Gangguan Lapang Pandang
Gangguan Lapang Pandang
Oleh:
Baiq Denda Putria Ningsih
H1A016012
Pembimbing:
Penderita menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri, telapak tangan tidak
boleh menekan bola mata.
Pemeriksa duduk tepat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm, berhadapan,
sama tinggi.
Pemeriksa menutup mata kanan dengan telapak tangan kanan. Lapang
pandang pemeriksa sebagai referensi (lapang pandang pemeriksa harus
normal). Mata pasien melihat mata pemeriksa.
2. Nervus Optikus
Sel-sel bipolar menerima input di dendritnya dari sel batang dan sel
kerucut dan menghantarkan impuls lebih jauh kearah sentral hingga lapisan
ganglion. Akson panjang sel ganglion melewati papilla optik (diskus optik) dan
meninggalkan mata sebagai nervus optikus yang mengandung sekitar 1 juta
serabut. Separuh serabut ini menyilang di kiasma optikus[1].
Nervus optikus dapat mengalami kerusakan di papilla, di segmen anterior,
atau disegmen retrobulbar (di belakang mata). Lesi diskus optikus (misalnya papil
edema yang disebabkan oleh hipertensi intrakranial dan oleh berbagai gangguan
metabolik). Lesi di segmen anterior nervus optikus sering disebabkan oleh
vaskulitis (misalnya, arteritis temporal). Lesi retrobubar adalah temuan utama
pada sklerosis multipel (neuritis retrobulbar). Lesi pada nervus optikus akan
mengakibatkan defek lapang pandang unilateral (ipsilateral)[1].
3. Kiasma optikus
Akson panjang sel ganglion melewati papilla optik (diskus optik) dan
meninggalkan mata sebagai nervus optikus. Separuh serabut ini menyilang di
kiasma optikum: serabut dari separuh bagian temporal masing-masing retina tidak
menyilang, sedangkan serabut yang berasal dari separuh bagian nasal retina
menyilang ke sisi kontralateral[4]. Dengan demikian, pada posisi distal (posterior)
kiasma optikum, serabut dari separuh bagian temporal retina ipsilateral dan
separuh bagian nasal retina kontralateral bergabung didalam traktus optikus[1].
Semua serabut nasal retina mengalami dekusasio di kiasma optikus. Tetapi
serabut nasal inferior berubah secara rostral menjadi saraf optik yang berlawanan
sebelum diproyeksikan kembali ke saluran optik yang berlawanan. Siku anterior
akson nasal inferior ke saraf optik yang berlawanan ini disebut Von Wille-brand's
knee. Lesi pada saraf optik posterior yang bergabung dengan kiasma optikus akan
menyebabkan gangguan penglihatan pada mata ipsilateral dan hilangnya bidang
temporal atas pada mata kontralateral, suatu sindrom yang disebut skotoma
junctional.
Lesi kiasma optikum seperti yang disebabkan oleh tumor hipofisis,
kraniofaringioma atau meningioma tuberkulum sella, umumnya mengenai serabut
yang menyilang dibagian sentral kiasma yang menyebabkan terjadinya
hemianopia bitemporal[1]. Lesi pada saluran optik menghasilkan hemianopia
homonim khususnya, hemianopia homonim yang tidak sesuai. Ketidak sesuaian
mengacu pada asimetri cacat bidang visual[4]. Lesi kiasma optikus juga dapat
menyebabkan terjadinya hemianopsia binasal (jarang), misalnya ketika tumor
berkembang disekitar kiasma dan menekannya dari kedua sisi terutama mengenai
lokasi serabut yang berada dilateral dan tidak menyilang dari separuh bagian
temporal kedua retina, yang berperan untuk persepsi setengah lapang pandang
nasal masing-masing mata. Hemianopsia bitemporal dan binasal disebut
heteronimus karena mengenai setengah bagian lapang pandang yang saling
berlawanan pada kedua mata, awalnya mengenai separuh lapang pandang sisi kiri
mata kiri, kemudian mengenai lapang pandang kiri mata kanan dan lapang
pandang kanan mata kiri[1].
4. Traktus Optikus
Pada posisi distal kiasma optikus, serabut dari separuh bagian temporal
retina ipsiateral dan separuh bagian nasal retina kontralateral bergabung didalam
traktus optikus. Beberapa serabut nervus optikus bercabang ke traktus optikus dan
berjalan ke kolikulus superior dan ke nuklei di area pretektalis[1].
Serat traktus optikus bersinaps di korpus genikulatum lateral dan
berproyeksi ke belakang sebagai radiasi genikulo-kalkarina. Semua serat
retrogenikulat meluas di lateral dan inferior di sekitar temporal horn ventrikel
lateral. Serat paling anterior-inferior membentuk loop Meyer, yang berisi proyeksi
serat retinal inferior. Oleh karena itu, lesi pada loop Meyer, yang terletak terutama
di lobus temporal, menghasilkan quadrantanopias homonim superior
kongruen. Lesi lobus parietal yang terletak lebih superior menghasilkan defek
terbalik, hemianopsia homonim inferior atau kuadrantanopi[4].
Lesi pada traktus optikus juga menyebabkan hemianopsia homonim,
yaitu mengenai separuh lapang pandang sisi yang sama pada masing-masing mata.
Bila traktus optikus kanan terputus, misalnya tidak ada impuls visual yang berasal
dari sisi kanan masing-masing retina yang dapat mencapai korteks visual.
Akibatnya adalah buta pada separuh bagian kiri lapang pandang setiap mata[1].
5. Korteks Visual
Korteks visual striata atau primer manusia menempati permukaan
medial dan posterolateral lobus oksipital. Korteks striata dapat ditemukan di atas,
di bawah, dan bahkan di dalam dinding dan lantai dari celah kalkarin itu sendiri.
Secara topografis, zona sentral atau parafiksasional dari setiap gangguan lapang
pandang disebabkan oleh akson retinal yang akhirnya berakhir di kutub paling
posterior korteks visual. Lesi di sini akan menghasilkan skotoma hemianopik
paracentral yang homonim. Cacat seperti itu melibatkan 5˚ sampai 10˚
penglihatan pusat dan dapat menyisakan sisa bidang visual jika sisa korteks striata
terhindar. Cacat bidang tipe berlawanan, hemianopsia homonim "with macular
sparing" terjadi dengan lesi oksipital yang menyisakan korteks striata
posterolateral[4].
Hemianopsia homonim bilateral dari lesi bilateral, biasanya terjadi
karena iskemik pada korteks visual. Jika setiap cacat bidang homonim melibatkan
zona parafiksasi, cacat gabungan menyebabkan skotoma sentral dan hilangnya
penglihatan sentral. Kebutaan kortikal ditandai dengan (1) hilangnya ketajaman
penglihatan secara simetris, (2) pupil dan struktur fundus yang relatif normal, (3)
penolakan kebutaan, dan (4) lesi kortikal oksipital bilateral[4].
Uji lapangan visual yang akurat dan interpretasi hasil yang cerdas dapat
memberikan informasi yang sangat berguna kepada pemeriksa yang waspada
mengenai lokasi dan terkadang jenis lesi histologis yang tepat. Karena jalur
sensorik visual manusia membentang di otak dari depan ke belakang, kelainan
bidang visual muncul dalam berbagai macam gangguan sistem saraf pusat dan
orbital. Beberapa diantaranya termasuk tumor orbital dan tumor parasellar,
sindrom amenore-galaktorea, diabetes insipidus, sklerosis multipel, kelaparan,
pemberian obat-obatan tertentu (misalnya etambutol), penyakit serebrovaskular,
dan masih banyak lagi yang lainnya[4].
DAPTAR PUSTAKA
1. Bachr M & Frontcher M. 2016. Diagnosis topic neurologi Duus : anatomi,
fisiologi, tanda, gejala. Edisi 5. Jakarta: EGC.
2. Indrakila S., Setyawan S., Kuntoyo R., Rosyida K., Widiati R., dkk. 2018.
Buku Pedoman Keterampilan Klinis Pemeriksaan Mata. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Kedar, S., Ghate, D., & Corbett, J. 2011. Visual fields in neuro-
ophthalmology. Indian Journal of Ophthalmology, 59(2), pp.103-109.
Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3116538/.
4. Spector RH. Visual Fields. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW. 1990.
Editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory
Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths. Chapter 116. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK220/.