Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anisa Pratiwi

NIM : 190422627755
Offering :G

ETIKA PROFESI

Perilaku etis dan tidak etis

Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Perilaku
etis sangat diperlukan masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur, atau etika dapat disebut
juga sebagai perekat yang dapat mengikat anggota masyarakat. Kebutuhan akan etika sangat
penting sehingga banyak nilai etika umum dimasukkan dalam undang-undang.

Perilaku tidak etis didefinisikan sebagian besar orang sebagai tindakan yang berbeda dengan apa
yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu.

Enam nilai inti perilaku etis menurut josephson institute:


1. Dapat dipercaya
2. Penghargaan
3. Pertangungjawaban
4. Kelayakan
5. Perhatian
6. kewarganegaraan.

Dua alasan utama orang bertindak tidak etis:


1. standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum
2. orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri

Dilema etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil keputusan
tentang perilaku yang tepat.

Cara-cara alternatif untuk menyelesaian dilema etika:


1. Merasionalkan perilaku tidak etis, contohnya dengan argumen seperti berikut:
- “Setiap oang melakukannya”
- “Jika sah menurut hukum, hal tersebut etis”
- Kemungkinan penemuan dan konsekuensi
2. Menyelesaiakn dilema etika dengan menggunakan pendekatan enam-langkah:
- Memperoleh fakta yang relevan
- Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut
- Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut dan
bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruh
- Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus
menyelesaikan dilema tersebut
- Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
- Memutuskan tindakan yang tepat.

Perilaku etis dalam profesi


Profesional adalah tanggung jawab unutk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung
jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat agar terciptanya
kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan.

Cara-cara profesi dan masyarakat mendorong akuntan publik berperilaku pada tingkat yang
tinggi:
1. Kode perilaku profesional
2. Stadar etika dan independensi
3. Ujian CPA
4. PABU dan interpretasi
5. Pendidikan yang berkelanjutan
6. Kewajiban hukum
7. Seleksi praktik CPA
8. Pengendalian mutu
9. Peer review

Prinsip-prinsip etis bagi profesi:


1. Tanggung jawab
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Objektivitas dan independensi
5. Keseksamaan
6. Ruang lingkup dan sifat jasa

Independensi
Independensi adalah peraturan perilaku pertama, dalam audit independensi dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu:
1. Independensi dalam fakta / independence in fact yaitu apabila auditor dapat
mempertahankan sikap tidak bias sepanjang proses audit.
2. Independensi dalam penampilan / independence in appearance adalah hasil dari
intepretasi lain atas independensi ini.

Peraturan perilaku dan interpretasi independensi


Interpretasi penting yang melibatkan independensi yang dilarang dalam “peraturan 101” adalah:
1. Kepentingan keuangan. Interpretasi peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk
memiliki saham atau investasi langsung dalam klien yang diaudit.
2. Masalah kepentingan keuangan yang berkaitan. Berkaitan dengan aspek-aspek khusus
dari hubungan keuangan antara karyawan kantor akuntan publik dengan kliennya.
3. Perkara hukum antara KAP dengan klien. Apabila terdapat tuntutan hukum dari klien
kepada KAP yang sedang mengaudit hal tersebut akan membuat objektivitas KAP
dipertanyakan.
4. Jasa pembukuan dan jasa lainnya. Jika KAP membantu klien untuk membuat laporan
keuangannya maka KAP tidak diperbolehkan untuk mengaudit klien tersebut.
5. Fee yang belum dibayar. Apabila terdapat fee yang belum terbayar lebih dari 1 tahun
sebelum tanggal laporan, fee tersebut dianggap sebagai pinjaman auditor kepada klien
jadi independensi auditor dapat diragukan kecuali fee yang belum terbayar karena klien
mengalami kebangkrutan.

Peraturan perilaku lainnya


Peraturan perilaku lainnya adalah:
1. Integritas dan objektivitas. Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang anggota
harus dapat mempertahankan objektivitas dan integritas, harus bebas dari konflik
kepentingan dan tidak boleh dengan sengaja membuat kesalahan penyajian atas fakta atau
menyerahkan penilainnya kepada orang lain.
2. Standar teknis. Standar yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:
- Kompetensi profesional
- Keseksamaan profesional
- Perncanaan dan supervisi
- Data relevan dan mencukupi
3. Kerahasiaan. Seorang akuntan tidak boleh mengungkapkan setiap rahasia klien tanpa
persetujuan kliennya. Kecuali:
- Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
- Panggilan pengadilan dan ketaatan kepada hukum serta peraturan
- Peer review
- Respon terhadap divisi etika
4. Fee kontinjen. KAP dilarang mendasarkan fee kepada hasil penugasan. Anggota akuntan
publik tidak boleh melaksanakan jasa profesioanal apapun dengan fee kontinjen.
5. Tindakan yang dapat didiskreditkan. KAP tidak boleh melakukan tindakan antara lain:
- Penahanan catatan klien
- Diskriminasi dan gangguan dalam praktik karyawan
- Standar tentang audit pemerintah dan persyaratan badan serta agen pemerintah
- Kelalaian dalam penyiapan laporan keuangan atau CALK
- Kelalaian mengikuti perstaratan dari badan pemerintah, komisi, atau lembaga
pengatur lainnya
- Permohonan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan publik
- Kelalaian mengisi SPT pajak atau membayar kewajiban pajak
6. Iklan dan permohonan. KAP tidak boleh berusaha memperoleh klien dari iklan atau
permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatkan atau menipu.
7. Komisi fee dan referal. KAP tidak boleh menerima komisi untuk merekomendasikan atau
mereferensi produk atau jasa kepada klien maupun yang dipasok oleh kliennya.
8. Bentuk dan nama organisasi. KAP dapat berpraktik hanya dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh hukum atau peraturan negara dimana KAP itu berada.

Anda mungkin juga menyukai