Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK


BEKAS PEDAGANG GORENGAN DI DAERAH BONTANG
SELATAN DENGAN METODE TITRASI ALKALIMETRI

OLEH :
Try Juniaty Sinaga
NIS : 170101061

XIII KIMIA ANALIS B


SMK NEGERI 1 BONTANG
Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 02 Bontang Utara
KALIMANTAN TIMUR
TUGAS PROYEK/PROJECT WORK

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Bontang


Program Keahlian : Kimia Analis A
Kode : MLS09
Alokasi Waktu : 8 Jam

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PENGGANTI PRAKERIN

Nomor Peserta:
: 1:7 0 1 0 1 0 6 1
Nama Peserta : Try Juniaty Sinaga

JUDUL PROYEK

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK


BEKAS PEDAGANG GORENGAN DI DAERAH BONTANG
SELATAN DENGAN METODE TITRASI ALKALIMETRI
Bontang, 20 September 2020

Peserta Uji,

Try Juniaty Sinaga


NIS: 170101061
Mengetahui:
Ka. Program Keahlian, Guru Pembimbing,

Ery Sepdyastutik, M.Pd Dra. Siti Lestari


NIP 196709011994122004 NIP 196610031997022001
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................8
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................8
1.2 TUJUAN.....................................................................................................................................9
1.3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................10
BAB II PROSES JASA...........................................................................................................................15
2.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN............................................................................15
2.2 ALAT DAN BAHAN................................................................................................................15
2.3 GAMBAR KERJA....................................................................................................................17
2.4 FUNGSI ALAT.........................................................................................................................18
2.5 PROSES PENGERJAAN..........................................................................................................22
2.6 HASIL YANG DICAPAI..........................................................................................................24
2.7 PERHITUNGAN.......................................................................................................................25
2.8 PERHITUNGAN BIAYA.........................................................................................................26
BAB III TEMUAN..................................................................................................................................30
3.1 KETERLAKSANAAN (FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT)...........................30
3.2 PENGEMBANGAN / TINDAK LANJUT................................................................................31
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................32
4.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................32
4.2 SARAN.....................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................33
LAMPIRAN.............................................................................................................................................34
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan hidayahnya dan memberi kesempatan pada praktikan dalam
menyelesaikan laporan proyek pengganti prakerin yang berjudul “Penentuan Kadar
Asam Lemak Bebas Pada Minyak Bekas Pedagang Gorengan Di Daerah Bontang
Selatan Dengan Metode Titrasi Alkalimetri”. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan proyek pengganti prakerin bagi para
siswa dari SMK Negeri 1 Bontang.
Di kesempatan ini, Praktikan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
terkait proyek pengganti prakerin yang telah memberi dukungan moral dan juga
bimbingannya kepada praktikan. Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada :
1. Bapak Drs. Kasman Purba, M.Pd selaku kepala sekolah, SMK Negeri 1 Bontang
yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepda praktikan, sehingga
membantu kelancaran praktikan dalam melakukan penelitian dan menyusun
laporan praktikum.
2. Ibu Ery Sepdyastutik, M.Pd selaku kepala program keahlian Kimia Analis, SMK
Negeri 1 Bontang yang telah memberikan izin untuk penggunaan fasilitas dan
kesempatan kepada praktikan, sehingga membantu kelancaran praktikan dalam
melakukan penelitian.
3. Ibu Dra. Siti Lestari selaku pembimbing yang memberikan pembimbingan
dengan sangat baik dalam praktikum penelitian, pembuatan proposal, dan
pembuatan laporan praktikum ini.
4. Ibu Wahyu Juli Hastuti, M.Pd selaku guru penguji dari SMK Negeri 1 Bontang.
5. Orang tua dan segenap keluaga yang telah memberikan dukungan dan
kepercayaan yang begitu besar, sebab semua kesuksesan berawal dari orang tua
dan keluarga.
Susunan laporan proyek pengganti prakerin ini dibuat dengan sebaik-baiknya,
namun tentu masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu jika ada kritik atau saran
apapun yang sifatnya membangun bagi praktikan dengan senang hati akan praktikan
terima.

Bontang, 20 November 2020

Praktikan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Makanan jajanan sangat beragam jenisnya dan berkembang pesat di


Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam
tubuh yaitu berkisar antara 10-20%. Energi yang didapat dari makanan jajanan
17,36%, protein 12,4%, karbohidrat 15,1% dan lemak 21,1% terhadap
konsumsi sehari (Ulya, 2003). Makanan jajanan juga merupakan masalah
yang perlu menjadi perhatian masyarakat, karena terdapat beberapa makanan
jajanan yang tidak higienis sehingga sangat berisiko terhadap cemaran yang
dapat mengganggu kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh minyak goreng
yang digunakan berkali-kali.
Minyak goreng merupakan medium penggoreng bahan pangan yang
banyak digunakan masyarakat. Kegiatan memasak adalah sebuah kegiatan
rutin yang tidak bisa dihindari. Sebagai akibatnya, minyak goreng merupakan
bahan yang sangat diperlukan dalam proses penggorengan. Penggunaan
minyak goreng secara terus-menerus dapat mengurangi kualitas minyak
goreng. Umumnya bekas minyak goreng tersebut disebut sebagai minyak
jelantah. Penggunaan minyak jelantah kadang dicampur dengan minyak
goreng segar. Masyarakat tidak menyadari bahwa perilaku tersebut justru
akan menurunkan kualitas minyak goreng segar. Ini dapat berpengaruh
terhadapat kadar asam lemak bebas pada minyak goreng

Asam lemak bebas merupakan karakteristik yang paling umum


digunakan sebagai control kualitas minyak karena asam lemak tersebut akan
mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan stabilitas minyak selama proses
penggorengan. Pada saat awal proses penggorengan, asam lemak bebas juga
dihasilkan dari proses oksidasi, tetapi pada tahap selanjutnya asam lemak
bebas dihasilkan dari proses hidrolisis yang disebabkan oleh keberadaan air.
Kadar asam lemak yang tinggi dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Standar mutu untuk Jenis kandungan lemak yang terdapat pada minyak
goreng yang digunakan oleh pedagang gorengan yang disesuaikan dengan
SNI No.01-3741- 2002 adalah dari keadaan mutu bau normal, mutu rasa
normal, mutu warna putih kuning sampai kuning, kadar air dan standar acuan
kadar yang diperbolehkan yaitu < 0,3%

Bahaya asam lemak yang tinggi dapat menyebabkan peningkat pada


penderita penyakit stroke, diabetes, kanker, tumor, serta penyakit jantung
koroner, yang banyak menyebabkan kematian bagi masyarakat. Penyebab
kematian terbesar tersebut, salah satunya disebabkan oleh konsumsi makanan
berlemak yang tidak berkualitas secara berlebihan
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui berapa kadar asam
lemak bebas dalam minyak goreng bekas yang digunakan pedagang gorengan
di daerah Bontang Selatan

1.2 TUJUAN

Setelah melaksanakan praktikum proyek ini, seluruh siswa kelas XIII


Analis Kimia di SMKN 1 Bontang diwajibkan membuat laporan dari hasil
pelaksanaan proyek pengganti prakerin. Adapun tujuan penulisan laporan ini
antara lain:

1. Sebagai salah satu syarat sebagai peganti PKL yang dilaksanakan di sekolah
akibat adanya wabah virus corona yang membuat perusahaan menolak
untuk melaksanakan PKL/Magang bagi siswa dan mahasiswa.

2. Sebagai tanda bukti nyata telah melaksanakan proyek pengganti prakerin


yang dilakukan di sekolah.
Selain hal tersebut proyek pengganti prakerin ini juga mempunyai beberapa
tujuan bagi praktikan, antara lain:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar asam


lemak bebas dalam minyak goreng yang digunakan oleh pedagang
gorengan yang ada di daerah Bontang Selatan.

2. Dapat mengetahui dan memahami cara uji kadar asam lemak bebas
dengan metode titrasi alkalimetri dan sebagai proyek penganti prakerin
yang dilakukan di sekolah.

1.3 TINJAUAN PUSTAKA

1.1.1 KALIUM HIDROKSIDA


Kalium hidroksida adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus
kimia KOH, dan umumnya disebut sebagai potash kaustik. Kalium hidroksida
dapat ditemukan dalam bentuk murni dengan mereaksikan natrium hidroksida
dengan kalium tidak murni. KOH biasanya mengandung berbagai jumlah
air ,Kelarutan dalam air merupakan sangat eksotermik. larutan berair ini
terkadang disebut cairan alkali kalium. Dan bahkan pada suhu tinggi, padatan
KOH tidak mengalami dehidrasi dengan mudah.

1.1.2 KALIUM HYDROGEN PHTHALATE

Kalium hidrogen ftalat , sering disebut hanya KHP , adalah senyawa


garam asam. Berupa bubuk putih, kristal tidak berwarna, larutan tidak
berwarna, dan padatan ionik yang merupakan garam monopotasium dari asam
ftalat . KHP sedikit asam, dan sering digunakan sebagai standar utama untuk
titrasi asam-basa karena padat dan stabil di udara, sehingga mudah untuk
menimbang dengan akurat.
1.1.3 MINYAK GORENG

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng bahan makanan (Wikipedia, 2009). Minyak
goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan
penambah nilai kalori bahan pangan.
Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, tidak merusak
rasa dan warna hasil gorengan, menghasilkan produk dengan tekstur dan rasa
yang bagus, asapnya sedikit setelah digunakan berulang-ulang serta
menghasilkan warna keemasan pada produk (Ketaren, 1986). Sebanyak 50%
dari total permintaan minyak goreng adalah konsumsi rumah tangga dan
sisanya untuk keperluan industri maupun restoran (Susinggih,dkk, 2005).
Minyak goreng juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan
9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram.
Penggunaan minyak khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam
lemak esensial yang banyak mengandung HDL (high-density lipoprotein)
yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan
kolesterol.
Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan
ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak tidak
berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk
(wujud). Disebut minyak jika berbentuk padat pada suhu kamar. Minyak dan
lemak tidak larut dalam air dingin dan sedikit larut dalam alkohol, terutama
minyak dengan berat molekul rendah, kecuali minyak jarak. Minyak dan
lemak dapat larut sempurna dalam ester, hidrokarbon, benzene, karbon
disulfide, dan pelarut-pelarut halogen. Kelarutan minyak dan lemak dalam
suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas asam lemaknya. Asam lemak yang
bersifat polar cenderung larut dalam pelarut polar, sedangkan asam lemak
nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Daya kelarutan asam lemak biasanya
lebih tinggi dari komponen gliseridanya, dan dapat larut dalam pelarut organik
yang bersifat polar dan nonpolar. Semakin panjang rantai karbon maka
minyak dan lemak tersebut semakin sukar larut. Minyak dan lemak yang tidak
jenuh lebih mudah larut dalam pelarut organik dari pada asam lemak jenuh
dengan panjang rantai karbon sama (Ketaren, 1986 ). Disamping kegunaannya
sebagai bahan pangan, lemak dan minyak berfungsi sebagai bahan pembuat
sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obat-obatan
(misalnya minyak ikan), sebagai pengkilap cat (terutama yang berasal dari
golongan minyak mengering) (Almatsier, 2004 ).
Pengujian asam lemak bebas dalam minyak dilakukan untuk
mengetahui tingkat kerusakan dari minyak/lemak tersebut. Produksi asam
lemak bebas disebabkan oleh enzim pada umumnya yaitu berada dalam
jaringan lemak yang bersifat netral dan masih utuh. Dalam organ tertentu,
misalnya hati dan pankreas, kegiatan proses metabolisme cukup tinggi,
sehingga menghasilkan sejumlah asam lemak bebas, mikroba juga
berpengaruh pada produksi asam lemak bebas yaitu oksidasi secara biologis
terutama terjadi pada lemak masih berada dalam jaringan. Lemak tidak mudah
langsung digunakan oleh mikroba jika dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat. Tapi kemungkinan semua mikroba yang menghasilkan enzim
lipase dapat memetabolisir lemak. Tahap pertama proses ini adalah
dekomposisi gliserida menjadi gliserol dan asam lemak (Ketaren, 1986).
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam
bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh
proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil
reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan
dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis
(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar
ALB yang terbentuk (Ketaren, 1986).
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya
dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika
dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak
bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil
mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung
asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14
(Ketaren, 1986)
Jaringan lemak melepaskan asam lemak bebas dan gliserol ke dalam
darah, di mana asam lemak tersebut diangkut dengan albumian ke hampir
semua organ. Dilain pihak, gliserol berjalan terutama ke dalam hati dan
sedikit ke dalam ginjal hanya jaringan-jaringan ini tempatnya dapat
digunakan. Proporsi asam lemak bebas yang lebih besar dalam sirkulasi
dikonversi menjadi badan-badan keton, yang merupakan prinsip dalam hati.
Badan-badan keton adalah bentuk energi yang lebih larut dalam air dari pada
asam lemak (Linder, 1992)
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa
enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam
lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa
yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya
racun dalam minyak yang dipanaskan. Bila lemak tersebut diberikan pada
ternak atau diinjeksikan ke dalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan
pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada pusat
saraf dan mempersingkat umur.
Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk
jantung dan pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada
salah pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan
kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak
produk makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai non kolesterol.
Konsumsi lemak akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini
berpengaruh adalah jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda
tertentu yang terdapat dalam minyak sayuran (Almatsier, 2002)
Setiap minyak goreng tidak boleh berbau dan sebaliknya beraroma
netral berbeda dengan lemak yang padat, dalam bentuk cair minyak
merupakan penghantar panas yang baik, makanan yang digoreng tidak hanya
menjadi matang, tetapi menjadi cukup tinggi panasnya sehingga menjadi
coklat, suhu penggorengan yang dianjurkan biasanya berkisar antara 177˚C
sampai 201˚C.
Secara umum komponen utama minyak yang sangat menentukan mutu
minyak adalah asam lemaknya karena asam lemak menentukan sifat kimia
dan stabilitas minyak. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya
yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk Akrolein yang menimbulkan
rasa gatal pada tenggorokan. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol, titik asap
suatu minyak goreng tergantung pada kadar gliserol bebasnya, menurut
Winarno yang dikutip dari Jonarson (2004), makin tinggi kadar gliserol makin
rendah titik asapnya, artinya minyak tersebut makin cepat berasap dan
berbusa.

1.1.4 PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS


Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan baku basa. Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna
diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh
fenolftalein (pp), mempunyai pka 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4-10,4).
Struktur fenolftalein akan mengalami perataan ulang pada kisaran pH ini
karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga pH meningkat
akibatnya akan terjadi perubahan warna (Rohman, 2007).
Asam lemak bebas sangat berkaitan dengan mutu suatu minyak.
Kandungan asam lemak bebas yang tinggi menyebabkan mutu minyak
menjadi rendah. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
mutu dari minyak kelapa murni dengan cara menentukan kadar asam lemak
bebas berdasarkan standar SNI.

1.1.5 MINYAK JELANTAH.


Minyak goreng berulang kali atau yang lebih dikenal dengan minyak
jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak
goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan
sebagainya. minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga umumnya dapat di gunakan kembali untuk keperluan kuliner,
akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terjadi
selama proses penggorengan (Wikipedia,2009).
Hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( Badan
POM), serta kajian dari pakar kesehatan terhadap penggunaan minyak
jelantah sebagai minyak goreng akan berdampak pada kesehatan. Pemanasan
minyak goreng berkali - kali (lebih dari 2 kali) pada suhu tinggi akan
mengakibatkan hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah
teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan membentuk asam lemak
trans yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan metabolisme kolesterol. Selain itu yang lebih berbahaya adalah
pemakaian minyak jelantah yang berkali-kali akan meningkatkan gugus
radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga mengakibatkan oksidasi
terhadap jaringan sel tubuh manusia (Raharjo, S.2004).
Dan bila dilihat dari segi bahaya penggunaanya, menurut penelitian
yang dilakukan oleh Artika tahun 2009 menyebutkan bahwa minyak goreng
berulang kali supaya tidak digunakan lebih dari 2 kali. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan kandungan asam lemak trans yang mulai mengalami
peningkatan pada saat penggunaan yang kedua. Penelitian tentang analisis
kadar asam lemak minyak goreng yang menyebutkan bahwa terdapat rata-rata
perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada minyak goreng
yang belum digunakan hingga 3 kali pemakaian. Penelitian dilakukan untuk
melihat perbedaan rata-rata kadar asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh pada minyak goreng yang belum digunakan hingga pemakaian ketiga.
Dimana semakin sering minyak goreng tersebut digunakan, maka semakin
tinggi kandungan asam lemak nya. Adapun kandungan lemak jenuh pada
minyak yang belum dipakai sebesar (45,96%), 1 kali pakai (46,09%), 2 kali
pakai (46,18%), 3 kali pemakaian sebesar (46,32%).
Selain itu semakin sering minyak goreng tersebut digunakan maka
kandungan asam lemak tidak jenuhnya semakin berkurang, Kandungan asam
lemak tidak jenuh. Pada minyak yang belum dipakai (53,95%), 1 kali pakai
(53,78%), 2 kali pakai (53,69%), 3 kali pemakaian sebesar (53,58%).
Minyak atau lemak yang mengandung persentase asam lemak dengan
kadar tinggi kurang baik untuk kesehatan, karena bila untuk menggoreng
(deep fried atau dipanaskan), disamping akan mengalami polimerisasi
(penggumpalan), juga membentuk trans fatty acids (asam lemak trans) dan
free fadicals (radikal bebas) yang bersifat toksik dan karsinogenik (Ketaren,
1986).
Tidak ada yang menjamin bahwa gorengan yang dijajakan sudah
digoreng dengan cara yang benar. Bila kebiasaan ini tidak ada yang
mengontrol, tidak mustahil akan menyebabkan kerusakan pada generasi muda
Indonesia beberapa tahun mendatang. Pada masyarakat kita sudah banyak
kasus kematian yang terjadi pada usia produktif dan sifatnya mendadak,
seperti kasus kematian akibat penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Penyakit
- penyakit diatas merupakan sumbangsih dari waktu masih anak-anak melalui
makanan dan minuman (Chalid, 2000).
Minyak goreng yang memiliki angka peroksida melebihi batas yang
telah ditentukan akan membentuk akrolein dan kandungan asam lemak bebas
menjadi meningkat. Meningkatnya kandungan asam lemak bebas sangat
berbahaya bagi kesehatan, seperti berpengaruh terhadap lemak dan darah yang
kemudian dapat menimbulkan kegemukan (obesitas), mendorong
penyempitan pembuluh darah arteri (arterioscelorosis) yang dapat
menimbulkan terkenanya penyakit jantung (Winarno, 1999)
Menurut Aminuddin (2010), Kadar asam lemak bebas merupakan
banyaknya asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis minyak.
Banyaknya asam lemak bebas dalam minyak menunjukkan penurunan
kualitas minyak. Penentuan asam lemak bebas atau biasa disebut dengan FFA
(Free Faty Acid) sangat penting kualitasnya dengan minyak. Karena bilangan
asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat
pada minyak. Semakin besar angka ini berarti kandungan asam lemak bebas
semakin tinggi, hal ini dapat berasal dari proses hidrolisis ataupun proses
pengolahan yang kurang baik. Struktur asam lemak yang tak jenuh yang
memiliki ikatan rangkap bersifat tidak stabil dan mudah berubah menjadi
asam lemak jenuh atau asam lemak trans yang berbahaya untuk kesehatan.
Makin banyak jumlah ikatan rangkapnya makin banyak terbentuk asam lemak
trans, terutama jika minyak ini diguna berulang ulang lebih dari tiga kali.
Selain strukturnya berubah, juga akan terbentuk senyawa lain yang bersifat
toxic (racun) (Aprillino, 2010).
BAB II
PROSES JASA

2.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat pelaksanaan praktikum dilaksankan pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 4 November 2020

Pukul : 07.00 – 16.00 WITA

Tempat : Laboratorium Analisa Instrumen SMK Negeri 1 Bontang

2.2 ALAT DAN BAHAN

2.2.1 BAHAN

No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan


.
1. Sampel Minyak 20 Gram
Cair
Goreng
2. Indikator PP secukupnya mL
p.a
3. Alkohol Absolut 150 mL
95%
4. Kalium Hidroksida 2,8 Gram
p.a
0,1 N
5. Kalium Hydrogen 2,0422 gram
p.a
Phytalat (KHP)

6. Aquades 1 Liter L
Murni
7. Es Batu 4
2.2.2 FASILITAS / PERALATAN

No Nama Alat Spesifikasi Satuan Jumlah Pemilik


.

1. Erlenmayer 250 ml Buah 2 SMKN 1

2. Buret 50 ml Buah 1 SMKN 1

3. Neraca Analitik Buah 1 SMKN 1

4. Pipet Volume 50 ml Buah 1 SMKN 1

5. Hot Plate Stirer Buah 1 SMKN 1

6. Pipet Tetes Kaca Buah 2 SMKN 1

7. Beaker Glass 250 ml Buah 2 SMKN 1

8. Corong Kaca 100 mm Buah 1 SMKN 1

10. Batang Pengaduk Kaca Buah 1 SMKN 1

11. Kaca Arloji 125 mm Buah 1 SMKN 1

12. Botol Semprot Plastik Buah 1 SMKN 1

13. Spatula Besi Buah 1 SMKN 1

14. Klem Besi Buah 3 SMKN 1

15. Bulp Karet Buah 1 SMKN 1


Kaca Buah 1 SMKN 1
16. Pendingin Balik
17. Selang Kecil Karet Buah 2 SMKN 1

18. Pompa Air Buah 1 SMKN 1

19. Pipet Ukur 25 ml Buah 1 SMKN 1

2.2.3 GAMBAR KERJA

Sampel kurang lebih 20 gram


Timbang

Masukkan Ke dalam Erlenmeyer 250 mL

Tambahkan Alkohol 95 % netral, setelah ditutup dengan pendingi balik

Panaskan Sampai mendidih dan digojok kuat untuk melarutkan asam lemak
bebasnya

Letakkan Diatas penangas air untuk didinginkan

Titrasi Dengan 0,1 N KOH standar memakai indikator PP

Catat Akhir titrasi tercapai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang
selama setengah menit

2.2.4 Gambar Rankaian Titrasi

Keterangan :

1. Buret
2. Erlenmeyer
2.3 .FUNGSI ALAT

No Gambar Nama Alat Fungsi Alat


1. Neraca Untuk menimbang massa suatu zat.
elektronik Tingkat ketelitian tinggi

2. Botol Semprot Botol semprot lab berfungsi sebagai


tempat peyimpanan aquadest dan
biasanya juga digunakan untuk mencuci
ataupun membilas bahan-bahan kimia
yang tidak larut dalam air. - Berbahan
plastik - Kapasitas 500ml Selain botol
semprot kami juga menyediakan
berbagai macam alat
laboratorium,medis dan alat peraga
lainnya.
No Gambar Nama Alat Fungsi Alat
3. Pompa Air Pompa Aquarium Celup merupakan alat
yang biasanya diletakkan pada sebuah
aquarium. Di mana alat satu ini akan
memberikan sirkulasi udara yang lebih
baik pada aquarium

4. Labu ukur untuk mengencerkan zat tertentu hingga


batas leher labu ukur. Alat ini biasanya
digunakan untuk mendapatkan larutan
zat tertentu yang nantinya hanya
digunakan dalam ukuran yang terbatas
hanya sebagai sampel dengan
menggunakan pipet.
5. Buret untuk meneteskan sejumlah
caran kimia dalam sebuah eksperimen.
Selain digunakan untuk meneteskan
sejumlah cairan kimia dalam
eksperimen yang memerlukan tingkat
presisi yang tinggi, seperti pada
eksperimen titrasi.
6. Pendingin Kondensor atau pendingin balik adalah
Balik peralatan gelas laboratorium yang
digunakan untuk proses repruk
(pemanasan dengan pendingin balik)
dalam proses distilasi.

7. Pipet volume untuk memindahkan dan mengambil


cairan atau larutan
dengan volume tertentu sesuai dengan
label volume yang terdapat pada bagian
yang menggembung.
No Gambar Nama Alat Fungsi Alat
8. Pipet ukur untuk memindahkan cairan atau larutan
ke dalam wadah dalam berbagai ukuran
volume dan skala terbesar adalah 50ml.

9. Pipet tetes untuk mengambil cairan dengan skala


tetesan kecil

10. Beaker glass untuk mengukur volume larutan, mulai


dari volume 10mL hingga 2L. Gelas
ukur berbentuk pipa  dan umumnya
terbuat dari bahan
plastik (polipropilen) yang dilengkapi
dengan bagian bawah yang lebar,
sebagai kaki untuk menjaga kestabilan
gelas ukur.
11. Erlenmeyer untuk mengukur, menyimpan, dan
mencampur cairan. Alat laboratorium
yang satu ini merupakan salah
satu alat paling umum yang digunakan
di dalam laboratorium kimia

12. Spatula untuk mengambil bahan kimia. Hanya


saja bedanya, alat ini juga bisa
digunakan sebagai alat pengaduk saat
membuat suatu larutan. Semua jenis
larutan yang ingin dibuat, kecuali
larutan asam, bisa menggunakan alat ini
sebagai alat pengaduk.
13. Kaca Arloji penutup gelas kimia ketika tengah
proses pemanasan sampel (penguapan),
sebagai tempat untuk mengeringkan
padatan dalam desikator, sebagai
tempat benda yang tengah berada dalam
No Gambar Nama Alat Fungsi Alat
proses pengamatan dan sebagai tempat
untuk menyimpan bahan yang akan
ditimbang.
14. Batang Untuk mengaduk bahan sebagai
pengaduk perantara dalam memindahkan larutan

15. Selang Air Berfungsi untuk mengalirkan air dan


proses pendinginan

16. Hotplate untuk memanaskan larutan yang mudah


terbakar, dan untuk menghomogenkan
larutan.

17. Bulb untuk menyedot larutan yang dapat


dipasang pada pangkal pipet ukur dan
pipet volume. Karet sebagai bahan filler
merupakan karet yang resisten
bahan kimia
18. Corong Kaca Sebagai alat bantu untuk memindah /
memasukkan larutan ke wadah / tempat
yang mempunyaai dimensi pemasukkan
sampel bahan kecil.

19. Klem untuk menjepit peralatan laboratorium.


Proses kimia kadang membutuhkan
waktu yang lama atau pemanasan
dengan suhu tinggi, sehingga tidak
memungkinkan untuk dipegang dengan
tangan.
No Gambar Nama Alat Fungsi Alat
20. Statif sebagai pendukung dalam berbagai
proses kimia, termasuk
menjepit peralatan gelas seperti buret
dalam proses filtrasi, perlengkapan
soxhlet, atau penjepit kondensor pada
proses pemanasan dengan pendingin
balik.

2.5 PROSES PENGERJAAN

A. Prosedur Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Minyak


Bekas Pedagang Gorengan Dengan Metode Tirasi Alkalimetri

1. Sampel ditimbang dahulu lebih kurang 20g lemak atau minyak,


masukan kedalam Erlenmayer, dan tambahkan 50 ml alkohol 95%
netral, setelah ditutup dengan pendingin balik, panaskan sampai
mendidih dan digojog kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak
bebasnya.

2. Biarkan sampel minyak sampai mendidih, setelah itu diangkat dan


didiamkan hingga dingin.

3. Setelah dingin, larutan ditritasi dengan 0,1 N larutan KOH standar


memakai indikator Phenol phitalein ( PP ).akhir tritasi tercapai apabila
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang selama ½ menit.

4. Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk


menetralkan asam lemak bebas. Dalam 1 gram lemak atau minyak.

5. Untuk menentukan tinggi rendahnya kadar asam lemak bebas harus


diukur dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan dan lakukan
secara duplo
ml KOH × N KOH × 56,1
Angka asam =
berat sampel

B. Standrisasi Larutan KOH 0,1 N

1. Ambil dengan pipet Volume 10 ml larutan KHP 0.1 N

2. Tambahkan 3 – 5 tetes larutan Pp

3. Titrasi dengan KOH yang akan di standarisasi hingga warna tepat


berubah menjadi Ungu Muda dan lakukan duplo.

2.6 HASIL YANG DICAPAI

2.6.1 Data pengamatan untuk analisa uji Simplo

Penimbangan Sampel minyak A 20,3917 Gram


Massa alat + sample 45,2908 Gram
Massa alat 24,8991 Gram

Penimbangan Sampel minyak B 20,0245 Gram


Massa alat + sampel 44,9174 Gram
Massa alat 24,8929 Gram

Penimbangan Sampel minyak C 20,0141 Gram


Massa alat + sample 44,9076 Gram
Massa alat 24,8935 Gram

2.6.2 Data pengamatan untuk analisa uji duplo

Penimbangan Sampel minyak A 20,1736 Gram


Massa alat + sample 45,0676 Gram
Massa alat 24,8940 Gram
Penimbangan Sampel minyak B 20,0037 Gram
Massa alat + sampel 44,9016 Gram
Massa alat 24,8979 Gram

Penimbangan Sampel minyak C 20,0015 Gram


Massa alat + sample 44,4912 Gram
Massa alat 24,4897 Gram

2.6.3 Data volume Titrasi

A. Titrasi standarisasi kalium Hidroksida (KOH)

Titrasi I 13,5 ml
Titrasi II 13,5 ml
Rata – rata 13,5 ml

B. Volume yang dibutuhkan hingga terjadi perubahan warna :


Titrasi Sampel minyak A

Titrasi I 20 ml
Titrasi II 20,2 ml
Rata – rata 20,1 ml

Titrasi sampel minyak B

Titrasi I 6,5 ml
Titrasi II 6,8 ml
Rata – rata 6,65 ml

Titrasi sampel minyak C

Titrasi I 10 ml
Tirasi II 10 ml
Rata – rata 10 ml
2.7 PERHITUNGAN

2.7.1 Standarisasi KOH

Titrasi : M1 x V1 x n = M2 x V2 x n
M1 x 13,5 = 2
2
M1 = = 0,148
13,5

2.7.2 Kadar angka asam sampel A

ml KOH x N KOH x 56,1


% angka asam simplo A = x100%
Berat Sampel (Gram)

20 x 0,148 x 56,1
% angka asam = x 100%
20.391,7
% angka asam = 0,814%

ml KOH x N KOH x 56,1


% angka asam simplo A = x100%
Berat Sampel (Gram)
20,2 x 0,148 x 56,1
% angka asam = x 100%
20.173,6
% angka asam = 0,831 %
0,814 %+ 0,831 %
% rata – rata angka asam sampel A =
2
= 0,822 %

2.7.3 Kadar angka asam sampel B

ml KOH x N KOH x 56,1


% angka asam simplo B = x100%
Berat Sampe l(Gram)
6,5 x 0,148 x 56,1
% angka asam = x 100%
20.024,5
% angka asam = 0,269%

ml KOH x N KOH x 56,1


% angka asam simplo B = x100%
Berat Sampel (Gram)
6,8 x 0,148 x 56,1
% angka asam = x 100%
20.003,7
% angka asam = 0,282%
0,269 %+0,282 %
% rata – rata angka asam sampel B =
2
= 0,275%

2.7.4 Kadar angka asam sampel C


ml KOH x N KOH x 56,1
% angka asam simplo B = x100%
Berat Sampel (Gram)
10 x 0,148 x 56,1
% angka asam = x 100%
20.014,1
% angka asam = 0,414%

ml KOH x N KOH x 56,1


% angka asam simplo B = x100%
Berat Sampel (Gram)
10 x 0,148 x 56,1
% angka asam = x 100%
20.014,1
% angka asam = 0,414%

0,414 %+ 0,414 %
% rata – rata angka asam sampel B =
2
= 0,414 %

2.8 PERHITUNGAN BIAYA


2.8.1 Harga Bahan

No Nama Bahan Spesifikas Volume Harga satuan Total


. i (Rp)
Satua Jumla
n h

1. Indikator PP p.a mL 1 2.031.000/gr 10.155

2. Etanol 96% mL 150 1.023.000/2,5 62.000


L

3. KOH p.a Gram 5 730.000/500gr 8.000

4. Sampel Cair Gram 50 1000/gr 5.000

5. Kalium p.a Gram 2,0422 90.000/100gr 2.000


Hydrogen
Phytalat (KHP)

6. Aquades Murni Liter 1 15.000 15.000

7. Es Batu Buah 4 2000/Perbuah 8.000

8. Listrik 6600 V kWh 12.5 1.467,28 149,662.5


Watt 6

JUMLAH 259,817.5
6

2.8.2 Harga Alat


No. Nama Alat Spesifikas Volume Harga Total (Rp)
i Satuan
Satua Jumla
n h

1. Buret 50 ml Buah 1 1.750.000 1.750.000


Buah
2. Neraca 1 24.500.000 24.500.00
Analtik
Kaca Buah
3. Pipet tetes 2 5000 10.000

4. Erlenmeyer 250 ml Buah


2 87.000 174.000

5. Beaker 250 ml Buah


2 62.700 126.000
Glass
100 mm Buah
6. Corong 1 29.000 29.000
Kaca
Kaca Buah
7. Batang 1 15.000 15.000
Pengaduk
125 mm Buah
8. Kaca Arloji 1 20.000 20.000
Plastik Buah 55.000
9. Botol 1 55.000
Semprot
Besi Buah 35.000
10. Spatula 1 35.000
Besi Buah 150.000
11. Klem 3 50.000
Karet Buah 110.000
12. Bulp 1 110.000
Besi Buah 100.000
13. Statif 1 100.000
Besi Buah 2.500.00
14. Hot Plate 1 2.500.00
Stirer
Kaca Buah 350.000
15. Pendingin 1 350.000
Balik
Buah 35.000
16, Pompa Air 1 35.000
Buah 2000
17. Selang Air 2 1000
50 ml Buah 135.000
18. Pipet 1 135.000
Volume
25 ml Buah 72.000
19. Pipet Ukur 1 72.000
30.168.000
JUMLAH

2.8.3 Penentuan Biaya

Komponen Biaya Nominal

Biaya Penyusutan Alat Rp. 301.680

Biaya Bahan Rp 110.155

Upah Kerja (30% dari biaya bahan Rp. 123,5505.


dan penyusutan alat)

Keuntungan Usaha (10% dari biaya Rp. 23,370.55


bahan dan upah kerja)

PPN (11% dari keuntungan Usaha) Rp. 2,570.7605


Harga Jual Rp. 259.647
BAB III
TEMUAN

3.1 KETERLAKSANAAN (FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT)

Dalam pelaksanaan praktikum yang berjudul “Penentuan Kadar Asam


Lemak Bebas Pada Minyak Bekas Pedangang Gorengan Di Daerah
Bontang Selatan Dengan Metode Titrasi Alkalimetri”. Keterlaksaan dari
praktikum ini tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambat, berikut
faktor penghambat diantaranya :
1. Instalasi air yang tidak berfungsi dengan baik membuat praktikan harus
mengahabiskan Sebagian waktu dan tenaga untuk mencari air dan
mencuci peralatan.
2. Penempatan neraca tidak diruangan khusus, dan seharusnya neraca di
simpan di ruangan timbang.
3. Peralatan laboratorium yang digunakan tidak di bilas dengan Natrium
karbonat dan belum di kalibrasi.
Selain itu ,ada beberapa faktor pendukung diantaranya :
1. Saluran listrik tersedia dengan keadaan normal.
2. Adanya laboratorium sebagai pusat untuk melakukan penelitian.
3. Fasilitas peralatan yang tersedia lengkap dilaboratorium.
4. Adanya persiapan diri dari praktikan untuk melaksaankan Analisa dan
bimbingan dari guru dari penguji sebelum melaksanakan praktikum

3.2 MANFAAT YANG DIRASAKAN


Ada beberapa manfaat yang dapat penyusun rasakan dalam
menganalisa kadar asam lemak bebas pada minyak gorengan antara lain
sebagai berikut:
1. Mengetahui kadar asam lemak bebas pada minyak bekas gorengan.
2. Lebih mengerti dan memahami tentang analisa Titrasi Alkalimetri.
3. Lebih Memahami dalam menggunakan alat-alat laboratorium kimia.
4. Lebih Memahami perlakuan sampel yang benar.
5. Meningkatkan rasa percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab.
6. Sebagai media informasi kepada masyarakat mengenai Kadar asam
lemak Bebas.

3.3 PENGEMBANGAN / TINDAK LANJUT


Pengembangan dilakukan dengan cara variasi metode, serta
pengalaman jasa analisa terhadap industri, sehingga nanti setiap minyak
bekas gorengan dapat di analisa terlebih dahulu, yang tujuannya terdapat
pada kadar asam lemak memenuhi standar SNI karena kadar asam lemak
yang berlebih dapat menimbulkan berbagai penyakit. Jasa analisa ini
diharapkan terus berkembang sehingga dapat di manfaatkan dengan baik
dan menjadi acuan data untuk riset lebih lanjut. Tindak lanjut yang dapat
dilakukan untuk praktikum selanjutnya yaitu:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kedisplinan dalam siap bekerja.
2. Melakukan pengembangan metode analisa dengan penggunaan alat
instrument seperti spektrofotometri uv-vis dan spektrofotometri AAS,
agar diperoleh hasil yang akurat dari Titrasi Alkalimetri
3. Melakukan kalibrasi dan verifikasi peralatan yang akan digunakan
dianalisa selanjutnya. Melakukan pembilasan alat laboratorium dengan
natrium karbonat sebelum melakukan praktikum. Neraca di simpan
pada diruangan khusus yang memenuhi persyaratan ruang timbang
agar hasil timbangan lebih akurat.
4. Laboratorium yang digunakan harus disiapkan sesuai dengan standar
laboratorium kimia yang instalsi air yang baik serta suhu optimal
sehingga tidak mempengaruhi hasil analisa.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Praktikum kali ini sangat bermanfaat sekali bagi penyusun karena hal
ini akan mendorong kreativitas siswa dalam membuat sesuatu mulai dari
pembuatan proposal sampai pada pembuatan laporan. Praktikum ini
penyusun diajarkan sebuah rasa tanggung jawab, kesabaran, dan kejujuran
setiap melakukan sesuatu.
Dari praktek yang telah dilakukan maka penyusun dapat menarik
kesimpulan, yaitu kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas.
Adapun data dari hasil percobaan/pengamatan yang telah penyusun lakukan
adalah sebagai berikut:
1. % kadar asam lemak bebas sampel A : 0,822 %
2. % kadar asam lemak bebas sampel B : 0,275 %
3. % kadar asam lemak bebas sampel C : 0,414 %
Berdasarkan Standar mutu untuk Jenis kandungan lemak yang
terdapat pada minyak goreng yang disesuaikan SNI No.01-3741-2002 kadar
yang diperbolehkan yaitu < 0,3%. Hasil kadar dari pengamatan rata – rata
kadar asam lemaknya melewati batas dari standar SNI.

4.2 SARAN

Saran penyusun pada peserta praktik lainnya agar mempersiapkan diri


dengan menguasai pelajaran yang akan di terapkan di sekolah, agar
memudahkan dalam melakukan praktik kerja lapangan di sekolah. Guru-
guru juga memberikan motivasi dan bimbingan. Bagi para konsumen
diharapkan agar lebih waspada untuk mengkonsumsi gorengan dengan
memperhatikan segi bau minyak goreng dan warna minyak yang digunakan
guna menghindari timbulnya penyakit seperti stroke, jantung, dan diabetes,
atau lebih tepatnya lagi ‘Mencegah lebih baik dari pada mengobati’. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemakaian minyak goreng yang
digunakan oleh pedagang gorengan, untuk melihat sejauh mana kepedulian
pedagang terhadap kualitas minyak yang digunakan. Bagi pihak Dinas
Kesehatan agar lebih mengawasi dan memperhatikan terhadap pedagang
-pedagang jajanan gorengan maupun lainnya, dan juga dapat
memberitahukan atau melakukan penyuluhan tentang kualitas minyak
goreng yang baik untuk digunakan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan
agar juga dapat terhindar dari berbagai penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 5872.

Achmad,D,1996. Ilmu Gizi Penerbit Dian Rakyat,Jakarta.Diakses 03Febuari 2013

Aprillio, I, 2010 .Artikel Bahaya Minyak Jelantah. Diakses tanggal 03 Februari


2013,http://iloaprillio.student.umm.ac.id.

Chalid, S, dkk, 2010. Minyak Goreng Pedagang Gorengan. Diakses tanggal 05


January 2013, http:/www.google.com.

Cahyono, B. 2010, Keamanan Mutu Pangan Dan Penerapan Sistem Kuality Kontrol .
Diakses :www.proseduralatpengujiankualitaskadar.com

Departemen Kesehatan RI. 2009. ObesitasSan Kurang Ativitas Fisik

Fiselier K, Grob K. 2005. Legal Limit For Reducing Sugars In Prefabricates

Fredriksson H, Tallving J, Rosen J, Aman P. 2004. Fermentation reduces free


asparagine in dough and acrylamide content in bread. Cereal Chemistry 81:650–653.

G. Varela, A.E. Bender and I.D .Morton, 1988.Friying Of Food,Ellis Horwood


Ltd,Chichester , England.

http://www.dinkesjatengprov.go.id/ dokumen/2013/RISKESDAS/Permenkes% 20

No.681%20Riskesnas0001.pdf.

---------http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/13943/ 1/ 09E00382. pdf

--------http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22621/5/ Chapter%20I.pdf
--------http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22621/4/ Chapter%20II.pdf

--------http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35009/5/ Chapter%20I.pdf

Imelda, 2009. Hygene dan Sanitasi Keamanan Mutu Pangan Minyak Goreng

Sehat. Diakkses : www.worldpress.com,

Ketaren. S , 1998 . Minyak dan Lemak Pangan , Penerbit UI Press, Jakarta

Ketaren, S. (1986).MinyakdanlemakPangan.CetakanPertama. Jakarta: UI Press.

Hal. 18-32, 66-69, 263-267.

Linder, MC. (1992). BiokimiaNutrisidanMetabolisme. Jakarta: UI Press. Hal. 59, 64-


89.

Marsetyo, H, dan Kartasa putra, G, 1991, Ilmu Gizi, Jakarta.


LAMPIRAN

1. Pengambilan sampel dipedagang gorengan

2. Penimbangan sampel

3. Memasukkan sampel dalam Erlenmeyer


4. Menambahkan alcohol 95

5. Ditutup dengan pendingin balik dan dipanaskan dengan Hotplate

6. Didinginkan
7. Ditirasi dengan 0,1 larutan KOH dengan penambahan indicator (PP) hingga berubah
warna pink muda

8. Melakukan duplo
A. Pembuatan Kalium Hidroksida 0,1 N

1. Timbang KOH sebanyak 2,8 gram.

2. Masukkan dalam gelas piala 250 ml, tambahkan aquadest kira-kira 50


ml. Aduk hingga KOH larut semua.

3. Pindah larutan tersebut ke dalam labu ukur volume 500 ml, tambahkan
aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.

Data Perhitungan :

Berat alat 24,8902


Gram

Berat zat 3,1072


Gram

Berat alat dan zat 27,9974


Gram

B. Pembuatan Kalium Hydrogen Phytalat (KHP) 0,1 N

1. Timbanglah dengan teliti 2,0422 gram KHP pada sebuah botol


timbang.

2. Kemudian pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL.

3. Larutkan dengan air suling sampai tepat tanda batas.

Data perhitungan :

Berat alat 24,8905


Gram

Berat zat 27,7790


Gram

Berat alat dan zat 2,8885


Gram

Anda mungkin juga menyukai