Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara geografis negara Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki
kekayaan alam yang melimpah, baik kekayaan flora maupun fauna. Manfaat dari
kekayaan alam di Indonesa telah disadari sejak dulu dan banyak diaplikasikan
sebagai bahan obat bahkan menjadi tradisi turun temurun. Dengan
berkembangnya teknologi dan sains, manfaat dari semua bahan alam yang ada,
sering dilakukan. Banyak bahan alam yang terbukti mengandung khasiat obat
yang berguna bagi kehidupan manusia, baik berupa jenis tanaman maupun hewan
(biota laut).
Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara
membuat obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan hewan dan
tanaman yang berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal ataupun
disintesis.
Sebagai mahasiswa farmasi kita juga dituntut untuk mempelajari ilmu
pengobatan baik berupa tumbuh-tumbuhan, hewan maupun mineral seperti
fitokimia. Fitokimia adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan
dari sumber tumbuhan termasuk sayuran, buah-buahan maupun biota laut.
Pada fitokimia 2 ini mempelajari tentang biota laut. Biota laut adalah semua
jenis makhluk hidup yang ada dilaut baik hewan, tumbuhan, maupun karang atau
berbagai jenis organisme yang hidup diperairan laut yang menurut fungsinya
dapat dijadikan sebagai obat seperti pada teripang laut yang menurut masyarakat
setempat dapat mengobati asam urat. Biota laut sangat banyak jenisnya, tetapi
dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok (taksa). Biota-biota tersebut
dapat kita jumpai didaerah pesisir dan laut. Kita dapat menemukan adanya bintang
laut biru, teripang, bulu babi dan biota laut lainnya. Sering kali kita juga tidak bisa
menentukan dari golongan manakah biota laut yang kita temukan untuk dijadikan
sebagai obat. Sehingga diperlukan pengenalan yang lebih mendalam agar kita
dapat mendeskripsikan biota laut yang ada.

1
Pada praktek kerja lapangan yang dilakukan di desa Tamboo kabupaten
Bone Bolango Provinsi Gorontalo selama 3 hari 3 malam, kami mengumpulkan
beberapa jenis biota laut seperti bulu babi, teripang, dan bintang laut biru yang
akan dikembangkan dalam laboratorium fitokimia setelah melalui proses
pengambilan dan pengolahan sampel tertentu yang sesuai dengan syarat-syarat
pengambilan sampel dan akan dijelaskan pada bab-bab selanjutnya dalam laporan
ini.
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam bahan alam terutama yang
terdapat pada biota laut (tanaman yang berkhasiat obat).
2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai manfaat bahan alam terutama yang
terdapat pada biota laut (tanaman yang berkhasiat obat).
3. Mahasiswa dapat mengetahui teori serta cara membuat simplisia
1.3. Manfaat
1. Untuk Praktikan
Agar praktikan lebih mengetahui jenis-jenis tanaman obat, mendapatkan
wawasan dan tentang bagaimana pengolahan simplisia yang berasal dari
biota laut dan manfaatnya untuk dijadikan sebagai bahan obat
2. Untuk Farmasi
1. Menjadi objek penelitian yang baru untuk mahasiswa-mahasiswa farmasi
yang akan meneliti.
2. Dengan adanya keterampilan dalam pembuatan simplisia, mempermudah
kita sebagai seorang calon farmasis dalam penyediaan bahan obat yang
berasal dari alam.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Fitokimia
Fitokimia adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan
ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah, dan fungsi
biologinya. Fitokimia juga disebut fitonutrien dalam arti luas fitokimia adalah
segala jenis zat kimia yang diturunkan dari sumber tumbuhan dan hewan
(Gunawan, 2004).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan (Dirjen POM, 1979).
2.1.2 Biota laut
Biota laut adalah semua jenis makhluk hidup yang ada dilaut baik hewan,
tumbuhan, maupun karang atau berbagai jenis organisme yang hidup diperairan
laut yang menurut fungsinya dapat dijadikan sebagai obat.
2.1.3 Jenis-jenis Biota Laut
Menurut Romimohtarto & Juwana (1999), berdasarkan sifatnya, biota laut
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Planktonik: yaitu biota yang melayang-layang, mengapung dan berenang
mengikuti arus (karena tidak dapat melawan arus). Berdasarkan penelitian
diketahui bahwa plankton, merupakan biota laut yang memiliki
keanekaragaman tinggi di laut. Jenis plankton ini banyak dijumpai di
kolom permukaan air (mintakat pelagik).
1. Plankton terbagi 2 yaitu :
- Fitoplankton (plankton tumbuhan) : algae biru, algae coklat, algae merah,
dinoglagellata dan lain-lain.
- Zooplankton (plankton hewan) : lucifer, acetes (udang rebon), ostracoda,
cladocera dan lain-lain.

3
2. Nektonik : biota yang berenang-renang (hanya terdiri dari hewan saja):
ikan, uburubur, sotong, cumi-cumi dan lain-lain.
3. Bentik : biota yang hidup di dasar atau dalam substrat, baik tumbuhan
maupun hewan. Terbagi dalam 3 macam.
- Menempel : sponge, teritip, tiram dan lain-lain
- Merayap : kepiting, udang karang yang kecil-kecil dan lain-lain
- Meliang : cacing, kerang dan lain-lain
Jadi pada dasarnya pembagian biota-biota di laut bukan berdasarkan ukuran
besar atau kecil, tetapi berdasarkan pada kebiasaan atau sifat hidupnya secara
umum, seperti gerakan berjalan, pola hidup dan sebaran menurut ekologi. Banyak
biota laut yang di dalam siklus hidupnya mempunyai lebih dari satu sifat, yaitu
sewaktu larva hidup sebagai planktonik dan berubah sifat menjadi nektonik atau
bentik saat juvenile (juwana) ataupun saat dewasa (contohnya udang, kepiting,
ikan dan lain-lain) (Nybakken, 1993).
Berdasarkan kelompoknya, biota laut terbagi menjadi 3yakni :
1. Ikan
Ikan termasuk hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrata), berdarah
dingin dan mempunyai insang. Jenis hewan ini merupakan penghuni laut yang
paling banyak yaitu sekitar 42,6% atau sekitar 5000 jenis yang telah diidentifikasi,
mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi baik dalam bentuk, ukuran, warna
dan sebagian besar hidup di daerah terumbu karang (Tjakrawidjaya, 1999).
2. Krustasea
Kelompok hewan ini terdiri dari udang dan kepiting umumnya hidup di
lubanglubang, celah-celah terumbu karang atau di balik bongkahan batu dan
karang. Aktivitas kelompok hewan ini dilakukan pada malam hari, misalnya
waktu mencari makan dan kegiatan lainnya, sedangkan siang hari dipergunakan
untuk bersembunyi. Banyak macam sifat kehidupan dalam kelompok hewan ini,
diantaranya ada yang hidup bersimbiose dengan hewan-hewan lain, misalnya
dengan ikan, anemon, karang batu (Pratiwi, 1993).

4
2. Ekhinodermata
Kelompok hewan ini biasanya mempunyai permukaan kulit yang berduri.
Duri-duri yang melekat di tubuhnya itu bermacam-macam ada yang tajam, kasar
dan atau hanya berupa tonjolan saja. Jenis yang termasuk kelompok
ekhinodermata adalah bintang laut (Linckia laevigata), bulu babi (Diadema
setosum), timun laut atau tripang (Holothuria Scabra), lili laut (Lamprometra sp),
bintang mengular (Ophiothrix fragilis), mahkota seribu atau mahkota berduri
(Acanthaster planci) (Lilley, 1999).
2.2 Uraian Hewan
2.2.1 Teripang
2.2.1.1 Klasfikasi
Menurut Rohani (1998) dalam Hamidah (1999) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Kelas : Holothuridea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Aspidochirota
Hulothuria scabra Genus : Holothuria
(Teripang pasir) Spesies : Holothuria scabra
2.2.1.2 Morfologi
Badan teripang berbentuk bulat panjang dan akan segera mengkerut bila
diangkat dari permukaan air. Di seluruh permukaan badan teripang terdapat bintil-
bintil halus. Teripang mudah dikenali karena warnanya indah. Bagian
punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sementara
bagian perut, sisi sekitar mulut dan duburnya kemerah-merahan. Teripang hidup
di daerah perairan berkarang atau berpasir yang ditumbuhi ilalang (sea grass)
(Martoyo, 2006).
2.2.1.2 Kandungan Kimia
Teripang sudah ratusan tahun digunakan sebagai obat-obatan di Cina yang
diyakini mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Efek penyembuhan

5
tersebut mungkin disebabkan senyawa bioaktif yang terdapat pada tubuh teripang
seperti saponin (triterpen glikosida) (Albuntana, 2011).
Saponin dihasilkan sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri
secara kimiawi bagi teripang di alam. Selain diduga sebagai senyawa untuk
pertahanan diri dari predator, juga diyakini memiliki efek biologis, termasuk
diantaranya sebagai anti jamur, sitotoksik melawan sel tumor, hemolisis, aktivitas
kekebalan tubuh dan anti kanker (Pranoto, 2012).
Bordbar (2011) juga mengatakan bahwa teripang kaya akan glikosida
terutama triterpen glikosida yang terbukti memiliki aktivitas antijamur dan
antitumor. Triterpen glikosida dan glikosida lainnya seperti holothurin A dan B,
teridentifikasi dari fraksi n-butanol. Teripang secara spesifik mengandung
sapogenin steroid, triterpen glikosida dan holostan yang berfungsi sebagai
antibakteri, antimikroba dan antijamur.
2.2.1.3 Khasiat atau Kegunaan
Sebagai bahan pangan, teripang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi
dan rasanya sangat lezat. Menurut Widodo (2013), Teripang kering mempunyai
kadar protein tinggi, yaitu 82%. Kandungan protein teripang yang cukup tinggi ini
menunjukkan bahwa teripang memiliki nilai gizi yang baik sebagai makanan.
Protein pada teripang mempunyai asam amino yang lengkap, baik asam amino
esensial maupun asam amino non esensial. Asam amino sangat berguna dalam
sintesa protein dalam pembentukan otot dan dalam pembentukan hormon.
2.2.2 Bulu babi
2.2.2.1 Klasifikasi
Menurut Rohani (1998) dalam Hamidah (1999) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Echinoidea
Ordo : Cidaroidea
Family : Diadematidae

Diadema setosum Genus : Diadema


(Bulu babi) Spesies : Diadema setosum

6
2.2.2.2 Morfologi
Berbeda dengan bintang laut dan bintang ular, bulu babi (Echinoidea)
tidak mempunyai lengan. Tubuh bulu babi umumnya berbentuk agak bulat. Mulut
treletak dibawah seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi
duri-duri. Duri-duri terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat
digerakkan. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk bergerak merayap didasar 
laut. Mulut terletak di bawah menghadap ke dasar laut sedangkan anusnya
menghadap ke dasar laut sedangkan anusnya menghadap ke atas di puncak
bulatan cangkang. Mulut dan gigi merapat jadi satu, dilekatkan oleh suatu bagian
dari kapur, membentuk struktur yang dikenal sebagai rentera arstoteles. Salah satu
jenis bulu babi yang sangat uum dijumpai di Indonesia adalah Diadema setosum.
Seluruh tubuh berwarna hitam dengan duri-duri yang panjang, hidup di daerah
karang dan pasang surut, memakan alga dan partikel organik. Membentuk koloni
untuk mempertahankan diri dan memudahkan proses fertilisasi.
2.2.2.3 Kandungan Kimia
Gonad bulu babi merupakan makanan tambahan yang kaya akan nilai gizi.
Lee dan Hard (1982) dalam Azis (1995) diacu dari Ratna (2002) melaporkan
bahwa dari analisis protein bulu babi, ternyata didalamnya terkandung sekitar 28
macam asam amino. Selain itu gonad bulu babi juga kaya akan vitamin B
kompleks, vitamin A dan mineral.
2.2.2.4 Khasiat dan Kegunaan
Cangkang dari jenis bulu babi tertentu dilapisi oleh pigmen cairan hitam
yang stabil. Cairan ini dapat digunakan sebagai pewarnaan jala dan kulit.
Cangkang dari bulu babi juga diminati sebagai barang perhiasan. Sedangkan
organ dari sisa pengolahan bulu babi biasanya berupa cangkang dan organ dalam
(jeroan) dapat diproses lebih lanjut menjadi pupuk (Ratna, 2002).
Dari hasil analisa kualitatif gonad bulu babi Diadema setosum diketahui
bahwa dalam gonad tersebut ditemukan lima asam amino esensial bagi orang
dewasa yaitu lisin, metionin, fenilalanin, threonin, dan valin, dua asam amino
esensial bagi anak-anak yaitu arginin dan histidin, juga ditemukan asam amino
esensial lain yaitu asam aspartat, asam glutamat, glisin, serin (Ratna, 2002).

7
2.2.3 Bintang laut
Menurut Rohani (1998) dalam Hamidah (1999) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Family : Ophidiasteridae

Linckia laevigata Genus : Linckia


(Bintang laut) Spesies : Linckia laevigata
2.2.3.1 Morfologi
Tubuh bintang laut umumnya berbentuk simetris radial (cakram) dengan
4-5 lengan. Pada beberapa jenis tertentu, jumlah lengan dapat mencapai 40 buah.
Mulut bintang laut terletak di tengah cakram pada sisi bawah tubuh. Di bawah
lengan bintang laut terdapat alur yang dalam mulai dari mulut hingga ujung
lengan yang disebut celah ambulakral. Di dalam celah ambulakral bintang
laut terdapat kaki tabung dengan ujung yang lengket berfungsi sebagai alat untuk
beregerak. Bintik mata yang peka terhadap cahaya terdapat di ujung lengan.
Di sisi atas (daerah aboral) bintang laut terdapat anus dan lubang tempat
masuknya air yang disebut madreporit. Kulit atas bintang laut umumnya kasap,
keras dan ada yang berduri  untuk mempertahankan diri. Makanan bintang
laut terdiri dari ikan, tiram, kerang, teritip, keong, cacing, polip karang, crustacean
dan lain-lain.
2.2.3.2 Kegunaan
Penyakit asma selama ini diketahui belum ada obat yang bias
menyembuhkannya, begitu pula dengan radang sendi atau arthritis. Tapi studi
terbaru dari ilmuwan kelautan menunjukkan bahwa bintang laut bisa menjadi obat
untuk penderita asma dan radang sendi.
Sebuah tim peneliti dari Scottish Association for Marine Science telah
mempelajari substansi atau bahan berlendir yang melapisi tubuh bintang laut
berduri. Peneliti menemukan bahwa bahan licin pada bintang laut lebih baik dari

8
teflon untuk menghentikan puing-puing menempel pada tubuh bintang laut,
sehingga bisa menjaga kebersihannya.
Dan peneliti percaya bahwa bahan tidak lengket ini dapat dijadikan
senjata baru yang penting untuk mengobati penyakit inflamasi atau peradangan
seperti asma dan radang sendi.Penyakit peradangan seperti asma dan radang sendi
merupakan kondisi yang terjadi ketika respon alami tubuh terhadap infeksi
dipercepat diluar kendali.
Hal ini membuat sel darah putih (leukosit) yang bertugas memerangi
infeksi mulai menumpuk di pembuluh darah dan menempel pada sisi-sisinya,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Lendir bintang laut dapat
digunakan untuk melapisi pembuluh darah yang akan membiarkan sel darah putih
mengalir dengan mudah, sel-sel darah putih harus tetap mengalir pada pembuluh
darah. Jadi tim peneliti mulai mempelajari bagaimana lendir bintang laut dapat
mengatasi hal ini dan mencegah terjadinya peradangan pada tubuh manusia. Ini
dapat mengurangi jumlah obat yang harus diminum pasien asma dan radang sendi,
yang sering memiliki efek samping yang tidak diinginkan, bintang laut sangat
efektif dan telah banyak membantu pengobatan manusia.
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995; Andriani, 2001).
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas dan mudah
terbakar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P dan
dalam eter P

9
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api
Kegunaan : Pengawet
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979).
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak


mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut

10
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 22-25 Agustus 2019,
bertempat di Desa Tamboo, Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango,
Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Box ikan, cutter, gunting, kaca mata renang, loyang, parang, penjepit,
pisau, sarung tangan, dan sibu-sibu.
3.2.2 Bahan
Alkohol 70%, bintang laut, bulu babi, plastik es batu, dan teripang.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Teripang
1. Dipanen sampel teripang dalam laut.
2. Diletakkan sampel teripang didalam loyang yang berisi air laut.
3. Digunting teripang melalui mulut teripang hingga teripang terbelah menjadi
dua.
4. Dibersihkan isi perut teripang hingga bersih.
5. Dirajang teripang menjadi potongan kecil.
6. Dimasukkan hasil rajangan teripang kedalam plastik es batu.
7. Dikeringkan hasil rajangan teripang.
8. Disimpan sampel teripang setelah kering.
3.3.2 Bulu babi
1. Dipanen sampel bulu babi dalam laut.
2. Diambil bulu babi dengan menggunakan sibu-sibu.
3. Dibersihkan bulu babi dari durinya.
4. Digunting bulu babi melalui mulut bulu babi hingga bulu babi terbelah
menjadi dua.
5. Dibersihkan isi dalam bulu babi hingga bersih.
6. Dirajang bulu babi menjadi potongan kecil.

11
7. Dimasukkan hasil rajangan bulu babi kedalam plastik es batu.
8. Dikeringkan hasil rajangan bulu babi
9. Disimpan sampel bulu babi setelah kering.
3.3.3 Bintang laut
1. Dipanen sampel bintang laut
2. Dirajang bintang laut dengan menggunakan parang.
3. Dipotong bintang laut hanya pada bagian jari-jari bintang laut saja tidak
sampai bagian tengahnya.
4. Dimasukkan hasil rajangan bintang laut kedalam plastik es batu.
5. Dikeringkan hasil rajangan bintang laut.
6. Disimpan sampel bintang laut setelah kering.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Hasil Gambar

Teripang
1.
(Holothuria scabra)

Bintang Laut
2.
(Linckia laevigata)

Bulu Babi
3.
(Diadema setosum)

4.2 Pembahasan
Fitokimia adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun
oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta
metabolismenya, penyebarannya secara alamiah, dan fungsi biologinya. Fitokimia
juga disebut fitonutrien dalam arti luas fitokimia adalah segala jenis zat kimia
yang diturunkan dari sumber tumbuhan dan hewan (Gunawan, 2004).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan (Dirjen POM, 1979).

13
Pada pembuatan simplisia kali ini digunakan beberapa bagian dari biota laut
yang akan dijadikan sebagai sampel diantaranya Teripang, Bulu babi dan Bintang
laut. Menurut Ardiana (2017), Teripang di Indonesia telah dimanfaatkan cukup
lama, terutama oleh masyarakat disekitar pantai yaitu nelayan teripang, yang
diolah menjadi bahan makanan maupun obat-obatan. Menurut Grimzek (1972),
pemanfaatan dan pengolahan yang dilakukan pada bintang laut yaitu diolah untuk
menghasilkan senyawa glikosida yang berguna sebagai bahan antibiotik.
Sedangkan menurut Hamid (2006), Bulu babi memiliki beragam manfaat,
sebagian memiliki manfaat sebagai bahan pangan, ekologi, ekonomi dan sifat
racun. Sebagian lain telah dimanfaatkan sebagai organisme model, hewan hias
dan digunakan dalam bidang kesehatan terutama untuk pengobatan penyakit pada
manusia.
4.2.1 Teripang
Pengolahan sampel yang pertama adalah teripang. Teripang yang siap
diolah, terlebih dahulu dikeluarkan isi perutnya. Pengeluaran isi perut umumnya
dilakukan dengan cara membelah bagian perut dimulai dari anus hingga mulut.
Menurut Hadiwiyanto (1993), Pengeluaran isi perut bertujuan untuk menghindari
proses pembusukan pada teripang karena pada isi perut mengadung
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kebusukan pada teripang. Proses
pembusukan yang terjadi ditandai dengan munculnya bau tidak sedap (off odor)
dan hilangnya kelenturan daging teripang sehingga teripang menjadi lembek serta
tidak kenyal.
Teripang yang telah dikeluarkan isi perutnya kemudian dicuci bersih untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada tubuh teripang. Pencucian juga
dilakukan pada bagian dalam tubuh teripang, agar sisa isi perut benar-benar
bersih. Selanjutnya dilakukan perajangan pada teripang yang bertujuan untuk
memperluas permukaan sampel agar mempercepat proses pengeringan. Menurut
Prasetyo (2013), beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

14
Tahap terakhir adalah proses pengeringan. Proses pengeringan bertujuan
untuk menghilangkan kadar air pada teripang yang dilakukan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari. Menurut adawiyah (2007), pengeringan bertujuan untuk
menghilangkan kadar air pada teripang hingga titik minimal sehingga teripang
dapat disimpan dalam waktu lama. Jumlah kandungan air pada suatu produk akan
mempengaruhi daya tahan bahan tersebut terhadap serangan.
4.2.2 Bulu Babi
Pengolahan sampel selanjutnya adalah bulu babi. Langkah pertama yang
harus dilakukan saat pengolahan bulu babi adalah menggunting/mengeluarkan
duri. Hal ini karena duri bulu babi mengandung racun yang berbahaya. Menurut
Exton (1989), Bulu babi dapat mengakibatkan luka menyakitkan jika diinjak serta
mampu menyebabkan luka tusukan yang dalam. Peracunan awalnya menghasilkan
rasa sakit pada tempat tusukan hingga beberapa jam, muncul lagi dengan beberapa
tekanan pada sisi luka. Edema lokal, eritema, dan pendarahan bisa mengikuti.
Simpton muak sistemik, paresthesias, paralisis berotot dan kesulitan pernafasan
terjadi dalam kebanyakan kasus. Selanjutnya cangkang bulu babi diambil dengan
cara mengeluarkan isi dalam cangkang bulu babi kemudian dicuci dengan air
bersih. Menurut Vimono (2007), bulu babi merupakan hewan laut yang sebagian
besar tubuhnya dilapisi dengan cangkang dan duri. Cangkang bulu babi
merupakan kerangka yang tersusun dari kalsium karbonat serta dapat digunakan
dalam bidang kesehatan untuk pengobatan penyakit. Cangkang bulu babi yang
telah dibersihkan kemudian dirajang dan dikeringkan.
4.2.3 Bintang Laut
Pengolahan sampel yang terakhir adalah bintang laut. Pengolahan dilakukan
dengan cara merajang bagian jarinya kemudian dicuci dan dikeringkan. Bagian
bintang laut yang diambil hanya jari-jarinya. Hal ini karena bagian tubuh dari
bintang laut bersifat kaku dan keras. Menurut Brusca (1990), bintang laut
umumnya berbentuk menjadi dan mempunyai skeleton eksternal yang disusun
oleh lempengan-lempengan (plates). Lempengan-lempengan skeleton ini dibentuk
dari bahan kristal kalsit, yang menyebabkan tubuh bintang laut kaku dan keras
saat kering.

15
Sampel yang telah kering kemudian disimpan ditempat yang kering, tidak
lembab dan terhindar dari sinar matahari langsung. Diberi wadah yang baik dan
disimpan pada tempat yang menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari PKL in yaitu :

16
1. Terdapat banyak jenis biota laut sebagai bahan alami yang dapat diolah
sebagai obat yang mempunyai manfaatnya masing-masing. Biota laut yang
dapat dijadikan untuk pengobatan seperti bintang laut biru, bulu babi, dan
teripang.
2. Dari semua jenis sampel yang didapatkan terdapat jenis biota laut sebagai
bahan alami yang dapat diolah sebagai obat. Dari semua biota laut
mempunyai manfaat yang bermacam-macam, tergantung dengan
kandungan zat yang ada pada sampel tersebut.
3. Cara pembuatan simplisia dari biota laut yaitu pengambilan sampel, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengawetan,
pengepakan, penyimpanan.
5.2 Saran
5.2.1 Jurusan
Diharapkan agar jurusan dapat memberikan fasilitas yang lebih baik lagi
untuk PKL kedepannya nanti. Sehingga mahasiswa dapat merasa lebih nyaman
lagi.
5.2.2 Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih ditingkatkan
dengan banyak memberi materi atau pengetahuan mengenai yang akan
dipraktekkan di praktek kerja lapangan farmakognosi
5.2.3 Untuk PKL Selanjutnya
Kami sebagai praktikan mengharapkan PKL kedepannya dapat
dilaksanakan dilokasi yang memiliki lebih banyak sampel biota laut yang
umumnya berkhasiat sebagai obat, dan dalam pelaksanaannya PKL dapat diisi
dengan kegiatan positif lainnya agar dapat menambah wawasan tentang tanaman
biota laut yang dijadikan sebagai obat sehingga PKL dalam kesehariannya akan
lebih bermanfaat

17

Anda mungkin juga menyukai