Anda di halaman 1dari 19

1.

PENGANTAR GEOLOGI REKAYASA


a. Definisi Geologi
Geologi, berasal dari kata geo dan logo bahasa Yunani, didefinisikan sebagai studi
tentang Bumi, tetapi sekarang juga mencakup studi tentang planet dan bulan di tata surya
kita. (Monroe et al., 2007).
Lebih jauh Earle, S., 2015 menyebutkan bahwa dalam arti luasnya, geologi adalah studi
tentang Bumi, baik di bagian dalamnya dan permukaan luarnya, batuan dan bahan lain yang
ada di sekitar kita, proses yang menghasilkan atau pembentukan bahan-bahan itu, aliran air
di atas dan di bawah permukaan tanah, perubahanperubahan yang telah terjadi selama
sepanjang waktu geologis, dan perubahan yang dapat kita antisipasi akan terjadi dalam
waktu dekat.
Geo + logos = ilmu ttg bumi Geologi mempelajari bumi, meliputi cara terjadinya, proses
dan sejarah yang berlangsung hingga saat ini, materi pembentuk bumi, struktur atau
bangunan bumi, bentuk-bentuk permukaan dan proses-prosesnya yang terjadi pada masa
lampau, kini dan yang akan datang.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi berserta
isinya yang pernah ada Membahas sifat-sifat, bahan-bahan pembentuk bumi, struktur,
proses-proses yang bekerja di dalam dan atau di atas permukaan
b. Ruang Lingkup Geologi
1. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi
2. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi
3. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusunBumi
4. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup
c. Geologi Dan Teknik Sipil
Geologi rekayasa : salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang sifat-sifat
keteknikan dari geologi (batuan), baik sifat fisik maupun mekanik, dan aplikasinya dalam
dunia keteknikan (pekerjaan rekayasa/ engineering) dengan memperhitungkan aspek-aspek
gejala yang menyertainya
Pembangunan proyek-proyek sipil sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi untuk
menghindari terjadinya bencana seperti: ambrukya bangunan sipil, longsor tanah akibat
proses pembangunan, dsb. Seorang teknik sipil juga harus paham tentang materiil
bahanbangunan yang digunakan
d. Teori Pembentukan Bumi
 Teori oleh Georges-Louis Leclerc Pada tahun 1778 ahli ilmu alam Prancis Georges-
Louis Leclerc, Comte de Buffon, mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi
tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian
massa matahari terpental ke luar. Massa yang terpental inilah yang menjadi planet.
 Teori Laplace Seorang ahli Matematika dan astronomi Prancis Pierre Simon Marquis
de Laplace 1796 mengemukakan Bumi terbentuk dari gugusan gas panas yang
berputar pada sumbunya, kemudian terbentuk cincin - cincin.Sebagian cincin gas
tersebut, terlempar ke luar dan tetap terus berputar.Cincin gas yang berputar akan
mengalami pendinginan, sehingga terbentuklah gumpalan - gumpalan bola yang
menjadi planet - planet, termasuk Bumi
 Teori Planetisimal Hypothesis Di kemukakan oleh, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, yang
mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat
didekati oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat
matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif
dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya
gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik
ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar
mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu,
massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah
cincin yang lama-kelamaan menjadi padat dan disebut planetisimal. Beberapa
planetisimal yang terbentuk akan saling tarik - menarik dan bergabung menjadi satu
dan pada akhirnya membentuk planet, termasuk Bumi.
 Teori Tidal Dua orang ilmuwan Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys, pada tahun
1918 mengemukakan teori tidal. Mereka mengatakan pada saat bintang melintas di
dekat matahari, sebagian massa matahari tertarik ke luar sehingga membentuk
semacam [cerutu].Bagian yang membentuk cerutu ini akan mengalami pendinginan
dan membentuk planet - planet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
 Teori Weizsäcker Pada tahun 1940, Carl Friedrich von Weizsäcker, seorang ahli
astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari
yang dikelilingi oleh massa kabut gas.[1] Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri
atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium.[1] Karena panas matahari yang sangat
tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur
yang lebih berat tertinggal dan menggumpal.[1] ini akan menarik unsur - unsur lain
yang ada di angkasa tata surya dan selanjutnya berevolusi membentuk planet -
planet, termasuk Bumi.[1]
 Teori Kuiper Gerald P. Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula
besar berbentuk piringan cakram.Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan
massa gas yang berputar mengelilingi protomatahari adalah protoplanet.Dalam
teorinya, dia juga memasukkan unsur - unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium.
Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan
protoplanet menjadi dingin.Unsur ringan tersebut menguap dan mulai menggumpal
menjadi planet - planet.
 Teori Whipple Fred L. Whipple, seorang ahli astronom Amerika mengemukakan
pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu aneh yang mengandung
nitrogen yang sedikit kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan.[1] Debu
dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya
menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa.[1]
Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet - planet.
Teori ke-2
 Teori pasang surut gas pertama kali dikenalkan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys
tahun 1918. Menurut mereka, sebuah bintang besar mendekati Matahari dalam
jarak dekat dan menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh Matahari yang
saat itu masih berupa gas.
Saat bintang tersebut mendekat, akan terbentuk gelombang raksasa pada tubuh
Matahari yang disebabkan oleh gaya tarik bintang. Gelombang tersebut mencapai
ketinggian yang luar biasa dan menjauh dari inti Matahari menuju bintang tersebut.
Gelombang yang membentuk lidah pijar akan mengalami perapatan gas hingga
terpecah menjadi planet-planet.
 Teori ledakan besar atau big bang  mungkin menjadi salah satu yang paling terkenal.
Teori ini menyebutkan bahwa Bumi terbentuk selama puluhan miliar tahun.
Mulanya, terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran
tersebut menyebabkan bagian-bagian kecil dan ringan dari kabut terlempar ke luar
dan berkumpul membentuk cakram raksasa. Di satu waktu, gumpalan kabut raksasa
itu meledak membentuk galaksi dan nebula-nebula.
Selama kurang-lebih 4,6 miliar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan
membentuk Galaksi Bima Sakti yang di dalamnya terdapat Tata Surya. Bagian ringan
yang terlempar keluar di awal mengalami kondensasi hingga membentuk gumpalan
yang mendingin dan memadat menjadi planet-planet, termasuk Bumi.
 Teori Nebula Teori pembentukan Bumi yang selanjutnya dinamakan dengan teori
kabut nebula. Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant di tahun 1755 yang
kemudian disempurnakan oleh Piere de Laplace di tahun 1796. Karena itu, teori ini
juga sering dikenal sebagai teori kabut Kant-Laplace.
Teori ini menyebutkan bahwa di alam semesta terdapat gas yang berkumpul
menjadi kabut nebula. Gaya tarik-menarik antargas membentuk kumpulan kabut
yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Proses perputaran ini
mengakibatkan materi kabit di bagian khatulistiwa terlempar dan berpisah,
kemudian memadat karena pendinginan.
 Teori Planetesimal Di awal abad ke-20, seorang ahli astronomi Amerika Forest Ray
Moulton beserta ahli geologi Thomas C. Chamberlain mengemukakan teori
planetesimal. Teori ini menyebutkan bahwa Matahari tersusun dari gas yang
bermassa besar. Pada satu titik, bintang lain yang berukuran hampir sama melintas
dekat dengan Matahari sehingga hampir menjadi tabrakan.
Akibatnya, gas dan materi ringan di bagian tepi Matahari dan bintang tersebut
menjadi tertarik. Materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk
gumpalan-gumpalan yang dinamakan dengan planetesimal. Planetesimal tersebut
mendingin dan memadat hingga akhirnya menjadi planet-planet yang mengelilingi
Matahari.
 Teori Bintang Kembar Teori pembentukan Bumi yang terakhir dikenal dengan
sebutan teori bintang kembar. Teori ini dicetuskan oleh ahli astronomi Raymond
Arthur Lyttleton. Menurutnya, galaksi merupakan kombinasi dari bintang kembar.
Salah satu bintang tersebut meledak dan menyebabkan banyak material yang
terlempar. Karena bintang yang tidak meledak memiliki gaya gravitasi yang kuat,
sebaran pecahan ledakan bintang lainnya mengelilingi bintang tersebut. Bintang
yang tidak meledak kemudian dikenal dengan Matahari, sementara pecahan-
pecahannya adalah planet yang mengelilinginya.
2. TANAH
1. Proses Pelapukan Batuan
Pelapukan adalah peristiwa hancurnya massa batuan, baik itu secara fisik, kimia ataupun
biologi. Pada proses pelapukan batuan ini membutuhkan waktu yang lama. Dimana setiap
proses pelapukan pada umumnya dipengaruhi oleh cuaca sehingga batuan yang telah
mengalami pelapukan akan berubah menjadi tanah. Berikut adalah 3 jenis proses pelapukan
secara umum :
a. Pelapukan Fisik – adalah hancur dan lepasnya material batuan tanpa merubah struktur
kimiawi dari batuan tersebut. Pelapukan kimia ini merupakan proses penghancuran
bongkahan batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pelapukan fisik adalah :
 Perbedaan Temperatur – Temperatur disini berpengaruh terhadap pelapukan fisik,
dimana batuan akan mengalami proses pemuaian apabila temperatur panas dan
akan mengalami pengecilan volume apabila temperatur dingin. Apabila hal ini
berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka lambat laun batuan tersebut akan
terbelah dan pecah menjadi batuan-batuan kecil. ( baca : Pengikisan Tanah oleh
Angin )
 Erosi – erosi dapat mempengaruhi pelapukan karena air yang membeku diantara
batuan volumenya akan membesar dan yang terjadi adalah air akan membuat
tekanan yang dapat merusak struktur batuan.

b. Pelapukan Kimiawi – adalah proses pelapukan massa batuan dimana perubahan


susunan kimiawai batuan lapuk ikut mengalami pelapukan. Proses pelapukan kimia dibagi
menjadi 4, yaitu

 Hidrasi – Hidrasi adalah proses pelapukan batuan yang terjadi di permukaan


batuan saja.
 Hidrolisa – Hidrolisa adalah proses penguraian air atas unsur-unsurnya yang
berubah menjadi ion positif dan denatif.
 Oksidasi – Oksidasi adalah proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami
proses oksidasi pada umumnya memiliki warna kecoklatan, hal ini disebabkan
karena kandungan besi dalam batuan akan mengalami pengkaratan. Proses ini
memerlukan waktu yang sangat lama akan tetapi batuan akan tetap mengalami
pelapukan.
 Karbonasi – adalah proses pelapukan batuan oleh gas karbondioksida. Dimana
gas ini terdapat pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Contoh batuan
yang mengalami proses karbonasi adalah batuan kapur
3. Pelapukan Biologi – adalah pelapukan yang terjadi disebabkan oleh makhluk hidup.
Pelapukan ini terjadi secara terus menerus setelah tanah terbentuk. Dimana pelapukan
biologi ini merupakan pelapukan penyempurna dari sifat-sifat tanah yang akan terbentuk
2.Proses Pelunakan Struktur Pada proses kali ini batuan rempahan yang terbentuk dari proses
pelapukan akan mengalami pelunakan. Dimana air dan udara adalah 2 komponen yang
memegang peran penting dalam proses ini. Air dan udara tersebut nantinya akan masuk di sela-
sela rempahan batuan untuk melunakkan strukturnya.
Selain dapat membantu dalam proses pelunakan struktur batuan sehingga dapat dijadikan
sebagai tempat hidup, air dan udara juga akan mendorong calon makhluk hidup untuk dapat
tumbuh di permukaan. Namun, perlu diingat bahwa organisme yang dapat berkembang dalam
tahap proses ini hanya beberapa saja, contohnya adalah mikroba dan lumut. Proses pelunakan
struktur batuan ini membutuhkan waktu yang lama seperti pada proses pelapukan.

3. Proses Tumbuhnya Tumbuhan Perintis Setelah melewati proses pelunakan struktur batuan,
maka akan dilanjutkan ke proses tumbuhnya keanekaragam tumbuhan perintis. Tumbuhan yang
dimaksud disini adalah tumbuhan yang lebih besar dari lumut, sehingga akar-akar yang masuk di
dalam batuan yang telah lunak akan membantu proses pemecahan batuan tersebut. Selain itu,
asam humus yang mengalir dari permukaan batuan akan membuat batuan yang berada di
bagian dalam melapuk dengan sempurna. Pada tahap inilah proses pelapukan secara biologi
akan dimulai.

4. Proses Penyuburan Proses ini adalah proses terakhir dari proses terbentuknya tanah. Pada
tahap ini tanah yang terbentuk akan mengalami proses pengayaan bahan-bahan organik.
Dimana tanah yang awalnya hanya mengandung mineral yang berasal dari proses pelapukan
akan bertambah subur dengan adanya pelapukan organik. Pelapukan organik ini dapat berasal
dari hewan ataupun tumbuhan yang mati dipermukaan tanah. Dalam hal ini mikroorganisme
tanah memiliki peran penting dalam proses terbentuknya tanah.

Setelah melewati 4 tahapan tersebut maka tanah sudah terbentuk secara sumpurna. Sehingga
tumbuhan dan hewan autotrof akan mencari makanannya dalam tanah.

3.MATERI PENYUSUN BUMI


A. Mineral

Bumi terdiri dari berbagai proporsi dari 90 unsur yang terjadi secara alami, diantaranya
hidrogen, karbon, oksigen, magnesium, silikon, besi, dan sebagainya.Unsur-unsur tersebut
sebagian bergabung dengan berbagai cara dan proporsi membentuk mineral. Definisi mineral
dari waktu ke waktu berdasarkan para ahli selalu mengalami perkembangan, beberapa definisi
diuraikan dibawah ini.

Mineral adalah padatan homogen yang terbentuk secara alami yang mempunyai struktur atom
teratur dan komposisi kimia yang khas. (Demange, 2012). Asosiasi Mineralogi Internasional
memberikan definisi sebagai berikut: "mineral adalah elemen atau senyawa kimia yang biasanya
berbentuk kristal dan terbentuk sebagai hasil dari proses geologi" (Nickel, 1995). Definisi ini
tidak termasuk "mineral" sintetis.

Di alam, mineral ditemukan dalam batuan, dan sebagian besar batuan terdiri dari setidaknya
beberapa mineral yang berbeda. (Earle, S., 2015) Mineral adalah padatan senyawa kimia
homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara
alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia, tetapi juga struktur mineral.
(Wikipedia Bahasa Indonesia,
Lebih lanjut Hefferan dan O’Brien, (2010) menyebutkan bahwa mineral didefinisikan oleh lima
sifat berikut :

1. Mineral adalah padat, karena semua atom di dalamnya disatukan dalam posisi tetap oleh
kekuatan yang disebut ikatan kimia. sehingga tidak termasuk cairan dan gas.

2. Mineral terjadi secara alami. Definisi ini tidak termasuk padatan sintetis yang dihasilkan
melalui teknologi.

3. Beberapa bahan padat Bumi terbentuk melalui proses anorganik dan organik. Mineral
biasanya terbentuk oleh proses anorganik.

4. Setiap spesies mineral memiliki komposisi kimia tertentu yang dapat diekspresikan dengan
formula kimia.

5. Susunan atom dalam mineral tidak secara acak. Sebaliknya mineral mengkristal dengan pola
geometris sehingga pola yang sama akan diulangi di seluruh mineral.Haldar. S. K., (2014)
menyatakan : Mineral adalah benda yang homogen dengan susunan atom yang teratur dan
struktur atom hasil kristalisasi. Mineral adalah bagian integral dari kerak bumi, dan memiliki
komposisi kimia yang konstan yang dapat diekspresikan dengan rumus kimia. Dalam kondisi
spesifik suhu dan tekanan,mineral memiliki sifat fisik yang stabil.

B. Sifat-Sifat Mineral
FISIK
Mineral memiliki struktur kristal dan komposisi kimia tertentu sehingga mempunyai sifat fisik
dan kimia semua spesimen mineral, terlepas dari kapan atau di mana mereka terbentuk.
Sebagai contoh, dua sampel mineral kuarsa akan sama keras dan sama-sama padat, tetapi akan
pecah dengan cara yang sama. Namun, sifat fisik tiap sampel individu dapat bervariasi dalam
batas-batas tertentu karena adanya substitusi ionik, inklusi elemen asing, atau karena cacatnya
struktur kristal.

Beberapa mineral (tidak semua) , ada yang mempunyai sifat sangat khas artinya tidak semua
mineral memiliki sifat ini, sifat demikian disebut sebagai sifat diagnostik,sangat berguna dalam
mengidentifikasi mineral yang tidak dikenal. Mineral halit,misalnya, memiliki rasa asin, karena
sangat sedikit mineral yang mempunyai sifat asin ini, sehingga rasa asin dianggap sebagai sifat
atau properti diagnostik dari halit.Sifat atau properti lain dari mineral tertentu dapat bervariasi
di antara sample yang berbeda walaupun dari mineral yang sama, sifat atau properti ini disebut
sebagai properti ambigu.

Sifat mineral untuk identifikasi atau mengenal mineral:

a) Bentuk kristal (crystall form)

Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan,
maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas.Tetapi apabila dalam perkembangannya
ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Secara umum bentuk
kristal dibagi menjadi 2,yaitu kristal isometrik dan non isometric.
Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau “oktahedron” dan
mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan
kimiawi yang sama, yaitu keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal
tersebut terjadi karena susunan atom yang berbeda.

b) Berat jenis (specific gravity)

Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsurunsur
pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya.

c) Warna (color)

Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara
mineral yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh warna gelap yang dipunyai mineral,
mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan
banyak mengandung aluminium.

d) Kekerasan (hardness)

Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui kekerasan
mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami
abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Skala kekerasan mineral mulai dari yang
terlunak (skala1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala
Kekerasan Mohs

e) Kilap (luster)

Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral. Kilap
pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu kilap logam dan kilap nonLogam. Kilap non-logam antara
lain : kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera,kelap resin, dan kilap tanah.Galena, pirit dan
magnetit adalah contoh mineral yang sangat baik dengan kilap logam atau metalik, kromit,
magnetit, dan bornit, memiliki kilap submetalik.Kuarsa, kalsit, dan fluorit adalah mineral umum
yang memiliki kilau vitreous atau kilap kaca. Banyak sampel mineral permata, seperti berlian,
zamrud, ruby, dan safir, memiliki kilau adamantin yang membantu memberi mereka daya Tarik
visual. Silky lustre atau kilap sutera adalah karakteristik mineral yang biasanya berserat yang
terdiri dari agregat berserat paralel. Serat paralel memantulkan cahaya dengan cara yang
mengingatkan pada sutra

f) Goresan pada bidang (streak)

Warna mineral dalam bentuk bubuk disebut goresan atau cerat, sering berguna untuk
menentukan identifikasi.Cerat mineral diperoleh dengan menggosokkannya pada pelat gores
(sepotong porselen tanpa glasir) dan mengamati warna yang ditinggalkannya. Warna mineral
dapat bervariasi dari berbagai sampel, tetapi ceratnya biasanya berwarna konsisten. Tidak
semua mineral menghasilkan cerat ketika digosokkan pada pelat goresan. Kuarsa, misalnya,
lebih sulit daripada lempeng goresan porselen, sehingga tidak meninggalkan cerat.

Streak atau cerat juga dapat membantu membedakan antara mineral dengan kilap logam dan
mineral dengan kilap non logam. Mineral logam umumnya memiliki cerat gelap, sedangkan
mineral dengan kilau bukan logam biasanya memiliki cerat berwarna terang.
KIMIAWI
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan
mineral Non-silikat. Beberapa jenis mineral yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-
mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming minerals”, yang
merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi.

a) Mineral Silikat

Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Silikat merupakan
bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan
metamorf. Silikat pembentuk batuan yang umum dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium

1) Mineral ferromagnesium, umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis
yang besar. Mineral tersebut terdiri dari:Olivin.Augit.Hornblende, Biotit
2) Mineral non-ferromagnesium, umumnya mempunyai warna terang atau putih dan berat
jenis yang kecil. Mineral tersebut terdiri dari:Muskovit.FelsparOrthoklas.Kuarsa
b) Mineral oksida.Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan
unsurtertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, krom, mangan, timah dan aluminium.Beberapa mineral oksida yang paling
umum adalah “es”.
c) Mineral Sulfida. Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu
dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.Beberapa dari
mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti
pyrit (FeS3), chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
d) Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan
disebut karbonat,umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO2
dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan
sedimen.
Perlu ditekankan perbedaan antara mineral dan batuan. Mineral adalah zat murni
dengan komposisi dan struktur tertentu, sedangkan batuan biasanya merupakan campuran dari
beberapa mineral yang berbeda, walaupun beberapa jenis batuan ada kalanya hanya terdiri dari
satu jenis mineral saja. Contoh mineral adalah feldspar, kuarsa, mika, halit, kalsit, dan amfibol.
Contoh batuan adalah granit, basal,batu pasir, batu kapur, dan sekis
c. Batuan
1. Batuan Beku (Igneus Rock)
Batuan Beku (Igneous Rock) Batuan beku adalah batuan yang berasal dari pembekuan magma
baik yang membeku di dalam atau di luar permukaan bumi. Sifat dari batuan beku adalah
kristalin, baik dari Kristal itu sendiri maupun dari gelasan yang mengkristal .
Jenis batuan beku berdasarkan genetiknya adalah sebagai berikut :
a) Batuan Beku Intrusi
Batuan beku yang membeku dan membatu di bawah permukaan atau di dalam kerak bumi
dikelilingi oleh batuan asal (Country Rock).Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai
hasilnya, batuan beku ini berbutir kasar. Struktur tubuh intrusi yang khas adalah batolit, stok,
lakolit, sill dan dike. Sedangkan nama batuan yang bertekstur kasar seperti granit, gabbro dan
diorite.
b) Batuan beku ekstrusi
Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma baik di daratan maupun di bawah permukaan
laut yang disebut juga dengan batuan vulkanik.

Deskripsi Batuan Beku


Proses mendeskripsikan batuan baku, terbagi menjadi 2 cara, yaitu Megaskopisn (dengan mata
telanjang) dan Mikroskopis (dengan menggunakan alat mikroskop khusus).
a) Warna, terbagi dua, yaitu:
1) Warna Segar: warna segar adalah warna yang belum terkontaminasi oleh lingkungan
sekitar (warna di bagian dalam batu).
2) Warna Lapuk: warna lapuk adalah warna yang telah terkontaminasi oleh lingkungan
sekitar (warna dibagian luar batu).
b) Komposisi mineral
Dapat ditentukan berdasarkan indeks warnanya dibagi menjadi 2 (dua) mineral mafic
(gelap) dan mineral felsic (terang) dengan klasifikasi: leucocratic rock (kandungan
mineral mafic < 30%); mesocratic rock (kandungan mineral mafic 30%-60%);
Melanocratic rock (kandungan mineral mafic 60%-90%) dan hypermalanic rock
(kandungan mineral mafic >90%).
c) Tekstur (properties of individual grain) Tekstur dibagi lagi menjadi:
1) Granularitas (grain size) Granularitas terbagi tiga, yaitu:
(a) Afanitik (butir sangat halus, tidak bisa diamati mata telanjang)
(b) Porifiritik (butiran kristal tidak seragam)
(c) Feneritik (mineralnya dapat dilihat dengan mata telanjang)
2) Derajat Kristalisasi yang didasarkan pada kecepatan pendinginan.
d) Struktur, terbagi menjadi:
1) Masif (keseluruhan kenampakan batuan terlihat seragam)
2) Vesikuler (terdapat lubang-lubang kecil yang berbentuk bulat atau elips dengan
penyebaran yang tidak merat)
3) Amigdaloidal (struktur vesikuler yang telah terisi oleh mineral)
4) Scorius (struktur vesikuler yang penyebarannya merata dengan lubanglubang yang
saling berhubungan)
5) Lava bantal (Pillow lava) (lava yang memperlihatkan struktur seperti kumpulan
bantal-bantal, hal ini disebabkan karena terbentuk di lingkungan laut)
6) Columnar joint (struktur yang memperlihatkan seperti kumpulan tiang-tiang, hal ini
disebabkan adanya kontraksi pada proses pendinginannya)

2. Batuan Granit
Batuan Granit
a) Granit

Granit adalah batuan dengan mineral penyusunya berbutir kasar yang terdiri dari sekitar
10 - 20 persen kuarsa dan sekitar 50 persen feldspar. Granit termasuk kelompok batuan beku
Felsik (Felsic = feldspar silisic igneous rock), atau batuan beku dengan kandungan mineral felspar
dan silika yang dominan.

Butiran kuarsa tampak agak bulat, seperti kaca, dan berwarna bening sampai kelabu.
Sebaliknya, kristal feldspar umumnya berwarna putih, abu-abu, atau pink salmon, dan
berbentuk kotak atau persegi panjang.

Konstituen minor granit lainnya, sejumlah kecil silikat gelap, khususnya biotit dan
amphibol, dan kadang-kadang muskovit. Meskipun komponen gelap umumnya membentuk
kurang dari 10 persen dari sebagian besar granit,mineral gelap tampaknya lebih menonjol
daripada yang ditunjukkan persentase mereka.

Granit dapat menunjukkan warna kemerahan. Selain itu, beberapa granit memiliki
tekstur porfiritik yang mengandung kristal feldspar memanjang beberapa sentimeter yang
tersebar di antara kristal kuarsa dan amfibol yang lebih kecil. Granit dapat menunjukkan warna
kemerahan. Selain itu, beberapa granit memiliki tekstur porfiritik yang mengandung kristal
feldspar memanjang beberapa sentimeter yang tersebar di antara kristal kuarsa dan amfibol
yang lebih kecil. Di indonesia batuan ini tersingkap luas di daerah Bangka, Belitung, Lampung,
juga di Maluku.

b) Riolit

Riolit adalah padanan granit berbutir halus dan, seperti granit, pada dasarnya tersusun dari
silikat berwarna terang. Rhyolite berbutir halus sering mengandung pecahan kaca dan lubang,
menunjukkan pendinginan cepat di lingkungan permukaan atau di dekat permukaan.
Didistribusi riolit lebih jarang terjadi dan umumnya kurang produktif.

c) Obsidian

Obsidian adalah batuan kaca berwarna gelap yang biasanya terbentuk ketika lava yang sangat
kaya silika mendingin dengan cepat di permukaan bumi. Berbeda dengan susunan teratur
karakteristik ion mineral, susunan ion dalam gelas tidak teratur. Akibatnya, batuan seperti kaca
obsidian tidak tersusun dari mineral dalam arti yang sama seperti kebanyakan batuan lainnya.

Warna obsidian biasanya hitam atau coklat kemerahan, obsidian memiliki komposisi kimia yang
kira-kira setara dengan granit, tidak seperti batuan gelap seperti basal. Warna gelap Obsidian
dihasilkan dari sejumlah kecil ion logam dalam zat kaca yang relatif jernih.

d) Batu apung

Batu apung atau pumice adalah batuan vulkanik atau produk gunungapi dengan tekstur
vesikular yang terbentuk ketika sejumlah besar gas keluar dari lava kaya silika hingga
menghasilkan massa abu-abu berbusa. Dalam beberapa sampel, lubang terlihat cukup jelas,
yang lainnya menyerupai pecahan kaca terjalin yang halus. Karena persentase lubang yang
besar, banyak sampel mengapung ketika ditempatkan di air. Seringkali, terlihat garis aliran
dalam batu apung, menunjukkan bahwa terjadi gerakan sebelum pembekuan selesai. Selain itu,
batu apung dan obsidian sering dapat ditemukan dalam massa batuan yang sama, berselang –
seling bergantian. Penyebaran batuan ini umumnya di daerah gunungapi masa kini maupun
gunungapi purba yang sangat aktif, misalnya di daerah sekitar Bandung, sekitar G. Krakatau, G.
Merapi, G. Kelud dan tempat lainya.

3. Batuan Andesit
Batuan Andesit
a) Andesit
Andesit adalah batuan abu-abu menengah, berbutir halus biasanya berasal dari
gunung berapi. Terdapat kebanyakan pada deretan vulkanik atau gunungapi
pada batas benua yang mengelilingi Samudra Pasifik. Di Indonesia batuan ini
sangat melimpah, terutama pada rangkaian gunungapi Sumatra – Jawa.
Andesit bertekstur porfiritik, fenokris, kristal segi empat dari plagioklas feldspar
atau kristal amfibol hitam memanjang sering kali berwarna terang.
b) Diorit
Diorit adalah padanan andesit tetapi yang intrusif. Batuan ini tersusun dengan
mineral berbutir kasar seperti granit berwarna kelabu. Namun, dapat dibedakan
dari granit karena mengandung sedikit atau tidak ada kristal kuarsa yang terlihat
dan memiliki persentase lebih tinggi dari mineral silikat gelap. Susunan mineral
diorit utamanya adalah plagioklas feldspar dan amphibole. Butiran feldspar
berwarna terang dan kristal amfibol gelap dengan kelimpahan kurang lebih
sama.

4, Batuan Basaltik (Mafik)


a) Basalt
Basalt adalah batuan berwarna hijau tua yang sangat gelap hingga hitam,
tersusun terutama piroksen dan plagioklas felsdpar yang kaya kalsium, dengan
jumlah olivin dan amphibol yang lebih sedikit. Jika bertekstur porfiritik, basal
biasanya mengandung fenokris feldspar kecil berwarna muda atau berwarna
hijau, dan olivin. Basalt adalah batuan beku ekstrusif yang paling umum.
Banyak pulau vulkanik, seperti Kepulauan Hawaii dan Islandia, sebagian besar
terdiri dari basal. Lapisan atas kerak samudera terdiri dari basal.
b) Gabbro
Gabbro adalah padanan intrusi dari basal. Seperti basal, ia cenderung berwarna hijau gelap ke
hitam dan terutama terdiri dari piroksen dan feldspar plagioklas kaya kalsium. Meskipun gabbro
tidak umum di kerak benua, ia membentuk persentase yang signifikan dari kerak samudera.
5. Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik tersusun atas fragmen - fragmen yang dikeluarkan saat letusan gunung
berapi. Salah satu batuan piroklastik yang paling umum, yang disebut tuff, sebagian besar terdiri
dari fragmen kecil berukuran abu yang kemudian tersemen bersama. Bila abu gunungapi tetap
cukup panas atau melebur, kemudian terendapkan menjadi batuan, batuan itu disebut tufa dilas
(welded tuff). Meskipun tuf yang dilas sebagian besar terdiri dari pecahan kaca kecil, tuf ini
mungkin berisi potongan batu apung seukuran kenari dan fragmen batuan lainnya.
Endapan batuan ini, menutupi sebagian besar wilayah yang sebelumnya aktif
secara vulkanis. Batuan piroklastik yang terutama terdiri dari partikel yang lebih besar dari abu
disebut breksi vulkanik. Partikel-partikel dalam breksi vulkanik dapat terdiri dari gumpalan lava
yang membeku di udara, blok yang pecah dari dinding lubang ventilasi gunungapi, abu, dan
pecahan kaca. Tidak seperti kebanyakan nama batuan beku, seperti granit dan basal, istilah tuff
dan breksi vulkanik tidak menyiratkan komposisi mineral. Sebaliknya, mereka sering
diidentifikasi dengan pengubah; misalnya, tuff rhyolite menunjukkan batuan yang terdiri dari
partikel-partikel berukuran abu yang memiliki komposisi felsic.
6. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terjadi karena proses pengendapan materi hasil erosi
atau pelarutan. Dengan kata lain, batuan sedimen merupakan batuan yang berasal dari batuan
yang sudah pernah ada sebelumnya. Batuan sedimen hanya menyusun sekitar 5% dari total
volume kerak bumi dan menutupi sekitar 75% dari permukaan bumi.
Pada umumnya, batuan sedimen memiliki warna yang terang atau cerah, putih,kuning
maupun abu-abu terang hal ini sangat tergantung dari komposisi bahan yang membentuknya.
Selain itu, sekitar 80% permukaan benua memang tertutup oleh batuan sedimen. Proses
terbentuknya batuan sedimen melibatkan 3 proses pengerasan atau pembatuan, antara lain
(Dunn et al, 1987):
a) Pemampatan (Compaction).
b) Penyemenan (Cementation) yaitu proses di mana mineral baru yang berasal dari
cairan dalam rongga atau pori antar butir batuan akan terbentuk atau terendap di
permukaan butirannya).
c) Penghabluran (Recrystallization).yaitu proses perubahan ukuran atau bentuk dari
batuan sedimen tanpa disertai dengan perubahan kimia atau mineralnya.
Namun pada umumnya batuan sedimen terbentuk melalui dua cara, antara lain:
a) Batuan sedimen terbentuk dalam lembangan (tadahan air) pengendapan. Contohnya
evaporit, batu kapur, dan laterit.
b) Batuan sedimen terbentuk tidak dalam lembangan pengendapan, melainkan di luar
lembangan pengendapan. Contohnya konglomerat dan volkaniklastik.
4.5.1 Klasifikasi Batuan Sedimen
Pengelompokan jenis jenis batuan sedimen berdasarkan proses pembentukannya tersebut,
antara lain:
a) Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang bahannya berasal dari
pecahan-pecahan batuan yang pernah ada sebelumnya. Cara terbentuknya pun dapat
berdasarkan proses pengendapan yang terbentuk di lingkungan darat dan air.
b) Batuan sedimen kimiawi
Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang bahannya terbentuk dari
proses kimia. Proses pembentukan batuan sedimen pada kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi (organik) maupun kombinasi diantara keduanya (biokimia).
c) Batuan sedimen organik
Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan
sisa-sisa bagian tubuh m ahluk hidup serta mineral-mineral yang dihasilkannya.
Organisme-organisme tadi menghasilkan mineral dominan yang menjadi ciri khas
batuan sedimen organik. Yaitu silika dan karbonat. Batuan sedimen organik ditandai
dengan warnanya yang gelap sampai ke hitam.
d) Batuan sedimen volkanik
Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari hasil letusan
gunungapi. Contoh batunya ialah breksi dan aglomerat (dampak letusan gunung berapi).

Selain klasifikasi berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen juga dapat


diklasifikasikan berdasarkan tempat pengendapannya, yaitu:
a) Batuan sedimen Terestrial, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses
pengendapannya berlangsung di darat. Contohnya ialah batu pasir dan breksi.
b) Batuan Sedimen Marine, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses
pengendapannya berlangsung di laut. Contohnya ialah batu gamping dan batu garam.
c) Batuan Sedimen Fluvial, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses
pengendapannya berlangsung di sungai. Contohnya ialah batu pasir dan batu lempung.
d) Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang
proses pengendapannya berlangsung di daerah es atau salju. Contohnya ialah batu
morena.
4.5.2 Karakteristik Batuan Sedimen
a) Warna Batuan Sedimen
Kebanyakan batuan sedimen yang dijumpai berwarna terang, seperti putih, kuning, atau abu-
abu terang. Tetapi ada juga yang dijumpai berwarna gelap seperti hitam, merah dan coklat.
Warna dari batuan sedimen sangat bervariasi tergantung kepada komposisi mineral
penyusunnya.
b) Kekompakan Batuan Sedimen
Proses pemadatan atau pengompakan dari batuan sedimen disebut diagenesa. Proses ini dapat
terjadi pada suhu dan tekanan normal hingga suhu 300 derajat celcius dan tekanan 2 kilobar.
Proses tersebut berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan hingga terangkat kembali
ke permukaan. Berdasarkan prosesnya terdapat 3 jenis diagenesa, yaitu:
1) Diagenesa Eogenik, diagenesa awal pada sedimen di bawah permukaan air.
2) Diagenesa Mesogenik, diagenesi pada waktu sedimen mengalami penguburan yang
lebih dalam.
3) Diagenesa Teogenik, yaitu diagenesa yang terjadi ketika batuan sedimen tersingkap
kembali ke permukaan.
c) Bentuk Butir Penyusun Batuan Sedimen
Berdasarkan perbandingan dimensi Tinggi, Panjang dan Lebarnya, terdapat 4 jenis bentuk
batuan sedimen, yaitu:
1) Oblate, bila ukuran tinggi sama dengan panjangnya tetapi tidak sama dengan
lebarnya.
2) Equant, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya hampir sama.
3) Bladed, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya berbeda-beda.
4) Prolate, bila ukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya berbeda.
d) Kebundaran Penyusun Batuan Sedimen
Berdasarkan kebundaran material penyusun batuan, atau keruncingannya, komponen batuan
sedimen dapat dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:
1) Sangat meruncing (Very angular)
2) Meruncing (Angular)
3) Meruncing tanggung (Subangular)
4) Membundar Tanggung (Subrounded)
5) Membundar (Rouded)
6) Sangat Membundar (Well Rounded)
e) Ukuran Butir Penyusun Batuan Sedimen
Ukuran butir penyusun batuan sedimen biasanya tidak dapat diamati oleh mata telanjang.
Meskipun demikian, mungkin masih bisa diketahui melalui perabaan yang seksama. Umumnya
penilaian ukuran butir batuan sedimen mengikuti Skala Wentworth. Ukuran butir sedimen
diukur berdasarkan 2 skala logaritma,yang dikenal dengan skala “Phi”, dimana ukuran partikel
dibagi mulai dari koloid (colloid) sampai dengan bolder (boulder). Skala ini dipakai di Amerika
Serikat dimana satuan yang digunakan untuk butiran adalah inci. Modifikasi skala ini dibuat oleh
W.C Krumbein, dengan nama skala Phi, yaitu skala yang didasarkan pada rumus
f) Permukaan Batuan Sedimen
Permukaan sedimen beragam, secara garis besar terbagi 3, yaitu:
1) Kasar, permukaan terlihat meruncing (terasa tacam), dengan permukaan yang
dipenuhi butir-butir tidak halus.
2) Sedang, permukaan butirnya tidak terlalu meruncing, tetapi juga tidak terlalu halus.
Biasanya memiliki kebundaran yang tanggung (subrounded) atau keruncingan tanggung
(subangular).
3) Halus, permukaan sudah halus dan rata. Terbentuk dari proses abrasi permukaan
butir yang sudah lanjut ketika mengalami transportasi

7. Batuan Metamorf (Metamorphics Rocks)


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang
telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku,
sedimen maupun metamorf. Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan
perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan
tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Batuan metamorf atau batuan malihan ini merupakan
sekelompok batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan
yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang disebut dengan metamorphosis
atau mengalami perubahan bentuk (Fry, 1985). Kegunaan batuan metamorf ini adalah dapat
mengetahui suhu dan juga tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.

4.6.1 Proses Terjadinya Batuan Metamorf

Batuan metamorf ini bukanlah merupakan jenis batuan yang langsung ada di dunia ini. Untuk
berubah menjadi batuan metamorf, diperlukan beberapa proses. Proses terjadinya batuan
metamor ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya, yakni protolith. Protolith atau
batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius dan juga tekanan yang ekstrem
akan mengalami perubahan fisika atau perubahan kimia yang besar. Batuan protolith ini banyak
sekali jenisnya. Yang termasuk ke dalam batuan protolith ini adalah batuan beku, batuan
sedimen, atau bisa juga batuan metamorf lainnya yang usianya lebih tua seperti batu Gneis,
batu sabak, batu marmer, dan juga batu skist.
4.6.2 Jenis – Jenis Batuan Metamorf

Batuan Metamorf jenisnya ada bermacam - macam dan tidak hanya satu saja. Batuan metamorf
ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni batuan metamorf kontak, batuan metamorf
dinamo, dan batuan metamorf kontak pneumatolistis.

a) Batuan metamorf kontak.

Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf yang mengalami metamorfose
sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau sebagai akibat dari adanya aktivitas
magma. Contoh dari batuan metamorf kontak ini adalah marmer. Marmer termasuk batuan
malihan dari batu gamping.

b) Batuan metamorf dinamo (sintektonik)

Batuan metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat
adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu yang lama, serta
dihasilkan dalam proses pembentukan kulit bumi karena adanya tenaga endogen. Beberapa
jenis batuan metamorf ini berubah menjadi batuan hablur. Contoh dari batuan metamorf
dinamo ialah batu lumpur atau mud stone menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini banyak
dijumpai di daerah- daerah patahan ataupun lipatan.

c) Batuan metamorf kontak pneumatolistis

Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses metamorphose sebagai akibat dari
adanya pengaruh dari gas-gas yang ada pada magma. Pengaruh dari gas yang panas ini
menyebabkan perubahan komposisi kimiawi mineral dari batuan ini. Contoh dari batuan
metamorf kontak pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi
turmalin atau sejenis batu permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu batu kuarsa dengan gas
florium dan berumah menjadi topas.

4.6.3 Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf.

a) Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa, tekstur batuan metamorf dapat


dibedakan menjadi:

1) Tekstur Sisa (Relic)


Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan asalnya.
Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama
tekstur sisa), misalnya: tekstur Blastoporfiritik. Penamaan lainnya dengan memberi
awalan ”meta”, misalnya Metasedimen,Metagraywacke, Metavulkanik, dsb.
2) Tekstur Kristaloblastik
Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik. Penamaan ini dipakai untuk
memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorphosis.
Misalnya, tekstur porfiroblastik, yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur
mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi
metamorfosis.

b) Berdasarkan ukuran butir komponen penyusun batuan

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:

1) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.

2) Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

c) Berdasarkan bentuk individu kristal komponen penyusun batuan

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.

2) Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.

3) Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.

Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat

dibedakan menjadi:

 Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.

 Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk


anhedral.

d) Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1) Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular.

2) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.

3) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,


batas mineralnya bersifat tidak teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

4) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,


batas mineralnya bersifat lebih teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

4. GEOMORFOLOGI
1. Proses pembentukan bumi oleh tenaga endogen dan tenaga eksogen

Permukaan bumi memiliki dua tenaga utama yang menjadi penggerak dan penyebab
perubahan pada muka bumi. Proses pembentukan oleh kedua tenaga ini dapat terjadi secara
cepat, atau terjadi dengan proses yang lama dan panjang. Kedua tenaga pembentuk muka bumi
ini adalah tenaga eksogen dan tenaga endogen. Di setiap proses pembentukan permukaan
bumi, tenaga endogen adalah pembentuk muka bumi yang paling awal. Selanjutnya
pembentukan bumi dengan tenaga eksogen mengubah bentuk bumi yang telah di buat oleh
tenaga endogen. Proses pembentukan muka bumi oleh tenaga endogen berbeda dengan tenaga
eksogen.

Oleh Tenaga Endogen


Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi (baca: Macam-macam
Tenaga Endogen dan Penjelasannya). Tenaga ini tercipta akibat adanya tenaga di dalam bumi.
Dalam proses pembentukan muka bumi, tenaga endogen dibagi menjadi tiga jenis. Yaitu
tektonisme, vulkanisme, dan seisme

1. Tektonisme

Tenaga tektonisme adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi (baca: Pengertian Tektonisme
dan Jenisnya). Tektonisme adalah gerakan yang berupa gerakan mendorong dan menarik secara
vertikal maupun horizontal. Tektonisme terjadi akibat adanya tekanan dari panas yang ada di
dalam inti bumi. Inti bumi adalah bagain terdalam dari bumi. Suhu panas yang ada di dalam inti
bumi, menciptakan tenaga yang mendorong atau menarik lapisan batuan yang ada di dalam
bumi.

Lapisan bumi yangg tertarik dan terdorong, akan kebali menarik atau mendorong bagian lapisan
di atasnya, hingga menyebabkan perubahan pada bentuk permukaan bumi. akibat dari
tektonisme, bumi mengalami lipatan atau patahan. Lipatan adalah bentuk muka yang terjadi
pada daerah yang lunak. Proses terjadinya lipaan pada permukaan bumi berjalan lambat dan
menyebabkan bumi menjadi berkerut. Sedangkan patahan adalah proses perubahan muka bumi
yang terjadi pada daerah yang keras dan cepat. Pada proses ini, kulit bumi tidak sempat
menyeimbangkan kekuatan yang keluar dari bumi, sehingga permukaaan bumi menjadi patah.
Tektonisme adalah salah satu penyebab terbentuknya gunung dan lembah.

2. Vulkanisme
Vulkanisme adalah gerakan magma yang ada di dalam bumi (baca: Pengertian Vulkanisme dan
Contohnya). magma adalah cairan panas yang berasal dari inti bumi (Baca: Proses Terjadinya
Magma – Suhu dan Kandungannya). Magma yang panas, mendapatkan tekanan. Magma yang
ditekan ini, akan keluar mencari tempat dengan tekanan yang lebih rendah. Magma biasanya
keluar melalui pipa alami yang ada di dalam bumi. pipa tersebut bernama terusan kepunden.
Magma yang keluar dari dalam perut bumi akan meletus dan menjadi lava. Kedalaman dari
kantong magma yang menyimpan magma mempengaruhi kekuatan letusan dari gunung api.

Semakin dalam kantong magma, akan semakin besar letusan yang dihasilkan. Dalam proses
pembentukan muka bumi, lava yang membeku adalah kunci pembentukannya. Lava yang keluar
dengan letusan yang kecil dan cair, akan membentuk dataran tinggi yang luas disebut plato.
Selain itu, magma yang encer juga dapat menyebabkan bentuk gunung api menjadi semakin
landai. Selain mengubah bentuk gunung api menjadi landai, magma yang keluar dengan
kekuatan yang besar lalu kecil, lalu kembali menjadi besar, menyebabkan gunung menjadi
semakin runcing pada puncaknya. Vulkanisme juga sebagai penyebab terbentuknya danau atau
kaldera serta dataran tinggi atau plato.

3. Seisme
Seisme adalag gempa bumi. gempa bumi adalah getaran yang terjadi akibat dari proses patahan
dan lipatan (baca: Macam-macam Gempa Bumi dan Akibatnya). Pada gerakan ini, menyebabkan
timbulnya gelombang yang menyebabkan bumi bergetar. Selain akibat dari patahan dan lipatan,
seisme juga dapat terjadi akibat pergerakan lempangan yang ada di bumi. seisme adalah salah
satu pembentukan muka bumi.

Dimana dalam prosesnya, seisme dapat menyebabkan munculnya cekungan atau retakan pada
permukaan bumi. Selain itu, gempa bumi besar yang terjadi di dalam laut, berpotensi dalam
menciptakan tsunami. Gempa bumi tidak hanya terjadi akibat proses lipatan, patahan, atau
gerakan lempeng bumi. gempa bumi juga terjadi akibat adanya aktivitas vulkani. Sebelum
meletus, gunung api akan menghasilkan gempa bumi yang kecil namun sering. Dan saat
meletus, gempa yang dihasilkan bisa sangat besar.

Oleh Tenaga Eksogen

Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga eksogen adalah tenaga yang
mengubah bentuk bumi yang telah di buat oleh tenaga endogen. Tenaga eksogen memakai
bantuan angin, air, maupun gletser dalam proses pembentukannya. Tenaga eksogen yaitu air,
angin, ataupun gletser akan mengikis permukaan bumi serta membawa materi yang lapuk, lalu
menumpknya, sehingga membentuk permukaan yang baru. Pada proses pembenukan muka
bumi melalui tenaga eksogen, dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:

1. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pembentukan muka bumi memalui pengendapan materi- materi
sedimen (baca: Proses Sedimentasi – Jenis, Penyebab, dan Dampaknya). Materi sedimen berasal
dari pelapukan batuan, pelapukan sisa- sisa mahkluk hidup, maupun pasir. Tenaga yang
membawa materi sedimen ini adalah air, angin, maupun gletser. Sedimentasi oleh tenaga air,
terjadi di sungai dan laut.

Dalam prosesnya, air membawa materi sedimen lalu mengendapkannya. Dalam proses
pengendapan ini lah tercipta daerah baru. Seperti pembentukan danau tapal kuda.
Terbentuknya danau ini akibat pengendapan materi yang terjadi di satu sisi sungai, yang
menyebabkan sungai menjadi terputus dan membentuk danau tapal kuda. Selain itu, materi
sedimen yang terbawa oleh angin, dan terendap, akan menjadi bukit pasir. Bukit pasir banyak
ditemukan di sekitar pantai maupun gurun.

2. Erosi

Erosi adalah proses pengikisan yang terjadi di permukaan bumi (baca: Macam- macam Erosi
Berdasarkan Penyebabnya). Air, angin, maupun gletser memiliki kekuatan untuk mengikis
permukaan bumi. Hasil pengikisan itulah yang menjadi materi sedimen. Erosi sendiri terbagi
menjadi 4 yaitu ablasi, abrasi, eksarasi, dan deflasi.
Ablasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh air. Air yang mengalir menyebabkan timbulnya
gesekan pada tanah maupun batuan. Akibatnya tercipta jurang atau air terjun. Pada proses ini,
semakin kuat aliran airnya, maka proses pengkisan semakin cepat terjadi. Materi yang terkikis,
kemudian akan terbawa oleh air menuju tempat pengendapan materi sedimen

Abrasi adalah proses pengikisan oleh air laut. Proses pengikisan ini bergantung pada kuat
lemahnya gelombang. Semakin kuat gelombangnya, maka semakin besar pengikisan yang
terjadi. Abrasi sering menyababkan pengikisan pada pantai. Akibat dari abrasi terbentuklah
tanjung atau teluk.

Eksarasi adalah proses pengikisan oleh gletser. Proses ini terjadi akibat salju yang menumpuk
oada lembah. Akibat salju yang menumpuk pada lembah membeku, menyebabkan lembah tidak
kuat menahan beban. Akibatnya terjadi longsor es yang menyebabkan lembah tersebut menjadi
terkikis

Deflasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh angin. Batuan yang besar akan terus menerus
diterjang oleh angin yang membawa materi berupa pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil yang
menghantam batuan besar, akan mengikis batuan tersebut, sehingga batuan tersebut akan lebih
tipis.

Anda mungkin juga menyukai