Anda di halaman 1dari 19

KONSEP AGAMA SESUAI AGAMA PASIEN

Tugas Mata Kuliah Agama Islam Kemuhammadiyahan

Oleh Bapak Toni Ardi Rafsanjani, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Septa Adelia Putri (1020183130)


2. Anis Widiarti (1020183126)
3. Della Ayu Setyorini (1020183128)
4. Rahma Salsabella (1020183137)
5. Tri Yusnia Vina Pratiwi (1020183145)
6. Ahmad Muttahuddin (1020183114)
7. Bagas Abdul Ghoni (1020183147)
8. Siti Abibah (1020183166)
9. Charismatuz Zahro Hayati (1020183117)
10. Nila Karomatunnisa (1020183112)
11. Ria Agustina (1020183125)

Jalan Ganesha I, Purwosari, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316

2018 / 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan yang maha kuasa, karena atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Menggunakan Konsep Agama
Sesuai Agama Pasien.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah keagamaan. Mengingat
pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun
makalah ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi,
susunan bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Kudus, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ............................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah. ......................................................................................1
c. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
a. Manajemen Sakaratul Maut...........................................................................2
1. Pendamping Masa Kritis...........................................................................2
2. Langkah-langkah Sakarotul Maut.............................................................6
b. Perawatan Jenazah........................................................................................ 9
1.Adab Terhadap Jenazah.............................................................................9
2. Tata Cara Memandikan, Mengkhafani, Menshalatkan Jenazah...............11
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan................................................................................................... 15
b. Saran............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah ini kami tujukan khususnya untuk kalangan perawat yang beragama
Islam agar kita dapat mengetahui bagaimana dan apa saja cara dalam menghadapi
pasien sakaratul maut dan jenazah. Sebagai perawat umat muslim, kita harus
mengetahui tentang tata cara keperawatan mengurus jenazah dan pasien sakaratul maut.
Karena biasanya peran ini sering diabaikan oleh perawat. Dalam konsep Islam, fase
sakaratul maut sangat menentukan baik / tidaknya seseorang terhadap kematian untuk
menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggung jawaban nanti untuk
tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Biasanya pasien yang sangat
membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena pasien terminal,
pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi
dimana berakhir dengan kematian. Sehingga, pasien terminal biasanya beraksi
menoplak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa saja hal yang dilakukan perawat saat pendampingan merawat pasien
pada saat masa kritis mendekati sakaratul maut?
b. Bagaimana tata cara membimbing pasien yang sedang sakaratul maut?
c. Bagaimana tata cara perawat memandikan, mengkafani, dan mensholatkan
jenazah yang baik dan benar?

C. Tujuan
- Untuk memberikan konsep perawatan terbaik terhadap pasien yang sedang
sakaratul maut.
- Untuk memberikan pengetahuan tentang tata cara merawat jenazah.
- Untuk menerapkan asuhan terhadap pasien yang memiliki penyakit terminal.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Sakaratul Maut


1.Pendampingan Masa Kritis
Kritis merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-
tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama
mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah. Krisis juga
dapat diartikan sebagai ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh
stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman.
Jadi pasien yang krisis merupakan pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan mekanisme coping pasien yang disebabkan oleh kondisi penuh
stress dan dipersepsikan sebagai ancaman.
Pasien kritis adalah perubahan dalam proses yang mengindikasikan
hasilnya sembuh atau mati,sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau
berpisah.
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan
teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan
kedokteran gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis.
Pasien kritis adalah pasien yang memerlukan pemantauan yang canggih dan
terapi yang intensif.
Prioritas pasien yang dikatakan kritis yaitu:
a) Pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis ,tidak stabil,yang
memerlukan perawatan inensif ,dengan bantuan alat – alat ventilasi
,monitoring, dan obat – obatan vasoakif kontinyu dan lain –
pain.misalnya pasien bedah kardiotorasik,atau pasien shock
septik.pertimbangkan juga derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah
tekanan darah tertentu.
b) Pasien prioritas 2

v
Pasien ini memerluakn pelayanan pemantauan canggih
dari icu.jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi
segera,karenanya pemantauan intensif menggunakan metoda seperti
pulmonary arteri cateteter sangat menolong.misalnya pada pasien
penyakit jantung,paru,ginjal, yang telah mengalami pembedahan
mayor.pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang
diterimanya. 
c) Pasien prioritas 3
Pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status
kesehatan sebelumnya,penyakit yang mendasarinya atau penyakit
akutnya, baik masing – masing atau kombinasinya,sangat mengurangi
kemungkinan sembuh dan atau mendapat manfaat dari terapi icu.
a. Karakteristik Situasi Kritis
Secara umum karakter pasien dibedakan mejadi 2 tipe. Yang cenderung
ingin mencari informasi lebih jelas –information seeking-  dan ada yang
tidak begitu mementingkan penjelasan  dokter –non information seeking-.
Para pasien yang jenis kedua  hampir jarang ditemukan di era saat ini.
Mungkin yang masih ada di pedesaan yang penduduknya masih polos, 
kalangan yang latar pendidikannya  kurang, para pasien yang sudah
terlampau percaya pada dokternya atau  terlanjur  menganggap therapi yang
diberikan dokter  selalu cocok dengan segala macam  gejala penyakit yang
dikeluhkan. Mereka tidak terlalu peduli  apa nama penyakitnya, bagaimana
bisa terjadi, bagaimana kemungkianan sembuh dan lain-lain. Sudah cukup
dengan diberikan obat , menerima nasehat mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan.
Berbeda dengan yang kedua di atas, para pasien golongan pencari
informasi akan lebih aktif bertanya kepada dokternya. Mereka belum merasa
puas kalau dokter belum bisa atau pun belum sempat menjawab pertanyaan
mereka. Didasari juga oleh pengaruh psikis, golongan pasien ini dibedakan
lagi antara yang bisa menerima penjelasan dokter secara proporsional dan
ada juga yang bertype agak ‘ngeyel’. Mereka yang rada cerewet ini
terkadang belum cukup menerima sekali penjelasan dokter, banyak

vi
mengajukan pertanyaan yang sama, lebih banyak mengungkapkan keluhan
dibanding mendengar informasi dokternya.
b. Pentingnya Bimbingan Dan Doa Untuk Pasien
Pendampingan keagamaan sangat penting diberikan bagi pasien, ketika
medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian
dinyatakan sudah tidak bias dilakukan apa-apa, bias jadi pendampingan
keagaman membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu
terjadi perbaikan dari penyakit itu.
Pendampingan pasien sangatlah penting karena terlebih lagi pasien yang
barangkali tidak atau belum paham terhadap hubungan antara hamba dan
Tuhannya. Pendamping harus menyadarkan dan membimbing pasien untuk
memahami bagaimana hubungan antara diri dan Tuhannya.
Untuk memberi pemahaman yang benar tentang bagaimana sakit itu
merupakan sapaan kasih sayang dari Tuhan kepada hamba-Nya. Disinilah
fungsi pendamping untuk memahamkan secara benar dan proporsional akan
hikmah sakit kepada pasien. Kalau tidak dipahamkan seperti ini, pasien
akan cenderug mengeluh, marah-marah, menyalahkan, mengumpat, bahkan
tidak mengakui adanya Tuhan.
c. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Dalam Penatalaksanaan Pasien
Kritis
a) Tujuan menyelamatkan kehidupan
b) Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui
observasi dan monitoring ketat disertai kemampuan
menginterprestasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak
lanjut.
c) Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.
d) Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
e) Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan
mempercepat proses penyembuhan pasien.

vii
d. Pengertian Sakaratul Maut
Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk
meninggal. Kematian merupakan terhentinya pernapasan,nadi, tekanan
darah, dan hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap.
e. Pendampingan Pasien Sakaratul Maut
Perawatan kepada pasien yang akan meninggal oleh petugas kesehatan
dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah
sebelum pasien meninggal. Tujuannya yaitu,
1. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien
dan keluarganya.
2. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara
medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sighn.
4. Pendampingan alat-alat medis
5. Pendampingan dengan bimbingan rohani
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk
pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-
Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada
dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic
spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
f. Bimbingan Sakaratul Maut
a) Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 
b) Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan
dihadapannya kecuali kata-kata yang baik.
c) Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah
SWT.
d) Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut.
e) Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat.

viii
2. Langkah-langkah Sakaratul Maut
Ciri ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang
dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki,
tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab,
2. Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkurdisertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti
dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat
kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi
mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima. “sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah
(mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya):
“Siapakah yang dapat menyembuhkan?” Dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia). Dan
bertautanlah betis (kiri) dan betis (kanan). Kepada Robbmulah pada hari
itu kamu dihalau.” (QS. al-Qiyamah [75]: 26-30)

Allah mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga


tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa
mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang
dahsyat dan takut tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat dan
lebih menakutkan lagi (kecuali bagi orang yang dirahmati Alloh ), yaitu
kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus
dengan kain kafan (setelah dimandikan). Dan akhirnya mulailah
manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para
malaikat mempersiapkanruhnyauntuk dibawa ke langit.

Syaikh Sa’di menjelaskan: “Allah mengingatkan para hamba-Nya


dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh
sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher
(kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia)
mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau

ix
kenyamanan. Karena itu Allah berfiman: “Dan dikatakan (kepadanya):
“Siapakah yang akan menyembuhkan?” artinya siapa yang akan
meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan
segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung
sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba,
maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah
waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis
(kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan
menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar
dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau
menuju Allah Ta’ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui
perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat
mendorong hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan
menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang
yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat,
senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan”.

B. Perawatan Jenazah
1. Adab Terhadap Jenazah

Jenazah atau mayat adalah orang yang telah meninggal dunia. Allah Swt
berfirman

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam....” (QS. Al-


Isra`: 70)

Karenanya disyariatkan untuk memuliakan seluruh manusia secara


umum, baik yang muslim maupun yang kafir, tentunya sesuai dengan
bentuk pemuliaan yang dibenarkan oleh syariat Islam itu sendiri.
Pemuliaan ini baik ketika mereka masih hidup maupun setelah mereka
meninggal. Di antara bentuk pemuliaan kepada orang yang telah
meninggal adalah beradab kepada mereka dan memperlakukan mereka
sesuai dengan tuntunan Islam. Begitulah mulianya ajaran Islam, adab
bukan hanya terhadap manusia yang hidup, manusia yang sudah menjadi
jenazah pun masih di ajarkan adabnya.

x
Adapun adab terhadap jenazah dalam agama Islam sebagai berikut,

1. Segera merawat jenazah dan mengebumikannya untuk meringankan


beban keluarganya dan sebagai rasa belas kasih terhadap mereka. Abu
Hurairah. Ra. di dalam haditsnya menyebutkan bahwasanya Rasulullah
Saw telah bersabda: “Segeralah (di dalam mengurus) jenazah, sebab jika
amal-amalnya shalih, maka kebaikanlah yang kamu berikan kepadanya;
dan jika sebaliknya, maka keburukan-lah yang kamu lepaskan dari
pundak kamu”.(Muttafaq alaih).

2. Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak


merobek-robek baju. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam
telah bersabda: “Bukan golongan kami orang yang memukul-mukul
pipinya dan merobek-robek bajunya, dan menyerukan kepada seruan
jahiliyah”. (HR. Al-Bukhari).

3. Disunatkan mengantar janazah hingga dikubur. Rasulullah Saw


bersada: “Barangsiapa yang menghadiri janazah hingga
menshalatkannya, maka baginya (pahala) sebesar qirath; dan barangsiapa
yang menghadirinya hingga dikuburkan maka baginya dua qirath”. Nabi
ditanya: “Apa yang disebut dua qirath itu?”. Nabi menjawab: “Seperti
dua gunung yang sangat besar”. (Muttafaq’alaih).

4. Memuji si mayit (janazah) dengan mengingat dan menyebut kebaikan-


kebaikannya dan tidak mencoba untuk menjelek-jelekkannya. Rasulullah
Saw bersabda:”Janganlah kamu mencaci-maki orang-orang yang telah
mati, karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka
perbuat”. (HR. Al-Bukhari).

5. Memohonkan ampun untuk janazah setelah dikuburkan. Ibnu Umar Ra.


pernah berkata: “Adalah Rasulullah Saw apabila selesai mengubur
janazah, maka berdiri di atasnya dan bersabda:”Mohonkan ampunan
untuk saudaramu ini, dan mintakan kepada Allah agar ia diberi
keteguhan, karena dia sekarang akan ditanya”. (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Albani).

xi
6. Disunnatkan berta`ziah kepada keluarga korban dan menyarankan
mereka untuk tetap sabar, dan mengatakan kepada mereka:
“Sesungguhnya milik Allah lah apa yang telah Dia ambil dan milik-Nya
jualah apa yang Dia berikan; dan segala sesuatu disisi-Nya sudah
ditetapkan ajalnya. Maka hendaklah kamu bersabar dan mengharap
pahala."

7. Dilarang duduk di atas kubur karena seperti itu termasuk menghinakan


kubur. Dari hadits Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda,
“Seandainya seseorang duduk di atas bara api sehingga membakar
pakaiannya sampai kulitnya, itu lebih baik baginya dibandingkan duduk
di atas kubur.” (HR. Muslim, no. 1612). Hadits ini menunjukkan bahwa
duduk di atas kubur termasuk dosa besar karena ancaman yang keras
seperti ini. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang adab
terhadap jenazah dalam ajaran Islam. Mudah-mudahan kita selalu bisa
menjaga adab tersebut terhadap jenazah. Aamiin.

2. Tata Cara Memandikan, Mengkafani,dan Mensholatkan Jenazah


a) Tata cara memandikan jenazah

1. Dilaksanakan di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-


orang yang memandikan dan yang mengurusnya saja.
2. Mayat hendaknya diletakkan di tempat jenazah yang tinggi
seperti dipan.
3. Jenazah dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya
tidak terbuka.
4. Jenazah didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu
perutnya sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar,
kemudian dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan
sarung tangan. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar
tidak terganggu bau kotoran si mayat.
5. Setelah itu, hendaklah mengganti sarung tangan untuk
membersihkan mulut dan gigi jenazah tersebut.
6. Membersihkan semua kotoran dan najisnya.

xii
7. Mewudhukan jenazah, setelah itu membasuh seluruh badannya.
8. Disunahkan membasuh jenazah sebanyak tiga sampai lima kali.
9. Air untuk memandikan jenazah sebaiknya dingin. Kecuali udara
sangat dingin atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh
menggunakan air hangat   

b) Tata cara mengkafani jenazah


Cara Mengkafani Jenazah Laki-Laki atau Perempuan ini merupakan
serangkain yang ada dalam perawatan/pengurusan terhadap mayit
dimakamkan. Proses ini dilakukan setelah selesai memandikan
jenazah.Agar proses mengkafani jenazah ini bisa berjalan dengan baik,
maka ada baiknya memperhatikan beberapa hal penting.
Misalkan saja, kain yang digunakan untuk membungkus mayit laki-laki
atau perempuan ada caranya sendiri. Begitu juga tentang cara mengikat tali
kain kafan juga ada caranya

Langkah-langkah mengkafani.
Dalam hal mengkafani,kalau kita mengacu kepada haqqullah ( hak
Allah) semata, maka kain yang dibutuhkan hanya sebatas penutup aurat.
Bagi laki-laki hanya sebatas penutup pusar dan lututnya, sedangkan bagi
perempuan baik orang yang merdeka  atau budak  adalah kain yang dapat
menutupi semua anggota tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak
tangannya. Adapun bagi banci/waria hukum mengkafaninya disamakan
dengan perempuan.
Akan tetapi kalau dipandang dari haqqullah dan haqqul adami, maka
kain kafan yang dibutuhkan untuk mengkafani laki-laki secara sempurna
adalah tiga lembar kain kafan warna putih. Sedangkan untuk perempuan
dan waria adalah lima lembar kain yang terdiri dari :  

1. Dua lembar kain panjang yang cukup untuk membungkus seluruh


tubuhnya.
2. Kain sarung ( kain pembalut tubuh dari pusar sampai lututnya )
3. Baju kurung

xiii
4. Kerudung (kain penutup kepala dengan bentuk khusus )
Cara Mengkafani Jenazah Laki-Laki.
a. Bentangkan tiga lebar kain kafan yang suda dipotong sesuai
denga ukuran yang dibutuhkan dengan cara disusun, kain yang
paling lebar diletakkan dipaling bawah. Kalau ukuran lebar kain
sama, geserlah kain yang ditengah kekanan sedikit dan yang
paling atas kekiri sedikit atau sebaliknya. Dan jika sendainya
lebar kain kafan tidak cukup untuk menyelimuti mayit, maka
geser lagi hingga bisa menutupi mayit. Dan jika tetap tidak bisa 
menutupinya, baik karena mayitnya besar atau yang lain, maka
lakukan penambahan sesuai dengan kebutuhan.
b. Lulutlah (berilah) kain kafan dengan wangi-wangian.
c. Persiapkan tiga atau lima utas kain tali dan letakkan dibawah kain
yang paling bawah. Dan agar tali dibagian dada (diatas tangan
dan dibawahnya) tidak mudah bergeser, potonglah dengan bentuk
khusus. (satu utas talli yang dibagi dua, sedangkan ditengan tetap
tidak disobek)
d. Persiapkan kafan yang sudah diberi wangi-wangian kayu cendana
untuk diletakkan dibagian anggota badan tertentu antara lain
sebagaimana berikut:
1. Bagian Manfad (lubang terus) yang terdiri dari :
- Kedua mata
- Hidung
- Mulut
- Kedua telinga (dan sebaiknya menggunakan kapasyang lebar,
sekiranya bisa menutupi seluruh muka mayit)
- Kemaluan dan lubang anus
2. Bagian anggota sujud, yang terdiri dari :
- Dahi
- Kedua telapak tangan
- Kadua lutut
- Jari-jari kedua kaki

xiv
3. Bagian persendian dan anggota yang tersembunyi, yang terdiri
dari :
- Kedua lutut paling belakang
- Ketiak
- Kedua telingan bagian belakang
e. Angkatlah dengan hati-hati dan baringkan diatas kain yang telah
dipersiapkan sebagaimana tersebut diatas.
f. Tutuplah bagian anggota badan tertentu sebagaimana tersebut
dinomor
g. Selimutkan kain kafan pada jenazah selembar demi selembar
nulai dari yang paling atas hingga yang paling bawah, kemudian
ikatlah dengan kain tali yang telah disediakan.

Cara Mengkafani Jenazah Perempuan.

a. Bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah di potong sesuai


dengan ukuran yang di butuhkan.kemudian letakkan pula kain
sarung di atasnya di bagian bawah (tempat di mana badan antara
pusar dan kedua lutut di  rebahkan)
b. Persiapan baju kurung dan kerudung di tempatnya.
c. Sediaan tiga atau lima utas kain tali dan letakkandi bawah kain
kafan yang paling bawahyang telah di bentangkan.
d. Sediakan kapas yang sudah diberi wangi-wangian untuk di
letakkan dibagian anggota badan tertentu
e. Angkatlah jenazah dengan hati-hati, kemudian baringkan di atas
kain kafan yang sudah di bentangkan dan yang sudah di lulut dengan
wangi-wangian.
f.Letakkan kapas di bagian anggota badan tertentu sebagaimana
tersebut di cara nomor 04 cara mengkafani mayit laki-laki.
g. Selimutkan kain sarung di badan mayit antara pusar dan kedua
lutut dan pasangkan juga baju kurung berikut kain penutup kepala
(kerudung).Bagi yang rambutnya panjang di kepang menjadi dua

xv
atau menjadi tiga, dan di letakkan di atas baju kurung tempatnya di
bagian dada.
h. Setelah pemasangan baju kurung dan kerudung selesai, maka
selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari
yang paling atas sampai yang paling bawah, setelah selesai ikatlah
dengan tiga atau lima tali yang telah di sediakan.

Anjuran Dalam Mengkafani

 Mengunakan kain putih yang terbuat dari kain katun (qotnu)


 Melulut kain kafan dengan wangi-wangian
 Memberi kapas di bagin tertentu (lihat rinian pada nomor 04 cara
mengkafani mayat laki-laki)
 Menggunakan kain kafan dengan hitungan ganjil, tiga lembar lebih
utama dari dua atau empat lembar, akan tetapi penambahan hitungan
kain kafan lebih dari satu lembar lebih baik meskipun satu termasuk
hitungan ganjil sebagai penghormatan pada si mayit, jadi dua lembar
lebih utama dari satu lembar.
 Menggunakan kain yang bagus tapi tidak mahal, yang di maksud di sini
adalah kain yang berwarna putih, bersih, suci dan tebal.

Larangan-Larangan Dalam Mengkafani

 Menggunakan kain kafan yang mahal.


 Menulisi ayat Al-quran atau Asma’ul A’dhom
 Menggunakan kain kafan yang tipis (tembus pandang)
 Berlebih-lebihan dalam mengkafani (israf)

c) Tata cara menshalatkan jenazah

1. Melakukan takbiratul ihram (takbir pertama).


2. Tanpa perlu membaca istiftah langsung berta’aawudz (
َّ ‫ْو ُذبِالل ِه ِمنَال‬NOّْ ‫ )أَ ُع‬dan membaca basmalah.
‫ش ْيطَانِال َّر ِج ْي ِم‬
3. Diikuti dengan bacaan Al-Fatihah.

xvi
4. Melakukan takbir kedua dan diikuti dengan ucapan shalawat kepada Nabi
shallallaahu ‘alaihiwasallam semisal shalawat yang dibaca pada
tasyahud akhir dalam shalat fardhu.
5. Melakukan takbir ketiga dan mendoakan simayit dengan doa-doa yang
terdapat dalam hadits-hadits yang shahih.
6. Selepas berdoa kemudian melakukan takbir terakhir (takbir keempat),
berhenti sejenak, lalu salam kearah kanan dengan satu kali salam.

xvii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sakratul maut selalu terjadi dalam setiapkehidupan dan setiap manusia mempunyai
sakaratul maut yang berbeda tergantung amalan mereka , dan sebagai seorang
tenaga medis kita harus bisa mendampingi orang yang akan sakaratul maut
tergantung agama masing-masing pasien tersebut dan selalu ada tata cara dalam
pelaksaanaan menangani pasien yang sakaratul maut , baik tatacara pemandian
,penyolatan adab dan pendampingannya.

B. SARAN
Sebagai manusia kita harus selalu mengingat kematian dan sebagai tenaga medis
kita diwajibkan tau tata cara atau adab dalam menangani pasien yang sakaratu
lmaut.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

http://www.perawatilmiah.com/2015/10/pendamping-pasien-kritis.html
https://keperawatanreligionseptianilugina.wordpress.com/2013/05/06/bimbingan-
sakaratul-maut-bagi-klien-muslim/

xix

Anda mungkin juga menyukai