Anda di halaman 1dari 19

CASE PRESENTATION

Okuli Dekstra Katarak Traumatik

Oleh:
Baiq Denda Putria Ningsih

H1A016012

Pembimbing:
dr. Monalisa Nasrul, Sp.M

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan
kasus yang berjudul “OD Katarak Trauma” tepat pada waktunya. Tugas
ini dibuat dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Mata di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Fakultas Kedokteran Universitas Mataram). Tugas ini juga merupakan
salah satu bentuk pembelajaran dan peningkatan pemahaman terhadap
kasus pada bagian mata.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan terhadap tuga ini. Terima kasih juga
kepada dr. Monalisa Nasrul, Sp.M selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan sehingga tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan.
Karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Terima
kasih

Mataram, 25 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Trauma okular merupakan salah satu penyebab utama gangguan


penglihatan. Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) membagi trauma
okular menjadi open globe trauma dan closed globe trauma. Trauma okuli lebih
sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Trauma okuli dapat terjadi
pada semua usia, dengan open globe trauma lebih sering terjadi pada anak-anak.
Menurut perkiraan organisasi kesehatan dunia (WHO), kejadian tahunan global
trauma okuli adalah sekitar 55 juta dan kebutaan di seluruh dunia pada 1,6 juta
orang disebabkan oleh trauma okuli. Robekan kornea adalah temuan yang paling
sering diamati (39,33%).1,2
Trauma mata adalah penyebab utama dari disabilitas visual dan kebutaan.
Katarak traumatik adalah komplikasi yang sangat umum dari trauma mata.
Morbiditas yang terjadi bersamaan seperti endophthalmitis, ablasi retina,
neuropati optik traumatis dan pecahnya bola mata mengakibatkan kehilangan
penglihatan yang parah pada anak-anak dengan katarak traumatis.2
Katarak traumatik lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan. Hal ini mungkin terjadi sekunder akibat open globe trauma maupun
close globe trauma. Open globe trauma meliputi ruptur dan laserasi, kemudian
laserasi sendiri dikategorikan menjadi penetrasi, IOFB, dan perforasi. Sedangkan
close globe trauma meliputi kontusio dan lamellar laserasi.3,4
Sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa katarak traumatik
disebabkan oleh 54,2% trauma tembus dan 45,8% trauma tumpul. Di antara
pasien yang lebih muda kurang dari lima belas tahun, trauma tembus lebih umum
tetapi pada kelompok usia yang lebih tinggi (> 15 tahun) pasien trauma tumpul
lebih umum.3
Ekstraksi bedah, baik primer atau sekunder, dengan implantasi lensa
intraokular (IOL) adalah manajemen terbaik pada katarak. Sebuah studi
menunjukkan bahwa visual yang memuaskan pada sebagian besar pasien dengan
katarak traumatis dapat dicapai setelah pengangkatan katarak dan implantasi lensa
intraokular.5
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


a. Nama : AKA
b. Umur : 11 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Siswa
e. Agama : Islam
f. Suku : Mbojo
g. Alamat : Kasanae Barat, Bima
h. Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 18 Maret 2021
i. Nomor Rekam Medis : 170931
2.2. Anamnesis
2.2.1. Keluhan Utama
Pada tengah mata terdapat bercak berwarna putih dan pandangan kabur
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUDP NTB dengan keluhan adanya bercak keputihan disertai
penglihatan kabur pada mata kanan. Keluhan penglihatan kabur dirasakan sejak ±
6 bulan yang lalu. Kronologis kejadiannya, awalnya pasien sedang bermain
menggunakan mainan tradisional seperti tembakan yang terbuat dari potongan
bambu. Ketika sedang memainkan mainannya, mainan tersebut tiba-tiba terpental
dan mengenai mata pasien, sehingga mata pasien tertusuk oleh mainan yang
terbuat dari bambu tersebut. Ketika tertusuk tersebut mata pasien menjadi merah,
nyeri, pandangan kabur dan keluar darah dari mata pasien. Sejak terjadi trauma
pada mata pasien, pasien mulai mengeluhkan pandangannya kabur dan semakin
lama semakin memberat. Pandangan kabur dirasakan baik ketika melihat jauh
maupun dekat, dan penglihatannya lebih terang saat malam hari. Kemudian ± 1
bulan setelah trauma, mulai terlihat adanya bercak putih pada lensa mata pasien,
yang makin lama, semakin melebar. Selain itu pasien juga mengeluhkan silau
ketika melihat cahaya.
2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat penyakit pada mata (-)
Riwayat MRS (-)
Riwayat operasi (-)
Riwayat Trauma (+) 6 bulan yang lalu
Riwayat penggunaan kacamata (-)
Riwayat penggunaan obat baik lokal maupun sistemik dalam jangka waktu
panjang (-)
2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat katarak (+) kakek pasien
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes melitus (-)
2.2.5. Riwayat Pengobatan
Ketika kejadian trauma tersebut pasien diberikan obat berupa tetes mata biovision
± selama 2 hari. Kemuadian 2 minggu sebelum dibawa ke RSUDP NTB, pasien
dibawa ke RS Dokter Agung di Bima dan dirujuk untuk melakukan operasi
katarak di RSUDP NTB.
2.2.6. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan
2.2.7. Riwayat sosial dan riwayat prenatal dan perinatal
Pasien adalah seorang siswa kelas 6 SD yang aktif bermain. Pasien merupakan
anak pertama, pasien lahir normal dengan berat badan saat lahir 3,2 kg. Keluhan
pandangan kabur atau keluhan lain pada mata sejak lahir disangkal. Tidak ada
masalah pada kehamilan ibu dan konsumsi obat-obatan saat hamil disangkal.
Serta riwayat imunisasi pada pasien lengkap.
2.3. Pemeriksaan Fisik
2.3.1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran/GCS : Compos mentis (E4V5M6)
2.3.2. Status Ophtalmologis

Pemeriksaan OD OS
Visus Naturalis 1/60 6/6
Pinhole Tetap Tetap

Posisi Bola Mata


Ortoforia Ortoforia
Tes Hirschberg
Ortotropia Ortotropia
Tes Cover-Uncover

Gerak Bola Mata


Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Nyeri (-) Nyeri (-)
- Diplopia binokuler (+) - Diplopia binokuler (+)

Lapang pandang
Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Mata Eksternal

Alis

Warna Hitam Hitam

Pertumbuhan merata (+) (+)

Rontok Tidak ada Tidak ada

Uban Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

- Bersih, tidak ada - Bersih, tidak ada


sekret sekret
Silia
-Arah pertumbuhan - Arah pertumbuhan
normal normal

Palpebra Superior

Edema Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Lagophtalmos Tidak ada Tidak ada


Palpebra Inferior

Edema Tidak ada Tidak ada

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Palpebra Superior

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Palpebra Inferior

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Sistem Lakrimal

Punctum lakrimal
(+) (+)
superior et inferior intak

Hiperemi sakus
Tidak ada Tidak ada
lakrimal

Edema sakus lakrimal Tidak ada Tidak ada


Nyeri tekan sakus
Tidak ada Tidak ada
lakrimal
Hiperemi glandula
Tidak ada Tidak ada
lakrimal
Edema glandula
Tidak ada Tidak ada
lakrimal
Nyeri tekan glandula
Tidak ada Tidak ada
lakrimal
Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Kornea

Bentuk Cembung Cembung

Kejernihan Jernih Jernih

Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Benda asing Tidak ada Tidak ada

Bilik Mata Depan

Kedalaman Kesan normal Kesan normal

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada


Iris
Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular
Warna Coklat Coklat
Pupil
Bentuk Bulat Bulat

Ukuran ± 3 mm ± 3 mm

Refleks cahaya
langsung/Refleks (+) / (+) (+) / (+) melambat
cahaya tidak langsung
Lensa Keruh Jernih
TIO Normal per palpasi Normal perpalpasi
Funduskopi
Refleks fundus (-) (+)
2.3.4 Dokumentasi Pasien
Foto mata pasien
BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

3.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan data medis pasien di atas, didapatkan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah sebagai berikut.
a. Subjektif
i. Pasien mengeluhkan penglihatan pada mata kanan kabur saat melihat jauh
maupun dekat ± 6 bulan yang lalu post trauma, semakin lama semakin buram.
Penglihatan lebih tterang pada malam hari
ii. ± 1 bulan post trauma terlihat bercak keputihan pada mata yang semakin melebar
iii. Pasien juga mengeluh silau ketika melihat cahaya
b. Objektif
i. Visus naturalis OD 1/60 dengan pinhole tetap

ii. Refleks cahaya tidak langsung (RCTL) OS melambat

iii. Lensa OD keruh

iv. Refleks fundus OD (-)

3.2. Analisis Kasus


Dari hasil anamnesis didapatkan pasien laki-laki, 11 tahun dengan keluhan
bercak berwarna putih dan pandangan kabur pada mata kanan yang dirasakan ± 6
bulan yang lalu. Keluhan dirasakan setelah pasien mengalami trauma oleh mainan
dari potongan bambu. Keluhan pandangan kabur dirasakan semakin lama semakin
kabur, dan penglihatan dirasakan lebih terang pada malam hari. Bercak putih
mulai terlihat ± 1 bulan setelah trauma, semakin lama semakin melebar. Selain itu
pasienjuga mengeluhkan silau ketika melihat cahaya. Berdasarkan pemeriksaan
fisik mata didapatkan visus OD 1/60 dengan pinhole tetap, refleks cahaya tak
langsung (RCLT) OS melambat, lensa OD keruh, dan refleks fundus OD (-).
Katarak adalah suatu kondisi keruhnya lensa yang menyebabkan penurunan
kualitas fungsi penglihatan. Katarak traumatik adalah katarak yang disebabkan
oleh trauma pada mata. Berdasarkan klasifikasi Brimingham Eye Trauma
Terminology (BETT), trauma pada mata dibagi menjadi open globe trauma dan
close globe trauma. Katarak traumatik dapat disebabkan oleh trauma tusuk,
trauma tumpul, sengatan listrik, radiasi ultraviolet dan radiasi pengion.

Gambar 1. Trauma Okuli


Katarak traumatik umumnya terjadi unilateral. Katarak traumatik
ditemuakan padaa 27-65% kasus trauma mata atau terjadi pada 3,45 per 100000
penduduk pertahun atau 4,6 per 10000 kunjungan rawat jalan. Ktarak traumatik
umumnya ditemukan pada usia muda dan anak-anak. Katarak traumatik
merupakan penyebab kebutaan yang signifikan pada anak-anak. Berdasarkan hasil
studi yang dilakukan menunjukkan bahwa dari total pasien didapatkan 79%
pasien adalah laki-laki, dengan 54,2% mengalami trauma tembus dan 45,8%
trauma tumpul. Trauma tembus umumnya terjadi pada pasien usia < 15 tahun
sedangkan trauma tumpul umumnya terjadi pada pasien usia > 15 tahun. Agen
penyebab yang paling sering dari katarak traumatik adalah batu, kayu, tongkat,
benda logam dan lain-lain. 3,4
Manifestasi klinis yang dapat ditemuakan pada pasien dengan katarak
dapat berupa pandangan kabur, berkabut, berasap atau ditemuakan adanya
penurunan visus, merasa silau, melihat ganda, melihat warna terganggu, dan
melihat halo sekitar sinar. Lensa terdiri dari tiga bagian utama yaitu korteks
mengandung serat yang lebih muda, nukleus mengandung serat yang lebihtua dan
subkapsular. Banyak proses mengubah sifat danmembekukan protein lensa yang
ada dalam serat lensa dengan mekanisme yang berbeda, yang mengakibatkan
hilangnya transparansi lensa dan akhirnya terbentuk katarak. Pandangan kabur
baik ketika melihat jauh maupun dekat terjadi dikarenakan keruhnya lensa
sehingga menghalangi jalannya cahaya melalui lensa ke retina. Penurunan
penglihatan pada katarak umumnya terjadi secara progresif dan tanpa nyeri, serta
dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Diplopia pada katarak umumnya
unikuler, tetapi dapat juga binokuler, hal ini disebabkan oleh banyak refraksi
melalui area yang jelas diantara kekeruhan lensa. Melihat halo disekitar cahaya
terjadi karena terjadi karena kumpulan tetesan air diantara lapisan serat lensa yang
bertindak sebagai prisma yang membelah cahaya menjadi 7 warna.7,8
Katarak traumatik adalah kekeruhan pada lensa yang dapat tejadi akibat
trauma tembus ataupun trauma tumpul, yang dapat terlihat sesudah beberapa hari
atau tahunan post trauma. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular
anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang
(rossete cataract) atau dapat pula dalam bentuk cincin vossius. Sedangkan trauma
tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat. Perforasi kecil akan mentup
dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil.
Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak
dengan cepat disertai dengan terdapatnya massa lensa didalam bilik mata depan,
yang membentuk gambaran endoftalmitis fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul
anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan
mengakibatkan cincin soemering atau bila epitel berfroliferasi aktif akan terlihat
mutiara elshing.7
Gambar 2. Morfologi katarak traumatik

Tatalaksana katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi


pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia.
Untuk mencegah ambliopia dapat dipasang lensa intraokular primer atau
sekunder. Ekstraksi bedah, baik primer atau sekunder, dengan implantasi lensa
intraokular (IOL) adalah manajemen terbaik pada katarak. Sebuah studi
menunjukkan bahwa visual yang memuaskan pada sebagian besar pasien dengan
katarak traumatis dapat dicapai setelah pengangkatan katarak dan implantasi lensa
intraokular.5

3.3. Assessment
a. Diagnosis kerja : OD Katarak Traumatik
b. Diagnosis Banding :
Diagnosis Banding Keterangan
Katarak Kongenital Katarak kongenital adalah katarak yang
mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Untuk mengetahui penyebab katarak
kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu dan pemakain obat
selama kehamilan dan katarak kongenital
sering ditemukan pada bayi prematur
3.4. Planning

i. Planning Diagnostik

 Pemeriksaan slit lamp

 Pemeriksaan USG B-Scan

ii. Planning Terapi

 Rencana dilakukan operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) dengan


fakoemulsifikasi + IOL pada okuli dekstra.
3.5. Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien

i. Menginformasikan kepada keluarga pasien bahwa penyakit yang dialami pasien


adalah katarak

ii. Menginformasikan kepada pasien bahwa terapi utama untuk katarak adalah
operasi penggantian lensa dengan lensa tanam

iii. Menginformasikan kepada pasien mengenai komplikasi jika tidak dilakukan


operasi, kemungkinan komplikasi saat dioperasi, dan prognosis penyakit yang
dialami pasien
3.6. Prognosis
i. Ad vitam : Bonam
ii. Ad functionam : Dubia ad bonam
iii. Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB IV

KESIMPULAN

Pasien laki-laki, 11 tahun dengan keluhan bercak berwarna putih dan


pandangan kabur pada mata kanan yang dirasakan ± 6 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan setelah pasien mengalami trauma oleh mainan dari potongan bambu.
Keluhan pandangan kabur dirasakan semakin lama semakin kabur, dan
penglihatan dirasakan lebih terang pada malam hari. Bercak putih mulai terlihat ±
1 bulan setelah trauma, semakin lama semakin melebar. Selain itu pasienjuga
mengeluhkan silau ketika melihat cahaya. Berdasarkan pemeriksaan fisik mata
didapatkan visus OD 1/60 dengan pinhole tetap, refleks cahaya tak langsung
(RCLT) OS melambat, lensa OD keruh, dan refleks fundus OD (-). Diganosa
pasien yaitu OD katarak traumatik. Rencana terapi pasien yaitu dilakukan operasi
ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) dengan fakoemulsifikasi dengan
pemasangan IOL (Intraocular Lens) pada okuli dekstra.
DAFTAR PUSTAKA

1) Alem, KD, Arega, DD, Weldegiorgis, ST, Agaje, BG, & Tigneh, EG
(2019). Profile of ocular trauma in patients presenting to the department of
ophthalmology at Hawassa University: Retrospective study. PloS one , 14
(3), e0213893. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0213893
2) Adlina, AR, Chong, YJ, & Shatriah, I. (2014). Clinical profile and visual
outcome of traumatic pediatric cataract in suburban Malaysia: a ten-year
experience. Singapore medical journal , 55 (5), 253–256.
https://doi.org/10.11622/smedj.2014067
3) Sharma, AK, Aslami, AN, Srivastava, JP, & Iqbal, J. (2016). Visual
Outcome of Traumatic Cataract at a Tertiary Eye Care Center in North
India: A Prospective Study. Journal of clinical and diagnostic research:
JCDR , 10 (1), NC05 – NC8.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2016/17216.7049
4) Khun, F, Witherspoon, CD, and Morris, RE. 2015. Birmingham Eye
Trauma Terminology System (BETT). Journal Franciais d
Ophtalmologie. 15 (2), 139-43.
5) Nadeem, Sana. (2016). Traumatic Cataract: Our experience.
Ophthalmology Update.
6) Tabatabaei, SA, Rajabi, MB, Tabatabaei, SM, Soleimani, M., Rahimi, F.,
& Yaseri, M. (2017). Operasi katarak traumatis awal versus akhir dan
implantasi lensa intraokular. Eye (London, Inggris) , 31 (8), 1199–1204.
https://doi.org/10.1038/eye.2017.57
7) Ilyas S, Yulianti SR. 2018. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5. Jakarta: FKUI,
2018; Hal 64-81
8) Nizami AA, Gulani AC. Cataract. [Updated 2020 Nov 18]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539699/

Anda mungkin juga menyukai