Anda di halaman 1dari 26

Makalah tentang sejarah atletik

OLEH:

-MUHAMMAD ASKAR MAULANA


-MUHAMMAD NAZAR A

-MUHAMMAD NAZAR B

-MUHAMMAD SHALDA

-MUHAMMAD ZIKRA KASEM

-ROMI MUNAWAR

-T.MUHAJIR KAMIL

-T.RAJA MUDA ALFARIZI

-MISWANDA

-NAZARUDDIN

-TIARA MAULINA*

-IKLAL ALFARISI

-RISKI TUAH MIKO

-M.ZULHADI

Kelas: x1 tav. pelajaran : olahraga


Sejarah Lari

Sejarah kejuaraan atletik di dunia.

Kejuaraan dunia atletik pertama kali dilangsungkan di Helsinki pada tahun 1983.


Kejuaraan Dunia Atletik pertama berlangsung setelah disetujui Pertemuan Dewan IAAF
di Puerto Rico pada tahun 1976. Walaupun demikian, ide mengadakan kejuaraan dunia
untuk olahraga atletik mulai ada sejak tahun 1960-an. Pada waktu itu, negara-negara
anggota IAAF tidak sependapat lagi dengan keputusan IAAF tahun 1913 yang
menyamakan Olimpiade Musim Panas dengan kejuaraan dunia atletik.

Setelah kota Stuttgart, Jerman Barat dan Helsinki, Finlandia mencalonkan diri, Dewan


IAAF memutuskan Helsinki sebagai tempat penyelenggaraan kejuaraan dunia yang
pertama. Kejuaraan dilangsungkan di Stadion Olimpiade Helsinki, tempat Olimpiade
Helsinki 1952 dilangsungkan.

Atlet dan jumlah negara peserta terus bertambah setiap kali kejuaraan
dilangsungkan. Kejuaraan Dunia Atletik yang pertama pada tahun 1983 hanya diikuti
1.300 atlet dari 154 negara, sedangkan pada tahun 2003 diikuti 1.907 atlet dari 203
negara.

Mulai tahun 2005, setiap nomor pertandingan tersedia sekaligus untuk pria dan wanita,
kecuali nomor Jalan Cepat 50 km yang hanya tersedia untuk pria. Selain itu, wanita
bertanding pada nomor Lari Gawang 100 m dan Heptatlon, sedangkan pria memiliki
pertandingan Lari Gawang 100 m dan Dekatlon.

Pertambahan nomor yang dipertandingkan bagi wanita dari tahun ke tahun:

1987: Lari 10.000 m putri dan Jalan cepat 10 km putri

1993: Loncat jangkit putri

1995: Lari 5.000 m putri

1999: Lompat galah putri dan lempar martil putri

2005: Lari halang rintang 3000 m putri


Kejuaraan
Daftar berikut ini dari Sejarah Kejuaraan Dunia Atletik IAAF.[1][2]

Jumla
Jumla
K Tahu h
Kota Negara Tanggal Stadion h
e n nomo
atlet
r

7
 Finl Olympiastadio
1 1983 Helsinki Agustus - 14 41 1.355
andia n
Agustus 1983

28
Agustus - 6 Stadion
2 1987 Roma  Italia 43 1.451
September 19 Olimpico
87

23
Stadion
 Jep Agustus - 11
3 1991 Tokyo Olimpiade 43 1.517
ang September 19
Tokyo
91

13 Stadion
 Jer
4 1993 Stuttgart Agustus - 22 Gottlieb- 44 1.689
man
Agustus 1993 Daimler

5
Gothenbu  Swe
5 1995 Agustus - 13 Ullevi 44 1.804
rg dia
Agustus 1995
1 Stadion
 Yun
6 1997 Athena Agustus - 10 Olimpiade 44 1.882
ani
Agustus 1997 Athena

20 Stadion
 Spa
7 1999 Sevilla Agustus - 29 Olimpiade 46 1.821
nyol
Agustus 1999 Sevilla

3 Stadion
 Kan
8 2001 Edmonton Agustus - 21 Persemakmur 46 1.677
ada
Agustus 2001 an

23
Saint-  Pera Stade de
9 2003 Agustus - 31 46 1.679
Denis ncis France
Agustus 2003

6
1  Finl Olympiastadio
2005 Helsinki Agustus - 14 47 1,688
0 andia n
Agustus 2005

   Atletik Di Indonesia pada Zaman penjajahan


Di Indonesia atletik dikenal lewat bangsa Belanda yang selama tiga setengah abad
telah menjajah negeri ini. Namun demikian atletik tiada dikenal secara luas. Yang
mendapat kesempatan melakukan latihan-latihan atletik hanyalah sekolah-sekolah dan
kemiliteran saja, itupun sekedar untuk melengkapi kebutuhan pendidikan jasmani saja.
Organisasi atletik pertama kali didirikan di Indonesia pada Zaman Belanda adalah
Nederlands Indisehe Atletiek Unie yang disingkat NIAU yang dalam bahasa Indonesia
berarti : Perserikatan Atletik Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1917.
Propaganda untuk menyebarkan atletik memang ada tetapi usaha untuk mendirikan
perkumpulan-perkumpulan atletik atau cabang dari NIAU hanya dapat terlaksana
dibeberapa kota besar yang mempunyai sekolah-sekolah lanjutan dan yang ada tangsi-
tangsi militernya, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta,Semarang, Solo,
Medan.     
Pada zaman itu tiap tahun diadakan perlombaan/kejuaraan atletik di Jakarta yang
penyelenggaraannya bertepatan dengan penyelenggaraan Pasar Gambir (semacam
Jakarta fair sekarang) pada akhir bulan Agustus atau awal September. Atlet yang
menonjol prestasinya pada aman penjajahan Belanda itu antara lain: Mohammad
Noerbambang, pelari 100m yang konon pernah mencapai 10,8 detik dan Harun Alrasyid
pelompat tinggi yang pernah melewati mistar mencapai 1,80m dan lompat jauhnya
mendekati 7,00 m. Pada zaman pendudukan Jepang selama tiga setengah tahun mulai
awal tahun 1942 sampai Agustus 1945 , keolahragaan pada umumnya mengalami
perkembangan. Semua pelajar mahasiswa melalui siaran radio yang dikenal dengan
22nama Radio Taiso menyelenggarakan latihan-latihan dari berbagai cabang
olahraga,termasuk senam dan atletik. Atletik mendapat perhatian yang cukup baik.

Hampir setiap menjelang tutup tahun ajaran diadakan pertandingan-pertandingan


olehraga dengan atletik sebagai nomor utamanya, baik yang berbentuk pertandingan
antar kelas, antar sekolah atau antar kota. Pada tahun 1943 di Solo diselenggarkan
perlombaan atletik segitiga antar pelajar Sekolah Menengah Bandung, Yogya, dan
Solo. Pelajar-pelajar dari Bandung di bawah panji-panji GASEMBA (Gabungan Sekolah
Menengah Bandung ) dari Yogya GASEMMA ( Gabungan Sekolah Menengah Mataram
) dan dari Solo GASEMBO  (Gabungan Sekolah Menengah Solo ). Perlombaan atletik
untuk umum juga sering diadakan. Lari jarak jauh dan lari jarak pendek dengan
membawa beban adalah yang paling sering diperlombakan.  Dalam bidang organisasi
selama masa pendudukan Jepang ini juga nampak ada kemajuan. Perhimpunan-
perhimpunan atletik juga bermunculan dibeberapa kota besar, antara lain IKADA
( Ikatan Atletik Djakarta ),GABA ( Gabungan Atletik Bandung ), IKASO ( Ikatan Atletik
Solo) IPAS ( Ikatan Perhimpunan Atletik Surabaya ) dan lain-lain. Pada tahun 1949 oleh
ISI ( Iakatan Sport Indonesia ) diselenggarakan Pekan Olahraga di lapangan IKADA
yang diikuti oleh sejumlah atlet dari seluruh Jawa. Atlet-atlet yang menonjol pada
pendudukan Jepang antara lain : Soetantio, pelari 100m yang mencapai 11,00 detik.
Soetrisno , atlet Pancalomba dan Bram Matulessi, pelempar Lembing.

B.     Atletik setelah Indonesia Merdeka

Dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945


oleh Soekarno-Hatta, maka terbukalah bagi bangsa Indonesia untuk memajukan dan
mengembangkan bangsa dan negara dalam segala bidang, termasuk memajukan
keolahragaan pada umumnya dan khususnya cabang olahraga atletik. Meskipun pada
waktu itu bangsa Indonesia sedang berjuang mati-matian untuk mempertahankan
kemerdekaan melawan Belanda dengan sekutunya yang ingin kembali menjajah
Indonesia, namun rakyat Indonesia terutama para pelajar dan mahasiswanya masih
tetap melakukan atletik. Ditempat-tempat yang tidak diduduki tentara Belanda, disaat-
saat tidak melakukan perang gerilya, mereka berlatih dan berlomba atletik yang
merupakan cabang olahraga yang digemari.  Pada bulan Januari 1946 dikota Solo
diselenggarakan kongres yang ingin menghidupkan kembali semangat keolahragaan di
Indonesia,maka didirikan “PORI” (Persatuan Olahraga Republik Indonesia). Langkah
pertama yang dilakukan PORI adalah menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional
(PON). Maksud penyelenggaraan PON pada masa revolusi fisik melawan kekuatan
Belanda dengan sekutunya yang menduduki kota-kota besar diIndonesia, mengandung
tujuan yang lebih mulia ialah memberi kejutan politik kepada dunia agar terbuka
matanya bahwa negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 itu benar-benar ada. PON diadakan di Solo dibuka oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 12 September 1948, dihadiri oleh wakil Presiden dengan
segenap anggota kabinet,hadir pula wakil-wakil dari negara lain termasuk pejabat
Komisi Tiga Negara PBB diIndonesia. Atlet-atlet yang terkenal pada waktu itu adalah :

- Soedarmodjo , sebagai pelompat tinggi

- Arie Mauladi , sebagai pelompat jangkit

- Soetopo , menjuarai 5000 m dan 10.000 m

- Nasir Rosydi , pelari gawang dan lompat jauh

- Fuat Sahil , pelari 400 m

- Soetrisno , tolak peluru dan lempar cakram

- Darwati , pelari 100 m

- Anie Salamun , Pelempar cakram

Pada tanggal 3 September 1950 berkumpullah tokoh-tokoh atletik dari perhimpunan


atletik beberapa daerah Indonesia di kota Semarang untuk membentuk Induk
organisasi atletik bagi seluruh wilayah Indonesia. Lahirlah kemudian organisasi atletik
yang diberi nama “ Persatuan Atletik Seluruh Indonesia” disingkat PASI. Sebagi
langkah pertama di Bandung pada bulan Desember 1950 yang diikuti tidak hanya atlet-
atlet dari pulau Jawa tetapi juga dari Sulawesi. Langkah selanjutnya adalah menjadikan
PASI dapat diterima sebagai anggota IAAF agar atlet-atlet Indonesia dapat mengikuti
Olympiade dan perlombaan-perlombaan Internasional lainnya. Pemusatan latihan yang
pertama kali diadakan di Yogyakarta dalam rangka persiapan pengiriman atlet untuk
mengikuti Asian Games I yang diselenggarakan di New Delhi, India pada bulan Maret
1951. beberapa atlet yang memperoleh medali perunggu pada Asian games I adalah :
- Soedarmodjo , untuk lompat tinggi

- Hardarsin , untuk lompat jangkit

- A.F Matulessy , untuk lempar lembing

- Anie Salamun , untuk lempar cakram

- Regu estafet 4 x 400 m atas nama : Tri Wulan, Nyi. Soerjowati, Darwati, dan Lie Jiang
Nio.

PON II diselenggarakan di Jakarta bulan Oktober 1951. Atletik merupakan perlombaan


nomor utama. Selanjuntnya PASI memutuskan untuk menyelenggarakan kejuaraan
atletik setiap tahun. Tahun 1952 di langsungka kejuaraan Nasional di Surabaya. Untuk
pertama kali PASI mengirimkan atletnya ke olympiade pelompat tingginya Soedarmodjo
dikirimkan ke olympiade di Helsinki. Tahun 1953 dilangsungkan PON III di Medan.
Tahun 1954 dilangsungkan kejuaraan Nasional. Yang selalu mendominasi perlombaan
atletik Nasional adalah Dasuki, untuk lari 100 m, Yopie Timisela, untuk lari 400 m dan
10.000 m, Soetrio untuk lompat tinggi galah dan Dasalomba. Soedarmodjo, Maridjo dan
Okamona untuk lompat tinggi. Hendarsin dan Bin Suryo untuk lompat jangkit. Soetrisno,
Sarbe Hupono dan Bram Matulessi untuk nomor lempar cakram dan tolak peluru.
Tahun 1955 dilangsungkan Kejuaraan Nasional di Jakarta. Indonesia mendatangkan
Bin Miner untuk membentuk Coach-coach atletik di Indonesia yang pada waktu itu
belum dimiliki. Tahun 1957 penyelenggaraan PON IV di Makasar (Ujung Pandang).
Tahun 1958 kejuaraan Nasional di Jakarta. PASI mengirimkan atletnya ke Asian
Games ke-3 diTokyo.

Atlet putri Kamah, berhasil memperoleh medali perunggu untuk lempar lembing. Tahun
1959 kejuaraan Nasional di Jakarta. Tahun 1960 seleksi Nasional di Bandung dalam
rangka persiapan Asian Games ke-4 yang akan diselenggarakan di Jakarta tahun 1962.
Disamping itu PASI mengirimkan peninjau ke Olympiade di Roma untuk mempelajari
seluk beluk penyelenggaraan Olympiade dalam rangka persiapan  menjadi tuan rumah
Asian Games yang akan diselenggarakan di jakarta. Semenajk ditetapkan Jakarta
sebagai tempat penyelenggaran Asian Games IV , PASI berusaha sekuat tenaga agar
dapat mencapai sukses bukan hanya sukses dalam penyelenggaraan tetapi juga
sukses dalam prestasi atlet-atletnya. PASI mengirimkan peninjau ke Olympiade Roma
dan mendatangkan tenaga-tenaga penasihat dari Jepang yang telah berhasil sebagai
penyelenggara Asian Games III. Dibidang peningkatan prestasi PASI mendatangkan
pelatih-pelatih dari luar negeri. Pelatih yang didatangkan adalah Bin Miner, Norman
Ford dan Tom Rosandich dari Amerika Serikat, disamping untuk meningkatkan prestasi
para atlet yang dimasukkan dalam pusat latihan atau TC (Training Center), mereka juga
dimafaatkan untuk menatar kader-kader pelatih. Indonesia. Segala persiapan menjadi
tuan rumah Asian Games IV berjalan lancar, berkat bantuan sepenuhnay dana dan
fasilitas dari pemerintah RI.  Tahun 1962 Asian Games IV dilaksanakan di Jakarta.
Pemusatan latihan yang dilakukan dengan persiapan yang cukup ternyata
membuahkan hasil yang membanggakan. Untuk pertama kali atlet-atlet Indonesia
dapata memperoleh medali emas dalam perlombaan Internasional meskipun bari
tingkat Asia. Mohammad Sarengat memperoleh 2 medali emas untuk lari 100 m (10,4)
dan Untuk lari gawang 110 m (14,3) serta dua perunggu untuk lari 200 m ( 21,6).
Awang Papilaya memperoleh 2 medali perunggu untuk 800 m (2:40,8) dan Lompat
jauh. Regu estafet 4 x 100 m putri memperoleh medali perunggu atas nama Suratmi,
Emawati, W.Tomasoa, Wiewiek Machwijar (50,5). Tahun 1963 penyelenggaraan
GANEFO I di

Jakarta.

a)Medali Emas di capai oleh :

- Jootje Oroh lari 200 m (21,8)

- Regu 4 x 100 m putra (41,8) atas nama Jootje Oroh, Soenjoto, Mohammad Sarengat
dan Bambang Wahyudi.

- Regu 4 x 400 m putra ( 3:20,6) atas nama Aminuddin M, Agus Soegiri, Strive
Mainake, dan Stive Thenu.

b)Medali perak di capai oleh :

- regu 4 x 100 m putri (50,5) atas nama Emawati, Soeratmi,W.Tomasoa. dan


W.Machwijar.

- Mohammad Sarengat lari gawang 110 m (14,6)

- I Gusti Ngurah Manik lempar lembing (65,53)

- Abdul Rab Khan dasalomba (nilai 5807)

- Nicky Pattiasina lari 3.000 m Steeple chase (9:28,9)


c)Medali perunggu dicapai oleh :

- Wlily Tomasoa lari 200 m (26,8)

- Soeratmi lari 400 m (58,8)

- Soeratmi lari 800 m (2:20)

- Emawati lari gawang 80 m (12,5)

- Ni Luh Armoni Widari lompat jauh (5,45)

- Jean Toar lempar lembing (39,31)

- Ni Luh Armoni Widari pancalomba (nilai 3407)

- Aminuddin Machmud lari 400 m (50,3)

- Z. Lesnussa lari 10.000 m (32:51,1)

- Ismail Abiddin lari marathon (31.01:40.8)

Rekor Nasional banyak sekali diciptakan pada periode tahun 1962-1963 ini.

Tehun 1964 kejuaraan Nasional di Jakarta. Sayang pada tahun ini karena alas an
politis, Indonesia tidak mengikuti Olympiade yang diselenggarakan di Tokyo, meskipun
atletnya telah dipersiapkan dengan baik. Pada tahun 1964 ini Indonesia mengirimkan
atlet-atletnya ke RRC. Beberapa rekor dipecahkan ternyata sampai sekarang masih
bertahan. Rekor Untung Pribadi lompat tinggi galah (3,95), I G.Ngurah Manik lempar
lembing 66,91, Usman Effendi tolak peluru 15,26.

Tahun 1965 meletuslah peristiwa G30S/PKI yang merupak tragedi nasional bagi
bangsa Indonesia , sehingga PON VI yang sedianya akan dilaksanakan di Jakarta
gagal. Tahun 1966 mengikuti SEA GAMES V di Bangkok. Medali perak didapatkan oleh
regu 4 x 100 m atas nama Soepardi, Jootje Oroh, Bambang Wahyudi dan Agus
Soegiri.. meskipun tidak memperoleh medalai, beberapa rekor Indonesia telah
dipecahkan di Bangkok yang sampi tahun 1979 belum diperbaharui antara lain rekor lari
800 m oleh Charanjit Singh (1:50,7) ; rekor lari 4 x 100 m : oleh Eddy, Charanjit Singh,V
Gosal dan Agus Sorgiri (3:15,3) ; rekor lari 3.000 m Steeple chase oleh Nicky Patiasina
(9:25,1) ; tahun 1968 kejuaraan Nasional di Jakarta yang dikuti oleh para atlet dari
Singapura. ; Tahun 1969 PON VII di Surabaya ; tahun 1970 kejuaraan di Semarang,
Indonesia mengirimkan atletny untuk mengikuti Asian Games VI di Bangkok. Hasil yng
diperoleh medali perunggu untuk lari 200 m dan 100 m atas nama Carolina
Rieuwpassa. Tahun 1971 kejuaraan nasional di Jakarta.
PASI bekerja sama coaching clinic atletik yang diikuti oleh 45 orang coach muda dari
seluruh daerah di Indonesia. Carolina Rieuwpassa dikirim ke Jerman untuk berlatih
menghadapi olympiade Munich. Selama berlatih di jermania memperbaiki rekor
Nasional 100 m menjadi 11,7 detik dan 200 m menjadi 22,2 detik sampai tahun 1979
rekor ini belum ada yang menumbangkannya. Tahun kejuaraan Nasional di Jakarta
Carolina Rieuwpassa dikirim ke Jerman untuk mengikuti Olympiade di Munich. Pada lari
100 m babak penyisihan ia menduduki urutan kedatangan ke 6 dengan catatan waktu
12,23 sedangkan pada lari 200 m babak pendahuluan ia menempati urutan kedatangan
ke 6 dengan catatan waktu 24,68 detik. Kemudian PASI mengirimkan 22 atlet
kekejuaraan atletik Asia di Manila tanpa memperoleh medali.

Tahun 1975 kejuaraan Nasional di Jakarta. Pada tahun ini di selenggarakan Asian
Games VII di Taheran Indonesia tidak mengirimkan tim atletik.  Tahun 1975 kejuaraan
di Jakarta disamping itu untuk meningkatkan prestasi atletik di Indonesia perlu
meningkatkan frekwensi perlombaan. Maka pada tahun 1976 ini diselenggarakan
kejuaraan atletik se-Jawa dan Bali di Semarang tahun 1976 merupakan tahun
penyelenggaraan Olympiade. Indonesia mengirimkan Carolina Rieuwpassa untuk
mengikuti olympiade di Montreal. Beberapa atlet ke Pakistan dan Malaysia. Tahun 1977
penyelenggaraan PON IX di Jakarta. Untuk pertama kali Indonesia mengikuti SEA
GAMES IX di Kuala Lumpur. Indonesia memperoleh 2 medali emas melalui Carolina
Rieuwpassa untuk lari 100 m dan Usman Efendi untuk lempar cakram, serta 5 medali
perak dan medali perunggu.

Tahun 1978 Asian Games VII diselenggarakan di Bangkok. Athun 1978 kejuaraan di
Jakarta diikuti juga oleh atlet dari Singapura. Sebagai balasan ikut sertanya atlet
mengikuti Sukan di Singapura. Beberapa rekor di pertajam : Jefrry Matahelemual
memperbaiki rekor dari 200 m menjadi 21,1 detik. Mujiono memperbaiki rekor dari 400
m menjadi 47,8 detik. Regu nasional 4 x 100 m memecahkan rekor menjadi
40,930detik. Meny Moffu memperbaiki rekor lari gawang menjadi 51,9 detik. Starlet
memperbaiki rekor 800 m menjadi 2:14,0 detik yang juga mempertajam rekor lari 1.500
m menjadi 4:36,4 detik. Tahun 1978 adalah tahun penyelenggaraan Asian Games VIII
yang seharusnya dilaksanakan di Pakistan, tetapi karena situasi Negara Pakistan tidak
memungkinkan kemudian diselenggarakan di Bangkok. Karena alasan politis
penyelenggaraan perlombaan atletik Asian Games VIII tidak mendapat restu dari IAAF
dan pesertanya diancam skorsing. Dengan pertimbangan Indonesia akan menjadi tuan
rumah SEA GAMES I tahun 1979, maka Indonesia tidak mengirimkan atlet-atletnya.

Tahun 1979 indonesia menjadi tuan rumah SEA GAMES X di Jakarta. Indonesia
memperoleh 3 medali emas melalui Henny Maspaitela untuk lari 200 m. Meny Moflu
untuk lari gawang 400 m dan regu estafet atas nama Meny Moflu,haryanto,Matias
Mambay dan Mujiono. Sejak tahun 1984 banyak rekor bertumbangan lagi. Tahun 1984
Purnomo memecahkan rekor lari 100 m menjadi 10.39 detik. Di bagian wanita Henny
Maspaitena memecahkan rekor 100 m menjadi 11,61 detik pada tahun 1985. Pada
tahun ini pula Ketut Widiana dalam lompat tinggi dengan lompatan 2,04 m. Prestasi
atletik Indonesia masih ketinggalan dari negaranegara lain. Untuk kawasan Asia
Tenggara sidah dapat mulai berbicara, tetapi untuk tingkat Asia lebih-lebih dunia masih
jauh tertinggal. Ini menjadi tanggung jawab bagi generasi muda terutama bagi kita
semua para pelajar yang hobi beroleh raga Atletik untuk mengejar ketinggalan.

                        

Sejarah lari memang tidak tertulis secara otentik sejak kapan manusia berlari sebagai
prestasi atau untuk kebugaran. Sejak manusia ada, sebenarnya telah dapat berjalan
dan berlari, namun tidak tercatat sebagai olah raga prestasi untuk mengetahui tercepat
dan terkuat.
Ada versi yang mengatakan bermula dari bangsa Yunani yang sedang
dilandapeperangan antara kaum Yunani dan Persia di kota Marathonas Pulau Egina
Yunani. Pasukan Persia mengalami kekalahan dan pasukan Yunani yang
memenangkan perang, memerintahkan salah seorang pasukannya untuk membawa
pesan. Si pembawa pesan berlari ke Athena sepanjang 40.8 km (25.4 miles) dalam
sehari untuk mengabarkan kemenangannya sesampainya di kota sambil berteriak yang
akhirnya pingsan dan meninggal dunia. Untuk mengenang kemenangan perang
tersebut dan menghormati si pembawa pesan maka beberapa periode diadakan lomba
lari dan semakin berkembang menjadi olah raga prestasi modern dan terpecah menjadi
berbagai cabang lari. Konon kabarnya cabang olah raga lari marathon pertama kali
dilombakan dalam olimpiade yang diadakan di kota Athena dimenangkan oleh Eucles
dan pada lomba berikutnya dimenangkan oleh Philippides. Setelah mengalami berbagai
event dan waktu, lomba ini berubah menjadi Olimpiade dan pada periode selanjutnya
mendapat julukan olimpiade modern. Olah raga ini pun berkembang menjadi beberapa
cabang yang dibagi dalam jarak tempuh tertentu.
Dalam perkembangnya cabang olah raga lari terbagi menjadi lari cepat jarak pendek
(sprint), lari jarak sedang (middle distance), lari jarak jauh (long distance). Lari jarak
pendekpun terbagi lagi menjadi lari jarak 50m, 55m, 60m, 100m, 150m, 200m, 300m,
400m, 500m. Pada jarak menengah terbagi 800m, 1500m, 3000m. Untuk lari jarak jauh
dibagi menjadi 500m, 10.000m, half marathon, dan marathon. Saat ini perkembangan
lebih pesat lagi dan cenderung digabungkan dengan cabang olah raga lain seperti lari
halang rintang, triathlon, pentathlon, heptathlon, decathlon.
Sedangkan aktifitas lari sebagai kebugaran/pemeliharaan fisik badan tidak tercatat,
apakah sejak manusia muncul di bumi sudah memiliki kegiatan berlari dalam hidupnya
atau setelah beberapa keturunan baru ada kegiatan lari. Namun secara logis dapat
dikatakan bahwa manusia memiliki kaki untuk beraktifitas tentunya dari kecil sudah
dapat berlari-lari untuk bergembira atau mengejar sesuatu. Dari hasil berlari yang
kemudian dia merasakan manfaat yang dirasakan setelah beraktifitas maka selanjutnya
manusia memelihara aktifitas lari dalam hidupnya. Kecenderungan manusia pada saat
tumbuh dewasa juga beraktifitas lari mengejar hewan dengan berburu menggunakan
alat buruan seperti tombak atau batu.
Semakin modern manusia hidup pada suatu era semakin sedikit aktifitas berjalan dan
berlari. Lama kelamaan menyadari bahwa manusia tetap membutuhkan oleh raga lari
dalam aktifitasnya untuk memelihara kesehatanya. Sehingga menjadi kecenderungan
bahwa manusia memilih olah raga lari dalam hidupnya untuk dijadikan kebiasaan atau
hobi.
Kini, dalam era modern keinginan manusia tidak hanya dijadikan sekedar hobi, namun
berubah menjadi klub sehat dan menjadi gaya hidup bahkan untuk bersosialisasi. Yang
berarti bahwa tidak hanya olah raga lari untuk prestasi saja yang berkembang dan
digabungkan dengan cabang olah raga lainnya, namun olah raga lari non prestasi
(untuk kebugaran) juga mengalami perkembangan yang digabungkan dengan aktifitas
lain manusia. Suatu saat akan muncul klub olah raga lari non prestasi menjadi trend
gaya
hidup seperti klub bike to work atau klub body building.

1 Event Lintasan: Event lari di lintasan 400m.


1.1 Sprint: Event yang termasuk 400m. Event yang umum adalah 60m (hanya didalam
ruangan), 100m, 200m dan 400m.

2. Jarak Menengah: Event dari 800m sampai 3000m, 800m, 1500m, satu mil dan
3000m.
2.1. Lari berintang: lomba (biasanya 300m) dimana pelarinya harus melewati rintangan
seperti penghalang dan rintangan air.

3. Jarak Jauh: Berlari diatas 5000 m. Biasanya 5000 m dan 10000 m. yang kurang
lazim ialah 1, 6, 12, 24 jam perlombaan.

4. Halang Rintang: 110 m halang rintang tinggi (100 m untuk wanita) dan 400 m halang
rintang menengah (300 m di beberapa SMA).

5. Estafet: 4 x 100m estafet, 4 x 400 m estafet , 4 x 200 m estafet , 4 x 800 m estafet


,dll. Beberapa event, seperti estafet medley jarang dilangsungkan kecuali estafet
karnaval besar.
1. Sprint
a. Pengertian sprint
Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan
kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400
meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari
cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang
menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m. Nomor lomba atau event lari sprint
menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja,
sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari tuntutan yang
diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun
kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan
dalam lari sprint adalah hasil dari
kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus,
lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi.
Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu;
(A) Start,
(B) Gerakan lari cepat,
(C) Gerakan finish.

b. Pengertian teknik
Teknik merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah
cara yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau
masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga.
Selain itu juga teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek
dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga.
Teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban
fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.

c. Teknik lari sprint


Teknik adalah sangat kritis terhadap prestasi selama suatu lomba lari sprint. Melalui
tahapan lomba tuntutan teknik sprint beragam seperti halnya aktivitas otot, pola waktu
mereka dan aktivitas metabolik para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi tujuan
utamanya adalah untuk mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di tempat.
Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang
dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh
panjang-langkah dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus
meningkatkan satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah
untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam waktu yang pendek.
Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif,
gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh
keseluruhan.

Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi


tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap reaksi dan dorongan


2. Tahap lari akelerasi
3. Tahap transisi/perubahan
4. Tahap kecepatan maksimum
5. Tahap pemeliharaan kecepatan
6. Finish
Lomba lari sprint yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan
pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari
ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per
satuan waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu
atau kedua-duanya. Hubungan optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah
bervariasi bagi tahap-tahap lomba yang berbeda-beda.

Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu:

1. Start
Start merupakan sikap awalan pada waktu akan melakukan jalan atau lari dengan kaki
atau tangan tidak boleh menyentuh batas.

Suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut;


a. Konsentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi
aba-aba “bersediaaaaa”
b. Mengadopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaap”.
c. Suatu dorongan explosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang
maksimal.

Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang
terbesar dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat mungkin dengan sudutstart optimum
450. setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari)
percepatan yang kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus
menjurus kemungkinan maksimum.
Ada tiga variasi dalam start-jongkok yang ditentukan oleh penempatan start-blok relatif
terhadap garis start:
 START PENDEK (BUNCH START)
Start pendek adalah lutut kaki belakang (kaki kiri) diletakkan didepan ujung kaki depan
(kaki kanan) dengan jarak satu kepal jari-jari tangan rapat dan ibu jari terpisah.

 START MENENGAH (MEDIUM START)

Start menengah adalah lutut kaki belakang (kaki kiri) diletakkan sejajar dengan ujung
kaki depan (kaki kanan) dengan jarak satu kepal jari-jari tangan rapat dan ibu jari
terpisah.

 START PANJANG (LONG START)

Start panjang adalah lutut kaki belakang (kaki kiri) diletakkan dibelakang tumit kaki
depann (kaki kanan) dengan jarak satu kepal jari-jari tangan rapat dan ibu jari terpisah.

CARA MELAKUKAN BERBAGAI JENIS START :

a.Start Pendek (Short Start / Bunch Start)

Sikap permulaan: Berdiri tegak kedua kaki rapat, lengan lurus di samping badan, dan
pandangan lurus ke depan.

Cara melakukannya:

1. Langkahkan kaki kanan ke depan dan tempatkan kaki kiri di belakang. Jari-jari kaki
kiri belakang kira-kira segaris dengan tumit kaki kanan yang berada di depan.

2. Jatuhkan badan ke depan dan letakkan tangan di belakang garis start. Jari-jari
tangan meregang membentuk huruf V (antara ibu jari dan keempat jari lainnya).
Sejajarkan jari tangan dengan garis start.

3. Sikap kedua lengan lurus, berat badan bertumpu pada kedua lengan, dan
pandangan lurus ke depan.

4. Kemudian angkat panggul ke atas hingga posisi pantat lebih tinggi dari pundak.
Kedua lengan tetap lurus, tetapi dengan leher yang tetap lemas.

5. Kemudian tolakan lari pada balok start dengan sekuat-kuatnya, lalu larilah secepat-
cepatnya.
b.Start Menengah (Medium Start)

Sikap permulaan: Berdiri tegak kedua kaki rapat, lengan lurus di samping badan, dan
pandangan lurus ke depan.

Secara umum start menengah sama dengan start pendek. Perbedaan keduanya
terletak pada penempatan posisi kaki depan dengan kaki belakang sebagai berikut:

1. Saat badan diturunkan posisi lutut segaris dengan ujung jari-jari kaki depan.

2. Gerakan selanjutnya sama dengan yang dilakukan pada start pendek.

c.Start Panjang (Long Start)

Sikap permulaan start panjang: Berdiri tegak kedua kaki rapat, lengan lurus di samping
badan, dan pandangan lurus ke depan

Secara umum urutan gerakan, sikap tangan, dan badan sama dengan start pendek dan
start menengah. Perbedaannya terletak pada penempatan posisi kaki depan dan kaki
belakang sebagai berikut :

1. Saat menurunkan badan, letakkan lutut kaki belakang (kiri) segaris dengan tumit
Kaki depan (kanan) atau lebih mundur lagi.

2. Gerakan selanjutnya sama dengan yang dilakukan dalam start pendek dan
menengah.

Ada tiga bagian dalam gerakan start, yaitu:

a. Posisi “bersediaaa”.
Pada posisi ini sprinter mengambil sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang paling
cepat/tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang paling depan. Tangan
diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan. Kaki belakang ditempatkan
pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala
segaris dengan tubuh.

b. Posisi “siaaap”.
Posisi “siaaap” ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet menerima suatu
posstur dalam posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut optimum dari tiap kaki
untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat gravitasi ketika kaki
diluruskan dan pegangan awal otot-otot diperlukan bagi suatu kontraksi explosif dari
otot-otot kaki.
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
1. Berat badan dibagikan seimbang,
2. Poros pinggul lebih tinggi daripada poros bahu,
3. Titik pusat gravitasi ke depan,
4. Sudut lutut 900 pada kaki depan,
5. Sudut lutut 1200 pada kaki belakang,
6. kaki diluruskan menekan start blok.

c. Posisi (aba-aba) “ya”.


Daya dorong tungkai dan kaki dalam start dapat dianalisa dengan menggunakan
papan-pengalas daya dibangu pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu
pada pada saat start, impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-
meter. Kekuatan impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki
dapat dicatat..

Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:


1. Kaki belakang bergerak lebih dahulu. Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya
kekuatan yang puncaknya sangat tinggi dikenakan mengawali gerak akselerasi dari
titik-pusat gravitasi atlet dengan cepat menurun.

2. Penerapan daya kekuatan dari kaki depan dimulai sedikit lambat yang
memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat gravitasi untuk berlanjut setelah dorongan
kaki belakang menghilang, dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama.
Kenyataannya, daya kekuatan daya kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira dua
kali lipat dari daya kakibelakang.

2. Lari jarak menengah

Gerak lari jarak menengah (800 m- 1500 m) dan sedikit berbeda dengan gerakan lari
jarak pendek .terletak pada cara kaki menapak. Lari jarak menengah, kaki menapakball
hell-ball, ialah menapakkan pada ujung kaki tumit dan menolak dengan ujung kaki. Start
dilakukan dengan cara berdiri.
Yang perlu diperhatikan pada lari jarak menengah:
1. Badan harus selalu rilaks atau santai.
2. Lengan diayun dan tidak terlalu tinggi seperti pada lari jarak pendek
3. Badan condong ke depan kia-kira 15º dari garis vertical.
4. Panjang langkah tetap dan lebar tekanan pada ayunan paha ke depan, panjang
langkah harus sesuai dengan panjang tungkai. Angkat lutut cukup tinggi (tidak setinggi
lari jarak pendek).
Dalam lari jarak menengah gerakan lari harus dilakukan dengan sewajarnya, kaki
diayunkan ke depan seenaknya, panjang langkah tidak terlalu dipaksakan kecuali
menjelang masuk garis finis.

3. Lari jarak jauh


Lari jarak jauh dilakukan dalam lintasan stadion jarak 3000m, ke atas, 5000m, 10.000m,
sedangkan marathon dan juga cross-country, harus dilakukan diluar stadion kecuali star
dan finis, secara fisik dan mental merupakan keharusan bagi pelari jarak jauh.
Ayunan lengan dan gerakan kaki dilakuakan seringan-ringannya. Makin jauh jarak lari
yang ditempuh makin rendah lutut diangkat dan langkah juga makin kecil.

4. Halang Rintang
Lari halang rintang adalah bagian dari cabang olah raga lari dengan melintasi rintangan
seperti lari gawang. Lari halang rintang menempuh jarak 3000 meter. Lari halang
rintang atau disebut juga lari steeplace-chase 3000 m adalah lari jarak menengah yang
melewati rintangan-rintangan. Dalam Lari halang rintang, Rintangan dibagi menjadi dua,
yaitu rintangan gawang dan rintangan air dengan gawang di depannya. 

Lari steeple – chase 3000 m termasuk kedalam lari jarak jauh dengan melalui
rintangan-rintangan.

Rintangan itu ada dua macam;


1.Rintangan Gawang.
2.Rintangan Air dengan Gawang didepannya (water jump).
Pelari steeple – chase harus memiliki kecepatan seperti pelari 1500m, tetapi juga harus
memiliki daya tahan seperti pelari 5000 meter, dan harus memiliki kemahiran khusus
dalam melewati rintangan-rintangan tersebut.
Cara untuk melampaui rintangan gawang yang banyak digunakan adalah :
(a)Seperti lari gawang biasa,
(b)Melampaui gawang dengan menginjakkan sebelah kaki di atas gawang.

1. Cara Lari Gawang Biasa


a. Cara seperti lari gawang biasa banyak digunakan oleh pelari-pelari yang memang
memiliki kemahiran dalam lari gawang dan oleh pelari-pelari yang jangkung yang
dengan mudah dapat melangkahi rintangan gawang. Yang penting adalah setelah
pelari melampaui gawang dapat menjaga keseimbangan sebaik-baiknya untuk
melanjutkan larinya. Sangat dianjurkan agar dapat bertumpu dengan kaki manapun.

b. Cara dengan menginjakkan kaki di atas gawang digunakan oleh pelaripelari yang
belum mahir atau belum dapat melakukan cara melangkahi gawang yang baik. Cara ini
digunakan juga pada waktu melampaui rintangan air. Banyak yang menggunakan cara
ini karena persamaannya, sehingga tidak perlu melompati rintangan air, maka setelah
kaki menumpu diatas gawang, tidak perlu menolak dengan kuat melakukan lompatan,
tetapi usahakan agar kaki yang lain secepat mungkin mendarat di tanah untuk
seterusnya melanjutkan lari.

2. Cara untuk melampaui rintangan air pada garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. Bertumpu dari titik setengah meter di muka gawang rintangan air. Lalu melompat ke
atas atas depan, setelah kakinya menapak di atas gawang pada ujung kaki.

b. Badan harus dibawa ke muka kaki, kaki yang bertumpu pada gawang menolak
sekuatnya, kaki lainnya diayunkan ke depan sejauh-jauhnya, dan badan masih dalam
sikap sedikit condong ke depan, sehingga menjadi gerakan melompat.
c. Pada saat melayang, tangan digunakan untuk menjaga keseimbangan badan dan
kaki tumpu melakukan gerakan permulaan untuk persiapan melangkah waktu kaki ayun
mendarat.

d. Mendarat dengan kaki ayun sejauh mungkin mencapai ujung bak air, dan sedikit
mungkin masuk dalam air. Kaki yang mendarat sedikit di tekuk, dan badan tetap dalam
keadaan sedikit condong ke depan. Kaki lainnya  diangkat untuk melangkah ke depan.
Untuk dapat melampaui rintangan air dengan baik, usahakan agar jangan sampai
kecepatan berkurang, bahkan kecepatan harus sedikit ditambah agar menjadi awalan
untuk dapat bertolak lebih kuat pada waktu melompati rintangan air. Kurangnya
kecepatan akan berpengaruh pada hasil lompatan yang kurang jauh pula, sehingga
akan mendarat pada bagian dalam bak air tersebut. Karena tahanan air dan letak lantai
bak air yang miring (tidak rata), akan menyebabkan adanya kesulitan dalam melakukan
gerakan melangkah ke depan selanjutnya. Ini akan menghambat kecepatan lari.
Banyak para pelari steeple – chase melakukan kesalahan disini, dan biasanya terdapat
pada pelari baru. Untuk menjadi pelari steeple – chase yang baik, perlu melatih cara-
cara melampaui rintangan –rintangan itu dengan latihan yang sungguh-sungguh.

5. Lari Estafet
Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik
yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Dalam satu regu lari sambung
terdapat empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pada
nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain,
yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke pelari
berikutnya.
Nomor lari estafet yang sering diperlombakan adalah nomor 4 x 100 meter dan nomor 4
x 400 meter. Dalam melakukan lari sambung bukan teknik saja yang diperlukan tetapi
pemberian dan penerimaan tongkat di zona atau daerah pergantian serta penyesuaian
jarak dan kecepatan dari setiap pelari.

1. Sejarah Lari Estafet

    Lari sambung dimulai dari bangsa Aztek, Inka, dan Maya bertujuan untuk
meneruskan berita yang telah diketahui sejak lama. Di Yunani, estafet obor
diselenggarakan dalam hubungannya dengan pemujaan leluhur dan untuk meneruskan
api keramat ke jajahan-jajahan baru. Tradisi api olimpiade berasal dari tradisi Yunani
tersebut.
Lari estafet 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter bagi pria dalam bentuk sekarang ini,
pertama-tama diselenggarakan pada olimpiade tahun 1992 di Stockholm. Estafet 4 x
100 meter bagi wanita sejak tahun 1928 menjadi nomor olimpiade dan 4 x 400 meter
dilombakan sejak tahun 1972.

2. Peraturan Lari Estafet

    Masing-masing pelari mempunyai peran penting dalam olahraga lari estafet. Oleh
karena itu, kekompakan dan irama lari juga harus selalu dijaga. Dalam jarak tempuh 4 x
100 meter, pelari tidak diperbolehkan untuk menjatuhkan tongkat estafet. Jadi harus
benar-benar dilatih cara mengoper tongkat. Karena bila terjatuh, peserta lari akan
langsung didiskualifikasi. Berbeda halnya dengan olahraga lari estafet dengan jarak
tempuh 4 x 400 meter. Karena jarak tempuh yang lebih jauh, maka peraturannya pun
lebih ringan. Peserta lari boleh menjatuhkan dan mengambil kembali tongkat estafet
yang terjatuh. Tetapi resikonya adalah kalah. Karena ketika peserta lari mengambil
tongkat, maka dipastikan peserta tersebut akan jauh tertinggal dari peserta-peserta lai

3. Tongkat Estafet

    Tongkat estafet adalah benda yang diberikan secara bergilir dari satu peserta ke
peserta lari lainnya dalam satu regu. Karena itu, tongkat ini pun tidak sembarang
tongkat. Ukurannya dibuat sesuai dan pas dengan panjang genggaman pelari pada
umumnya.
Ukuran tongkat yang digunakan pada lari estafet adalah:
• Panjang tongkat : 29 – 30 cm
• Diameter tongkat : 3,81 cm (dewasa) dan 2,54 cm (anak-anak)
• Berat tongkat : 50 gr
Cara memegang tongkat estafet harus dilakukan dengan benar. Memegang tongkat
dapat dilakukan dengan dipegang oleh tangan kiri atau kanan. Setengah bagian dari
tongkat dipegang oleh pemberi tongkat. Dan ujungnya lagi akan dipegang oleh
penerima tongkat estafet berikutnya. Dan bagi pelari pertama, tongkat estafet harus
dipegang dibelakang garis start dan tidak menyentuh garis start.

4.  Teknik Dasar
a. Teknik Memegang Tongkat Estafet
  Tongkat dipegang pada ujung hingga setengah bagian dengan tangan kanan atau
kiri,
sedangkan setengah bagian tongkat untuk dipegang oleh penerima tongkat estafet 
   berikutnya.

b. Teknik Start untuk Lari Estafet          


     Pelari pertama menggunakan start jongkok. Hal yang perlu diperhatikan pelari pada
saat start    
     yaitu tangan ditempatkan di belakang garis start dan tongkat yang dipegang tidak
menyentuh garis stars.

c. Teknik Memberi dan Menerima Tongkat Estafet


     Cara memberi dan menerima tongkat sambil lari dilakukan di daerah wissel (daerah 
     pergantian tongkat). Panjang wissel (daerah pergantian) tongkat estafet adalah 20
meter. 
     Pergantian tongkat yang terjadi di luar daerah pergantian akan menyebabkan
diskualifikasi.
Berdasarkan posisi tangan penerima, terdapat dua macam cara memberi dan
menerima 
            tongkat estafet, yaitu:

1. Memberikan tongkat estafet dari atas


   Teknik ini dipergunakan apabila telapak tangan penerima menghadap ke atas.

 2. Memberikan tongkat estafet dari bawah ke atas


  Teknik ini dipergunakan apabila telapa tangan penerima tongkat estafet menghadap
ke  bawah.
               

Berdasarkan melihat atau tidaknya penerima, maka pergantian tongkat dibedakan


menjadi dua, yaitu:

a. Visual (dengan melihat), yaitu penerima tongkat berpaling ke belakang untuk melihat 
     pemberi tongkat.
b. Nonvisual (tanpa melihat), yaitu penerima tonbgkat tidak melihat pemberi tongkat.
 

d. Latihan Lari Estafet


    Kunci keberhasilan pelari estafet terletak pada pergantian tongkat. Serangkaian
teknik lari 
    sambung (estafet) dari start hingga terjadinya pergantian pemegang tongkat.
    Di dalam pelaksanaan lari estafet, dimungkinkan terjadi beberapa kesalahan pada
saat   
pergantian tongkat. Kesalahan tersebut dapat dilakukan oleh penerima maupun
pemberi tongkat.

a. Kesalahan yang dilakukan oleh penerima, yaitu:


1. Start yang trlambat sehingga cepat terkejar oleh pelari dibelakangnya sebelum
mencapai kecepatan maksimum.
2. Terlalu cepat melakukan start sehingga mngganggu lari pemberi tongkat.
3. Larinya terlalu ke tengah sehingga mengganggu lari pemberi tongkat.
4. Pada waktu mengulurkan tangan ke belakang, tangan dalam keadaan goyang,
sehingga sukar menerima tongkat.
b. Kesalahan yang sering dialami oleh pemberi tongkat, yaitu:
1. Kurang berhati-hati dalam meberikan tongkat, sehingga gagal dalam pemberian atau
tongkat jauh.
2. Pada waktu memberikanb tongkat pemberi berada di belakang penerima, tidak di
sisi 
    sampingnya, sehingga dapat menginjak kaki penerima.
3. Pemberi mangayun tangan yang salah.
4. Pemberi tongkat tidak memberi isyarat (tidak berteriak yak) kepada penerima
tongkat, sehingga 
    penerima tidak tahu.
5. Pemberi tongkat mengurangi kecepatannya pada saat akan mengayun tongkat.

v  Strategi Penyusunan Regu Lari Estafet


Agar dapat dicapai prestasi malsimal, diperlukan strategi dalam pemilihan pelari.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun regu atau tim lari estafet,
yaitu:
 
a. Pelari pertama
1. Pilihlah pelari yang memiliki start yang baik dan memiliki keahlian lari di tikungan.
2. Pelari pertama merupakan pelari yang tercepat pertama atau kedua agar dapat
memberika posisi memimpin.
 
b. Pelari kedua
1. Pelari kedua mempunyai tanggung jawab sebagai pnerima dan pemberi.
2. Mempunyai daya tahan yang baik, sebab ia harus berlari cepat menempuh jarak 120
m – 130 m.
3. Pelari yang kurang mahir ditikungan dapat dipilih sebagai pelari kedua.
 
c. Pelari ketiga
1. Pelari ketiga memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena harus bertindak
sebagai penerima dan pmberi tongkat.
2. Pelari ketiga memiliki keahlian lari di tikugan.
3. Memiliki daya tahan sebagai pelari 200 m.
 
d. Pelari keempat
1. Pelari keempat merupakan pelari tercepat pertama atau kedua.
2. Pelari keempat memiliki daya juang yang besar, karena pelari ini akan menentukan
menang atau kalahnya regu atau tim.
 

Teknik Masuk Finish


Teknik masuk finish ada 3 macam, yaitu:
a. Lari terus tanpa mengubah kecepatan lari.
b. Membusungkan dada ke depan.
c. Merebahkan badan ke depan seperti orangj atuh tersungkur.

v  Diskualifikasi
Peserta atau tim regu dicoret apabila:
a. Start mendahului aba-aba sampai 2 kali.
b. Selama lari mengganggu pelarilain.
c. Masuk ke lintsan lain hingga mendapat keuntungan.
d. Tidak masuk finish.
e. Pergantian tongkat melewati daerah wissel.
f. Tongkat jatuhdiambil orang lain.
g. Penerima sudah lewat batas wissel, kembali untuk mengambil tongkat yang terjatuh.
h. Masuk finish tanpa tongkat.

Anda mungkin juga menyukai