Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN(PKL)

DISUSUN OLEH:

NAMA : KURNIA KHALID SIREGAR

NISN :

NAMA PERUSAHAAN : SULTHAL HOTEL

PROGRAM KEAHLIAN : ELEKTRONIKA

PAKET KEAHLIAN : AUDIO VIDIO

SMK NEGERI 2 BANDA ACEH


TAHUN AJARAN 2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) Yang Disusun Oleh :

Nama : KURNIA KHALID SIREGAR

Nisn :

Program Studi Keahlian : Teknik elektronika

Kompetensi Keahlian : Teknik audio vidio

Dengan Judul :

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI


BELAJAR MEMPERBAIKI ALAT ALAT ELEKTRONIKA

Telah disahkan pada :

Hari : .........................

Tanggal : .........................

Mengetahui
Pembimbing Perusahaan/Instansi

AGUS

(.....................................................
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH

Laporan Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) Yang Disusun Oleh :

Nama : KURNIA KHALID SIREGAR

Nisn :

Program Studi Keahlian : Teknik elektronika

Kompetensi Keahlian : Teknik audio vidio

Dengan Judul :

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI


BELAJAR SERVICE ALAT-ALAT ELEKTRONIKA

Telah disahkan pada :

Hari : .........................

Tanggal : .........................

Ka. Paket Keahlian Pembimbing Sekolah

Syahrun S.Pd Syahril S.Pd

(.....................................................) (.....................................................)

NIP. NIP.

Mengetahui

Kepala Sekolah Ka. Program Keahlian Elektronika


SMKN 2 Banda Aceh Komp. Keahlian Teknik Audio video

Mahyuddin S.Pd Syahrun S.Pd

(.....................................................) (.....................................................)
NIP.19600307 198103 1 003 NIP.
KATA PENGHANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat
di atas muka bumi ini sehingga dengan kehendaknyalah saya bisa menyelesaikan
buku laporan pkl. hasil pkl saya yang di laksanakan di CABANG MEGAH
ELEKTRONIK

Saya berterima kasihdengan sebesar- besarnya kepada beberapa pihak yang


telah membantu saya dalam menjalankan PKL kepada pihak

1. Kepada kedua orang tua saya yang tercinta yang selalu mendukung saya
dan semangat dan motivasi.
2. Bapak drs mahyuddin S.Pd selaku kepala sekolah SMK negeri 2 banda
aceh
3. Bapak ibu guru SMK negeri 2 banda aceh
4. Bapak syahrun,SPd selaku kepala jurusan
5. Bapak syahril,SPd selaku coordinator PKL
6. Bapak agus selaku manager SULTHAN HOTEL INTERNATIONAL
7. Bapak agus selaku pembimbing instasi/perusahaan
8. Kepada seluruh karyawan- karyawan SULTHAN HOTEL

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari ketidak sempurnaan,oleh


karena itu penulis mengharapakn kritik dan saran yang sifatnya
membangun bagi pembaca

Banda Aceh 20 oktober2019

KURNIA KHALID SIREGAR

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
C. Manfaat ..................................................................................................

BAB II PELAKSANAA KEGIATAN ............................................................

A. Gambar Umun Perusahaan ...................................................................


1. Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................
2. Visi Misi Perusahan .........................................................................
3. Struktur Organisasi Perubahaan ......................................................
B. Uraian Kerja ..........................................................................................
C. Jadwal Kegiatan ....................................................................................

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

A. Kajian Teori ..........................................................................................


B. Temuan studi .........................................................................................

BAB IV PENUTUP .........................................................................................

A. KESIMPULAN .....................................................................................
B. SARAN .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

2
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Kegiatan praktek kerja merupakan kurikulum pendidikan Sekolah Menengah


Kejuruan yang mendukung kegiatan belajar mengajar siswa melalui kegiatan
praktek kerja secara langsung di dunia kerja sesuai dengan program studi tertentu
untuk mencapai keahlian kerja sebagai bekal untuk bekerja secara profesional.

    Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka diterapakan suatu sistem pendidikan
yang dikenal dengan istilah “Praktek Kerja Instansi (PRAKERIN)”.Atau disebut
juga dengan “Pendidikan Sistem Ganda (PSG)”.

    Sistem ini merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian


profesional  yang memadukan secara sistematis program pendidikan di sekolah
dengan program penguasaan keahlian melalui kegiatan bekerja secara langsung
dan terarah untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu.

    Keahlian profesional hanya dapat dikuasai melalui cara mengerjakan langsung
pekerjaan pada bidang profesi yang ada dalam dunia kerja.Sehubungan dengan
itu, maka siswa SMK pada jenjang tertentu diwajibkan mengikuti kegiatan
praktek kerja secara langsung.

Untuk dapat berkiprah dalam peraturan persaingan global, Indonesia memerlukan


keunggulan. Faktor utama yang menentukan keunggulan adalah tenaga kerja yang
memiliki keterampilan dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
agar dapat menghasilkan produk maupun jasa yang layak untuk diunggulkan pada
persaingan global, baik masa kini maupun masa yang akan datang.

3
    Artinya, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian
profesional. Tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi akan menentukan
mutu, biaya produksi, efisiensi waktu dan penampilan akhir produk industri
barang maupun jasa yang menjadi faktor penentu kemampuan bersaing.

    Sejalan dengan kondisi tersebut, GBHN 1993 telah memberikan arah yang jelas
tentang misi pembangunan Indonesia dalam menghadapi perkembangan masa
mendatang, yakni menitikberatkan pembangunan jangkapanjang II dan pelita IV
pada pembangunan ekonomi seiring dengan perkembangan sumber daya manusia
(SDM)

B.Tujuan prakerin

Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) diselenggarakan Sekolah Menengah


Kejuruan dengan tujuan :

1. Meningkatkan mutu dan melevansi pendidikan kejuruan melalui peran


dunia industri/ usaha
2. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan etos
kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
3. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, ketermapilan dan
sikap yang menjadi bakat dasar pengembangan dirinya secara
berkelanjutan.
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.

4
5. Meningkatkan efesiensi penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan
melalui pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di dunia kerja.

C. Manfaat Bagi Siswa

Jika ditinjau dari tujuan prakerin seperti yang telah dibuat daftarnya diatas,
maka prakerin ini memiliki manfaat besar bagi siswa itu sendiri, diantaranya:

1. Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional,


dengan keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan zaman.
2. Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah menengah kejuruan ( SMK ).

5
3. Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan – gagasan seputar dunia usaha
serta industri yang professional dan handal.
4. Membentuk pola pikir siswa -siswi agar terkonstruktif  baik serta memberikan
pengalaman dalam dunia Industri maupun dunia kerja.
5. Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait, baik
dalam dunia usaha maupun dunia Industri.
6. Mengenalkan siswa – siswi pada pekerjaan lapangan di dunia industri dan
usaha sehingga pada saatnya mereka terjun ke lapangan pekerjaan yang
sesungguhnya dapat beradaptasi dengan cepat.
7. Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam mendidik dan melatih tenaga
kerja yang berkualitas.
8. Sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan bahwa pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
9. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan di era teknologi informasi dan komunikasi terkini.
10. Memberikan keuntungan pada pihak sekolah dan siswa – siswi itu sendiri,
karena keahlian yang tidak diajarkan di sekolah didapat didunia usaha/industri.

6
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

A.gambar umum perusahaan

1.sejarah singkat perusahaan

Peresmian UPT ini ditandai penandatangan prasasti oleh Direktur transmisi


dan distribusi PT PLN DR Herman Darnel Ibrahim didampingi Sekda Banda
Aceh Drs M Kamil Yunus, Genderal Manager P3B Sumatera Ir Kikid Sukantomo
Adibroto dan Manajer UPT Banda Aceh Syamsir Alam Nasution.

Pendirian UPT ini bertujuan untuk menjamin pasokan energi listrik ke pusat
beban dan berfungsi merencanakan, melaksanakan serta melakukan evaluasi dan
membuat laporan kegiatan operasi penyaluran listrik di wilayah tersebut. Dengan
adanya UPT Banda Aceh ini, diharapkan sistem kelistrikan di NAD jaringan
transmisi 150 KV dapat dimanfaatkan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan mengurangi terjadinya pemadaman listrik.

7
"Pengoperasian UPT Banda Aceh ini untuk memenuhi tuntutan usaha ke
depan, apalagi setelah bencana alam gempa dan tsunami 26 Desember 2004 lalu
di wilayah pantai barat Sumatera kerusakan yang dialami cukup parah," kata
Herman.

2.visi misi perusahaan

VISI
Terwujudnya keharmonisan hubungan PT PLN (Persero) dengan masyarakat
sehingga akan menunjang keberhasilan kegiatan PT PLN (Persero) dalam
menyediakan tenaga listrik bagi masyarakat.

MISI

 Membantu pengembangan kemampuan masyarakat agar dapat berperan


dalam pembangunan
 Berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
jalan program Community Empowering
 Berperan aktif dalam mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan
 Berperan aktif dalam mendorong tersedianya tenaga listrik untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan jalan penggunaan listrik pada siang
hari untuk Industri Rumah Tangga dan pengembangan desa mandiri
energi.
 Berperan aktif dalam menjaga kesinambungan lingkungan melalui
pelestarian alam

8
3.Struktur Organisasi

9
MANAJER

WEGIG AGUS TRIYOGO

SUPERVISOR
SS II/ ANALYST SE II/ENGINEER AF/JF ADMINISTRASI PELAKSANA
PENGADAAN
ANALYST/ASST
PELAKSANA
PENGADAAN

ASMAN ASMAN ASMAN


ASMAN PDKB OFFICER/AF/JF ADM
PERENCANAAN &EVALUASI PEMELIHARAAN ADMINISTRASI & UMUM
PENGADAAN
AN/AA/JA RENCANA KERJA ENG/AE/JE ASDIG ALT JAR SUPERVISOR PDKB SUPERVISOR
PERUSAHAAN & GI JARINGAN SDM & SEKRETARIAT

AF/JF ADMINISTRASI
ENG/AE/JE RENEV JAR & GI ENG/AE/JE ASDIG ALT PMO AE/JE PDKB SUTT/ SDM
SUTET
AF/JF SEKRETARIAT &
ENG/AE/JE DAL PELAKSANA DOKUMENTASI
ENG//AE/JE RENEV PMO
KONSTRUKSI SUPERVISOR PDKB GARDU
INDUK AF/JF KEAMANAN &
ENG/AE/JE RENEV ENG/AE/JE HAR KONST KETERTIBAN
KONSTRUKSI SIPIL TRANSMISI
AE/JE PDKB GI/GITET AF/JF CSR
ENG/AE/JE PENG SUPERVISOR
DATABASE INSTALASI PEMELIHARAAN GI SUPERVISOR
KEUANGAN & AKUNTANSI
SUPERVISOR AE/JE/AT/JT
TEKNOLOGI INFORMASI PEMELIHARAAN GI AA/JA ANGG
KEUANGAN
AA/JA TEKNOLOGI SUPERVISOR
INFORMASI PEMELIHARAAN PMO AA/JA AKUNTANSI
SUPERVISOR
AE/JE/AT/JT HAR PRO SUPERVISOR
OPERASI & LK2
& METER LOGISTIK & UMUM
AE/JE OPERASI
AE/JE/AT/JT HAR ALAT
AF/JF ADM GUDANG
OTOMASI
ENG/AE/JE SMK & K3
SUPERVISOR MANAJER TRAGI BANDA AF/JF LOGISTIK
MANAJER TRAGI LANGSA
ENG/AE/JE SM Ling & PEMELIHARAAN JARINGAN ACEH
ROW AF/JF FASILITAS &
AE/JE/AT/JT HAR UMUM
JARINGAN

10
B.uraian kerja

1. CT(Current Transformer)

 Cara Kerja Dan Fungsi Trafo CT Current Transformer. Sebuah CT dipakai saat
pengukuran besar arus yang dipadukan dengan Ammeter sebagai indikator. Hal
ini dilakukan saat pengukuran langsung terhadap rangkaian tidak memungkinkan.
Pengertian CT di sini harus dibedakan dengan istilah CT ( Center Tap ) pada
power transformer.

Daftar Isi [Sembunyikan Daftar Isi]


 1 Cara Kerja Dan Fungsi Trafo CT Current Transformer
o 1.1 Prinsip Kerja Current Transformer
o 1.2 Cara Memasang Current Transformer
o 1.3 Jenis Current Transformer
o 1.4 Fungsi Current Transformer ( CT )
o 1.5 Bagikan ini:
o 1.6 Terkait
Cara Kerja Dan Fungsi Trafo CT Current Transformer
Mengukur besarnya arus pada tegangan tinggi hampir tidak dapat dilakukan
karena akan merusak peralatan atau alat ukur. Hal ini karena keberadaan voltase
yang tinggi ataupun amper yang sangat besar sehingga menyebabkan peralatan
mengalami pemanasan yang berlebihan dan mengalami kerusakan.

Peningkatan suhu dalam peralatan juga dapat menyebabkan pengukuran menjadi


kurang tepat.  Namun, tidak berarti hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Untuk
menyiasati hal tersebut, sebuah CT atau Current Transformer dapat dipergunakan

Prinsip Kerja Current Transformer

11
Untuk memahami cara kerja sebuah, kita dapat menggunakan prinsip kerja dari
sebuah trafo voltase ( VT ). Dalam arus AC, sebuah arus yang dialirkan kedalam
lilitan akan menghasilkan medan magnet dalam coil tersebut. Medan magnet
tersebut akan mengalir kembali melaui lilitan lain yang berada berdekatan dengan
medan magnet tersebut tanpa perlu terhubung ke sumber listrik secara fisik.

Perbedaannya dengan CT adalah bahwa CT hanya memiliki 1 atau 2 lilitan pada


primer, sehingga CT dapat juga disebut dengan sebuah trafo step up.

Cara Memasang Current Transformer


Agar sebuah CT dapat bekerja, CT tersebut harus dilalui oleh sebuah konduktor
yang berfungsi sebagai lilitan primer. Artinya, pada setiap phase baik 1 phase
maupun 3 phase, hanya salah satu kabel dari setipa phase saja yang dipergunakan.
Sedangkan kabel yang lain tetap terhubung tanpa melalui CT.

Jenis Current Transformer


Current Transformer atau CT sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa jenis
menurut bentuk, class dan spesifikasinya. Pada peralatan tertentu persyaratan class
sangat penting untuk diperhatikan. Namun, umumnya peralatan yang banyak
menggunakan CT cukup menggunakan jenis CT umum yang cukup murah
harganya.

Spesifikasi CT yang harus diperhatikan adalah nilai perbandingannya antara lain:

 400/5A
 600/5A
 800/5A
Dari segi bentuknya, CT dapat digolongkan menjadi

 Wounded core
 Stack core

12
 Split core
Fungsi Current Transformer ( CT )
Fungsi utama dari sebuah CT adalah mengukur arus yang mengalir dalam sebuah
rangkaian terutama dalam pembacaan arus dalam aliran voltase tinggi dalam
jaringan distribusi. Selain itu, ct juga dipergunakan untuk pembacaan pada
meteran listrik yang saaat ini  banyak beredar dengan penunjukan besarnya arus
yang mengalir dalam setiap phase.

Fungsi lain dari sebuah CT adalah untuk proteksi peralatan. Dengan


meningkatkan jumlah lilitan pada sekunder CT, maka arus yang mengalir dapat
diperkecil menjadi lebih kecil dibandingkan dengan arus yang mengalir di
primer.Hal ini bertujuan untuk melindungi peralatan seperti resistor dalam
ammeter. Pemasangan relay juga seringkali disertakan sebagai pemutus overload
untuk tujuan perlindungan dalam kondisi tertentu.

13
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.KAJIAN TEORI

1.PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR

1. PENDAHULUAN

Sistem proteksi bay penghantar adalah suatu sistem yang yang berfungsi untuk
mengamankan/mengisolir penghantar (saluran udara/saluran kabel) tegangan
tinggi atau tegangan ekstra tinggi dari gangguan temporer dan gangguan
permanen yang terjadi pada penghantar tersebut. Secara umum, bagian dari
sistem proteksi

14
Gambar 1.1. Typical Komponen Sistem Proteksi SUTET

Komponen sistem proteksi terdiri dari transformator arus (CT), transformator


tegangan(PT/CVT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya rangkaian
pengawatannya (wiring) dan teleproteksi.

Gambar 1.2. Typical Komponen Sistem Proteksi SUTT

Daerah kerja proteksi bay penghantar adalah daerah di antara 2 (dua) atau
lebih CT pada gardu-gardu induk berhadapan yang disebut sebagai unit
proteksi penghantar. Relai proteksi mempunyai bagian-bagian utama sebagai
terlihat pada Gambar 1.3 berikut.

15
Gambar 1.3. Komponen Utama Relai Proteksi

1.2 Pola Proteksi Penghantar

Proteksi penghantar yang umum digunakan adalah skema proteksi


menggunakan relai jarak (distance relay) dan relai diferensial saluran (line
current differential). Pola proteksi untuk bay penghantar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.

 1.2 Pola Proteksi Penghantar

Proteksi penghantar yang umum digunakan adalah skema proteksi


menggunakan relai jarak (distance relay) dan relai diferensial saluran (line
current differential). Pola proteksi untuk bay penghantar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.

16
1.2.1 Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV
Tabel 1.1. Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV (Tegangan Tinggi)

Proteksi Utama Proteksi Cadangan


SUTT 150
Distance Relay + Teleproteksi (TP)
KV
Line Current Differential Relay Over Current Relay (OCR)
+ Ground Fault Relay
Line Current Differential Relay
SKTT 150 (GFR) sebagai cadangan
KV Pilot Wire Differential Relay lokal
Distance Relay + Teleproteksi (TP)
zona 2 dan zona 3 distance
Directional Selective Relay
relay sebagai cadangan
SUTT 70 KV Selective Ground Relay jauh.

1.3 Line Differntial Relay

Line Differential Relay atau relai diferensial saluran adalah salah satu jenis
proteksi utama pada penghantar yang bekerja berdasarkan pengukuran
perbedaan parameter arus. Prinsip kerja relai ini adalah sebagai berikut:
perbandingan arus (Gambar 4), perbandingan arus skema arus seimbang
(Gambar 5) dan skema tegangan seimbang (Gambar 6).

SALURAN TRANSMISI

Saluran Komunikasi
RELAI RELAI
PROTEKSI PROTEKSI

Gambar 1.4. Prinsip Kerja Skema Perbandingan Arus

17
Gambar 1.5. Prinsip Kerja Skema Arus Seimbang

Khusus untuk skema arus seimbang dan tegangan seimbang digunakan pada
proteksi saluran dengan pilot wire.

Gambar 1.6. Prinsip Kerja Skema Tegangan Seimbang

1.4 Distance Relay

Distance relay adalah salah satu jenis proteksi penghantar yang bekerja
berdasarkan perbandingan nilai impedansi setelan terhadap impedansi
pengukuran dari besaran arus dari CT dan tegangan dari PT/CVT. Selain

18
sebagai proteksi utama penghantar, relai ini juga berfungsi sebagai proteksi
cadangan jauh terhadap proteksi utama penghantar di depannya.

1.4.1 Proteksi Utama (Zona 1)


Proteksi utama pada distance relay adalah proteksi yang bekerja tanpa waktu
tunda dengan jangkauan terbatas pada seksi (section) penghantar itu
sendiri.Dengan mempertimbangkan faktor kesalahan (percentage error) CT,
PT/CVT, relai proteksi, faktor keamanan (safety margin) dan parameter jaringan,
maka zona 1 disetel menjangkau 80% dari impedansi saluran.

1.4.2 Proteksi Cadangan Jauh (Zona 2 dan Zona 3)


Proteksi cadangan jauh pada distance relay adalah proteksi yang dicadangkan
untuk bekerja apabila proteksi utama seksi di depannya gagal bekerja.

Zona 2 umumnya disetel dengan jangkauan minimum mencapai impedansi


saluran sampai dengan gardu induk di depannya dengan waktu tunda antara 300-
800 milidetik.

Zona 3 disetel dengan jangkauan mencapai impedansi saluran sampai dengan 2


(dua) gardu induk di depannya atau (2 seksi penghantar berikut) dengan waktu
tunda maksimum 1600 milidetik. Proteksi cadangan jauh tidak disetel sampai
memasuki daerah impedansi transformator di depannya.

1.4.3 Teleproteksi
Agar dapat bekerja selektif dan seketika pada daerah unit proteksi, distance relay
dilengkapi dengan teleproteksi.

Teleproteksi merupakan rangkaian peralatan yang berfungsi untuk mengirim


dan menerima sinyal dari gardu induk yang satu ke gardu induk lain di
depannya atau yang berhadapan, untuk dapat memberikan perintah trip
seketika. Pola teleproteksi yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut.

19
− Permissive Underreach Transfer Trip Scheme (PUTT)

Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal (carrier send) ke peralatan
TP pada gardu induk di depannya apabila distance relay mendeteksi
gangguan pada zona 1.

Pada gardu induk yang menerima sinyal (carrier receive), apabila distance
relay mendeteksi gangguan pada zona 2 dan menerima sinyal TP, maka relai
akan memberikan perintah trip waktu zona 1. Rangkaian logika pola ini
sebagaimana terlihat padaGambar 1.7.

Gambar 1.7. Rangkain Logika Skema PUTT

− Permissive Overreach Transfer Trip (POTT)

Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal (carrier send) ke peralatan
TP pada gardu induk di depannya apabila mendeteksi gangguan zona 2.
Pada gardu induk yang menerima sinyal (carrier receive), apabila distance
relay mendeteksi gangguan pada zona 2, maka memberikan perintah trip
pada waktu zona 1.

Rangkaian logika skema ini sebagaimana digambarkan pada Gambar 1.8.

20
Gambar 1.8. Rangkaian Logika Skema POTT

− Blocking Scheme

Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal ke peralatan TP pada


gardu induk di depannya apabila distance relay mendeteksi gangguan pada
daerah belakang (reverse zone). Pada gardu induk yang menerima sinyal,
apabila distance relay mendeteksi gangguan pada daerah depan (forward
zone) Zona 2 maka relai akan memberikan perintah blok (blocking).
Apabila relai tidak memerima sinyal namun mendeteksi gangguan pada
daerah depan (zona 2), maka relai akan memberikan perintah trip seketika,
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.9.

21
Gambar 1.9. Rangkaian Logika Skema Blocking

1.4.4 Power Swing Block

Power Swing Blok atau disingkat PSB adalah salah satu fitur distance relay
yang berfungsi untuk mencegah relai bekerja memberikan perintah trip pada
saat terjadi fenomena ayunan daya (power swing) dan impedansi sistem masuk
ke zona impedansi relai.

1.4.5 Switch On To Fault / Trip On Reclose (TOR)

Switch On To Fault atau SOTF adalah fitur dari distance relay yang berfungsi
untuk men-trip-kan PMT seketika guna mengantisipasi ketidaksiapan distance
relay apabila terjadi gangguan pada saat pemberian tegangan (energizing) atau
pada saat menutup

(close) PMT secara manual maupun menggunakan relai penutup balik otomatis
(A/R).

1.5 Directional Earth Fault (DEF)

DEF adalah relai arus lebih berarah yang bekerja mengamankan penghantar
dari gangguan fasa ke tanah yang bersifat tahanan tinggi (high resistance) yang

22
tidak terdeteksi oleh distance relay. Relai ini digunakan sebagai pelengkap
distance relay.

1.5.1 DEF Utama


DEF utama adalah DEF yang dilengkapi dengan teleproteksi. DEF ini akan
bekerja seketika apabila menerima sinyal TP dari gardu induk di depannya.
Untuk membedakan waktu kerja DEF utama dengan proteksi utama distance
relay (zona 1) maka waktu kerja DEF utama ditunda antara 20 milidetik – 100
milidetik.

1.5.2 DEF Back Up


DEF back up adalah DEF yang bekerja dengan waktu tunda lebih lama dari
waktu tunda zona 3 distance relay (2 detik). DEF back up tidak memerlukan
sinyal kiriman dari gardu induk di depannya.

1.6 OCR/GFR

OCR/GFR adalah relai arus lebih yang digunakan sebagai proteksi cadangan
lokal pada proteksi penghantar. OCR digunakan untuk mengamankan
penghantar dari gangguan fasa-fasa dan GFR digunakan untuk mengamankan
penghantar dari gangguan fasa -tanah.

1.7 Relai Cek Sinkron

Relai cek sinkron atau synchrocheck relay adalah relai bantu bay penghantar
yang terpasang pada sistem dengan lebih dari satu sumber, yang memerlukan
fungsi cek sinkron untuk memastikan kondisi antara kedua sisi dari penghantar
tersebut dalam keadaan sinkron sebelum PMT tutup. Untuk kebutuhan
operasional, relai cek sinkron dilengkapi dengan fungsi cek tegangan.

1.8 Autorecloser Relay (AR)

Autorecloser Relay (AR) atau relai penutup balik otomatis dipasang pada bay
penghantar saluran udara baik pada sistem tegangan tinggi (SUTT) maupun

23
tegangan ekstra tinggi (TET). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
saluran udara merupakan salah satu bagian sistem penyaluran yang paling
sering mengalami gangguan, sebagian besar dari penyebab gangguan tersebut
bersifat temporer yang akan segera hilang setelah PMT trip. Agar
kesinambungan pasokan tenaga listrik tetap terjaga serta batas stabilitas tetap
terpelihara maka pengoperasian autorecloser sangat dibutuhkan.

1.9 Skema Khusus

Selain fungsi dan fitur tersebut di atas, pada kondisi tertentu, untuk keperluan
pengoperasian sistem maka relai bay penghantar juga dapat dilengkapi dengan
Voltage Relay dan Over Load Shedding (OLS).

1.9.1 Under/Over Voltage Relay

UVR (relai tegangan kurang) adalah relai yang bekerja mendeteksi tegangan
kurang pada bay penghantar.OVR (relai tegangan lebih) adalah relai yang
bekerja mendeteksi tegangan lebih pada bay penghantar. Relai tegangan
bekerja dengan waktu tunda.

1.9.2 Over Load Shedding (OLS)

OLS adalah relai arus lebih yang difungsikan sebagai load shedding dengan
cara melepas beban apabila terjadi kenaikan arus beban secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh pengalihan beban akibat trip-nya suatu penghantar/IBT.

1.10 Annunciator dan Alarm

Annunciator adalah peralatan bantu yang berfungsi memberikan tanda


peringatan kepada operator gardu induk mengenai fungsi proteksi mana yang
bekerja. Annunciator mengambil input dari masing-masing relai proteksi.
Alarm dapat di-reset setelah operator mencatat dan menekan tombol “silence”,
“acknowledge” dan “reset”. Alarm dilengkapi dengan Annunciator. Audible

24
Alarm berupa peringatan suara (sirene, bell, horn, buzzer) yang bekerja
bersamaan dengan terjadinya gangguan.
1.11 Selector Switch

Selector switch adalah sakelar pilih untuk fungsi-fungsi tertentu seperti:


sakelar ON/OFF, sakelar Local/Remote/Supervisory, sakelar A/R (OFF,
SPAR, TPAR, SPAR+TPAR), sakelar sinkron Man/Auto/Bypass.

1.12 Discrepancy Control Switch

Peralatan yang berfungsi untuk merubah status PMT dan PMS. Pengoperasian
switch ini dilakukan dengan menekan dan memutar. Switch ini dilengkapi
dengan lampu indikator ketidaksesuaian status peralatan terkait.

1.13 Meter

Peralatan yang berfungsi untuk memberikan informasi besaran arus (A), tegangan
(kV), daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR).

1.14 Failure Mode Effect Analisys (FMEA)

FMEA untuk peralatan proteksi dan kontrol penghantar sebagaimana terlampir.

2. Pedoman Pemeliharaan
Pedoman pemeliharaan ini adalah suatu acuan untuk melakukan pemeliharaan
proteksi dan kontrol bay penghantar. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan
dalam keadaan bertegangan maupun tidak bertegangan (bebas tegangan).

Pemeliharaan proteksi bay penghantar meliputi: relai proteksi, rangkaian


pengawatan input arus dan tegangan, Trip Circuit Supervision (TCS), binary
input/output dan relai bantu.

25
2.1 In Service Inspection/Inspeksi Dalam Keadaan Operasi

Untuk peralatan sistem proteksi bay penghantar, inspeksi dalam keadaan


operasi dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi pekerjaan yang dilakukan,
yakni: harian, mingguan dan bulanan.

2.1.1 Inspeksi Harian


Inspeksi harian adalah inspeksi yang dilakukan pada setiap hari kerja oleh
petugas piket gardu induk/gardu induk tegangan ekstra tinggi dan hasil
inspeksi tersebut dilaporkan pada hari yang sama.

Yang termasuk dalam inspeksi harian adalah sebagai berikut.

− Kondisi peralatan proteksi utama-1


− Kondisi peralatan proteksi utama-2
− Kondisi proteksi diferensial kabel
− Kondisi peralatan proteksi cadangan
− Kondisi peralatan proteksi skema khusus
berikut

Under/Over voltage relay

Overload shedding
− Kondisi trip circuit supervision-1
− Kondisi trip circuit supervision-2
− Kondisi autorecloser, antara lain:
a. Kondisi block autorecloser (On/Off)

b. Mode reclose (1 phase/3 phase)

2.1.3 Inspeksi Bulanan


Inspeksi bulanan adalah inspeksi yang dilakukan pada hari kerja dan dilakukan
sekali dalam satu bulan oleh petugas piket gardu induk/gardu induk tegangan
ekstra tinggi dan hasil inspeksi tersebut dilaporkan pada hari yang sama.

26
Yang termasuk dalam inspeksi bulanan adalah sebagai berikut.

− Kondisi umum panel proteksi

Kondisi panel (Normal/Kotor/Lembab)

Lampu penerangan panel (Normal/Redup/Tidak berfungsi/Hilang)

Heater (Normal/Rusak/Hilang)

Pintu panel (Normal/Korosi/Tidak bisa dikunci/Hilang)

Door sealant (Normal/Tidak Elastis/Putus/Hilang)

Lubang kabel kontrol (Normal/Tidak rapat/Glen kabel tidak ada)


− Pemeriksaan Sirkit Voltage
Selection
− Kondisi Amperemeter (R,S,T)

− Kondisi KV Meter (R,S,T)

− Kondisi MW Meter

− Kondisi Mvar Meter


− Kondisi KWH Meter

KWH Meter IN

KWH Meter OUT


− Kondisi Annunciator

2.2 In service Measurement/Pengukuran Dalam Keadaan Operasi

− Pengukuran suhu pada sambungan/terminasi dengan thermogun/infrared


thermometer

27
− Pengukuran suhu dan kelembaban ruangan dan panel dengan thermometer dan

higrometer

− Pemeriksaan besaran arus fasa R, S dan T dengan tang ampere

− Pemeriksaan besaran tegangan fasa R, S dan T pada relai dan meter

− Pemeriksaan/pembacaan kondisi sinyal input/binary input pada relai


2.3 Shutdown Testing/Measurement/Pengujian pada Saat Sistem tidak
Bertegangan

Pemeliharaan pada saat shutdown testing adalah berupa pengujian individu


yaitu, pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kinerja dan karakteristik
relai itu sendiri apakah masih laik dioperasikan atau tidak dengan
mensimulasikan gangguan menggunakan alat injeksi sekunder tanpa
melakukan uji fungsi trip PMT. Pengujian individu dilakukan pada proteksi
utama maupun proteksi cadangan. Selain pada saat pemeliharaan rutin,
pengujian individu juga harus dilakukan jika terdapat perubahan nilai setelan
relai proteksi.

dilakukan dengan cara menguji masing-masing fungsi terkait. Untuk fungsi


yang tidak diuji, maka fungsi tersebut di-non-aktifkan untuk sementara.
Setelah selesai menguji, fungsi tersebut diaktifkan kembali. Pada saat
melakukan pengujian fungsi, maka hanya fungsi tersebut yang aktif.

2.3.1 Pengujian Distance Relay


Pelaksanaan pengujian individu distance relay adalah sebagai berikut.

− Menguji impedansi kerja relai (pada sudut kerjanya) untuk mengetahui berapa
besar persentase kesalahan (error) nilai setelan impedansi terhadap impedansi
hasil uji pada Z1 sampai Z3 dan Reversed Zone untuk pola blocking.

Menguji waktu kerja relai untuk mengetahui selisih setting waktu kerja
terhadap hasil uji waktunya pada Z1 sampai Z3 dan Reversed Zone

28
(koordinasi waktu blocking).
− Menguji fungsi SOTF.

− Menguji fungsi relai cek sinkron

− Menguji kinerja Power Swing Blok (PSB) Relai

− Menguji kinerja VT Fail relai

2.3.2 Pengujian Line Current Differential Relay

Pelaksanaan pengujian relai Line Current Differential yang dilakukan adalah


sebagai berikut.

Menguji arus kerja


minimum (Ip) Menguji
waktu kerjarelai.

2.3.3 Pengujian Pilot Wire Differential Cable Relay

Pelaksanaan pengujian Relai Pilot Differential Cable yang dilakukan adalah


sebagai berikut.

− Menguji arus kerja minimum (Ip)

− Menguji arus kerja minimum dengan keadaan unstabilizing intertrip.

− Menguji waktu kerja relai

− Menguji besar tegangan kerja relai

29
2.3.4 Pengujian Relai OCR/GFR.
Pelaksanaan pengujian Over Current Relay/Ground Fault Relay (OCR/GFR) yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
− Menguji nilai arus pick up dan arus drop off/reset pada nilai setelan untuk
fasa R, S, T (OCR) dan N (GFR) .

− Menguji waktu kerja relai OCR/GFR dan membandingkan hasil uji terhadap
setelan waktu.

− Menguji setelan arus instantenous beserta dengan waktu kerjanya.

2.3.5 Pengujian Relai Directional OCR dan Directional GFR.


Pelaksanaan pengujian Directional Relay OCR dan Directional GFR yang
dilakukan adalah sebagai berikut.

− Semua tahapan pada relai OCR dan GFR di atas dilaksanakan.

− Pengujian pada sudut kerja relai (Maximum Torque Angle) dilakukan dengan
merubah sudut fasa arus dengan sudut fasa tegangan tetap.

2.3.6 Pengujian Relai tegangan lebih/kurang (OVR/UVR).


Pelaksanaan pengujian Relai OVR/UVR yang dilakukan adalah sebagai berikut.

− Menguji nilai tegangan pick up dan tegangan drop off/reset pada nilai
setting. − Menguji waktu kerja relai

2.3.7 Pengujian Relai beban lebih (OLS).


Pelaksanaan pengujian Relai OLS yang dilakukan adalah sebagai berikut.

− Menguji nilai arus pick up dan arus drop off/reset pada nilai setelan

− Menguji waktu kerja relai

30
2.4 Shutdown function check / Pengujian fungsi pada saat sistem tidak
bertegangan

− Uji Fungsi Trip dan Reclose PMT

− Uji Fungsi Intertrip Relai

2.4.1 Uji trip dan fungsi AutoReclose dengan PMT

Uji trip dan fungsi autoreclose dilakukan untuk memastikan rangkaian tripping
dari relai sampai dengan PMT terhubung dengan benar. Uji trip dilakukan
untuk Proteksi Utama maupun Proteksi Cadangan. Uji fungsi autoreclose
hanya dilakukan untuk proteksi yang menerapkan sistem autoreclose.

Uji trip dan fungsi autoreclose PMT adalah pengujian dengan menggunakan alat
injeksi sekunder sampai memberikan sinyal trip/reclose ke PMT untuk buka/tutup
(open/close). Pengujian ini dapat berupa perintah trip PMT (buka) maupun
perintah reclose.

Selain pada saat pemeliharaan berkala, pengujian ini juga harus dilakukan bila
terjadi kegiatan berikut:

− Penggantian relai

− Penggantian PMT

− Perubahan rangkaian logika relai, atau

− Perubahan rangkaian tripping (kontak trip relay sampai dengan tripping coil
PMT).

Pengujian trip dan reclose PMT harus memperhatikan kondisi kesiapan PMT.

Uji fungsi TPAR/SPAR pada proteksi utama bay penghantar. Uji fungsi SPAR
juga dilakukan pada DEF yang dilengkapi dengan phase segregated.

31
2.4.2 Uji Intertrip Relai
Uji intertrip relai adalah pengujian yang dilakukan antara 2 (dua) relai bay
penghantar pada gardu-gardu induk yang saling berhadapan. Pengujian ini
membutuhkan peralatan teleproteksi dan media komunikasi. Pengujian
intertrip relai dilakukan berdasarkan skema teleproteksi yang digunakan
(PUTT, POTT atau Blocking) dan harus dilakukan bila terjadi kegiatan
berikut.

− Penggantian relai,

− Penggantian peralatan teleproteksi,

− Perubahan skema proteksi, atau

− Perubahan rangkaian logika relai yang berhubungan dengan sinyal


kirim/terima dari GI yang berhadapan.
Pengujian jenis ini memerlukan sinkronisasi waktu antara 2 (dua) alat uji pada
masingmasing gardu induk yang berhadapan. Sinkronisasi dapat menggunakan
bantuan sinyal GPS untuk memastikan alat uji dapat mensimulasikan
gangguan pada saat yang bersamaan dengan GI dihadapannya.

Apabila peralatan sinkronisasi tidak tersedia, maka pengujian dapat dilakukan


dengan cara simulasi pengiriman sinyal dari GI yang berhadapan. Pengujian
intertrip hanya pada pola/skema yang dipilih.

2.5 Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan

Pengujian/pemeriksaan setelah gangguan yang dimaksud disini adalah


pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah terjadi hal berikut.

− Gangguan yang disebabkan karena kerusakan peralatan yang berhubungan


dengan sistem proteksi penghantar.

− Gangguan meluas yang melibatkan malakerja sistem proteksi.

32
− Gangguan yang disebabkan malakerja sistem proteksi.

Pemeliharaan peralatan proteksi bay penghantar yang telah dilaksanakan perlu


dievaluasi dan dianalisa dengan mengacu pada standar yang berlaku sesuai
dengan dengan metode pemeliharaannya.

3.1 Pemeliharaan In Service Inspection

Pemeliharaan in service inspection dilaksanakan berdasarkan tabel di

bawah ini. Tabel 3.1. Acuan Standar Pemeliharaan In Service Inspection

No Uraian Pemeliharaan Standar


1. Pemeriksaan sifat nampak Kondisi fisik peralatan dalam
(visual check) keadaan baik , tidak terdapat
korosif, peralatan operasi normal.
2. Tidak terdapat bau-bauan seperti
Pemeriksaan dengan indera
bau bangkai binatang, bau gosong,
penciuman
dll.
3. Pemeriksaan dengan indera Tidak terdapat bunyi yang
pendengaran mendengung.

3.2 Pemeliharaan In Service Measurement

Pemeliharaan in service measurement dilaksanakan berdasarkan tabel berikut.

Tabel 3.2. Acuan Standar Pemeliharaan In Service Measurement

No Uraian Pemeliharaan Standar


1. Pengukuran arus sekunder Arus yang mengalir pada tiap fasa

33
harus sama
2. Pemeriksaan status binary Disesuaikan dengan kondisi instalasi
input (dilakukan sebelum
pemeliharaan rutin)
3. Pengukuran thermogun Disesuaikan dengan buku petunjuk
penggunaan
4. Pengukuran suhu dan < 24°C dan kelembaban < 70%
kelembaban ruangan

3.3 Pemeliharaan Shut Down Testing/Measurement

Di bawah ini beberapa akurasi untuk beberapa jenis relai proteksi.

- Elektromekanik : impedansi ± 10 %, arus ± 10 %, waktu


kerja ± 5 %

- Elektrostatik : impedansi ± 10 %, arus ± 5 %, waktu


kerja ± 5 % - Numerik/Digital : impedansi ± 10 %, arus
± 5 %, waktu kerja ± 5 % Untuk waktu kerja instantaneous :
± 5 % + 10 ms.

3.4.1 Pengujian Lama Waktu Pemutusan Gangguan


Pengujian fungsi trip PMT disesuaikan dengan skema yang diterapkan dan
mengacu kepada grid code untuk masing-masing tingkat tegangan. Yang perlu
diperhatikan adalah lamanya waktu kerja relai sampai dengan PMT trip.
Durasi ini disebut dengan fault clearing time (lama waktu pemutusan).
Maksimum waktu pemutusan ini berdasarkan grid code dibedakan berdasarkan
tingkat tegangan berikut.

− Sistem 500 kV : 90
ms

34
: 100
− Sistem 275 kV
ms
: 120
− Sistem 150 kV
ms
: 150
− Sistem 70 kV ms
Pengujian lama waktu pemutusan dilakukan dengan cara mensimulasikan
gangguan di zona kerja relai proteksi kemudian input status PMT digunakan
sebagai input untuk menghentikan timer alat uji. Waktu trip

4.2 Uji Fungsi Trip PMT Single Phase


Pengujian relai yang terukur adalah lama waktu pemutusan. 3.fungsi trip PMT
single phase adalah untuk memastikan bahwa fasa PMT yang trip sesuai
dengan fasa yang terganggu. Pengujian ini tidak dilakukan jika pengujian
fungsi reclose SPAR telah dilaksanakan.

3.4.3 Uji Fungsi Trip PMT Three Phase


Pengujian fungsi trip PMT three phase untuk memastikan bahwa PMT trip
dengan inisiasi gangguan untuk masing-masing fasa. Pengujian ini tidak
dilakukan jika pengujian fungsi reclose TPAR telah dilaksanakan.

3.4.4 Uji Fungsi Reclose untuk SPAR


Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclose sesuai dengan fasa yang
terganggu.

3.4.5 Uji Fungsi Reclose untuk TPAR


Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclose sesuai dengan gangguan fasa-fasa,
fasa-fasa-tanah yang terganggu.

35
3.4.6 Uji Fungsi Reclose untuk Evolving Fault
Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclose sesuai dengan gangguan fasa-tanah
dan kemudian berkembang menjadi fasa-tanah yang lain pada penghantar yang
sama.

3.4.7 Uji Intertrip Relai


Untuk memastikan fungsi intertrip bekerja benar sesuai dengan skema yang
dipilih.

3.4.8 Pengujian Fungsi Sistem Proteksi hingga Alarm dan Annunciator


Setiap relai proteksi yang bekerja mentripkan PMT harus dilengkapi dengan
alarm dan anunsiator. Alarm dibunyikan untuk menginformasikan kepada
operator bahwa PMT trip, sedangkan annunciator berfungsi untuk
menginformasikan relai yang bekerja.

3.5 Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan

Setelah melaksanakan pemeliharaan peralatan proteksi bay penghantar, hasil-


hasil pengujian dan pengukuran yang dilakukan berkenaan dengan bab 2
tersebut diatas, dievaluasi dan dianalisis berdasarkan standar yang dibahas
pada bab 3.

Adapun analisis dan tindak lanjut yang akan diambil harus merupakan suatu
keputusan yang tepat agar kinerja seluruh sistem proteksi bay penghantar
bekerja dengan baik saat dibutuhkan, yaitu: andal dan selektif.

36
B.TEMUAN STUDI
1.Lighting arrester
Lighting arrester yang biasanya disingkat dengan LA sering disebut jugapenangkal
petir, adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik darigangguan
tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir (surja petir). Bilasurja datang ke
gardu induk, arrester bekerja melepaskan muatan listrik (discharge), serta mengurangi
tegangan abnormal yang akan mengenai peralatandalam gardu induk tersebut. Setelah
surja (petir atau hubung) dilepaskan melaluiarrester, arus masih mengalir karena
adanya tegangan sistem, arus ini disebut arusdinamik atau arus susulan. Sesuai
dengan fungsinya, maka pada umumnya LA dipasang pada setiapujung saluran udara
tegangan ekstra tinggi (SUTET) antara kawat dan tanah yangmemasuki gardu induk
(GI). Di gardu induk yang besar ada kalanya padatransformator juga dipasang LA
untuk menjamin terlindunginya transformator danperalatan listrik yang lain dari
gangguan tegangan lebih tersebut. Selainmelindungi peralatan dari tegangan lebih
yang diakibatkan oleh tegangan lebih
Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormalyang akan mengenai peralatan dalam
gardu induk.Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut :a.
 
Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya(discharge
voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktupelepasan, harus cukup rendah,
sehingga dapat mengamankan isolasiperalatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan
gagal sela (gapbreakdown voltage) sedangkan tegangan pelepasan disebut juga tegangansisa
(residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop)Jatuh tegangan pada arrester = I
x RDimanaI = arus arrester maksimum (A)R = tahanan arrester (Ohm)b.
 
Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa merusak arrester itu
sendiric.
 

37
Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terusseperti
semula. Batas dari tegangan sistem di mana arus susulan ini masihmungkin, disebut
tegangan dasar (rated voltage) dari arresterd.Arrester harus memiliki harga tahanan
pentanahan di bawah 5 ohm

B.Prinsip Kerja Lighting Arrester

Lighting arrester bersifat sebagai jalan pintas (by pass) di sekitar isolatoryang
membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus listrik (arus kilat) ke sistem
pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan
tidak merusak isolator peralatan listrik. By pass ini harus sedemikian rupa
sehinggatidak menggangu aliran daya sistem frekuensi tertentu.Dalam keadaan
normal lighting arrester berlaku sebagai isolator dan bilatimbul surja yang melampaui
kekuatan isolator maka ia akan bekerja atau lightingarrester berlaku sebagai
konduktor yang baik dan menyalurkan arus petir ke tanah.Apabila surja itu hilang
atau arus transient dibebaskan, maka lighting arresterdengan cepat kembali menjadi
isolator.

C.Jenis-Jenis Lighting Arrester


1. Lighting Arester Jenis Ekspusi
2. Arrester Katup
3. Arrester Seng Oksida

D.Perlindungan Gardu Induk dengan Lighting Arrester


1.Jangkauan Perlindungan ArresterJarak antara arrester dan alat yang dilindungi
harus dibuat sependek mungkin. Pada umumnya jarak sampai 50 m dianggap masih
aman, meskipungangguan petirnya sangat dekat dengan GI asalkan ada toleransi 20-
30% antaratingkat isolasi (BIL) dari alat yang dilindungi dan tegangan pelepasan
dariArrester.Untuk pengamanan terhadap surja hubung (switching surge),

38
arrestersebaiknya dipasang diantara trafo, yang memang menjadi tujuan
utamaperlindungan ini, dan pemtus bebannya. Pertimbangannya ialah bahwa arrester
ituakan dapat juga menyerap surja dari pemutusan arus pembangkit.2.
 
Tegangan DasarTegangan dasar arrester ditentukan berdasarkan tegangan
sistemmaksimum yang mungkin terjadi. Tegangan ini dipilih berdasarkan
kenaikantegangan dari fasa-fasa yang sehat pada waktu ada ganguan 1-fasa ke
tanahditambah suatu toleransi:E

39
BAB IV PENUTUP

1.KESIMPULAN

Setelah melaksanakan kegiatan Prakerin ini, sangat banyak pengalaman dan ilmu
ngetahuan yang kami dapatkan. Jika di sekolah kita diajarkan bermacam-macam teori
kejuruan, maka ketika prakerin, teori itu akan digunakan sebagai dasar dalam
melaksanakan suatu kegiatan (Praktek). Pada intinya, kegiatan Prakerin sangat
berguna untuk mengembangkan apa yang diajarkan di sekolah. Prakerin bisa disebut
sebagai pelengkap dan proses pematangan atau pemantapan kelak saat sudah
berkecimpung dalam dunia kerja.

2. SARAN

Kami sadar dalam melaksanakan kegiatan Prakerin ini masih banyak kekurangan.
Namun kami telah berusaha melaksanakannya secara maksimal. Selain itu, laporan
Prakerin ini juga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran yang membangun
sangat kami perlukan guna memperbaiki laporan yang masih jauh dari sempurna ini.

40
DAFTAR PUSTAKA

1.PT PLN (Persero) “buku pentunjuk batasan operasi dan pemeliharaan peralatan
penyaluran tenaga listrik proteksi dan kontrol penghantar (no. Document: 15-
22/HARLUR-PST/2009”,SK DIR No. 114.K/DIR/2010, JAKARTA,2010

41

Anda mungkin juga menyukai