Keperawatan Anak 1
atau infeksi oleh virus herpes pada manusia juga sering menyebabkan kejang demam
pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga sering menyebakan demam tinggi dan
kejang demam pada anak-anak (Mediacastore, 2011: 8).
Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang
demam adalah sebagai berikut:
1. Infeksi virus
2. Infeksi traktus pernapasan atas
3. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
4. Infeksi saluran kemih
5. Otitis Media
6. Faktor genetic
C. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glucose, sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan
diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler. Berdasarkan hal diatas bahwa
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon
dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui oleh ion Na+ dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah.
Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis
dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na, K, ATP yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya
membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena
itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam
singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion Na+ melalui membran tersebut dengan
akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Keperawatan Anak 2
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala
sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea,
Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis ( Hidayat, 2009: paragraf 4 ).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kejang demam antara lain :
1. Kejang umum biasanya di awali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10
sampai 15 menit
2. Frekuensi takikardia pada bayi sering di atas 150 – 200 permenit
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung
4. Gejala bendungan system vena : Hepatomegali, Peningkatan vena jugularis(
Wongjingkang, 2012 : Paragraf 2 )
E. Klasifikasi
Kejang demam dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
15 menit dan umumnya dapat berhenti sendiri. Kejangnya bersifat umum artinya
melibatkan seluruh tubuh. Kejang tidak berulang dalam 24 jam pertama. Kejang
demam tipe ini merupakan 80% dari seluruh kasus kejang demam.
2. Kejang demam kompleks adalah kejang dengan satu ciri sebagai berikut: kejang
lama > 15 menit, kejang fokal / parsial satu sisi tubuh, kejang > 1 kali dalam 24
jam ( Hartono, 2011 : 194 ).
F. Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien
yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan
neurologis pada sebagian kecil kasus dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus
dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. ( Hartono, 2011 :
196 ).
Keperawatan Anak 3
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang kejang demam menurut Hartono (2011 : 195) antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab atau keadaan
lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dikerjakan, darah perifer, elektrolit, dan gula darah.
2. Lumbal Fungsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektro ense falo grafi ( EEG ) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam.
H. Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang,
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat
untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan lahan dengan kecepatan 12
mg/menit atau dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 – 0,75 mg/kg atau diazepam rektal
5 mg untuk anak dengan berat badan < 10 kg dan 10 mg untuk berat badan > 10 kg
atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Tata laksana
kejang demam :
1. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
2. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke
rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3
– 0,5 mg/kg.
3. Bila kejang tetap belum berhenti, berikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 1020 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 48 mg/kg/hari, dimulai 12
jam setelah dosis awal.
Keperawatan Anak 4
4. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang
rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung
dari jenis kejang demam, apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor resikonya ( Hartono, 2011 : 198 – 199 ).
B. Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suhu dapat diturunkan dengan kriteria :
a. Suhu badan anak berkurang hingga 37,5º C
b. Temperatur kulit hangat
INTERVENSI
a. Kaji TTV
b. Pantau suhu
Keperawatan Anak 5
c. Beri selimut dingin/matras
d. Berikan kompres hangat
e. Ajarkan kluarga untuk kompres hangat
f. Kolaborasi pemberian obat sesuai dengan ketentuan
RASIONAL
a. Mengetahui keadaan umum
b. Menentukan keefektifan tindakan
c. Untuk menurunkan panas
d. Untuk menurunkan panas
e. Untuk menurunkan panas
f. Untuk menurunkan panas klien
2. Resiko cidera sekunder akibat kejang b.d gerakan klonik yang tidak
terkontrol selama episode kejang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan tidak akan terjadi cidera dengan
kriteria hasil anak tidak mengalami cidera akibat kejang
INTERVENSI
a. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti pasang penghalang tempat tidur.
b. Catat berbagai gerakan tubuh anak dan lama kejangnya
c. Kaji status pernapasan anak
d. Kolaborasi:Beri pengobatan antikonuulsan sesuai indikasi
RASIONAL
a. Kewaspadaan ini mencegah anak jatuh, cidera kepala serta mengurangi
resiko komplikasi lebih jauh.
b. Jenis Gerakan dan lamanya kejang membantu memastikan jenis kejang
yang dialami anak.
c. Anak memerlukan resusitasi pernapasan, jika mengalami apnea selama
atau setelah kejang
d. pengobatan antikonvulsan dapat mengendalikan kejang
3. Kekurangan volume cairan b.d mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan kebutuhan klien terpenuhi dengan kriteria :
a. TTV stabil
Keperawatan Anak 6
b. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output
urine adekuat
c. Turgor kulit baik
d. Membran mukosa mulut lembab
INTERVENSI
a. Kaji TTV
b. Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosa, masukan dan haluaran dan
berat jenis urine
c. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan pemasukan minuman klien
d. Beri dan pantau cairan IV ssuai kebutuhan
e. Pantau masukan dan haluaran
f. Dorong masukan cairan sedikit tapi sering
g. Berikan cairan intavena sesuai dengan kebutuhan
RASIONAL
a. Untuk mengetahui keadaan umum klien
b. Mengiindikator dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat kebutuhan
hidrasi
c. Membantu dalam meningkatkatkan tingkat hidrasi
d. Untuk dehidrasi hebat dan muntah
e. Menentukan luasnya kekurangan cairan
f. Dengan jumlah yang kecil dapat menimbulkan yang baik
g. Mempertahankan hidrasi
Keperawatan Anak 7
a. Peningkatan suhu tubuh dari yang normal membutuhkan penambahan
cairan.
b. Untuk mengetahui keseimbangan cairan
c. Membantu mencegah kekurangan cairan
d. Mencerminkan tingkat atau derajat dehidrasi
5. Perubahan Nutrisi dari kebutuhan bd intake yang tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan peningkatan status nutrisi kesehatan
anak dengan kriteria hasil peningkatan status nutrisi.
INTERVENSI
a. Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien, mengurangai
gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan.
b. Bantu klien makan
c. Selingi makan dan minum
d. Monitor hasil laboratorium seperti HB, Ht
e. Atur posisi semifowler saat memberikan makanan
RASIONAL
a. Cara khusus meningkatan napsu makan
b. Membantu klien makan
c. Memudahkan makanan untuk masuk
d. Monitor status nutrisi klien
e. Mengurangi regurtasi
6. Resiko terhadap bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan sekresi
mucus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan
jalan napas efektif dengan kriteria :
a. Sekresi mukus berkurang
b. Anak tidak kejang
c. Gigi tidak mengigit
INTERVENSI
a. Ukur tanda-tanda vital
b. Lakukan penghisapan lendir
c. Letakkan klien pada posisi miring dan permukaan datar
d. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
Keperawatan Anak 8
RASIONAL
a. Untuk mengetahui status keadaaan klien secara umum
b. Menurunkan resiko aspirasi
c. Mencegah lidah jatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas
d. Untuk memfasilitasi usaha bernapas
Keperawatan Anak 9
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. (2011). Kumpulan tips pediatri. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Hidayat. (2009). Askep Anak Kejang Demam, Juli 20 2013, From
http://hidayat.blogspot.com/2009/06/10
Hidayat, Aziz. (2008). Pengantar ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba.
Jessica, (2011). Kejang Demam, Juli 20 2013 From
http://www.scribd.com/doc/51040822/Kejang-Demam
Khaidirmuhaj.(2009). Askep Anak Kejang Demam, Juli 20 2013 From
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/2
Medicastore, (2011). Kejang Demam (Febrile Convulsion), Juli 20 2013 From
http://medicastore.com/penyakit/400/Kejang_Demam_Febrile_Convulsion. html
Nursalam, Dr. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Partini, (2013). Kiat praktis dalam pediatrik klinis, Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Cabang DKI Jakarta
Wangke, (2010). Kejang Demam, Juli .20 2013 From
http://www.scribd.com/doc/55979274/01-15-Kejang-Demam
Wongjingkang. (2012) . Askep Anak Kejang Demam, Juli 20 2013 From
http://wongjingkang.blogspot.com/2012/12
Keperawatan Anak 10