang harus dijunjung tinggi oleh pihak-pihak yang dan surat al-Isra : 34, yang memerintahkan orang-orang
melakukan transaksi. Prinsip-prinsip tersebut, tidak mukmin supaya memenuhi akad atau janjinya apabila
hanya dijunjung tinggi oleh manusia yang mengandung mereka melakukan perjanjian dalam suatu transaksi.
nilai-nilai universal, tapi juga bersumber dari wahyu. Kedua, butir-butir pererjanjian dalam transaksi itu
Dunia perbankan sebagai lembaga bisnis di Indonesia dirancang dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak
diatur oleh undang-undang. Tulisan ini membahas secara bebas tatapi penuh tanggung jawab, selama tidak
tentang sejauh mana prinsip-prinsip muamalah itu bertentangan dengan peraturan syariat dan adab sopan
terimplementasi di dalam hukum perbankan. santun. Ketiga, setiap transaksi dilakukan secara suka
rela, tanpa ada paksaan atau intimidasi dari pihak
B. Rumusan Masalah manapun. Keempat, pembuat hukum (syari) mewajibkan
agar setiap perencanaan transaksi dan pelaksanaannya
1. Bagaimana prinsip-prinsip muamalah dalam didasarkan atas niat baik, sehingga segala bentuk
hukum perbankan di indonesia? penipuan, kecurangan, dan penyelewengan dapat
2. Bagaimana inplementasi prinsip muamalah dihindari.
dalam hukum perbankan indonesia Bagi yang tertipu atau dicurigai diberi hak khiar
(kebebasan memilih untuk melangsungkan atau
1
Ensiklopedi Islam, 2005, jilid 5, (Jakarta: Ichtiar Baru van membatalkan transaksi tersebut). Kelima, penentuan hak
Hoeve), hal. 49
2
Tantri Abeng, 1994, “Pengaruh Aliansi Birokrasi dengan
3
Pengusaha Terhadap Etika Bisnis,” dalam Demokrasi Politik, Hendi Suhendi, 2002, Fiqh Muamalah, (Jakarta,, PT.
Budaya dan Ekonomi Pengalaman Indonesia masa Orde Baru, RajaGrafindo Persada), hal. 5
4
Ed., Elza Peldi Taher,, (Jakarta: Yayasan Paramadina), hal. 85 Ensiklopedi Islam, op. cit., hal. 50

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 110
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

yang muncul dari suatu transaksi diberikan oleh syara kegiatan perbankan sebagai bagian dari kegiatan
pada „urf atau adat untuk menentukan kriteria dan ekonomi sudah lama dipraktekkan, mulai dari bentuk
batasannya. Artinya, peranan urf atau adat kebiasaan kegiatan yang sangat sederhana, terus berkembang
dalam bidang transaksi sangat menentukan selama syara sampai mencapai bentuknya seperti yang ada sekarang
tidak menentukan lain. Oleh sebab itu, ada juga yang ini. Menurut fungsinya, bank-bank terbagi kepada bank
mendefinisi-kan muamalah sebagai hukum syara, yang primer, yaitu bank sirkulasi dan menciptakan uang, yang
berkaitan dengan masalah keduniaan, seperti jual beli, biasa dikenal dengan Bank Sentral; dan bank sekunder,
pinjam meminjam, sewa menyewa. Inti dari kelima yaitu bank yang tidak menciptakan uang, tidak dapat
prinsip di atas adalah bahwa dalam suatu transaksi yang memperbesar atau memperkecil arus uang, seperti bank
melahirkan akad perjanjian bersifat mengikat pihak-pihak umum, bank tabungan, bank pembiayaan usaha, dan
7
yang melakukannya; dilakukan secara bebas bertanggung bank pembangunan.
jawab dalam menetukan bentuk perjanjian maupun yang Dari segi keberadaannya (saat ini), bank
berkenaan dengan hak dan kewajiban masing-masing; tampaknya juga dibedakan kepada dua macam, yaitu
atas kemauan kedua belah pihak tanpa ada paksaan; bank konvensional, bank yang dalam operasionalnya
didasari atas niat baik dan kejujuran; dan memenuhi mengacu kepada teori-teori ekonomi kapitalis; dan bank
syarat-syarat yang sudah biasa dilakukan, seperti syarat- non konvensional, bank yang dalam operasionalnya
syarat administrasi, saksi-saksi, agunan dalam pinjam mengacu kepada teori ekonomi tertentu, seperti bank
meminjam, dan sebagainya. syari’ah yang teorinya mengacu kepada teori ekonomi
Perihal Bank Bank atau perbankan (banking(, yang ada dalam Islam. Di Indonesia, kegiatan perbankan
berasal dari bahasa Itali, banco,adalah suatu lembaga sudah dimulai lebih dari satu abad yang lalu. Adalah Bank
keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan Priyayi (Hulp-en Spaarbank der Nederlandse Bestuurs
kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan Amtenaren) cikal bakal Bank Rakyat Indonesia (BRI),
peredaran uang, dengan tujuan memenuhi kebutuhan didirikan tahun 1846 oleh R. Bei Patih Aria Wiryaatmaja,
5
kredit dengan modal sendiri atau orang lain. Di dalam patih di Purwokerto. Pada tahun 1897, berdiri
Undang-undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan Purwokertosche Hulp, Spaar en Landbouwcredietbank
dinyatakan bank sebagai badan usaha yang menghimpun yang berbentuk badan hukum, pimpinan W. P. D. de
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan Wolf van Hestrade.
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka Kemudian disusul berdirinya Bank Rakyat
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai (Volksbank) di daerah-daerah lain, seperti di Garut tahun
lembaga keuangan, bank menjadi tempat bagi orang 1898, Sumatera Barat tahun 1899, dan Manado tahun
perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan 1899 yang secara organisatoris bank-bank tersebut masih
usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga berdiri sendiri. Namun sejarah berdirinya BRI agaknya
pemerintah menyimpan dana-dana yang dimilikinya. dikaitkan dengan bank yang berbentuk badan hukum
Melalui kegiatan perkeriditan dan berbagai jasa yang yang didirikan tahun 1897. Menurut jenisnya, bank-bank
diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta yang beroperasi di Indonesia terbagi kepada Bank
melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat. Sementara
6
sektor perekonomian. menurut bentuk struktur hukumnya adalah Bank Negara,
Perbankan sebagai salah satu usaha dalam Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank
kegiatan ekonomi ternyata sudah dikenal kurang lebih Asing campuran, dan Bank milik Koperasi. Hampir semua
2.500 tahun sebelum Masehi di Mesir Purba dan Yunani bank pemerintah beroperasi sudah cukup lama. Seperti
Kuno dan kemudian oleh bangsa Romawi. Perbankan Bank BRI semenjak tahun 1897, Bank BNI tahun 1946,
modern berkembang di Italia dalam abad pertengahan Bank Bumi Daya tahun 1959, Bank Dagang Negara tahun
yang dikuasai oleh beberapa keluarga untuk membiayai 1960, dan Bank Ekspor Impor Indonesia tahun 1960. Tiga
ke-Paus-an dan perdagangan wol. Kemudian bank terakhir dimerger menjadi Bank Mandiri. Di
berkembang pesat dalam abad ke 18 dan 19. Artinya, samping bank-bank pemerintah (negara), ada pula bank-
bank yang didirikan oleh pemerintah daerah (BPD).
5
Ensiklopedi Indonesia, jilid 1, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru-van Sejarah lain di era tahun 90-an adalah berdirinya Bank
Hove), hal. 393 – 394; Muhammad Muslehuddin, 2004. Sistem Muamalat Indonesia (BMI) yang didirikan pada tahun
Perbankan dalam Islam, cet ke 4, (Jakarta: PT. Rineka Cipta),
hal. 1
6
Hermansyah, 2006, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,
7
(Jakarta, Kencana), hal. 7 Ensiklopedi Indonesia, op. cit., hal. 394

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 111
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

1991 atas prakarsa Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia 1999 tentang Bank Indonesia, yang diundangkan kembali
(ICMI) dan Majlis Ulama Indonesia (MUI). dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 hanyalah
2. Hukum Perbankan Indonesia pasal-pasal yang mengalami perubahan.14 Menurut
Hukum perbankan dapat dikatakan sebagai ketentuan Pasal 4 Undang-undang No. 10 Tahun 1998
hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan tentang perbankan, bahwa “Perbankan Indonesia
dengan perbankan. Dalam kaitan ini, Muhammad bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
Djumhana mendefinisikan hukum perbankan dengan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ke arah
lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.” Dari
dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta ketentuan pasal tersebut, terlihat kedudukan dunia
8
hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain. perbankan sangat strategis dan sebagai salah satu pilar
Pengertian yang lebih luas diberikan oleh Munir Fuady utama dalam pembanguna ekonomi.
yang menyebutkan bahwa hukum perbankan adalah Untuk itulah seperangkat hukum tentang
seperangkat kaedah hukum dalam bentuk peraturan perbankan perlu disiapkan untuk mengantisipasi
perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain- perkembangan perekonomian ke depan. Dan apabila
lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perlu, setiap lima tahun sekali, atau sewaktu-waktu
perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya peraturan perundangan-undangan ditinjau kembali
sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh untuk diubah dan dilakukan penyesuaian. Prinsip-
suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, prinsip Muamalah dalam Hukum Perbankan Menurut
kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang pasal 3 Undang-undang No. 7 Tahun 1992, fungsi utama
tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, penyalur dana masyarakat. Dari bunyi pasal di atas, ada
dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan. dua pihak yang sangat berkepentingan dalam operasinal
Hermansyah merumuskannya lagi dengan perbankan, yaitu pihak bank sebagai penerima dan
mengatakan bahwa hukum perbankan adalah penyalur dana masyarakat; dan pihak masyarakat
keseluruhan norma-norma tertulis maupun norma- sebagai nasabah yang menabung (menyimpan) dana dan
norma yang tidak tertulis yang mengatur tentang bank, menerima kredit. Artinya, antara pihak bank dan
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan masyarakat adalah sama dan sebangun. Namun pasal-
proses melaksanakan kegitan usahanya. Dikatakan, pasal yang muncul dalam perundang-undangan
norma-norma yang tertulis dimaksud adalah seluruh perbankan lebih banyak membicarakan dan memproteksi
peraturan perundang-undangan yang mengatur pihak bank.
mengenai bank, sedangkan norma-norma yang tidak Sementara masyarakat tidak banyak
tertulis adalah hal-hal atau kebiasaaan yang timbul dibicarakan, kecuali ketika menyangkut kepentingan
dalam pratik perbankan. Sejalan dengan perkembangan bank. Umpamanya dalam pasal 1 ayat 13 Undang-
perekonomian global, perkembangan perekonomian undang No. 7 Tahun 1992 disebutkan “Penitipan adalah
dalam negeri juga bergerak cepat, kompetitif, dan penyimpanan harta berdasarkan kontrak antara Bank
terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks Umum dengan penitip yang di dalamnya ditentukan
serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan bahwa Bank Umum yang bersangkutan melakukan
penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk penyimpanan harta tanpa mempunyai hak kepemilikan
perbankan. Tidak heran kalau peraturan perundang- atas harta tersebut”. Kepentingan bank di situ adalah
undangan sering berubah. mendapatkan order penitipan, sementara perlindungan
Terakhir, Undang-undang No. 7 Tahun 1992 kepada nasabah adalah pernyataan bahwa bank tidak
tentang perbankan telah diubah dengan Undang-undang mempunyai hak kepemilikan terhadap harta titipan
No. 10 Tahun 1998. Begitu juga dengan Undang-undang tersebut. Prinsip-prinsip muamalah, adalah nilai-nilai
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah diubah yang mengandung perlindungan terhadap pihak-pihak
dengan Undang-undang No.3 Tahun 2004. Perubahan yang melakukan transaksi, terutama tentang hak dan
dimaksud hanya pasal-pasal tertentu yang perlu kewajiban masing-masing pihak dalam suatu transaksi.
penyesuaian, sementara pasal-pasal lainnya tetap Sebagai pihak yang selalu melakukan transaksi,
dipertahankan. Seperti Undang-undang No. 23 Tahun perbankan mestilah mengakomodasi prinsip-prinsip
muamalah. Sejauh mana prinsip-prinsip muamalah
8
Hermansyah, op. cit., hal. 39

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 112
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

terimplementasi dalam operasional perbankan, akan sangat mengikat. Umpamanya pada pasal 1 ayat 8
dicoba melihatnya dalam hukum perbankan di Indonesia, Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang disebutkan, “Deposito berjangka adalah simpanan yang
perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang- penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
undang No. 10 Tahun 1998; dan Undang-undang No. 23 tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana juga bank yang bersangkutan”. Artinya, dana deposito
telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004. berjangka yang disimpan oleh nasabah tidak bisa ditarik
3. Perjanjian yang Mengikat bila lewat waktu temponya, walau sehari saja. Prinsip
Di dalam prinsip muamalah, perjanjian itu perjanjian yang mengikat juga tercermin dalam Undang-
mengikat kedua belah pihak yang melakukan transaksi. undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.
Hal ini sebagaimana dipesankan oleh ayat surat al- Umpamanya pada pasal 11 ayat 1 dinyatakan, “Bank
Maidah : 1 bahwa orang-orang yang beriman diminta Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan
supaya memenuhi akad-akad dalam transaksi; dan al-Isra berdasarkan Prinsip Syari?ah untuk jangka waktu paling
: 34 yang menyuruh untuk memenuhi janji. Hugo Grotius lama 90 (sembilan puluh) hari kepada bank untuk
mengatakan bahwa “janji itu mengikat” (pacta sunt mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank yang
servanda); “kita harus memenuhi janji” (promissorum bersangkutan”.
9
implendorum obligant). Pepatah Melayu juga Dari pasal ini terlihat, apabila suatu bank
mengatakan : “kerbau dipegang talinya, manusia mendapatkan kredi dengan Prinsip Syari?ah dari Bank
dipegang janjinya”. Sekali saja orang tidak menepati Indonesia diikat oleh perjanjian yang menyatakan tidak
janjinya, selamanya orang tidak akan percaya. Pepatah boleh lebih dari 90 (sembilan puluh) hari, ia sudah harus
juga yang mengatakan : “sekali lancung ke ujian, seumur mengembalikan kredit tersebut. Dari pasal-pasal hukum
hidup orang tak percaya”. Menurut hadits Nabi SAW, perbankan tersebut, terlihat perjanjian yang mengikat
orang yang mungkir janji adalah salah satu tanda orang dalam prinsip muamalah terimplementasi dalam
munafik. Pasal 26 Konvensi Wina tahun 1969 perundang-undangan. Saking mengikatnya, terkadang
menyebutkan, “bahwa setiap perjanjian (treaty) dalam praktik di lapangan terlihat sangat kaku dan tanpa
mengikat para pihak dan harus dilaksanakan dengan toleransi. Umpamanya apabila nasabah terlambat
iktikad baik” (every treaty in force is binding upon the membayar kredit sebagaimana dimuat dalam perjanjian,
parties to it and must be performed by them in good pihak bank langsung menyegel agunan nasabah. Bahkan
faith). Di dalam pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum terkadang pihak bank harus menyewa jasa kolektor
Perdata (KUHPerdata) dinyatakan, “Semua persetujuan untuk menagih hutang.
(perjanjian) yang dibuat sesuai dengan undang-undang 4. Bebas Bertanggung Jawab
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang Yang dimaksud bebas bertanggung jawab dalam
membuatnya. prinsip muamalah di sini adalah masing-masing pihak
Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali secara bersama-sama membuat suatu kesepakatan atau
selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau perjanjian yang saling menguntungkan, dan bebas
karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang- menentukan bentuk perjanjian, termasuk kebebasan
undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan baik.” dalam menentukan cara-cara penyelesaian bila di
Dalam pasal berikutnya, 1339, ditegaskan lagi, bahwa belakang hari terjadi persengketaan. Masing-masing
“Persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan pihak sama-sama bertanggung jawab dalam memelihara
tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala dan mentaati butir-butir perjanjian yang dibuat. Manusia
sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut memang diberi kebebasan memilih oleh Allah, apakah
berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang- mereka akan memilih jalan kafir atau iman. Manusia
10 11
undang”. Di dalam hukum perbankan, perjanjian adalah diberi dua potensi, durhaka (fujur) dan taat (taqwa).
komitmen dua pihak yang melakukan transaksi. Terpulang kepada manusia, apakah ia akan
Perjanjian itu mengikat kedua belah pihak, bahkan mengembangkan potensi kedurhakaannya atau
ketaqwaannya.
9
Rusjdi Ali Muhammad, 2006, Asas Pacta Sunt Servanda, Dalam suatu transaksi, ia diberi kebebasan
Presentasi Kuliah Program S3, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry), mimilih (khiyar), antara meneruskan atau
hal. 4 membatalkannya. Manusia muslim, individu maupun
10
Niniek Suparni, 2005, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUH Perdata), Andi Hamzah (ed.), (Jakarta, Rineka Cipta),
11
hal. 334 Al-Qur?an surat al-Syams : 8

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 113
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

kelompok – dalam lapangan ekonomi atau bisnis – di bentuk intimidasi, ancaman, pemaksaan, dan bujuk rayu
satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan dari pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
sebesar-besarnya. Namun, di sisi lain, ia terikat dengan dapat memengaruhi kebijakan dan pelaksanaan tugas
iman dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak dalam Bank Indonesia. Tidak termasuk dalam pengertian
menginvestasikan modalnya atau membelanjakan campur tangan adalah kerja sama yang dilakukan oleh
12
hartanya. Dari ketentuan pasal 1338 Kitab Undang- pihak lain atau bantuan teknis yang diberikan oleh pihak
undang Hukum Perdata (KUHPerdata), dapat difahami lain atas permintaan Bank Indonesia dalam rangka
bahwa dalam hal hukum perjanjian di Indonesia mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Yang
menganut sistem “terbuka”. Artinya, setiap orang bebas dimaksud dengan pihak lain adalah semua pihak di luar
untuk membuat perjanjian apa dan bagaimanapun juga, Bank Indonesia termasuk pemerintah dan atau lembaga
sepanjang pembuatannya dilakukan sesuai dengan lainnya. Ketentuan ini dimaksudkan agar Bank Indonesia
undang-undang dan isinya tidak bertentangan dengan dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya secara
ketertiban umum dan atau kesusilaan. Termasuk ke efektif”. Jelas sekali, prinsip bebas bertanggung jawab
dalam pengertian “bebas” di sini, tidak saja yang terimplementasi dalam peraturan perundang-undangan
menyangkut “isi” (materinya), namun juga menyangkut perbankan.
“bagaimana cara menyelesaikan persengketaan yang 5. Suka Rela
terjadi atau mungkin terjadi. Jadi, kebebasan seseorang Di dalam prinsip muamalah, transaksi dilakukan
dalam menetukan apa yang harus dilakukanya, termasuk secara suka rela tanpa ada paksaan atau intimidasi dari
membuat perjanjian, adalah hak setiap orang. Namun pihak manapun. Di dalam al-Qur’an dinyatakan,
apabila perjanjian telah dibuat, di pundaknya terpikul umpamanya transaksi berkenaan dengan perpindahan
tanggung jawab untuk mentaatinya. hak kepemilikan tidak boleh terjadi, kecuali melalui
Di dalam undang-undang perbankan prinsip perdagangan (tijarah) yang dilakukan suka sama suka (an
13
bebas bertanggung jawab juga terlihat. Umpamanya taradhin minkum). Selain undang-undang, secara
pada pasal 8 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tekenis operasionalnya dunia perbankan juga dilengkapai
disebutkan, “Dalam memberikan kredit, Bank Umum seperangkat tata aturan untuk mendukung pelaksanaan
wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kegiatannmya di lapangan. Peraturan dimaksud dapat
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dibaca atau disampaikan secara langsung kepada
dengan yang diperjanjikan”. Kebebasan di sini terletak nasabah untuk dijadikan pertimbangan, apakah nasabah
pada kemandirian pihak bank untuk memberi atau akan melakukan transaksi atau tidak. Bila nasabah
menolak permohonan kredit dari debitor, berdasarkan memilih untuk melakukan transaksi, pilihannya itu adalah
keyakinan pihak bank tentang kemampuan debitor atas kerelaannya untuk menaati aturan-aturan yang ada
dalam membayar hutang-hutangnya. Pihak debitor juga pada bank yang bersangkutan. Tentang kerelaan, di
mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak dalam pasal 6 huruf d Undang-undang No. 7 Tahun 1992
kredit yang diberikan pihak bank berdasarkan syarat- tentang perbankan berkenaan dengan usaha Bank
syarat yang diajukannya. Artinya, masing-masing pihak Umum disebutkan, “membeli, menjual atau menjamin
punya kebebasan dalam memilih antara meneruskan atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
pinjaman atau membatalkannya. Prinsip kebebasan di perintah nasabahnya”. Dari pasal di atas dapat difahami
dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank bahwa pihak bank dengan suka rela dapat menjamin
Indonesia, antara lain, terdapat pada pasal 4 angka 1 resiko nasabahnya. Sebaliknya, prinsip suka rela dari
ayat (2) yang secara tegas dinyatakan bahwa, “Bank nasabah juga terlihat pada perintahnya kepada bank
Indonesia adalah lembaga negara yang independen untuk minta jaminan resiko. Undang-undang No. 3 Tahun
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas 2004 tentang Bank Indonesia dijelaskan, bahwa Bank
dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, Indonesia adalah lembaga negara yang independen,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak
undang-undang ini”. lain.
Di dalam penjelasannya ayat ini disebutkan, Di dalam penjelasannya disebutkan, “Tidak
“Yang dimaksud dengan campur tangan adalah semua termasuk dalam pengertian campur tangan adalah kerja
sama yang dilakukan oleh pihak lain atau bantuan teknis
12 yang diberikan oleh pihak lain atas permintaan Bank
Yusuf Qardhawi, 2001, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terj.
Zainal Arifin dan Dahlia Husin, (Jakarta, Gema Insani Press),
13
hal. 51 Al-Qur?an surat al-Nisa? : 29

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 114
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

Indonesia dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan dijunjung tinggi oleh pihak perbankan,
Bank Indonesia”. Dalam konterks ini, bila Bank Indonesia karena keberhasilan perusahaan perbankan yang
melakukan kerja sama dengan pihak lain, itu merupakan menjual jasa perbankan, kejujuran adalah menjadi
kerelaan pihak bank dalam rangka mendukung taruhannya. Prinsip kejujuran ini terimplementasi dalam
pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Jadi prinsip suka rela Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
atau atas kemauan sendiri dari pihak bank, seperti Umpamanya pada pasal 9 ayat (3) yang menjelaskan
melakukan kerja sama dengan pihak lain, adalah prinsip tentang kepailitan disebutkan, “Dalam hal bank
yang dipegang teguh oleh Bank Indonesia. Pihak bank mengalami kepailitan, semua harta yang dititipkan pada
tidak akan melakukan sesuatu atas permintaan atau bank tersebut tidak dimasukkan dalam harta kepailitan
intimidasi dari pihak manapun. dan wajib dikembalikan kepada penitip yang
6. Niat Baik dan Kejujuran bersangkutan”. Di dalam Undang-undang No. 3 Tahun
Menjadi prinsip dalam bermuamalah, apabila 2004 tentang Bank Indonesia, prinsip kejujuran, antara
melakukan transaksi haruslah didasari dengan niat baik lain, dapat dilihat dari kata “transparan” yang ada pada
dan kejujuran. Niat baik, merupakan saham yang pasal 7 ayat (2) yang berbunyi, “Untuk mencapai tujuan
diinvestasikan untuk akhirat, sementara laba yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia
14
didapatkan merupakan bonus di dunia. Akan halnya melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
kejujuran mestilah menjadi komitmen bagi siapa saja konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan
yang menggeluti dunia bisnis. Umpamanya transaksi jual kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian”.
beli yang menggunakan takaran atau timbangan, 7. Adat Kebiasaan (‘urf)
mestilah dalam melakukan takaran dan timbangan harus Dalam bermuamalah mengikuti adat kebiasaan
sempurna, jujur, dan adil. Inilah yang diperintahkan oleh (urf) yang berlaku adalah prinsip, termasuk kebiasaan
Allah SWT dalam Al-Qur’an. “Dan sempurnakanlah yang berlaku dalam suatu transaksi dalam menentukan
takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melakukan
neraca yang benar. Itulah lebih utama bagimu dan baik perjanjian. Adat kebiasaan itu walaupun tidak tertulis,
15
akibatnya.” Terkadang, perjanjian yang dibuat tidak pihak-pihak yang membuat perjanjian mesti
selalu berjalan mulus sampai berakhirnya perjanjian, mematuhinya. Adat kebiasan (urf) adalah perilaku
karena salah satu atau kedua belah pihak tidak dapat standar dalam suatu masyarakat, yang kalau dilanggar
memenuhi butir-butir perjanjian yang dibuat. Bila akan mendapatkan sanksi moral dari masyarakat itu
ketidakmampuan itu di luar kuasa pihak terkait, sendiri. Banyak ayat-ayat dalam al-Qur?an yang
umpamanya terjadi perubahan situasi, maka perjanjian menyuruh untuk berperilaku ma’ruf, di antaranya dalam
dapat ditoleransi. memberikan mas kawin kepada calon isteri minimal
Hal ini kemudian melahirkan doktrin “rebus sic sesuai dengan standar atau kebiasan yang berlaku di
stantibus” (bahwa kewajiban dalam suatu perjanjian suatu masyarakat tempatan. Bila diberi lebih, barangkali
akan berakhir, atau disesuaikan, apabila situasi tidak masalah, tapi kalau kurang bisa jadi fitnah atau
16
berubah). Secara prinsip perjanjian itu mengikat. gunjingan di tengah-tengah masyarakat. Dalam pasal
Namun apabila terjadi sesuatu di luar perhitungan yang 1339 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
menyebabkan pihak-pihak yang mengikat perjanjian Perdata), ditegaskan, bahwa “Persetujuan tidak hanya
tidak dapat memenuhi butir-butir perjanjian, maka mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya,
perjanjian bisa ditoleransi dengan jalan mengakhiri melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya
perjanjian sampai di situ, atau dibuat perjanjian baru. persetujuan dituntut berdasarkan keadilan,
Doktrin “rebus sic stantibus” hanya dapat diterapkan kebiasaan, atau undang-undang”. Jadi, kebiasaan yang
apabila kedua belah pihak dengan niat baik ingin berlaku dalam membuat suatu perjanjian, walaupun
menyelesaiakan masalah perjanjian, dan menyampaikan tidak dicantumkan dalam butir-butir perjanjian, tetap
permasalahan masing-masing secara jujur. Terlepas dari mengikat pihak-pihak yang membuat perjanjian. Prinsip
adanya beberapa oknum perbankan yang melakukan adat kebiasaan di dalam hukum perbankan juga dipakai
kecurangan, prinsip niat baik dan kejujuran secara sebagai ukuran untuk mengambil suatu keputusan.
Umpamanya bunyi pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 7
Tahun 1992, “Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
14
Yusuf Qardhawi, op. cit., hal. 194 menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
15
Al-Qur?an surat al-Isra?: 35; Yusuf Qardhawi, op. cit., hal.
186 berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
16
Rusjdi Ali Muhammad, op. cit., hal. 14

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 115
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

dipersamakan dengan itu”. Kalimat “bentuk lainnya yang Hendi Suhendi, 2002, Fiqh Muamalah, PT. RajaGrafindo
dipersamakan dengan itu” ukurannya adalah mengacu Persada, Jakarta.
kepada kebiasaan yang berlaku di dunia perbankan. Ensiklopedi Indonesia (tt.), jilid 1, PT. Ichtiar Baru-van
Prinsip kebiasaan juga terimplementasi dalam pasal 1 Hove, Jakarta. Muhammad Muslehuddin, 2004,
ayat 13 tentang rahasia bank, “Rahasia bank adalah Sistem Perbankan dalam Islam, cet ke 4, PT.
segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan Rineka Cipta, Jakarta.
hal-hal lain dari nasabah yang menurut kelaziman dunia Hermansyah, 2006, Hukum Perbankan Nasional
perbankan wajib dirahasiakan”. Kata “kelaziman” adalah Indonesia, Kencana, Jakarta. Rusjdi Ali
menunjuk kepada segala sesuatu yang menurut adat Muhammad, Asas Pacta Sunt Servanda, Presentasi
kebiasaan yang berlaku di dunia perbankan. Artinya, Kuliah Program S3, IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
walaupun tidak tercantum dalam undang-undang atau Niniek Suparni, 2005, Kitab Undang-undang Hukum
dalam perjanjian, tetapi tetap dirahasiakan sesuai Perdata (KUH Perdata), Andi Hamzah (ed.), Rineka
dengan tradisi perbankan. Cipta, Jakarta.
Yusuf Qardhawi, 2001, Norma dan Etika Ekonomi Islam,
KESIMPULAN terj. Zainal Arifin dan Dahlia Husin, Gema Insani
Press, Jakarta.
Secara umum, prinsip-prinsip muamalah
memang tampak terlimplementasi dalam hukum
perbankan Indonesia sebagai mana ditemukan dalam
beberapa pasal dalam undang-undang perbankan,
namun tidaklah berarti diimplementasi-kan. Maksudnya,
ketika undang-undang itu disusun, kuat dugaan tidaklah
mengacu kepada prinsip-prinsip muamalah, atau
legislator tidaklah membawa pesan khusus untuk
memasukkan prinsip-prinsip muamalah dalam draf
undang-undang perbankan. Adanya prinsip-prinsip
muamalah terimplementasi dalam undang-undang
perbankan, itu lebih karena prinsip-prinsip muamalah
bersifat universal yang dijujung tinggi oleh manusia
beradab. Dalam prinsip-prinsip muamalah, dua pihak
yang melakukan transaksi diposisikan mempunyai
kedudukan yang sama dalam hak dan kewajiban. Kesan
yang ditimbulkan dari undang-undang perbankan lebih
banyak mengatur dan memproteksi bank sebagai
lembaga keuangan. Sementara posisi nasabah tidak
mendapatkan porsi yang cukup dalam undang-undang,
sehingga terkesan nasabah dalam suatu perjanjian lebih
cenderung sebagai obyek bukannya subyek.

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Islam, 2005, jilid 5, Ichtiar Baru van Hoeve,


Jakarta.
Tantri Abeng, 1994, “Pengaruh Aliansi Birokrasi dengan
Pengusaha Terhadap Etika Bisnis,” dalam
Demokrasi Politik, Budaya dan Ekonomi
Pengalaman
Indonesia masa Orde Baru, Ed., Elza Peldi Taher, Yayasan
Paramadina, Jakarta.

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 116

Anda mungkin juga menyukai