Tinjauan Sistematis
Penyakit yang diinduksi oleh obat-obatan pada pasien anak-anak.
Tujuan : Untuk meninjau literature tentang penyakit-penyakit yang dapat diinduksi oleh
obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh pasien anak-anak atau pediatric yang terkadang
tidak terdeteksi oleh para tenaga medis seperti dokter perawat dan apoteker. Dan mungkin
dapat menjadi acuan dalam pemilihan obat pada pasien pediatrik.
Metode : Pencarian sistematis dilakukan untuk mengidentifikasi artikel yang relevan dalam
basis data PubMed. Studi evaluasi tentang penyakit yang diinduksi oleh obat secara lengkap.
Tinjauan sistematis, teks non-teks, dan studi non-Inggris secara khusus dikeluarkan.
Hasil : Empat studi dipilih menyoroti penyakit yang dinduksi oleh obat dengan
mempertimbangkan banyak parameter (misalnya, kolaborasi multi disiplin ilmu,
penyeleksian resep,mengecek hasil lab pasien). Semua penelitian mengkonfirmasi bahwa
adanya pemahaman pada efek obat yang merugikan bagi pasien anak-anak dapat digunakan
sebagai acuan oleh para tenaga medis dalam pemilihan obat yang rasional agar tidak ada lagi
efek obat yang sangat merugikan bagi anak-anak.
Kesimpulan : efek samping obat dapat dihindari dengan tepatnya tenaga kesehatan dalam
memberikan obat yang rasional. Sehingga memunculkan keamanan pasien dan kepuasan
pasien.
Pendahuluan
Dalam pengobatan, pemberian obat merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk
memperoleh hasil pengobatan yang optimal. Banyaknya obat dengan indikasi yang sama
tetapi berbeda efek samping pada setiap pasien anak-anak membuat pemilihan obat yang
rasional sangat diperlukan.
Peran yang sangat penting terdapat pada para tenaga kesehatan seperti dokter,
apoteker, dan perawat agar penentuan obat secara rasional dan pemberian obat terhadap
pasien juga tepat agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pemberian obat, serta
penyampaian efek samping obat tersebut terhadap pasien.
Pasien pediatrik dibagi berdasarkan perubahan biologis menurut British Pediatric
Association, yaitu neonalus (0-1 bulan), bayi (1-24 bulan), anak (2-12 tahun), dan remaja
(12-18 tahun). Pemberian obat pada pasien pediatrik harus sangat diperhatikan, karena jika
ditinjau dari segi sisi absorpsi, pada bayi dan anak sekresi asam lambung belum sebanyak
pada dewasa, sehingga pH lambung menjadi lebih alkalis. Hal tersebut akan menurunkan
absorbsi obat – obat yang bersifat asam lemah seperti fenobarbital dan fenitoin, sebaliknya
akan meningkatkan absorbsi obat – obat yang bersifat basa lemah seperti penisilin dan
eritromisin. Waktu pengosongan dan pH lambung akan mencapai tahap normal pada usia
sekitar tiga tahun. Waktu pengosongan lambung pada bayi baru lahir yaitu 6-8 jam sedangkan
dewasa 3-4 jam. Peristaltik pada neonatus tidak beraturan dan mungkin lebih lambat karena
itu absorbsi obat di usus halus sulit di prediksi. Absorpsi perkutan meningkat pada bayi dan
anak-anak terutama pada bayi prematur karena kulitnya lebih tipis, lebih lembab, dan lebih
besar dalam ratio luas permukaan tubuh per kilogram berat badan.
Sedangkan jika secara distribusi, total body water pada pasien pediatric lebih banyak
dibanding yang dimiliki pasien dewasa. Pada sistem metabolisme, Rendahnya metabolisme
obat di hati pada neonatus disebabkan oleh rendahnya aliran darah ke hati, asupan obat oleh
sel hati, kapasitas enzim hati dan ekskresi empedu. Sistem enzim di hati pada neonatus dan
bayi belum sempurna, terutama pada proses oksidasi dan glukoronidase, sebaliknya pada
jalur konjugasi dengan asam sulfat berlangsung sempurna. Hepar merupakan organ
terpenting untuk metabolisme obat. Perbandingan relatif volume hepar terhadap berat badan
menurun dengan bertambahnya umur. Dengan perbandingan relatif ini, volume hepar pada
bayi baru lahir + 2 kali dibandingkan anak usia 10 tahun menjelaskan, mengapa kecepatan
metabolisme obat paling besar pada masa bayi hingga awal masa kanak-kanak, dan
kemudian menurun mulai anak sampai dewasa.
Dan pada fase eksresi, fungsi ginjal saat lahir dan perkembangannnya berhubungan
dengan kematangan nefron. GFR pada neonatus dan bayi umumnya lebih rendah
dibandingkan dewasa (30-40%) ginjal belum berkembang dengan baik. Pada neonatus GFR
akan meningkat dengan cepat dalam 2 minggu. Fungsi tubulus renal dan glomelural
medekati dewasa pada usia 8-12 bulan.
Terdapat obat yang tidak diperbolehkan diberikan kepada pasien pediatric,
diantaranya obat aspirin karena dapat menimbulkan reye sindrome, lalu obat chloramphenicol
karena dapat menyebabkan gray baby sindrome, kortikosteroid dapat menghambat
pertumbuhan, tetrasiklin mempengaruhi warna gigi pasien, dan obat aminoglikosida dapat
menyebabkan gangguan pendengaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sistematis meninjau semua studi yang
diterbitkan tentang evaluasi penyakit yang diinduksi oleh obat-obatan pada pasien pediatrik
dan sebagai acuan pemberian obat oleh tenaga kesehatan.
Metode
Strategi penelusuran
Studi tentang penyakit-penyakit yang diinduksi obat dicari di pubMed/MEDLINE
menggunkan kata kunci “drug induced, drug adeverce reactions,drug toxicity,pediatric
patients”. Sumber data diperoleh secara online lalu dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi adalah semua sumber yang diterbitkan pada 5 tahun terakhir, teks
lengkap, artikel utama dalam bahasa inggris dan dengan subjec manusia. Pencarian sistematis
artikel yang diterbitkan antara tahun 2015-2020 dilakukan menggunakan PubMed /
MMEDLINE. Istilah yang digunakan untuk pencarian tinjauan ini adalah kombinasi dari
“drug induced” OR “Adeverse drug reactions” OR “Drug toxicity” AND “Pediatric patients”.
Kriteria Inklusi
Artikel dalam bahasa inggris, tentang penyakit-penyakit yang diinduksi oleh obat. Proses
pemilihannya atau skrining artikel dalam menyimpulkan dibutuhkan artikel yang lengkap
(free full text), pada manusia, dan diterbitkan 5 tahun terakhir.
Informasi yang diperlukan untuk menganalisis artikel menggunakan prisma cheklist. Kriteria
yang dibutuhkan dari setiap partikel meliputi tabel 1.
Hasil
Metode :
Objective :
Hasil :
Tabel 3.