Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

NY.S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG ICU

RSU RAA SOEWONDO PATI

Dibuat oleh :

ELSA AYU NUR FATIMA

P1337420118073

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Penyakit tidak Menular

Sub.Pembahasan : Stroke Non Hemoragik (SNH)

Sasaran : Keluarga Pasien RSU RAA SOEWONDO PATI

Tempat : ICU RSU RAA SOEWONDO

Hari/Tanggal : Jum’at 19 Maret 2021

Waktu : 08.00-08.20 WIB

Pemberi materi : Elsa Ayu Nur Fatima

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan kepada pasien kami berharap semoga keluarga
pasien mampu mengetahui apa itu penyakit tentang Stroke

B. Tujuan khusus
Setelah mengikuti Promosi Kesehatan, diharapkan :
1. Mampu memahami pengertian penyakit Stroke
2. Mampu memahami tanda dan gejala penyakit Sroke
3. Mampu memahami cara pencegahan penyakit Stroke
4. Mampu memahami faktor risiko dan komplikasi penyakit Stroke

C. Metode

1. Ceramah (penyuluhan)
2. Tanya Jawab

D. Media

1. Leaflet
E. Rincian Kegiatan

No Tahap Waktu Kegiatan Metode Media


1 Pembukaan 5 menit 1. Memberi salam Lisan
2. Memperkenalkan diri
3. Pengenalan judul yang akan
disampaikan
2 Pelaksanaan 15 menit Menjelsakan masalah penyaktit ceramah leaflet
Stroke Non Hemoragik (SNH)
Seperti :
1. Pengertian penyakit Stroke
2. tanda dan gejala penyakit
Stroke
3. cara pencegahan penyakit
Stroke
4. faktor risiko dan komplikasi
penyakit Stroke
3 Penutup 10 menit 1. Tanya jawab lisan
2. Menyimpulkan materi
3. Evaluasi Sumatif
4. Memberi salam penutup

F. Lampiran Materi

1. Pengertian penyakit Stroke Non Hemoragik (SNH)

Stroke non hemoragik adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya sumbatan
pada aliran darah di otak. jenis penyakit stroke, yakni stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik atau yang dikenal dengan stroke iskemik. Apa pun jenisnya, penyakit stroke
adalah keadaan darurat medis yang perlu segera mendapat penanganan.

2. Tanda Gejala penyakit Stroke Non Hemoragik (SNH)


Beda jenis, tentu berbeda pula penyebab dan penanganan antara stroke
hemoragik dengan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika
pembuluh darah di otak pecah, sehingga menyebabkan perdarahan. Darah yang
bocor akibat pecahnya pembuluh darah, akan menekan sel-sel otak dan
merusaknya.

Sedangkan stroke non hemoragik atau iskemik, memiliki dua


kemungkinan penyebab. Penyebab pertama, yaitu gumpalan darah yang terbentuk
di pembuluh darah di otak Anda. Penyebab kedua, adalah gumpalan yang
terbentuk di tempat lain dan terbawa melalui pembuluh darah menuju ke otak.
Gumpalan darah tersebut dapat menghentikan aliran darah menuju bagian otak
tertentu. Stroke non hemoragik adalah jenis stroke yang paling sering terjadi,
yakni sekitar 87 persen dari seluruh kasus stroke.

Gejala stroke non hemoragik atau iskemik bergantung pada bagian otak
mana yang terpengaruh. Beberapa gejala tersebut meliputi:

 Mati rasa atau terjadi kelemahan pada wajah, lengan, atau tungkai


secara tiba-tiba. Seringkali pada satu sisi tubuh saja, tapi bisa terjadi
juga pada kedua sisi tubuh.
 Mengalami kebingungan.
 Terjadi gangguan dalam berbicara atau memahami ucapan orang lain.
 Pusing, sakit kepala, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, serta
kesulitan berjalan.
 Penglihatan kabur atau ganda.
3. Pencegahan
       Pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari rokok,
stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebih, obat-obat
golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya. Mengurangi kolesterol
dan lemak dalam makanan. Menggendaliakan hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, penyakit vaskular aterosklerotik lainya.
Perbanyak konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.9
       Pencegahan skunder dengan cara memodifikasi gaya hidup yang
berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes
melitus dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit
jantung dengan antikoagulan oral, dislipidemia dengan diet rendah
lemak dan obat antidislipidemia, berhenti merokok, hindari kegemukan
dan kurang gerak.9
4. faktor risiko dan komplikasi penyakit Stroke
A. Faktor risiko

Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang
dapat di modifikasi. Penelitian yang dilakukan Rismanto (2006) di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto mengenai gambaran faktor-faktor risiko penderita
stroke menunjukan faktor risiko terbesar adalah hipertensi 57,24%, diikuti dengan
diabetes melitus 19,31% dan hiperkolesterol 8,97%.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :

1. Usia

Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir 13%
berumur di bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan (2002), dari penelitianya
terhadap 45 kasus stroke didapatkan yang mengalami stroke non hemoragik lebih
banyak pada tentan umur 45-65 tahun.

2. Jenis kelamin

Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria
lebih banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan  perbedaan angka
kematianya masih belum jelas. Penelitian yang di lakukan oleh Indah Manutsih
Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus mengenai gambaran faktor-faktor risiko
yang terdapat pada penderita stroke menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak jenis
kelamin laki-laki 58,4% dari penelitianya terhadap 197 pasien stroke non hemoragik.

3. Heriditer

Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat stroke
dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke. Menurut
penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada
keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.

4. Rasa atau etnik

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Data
sementara di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita dari pada suku Jawa
(khususnya Yogyakarta).

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :

1. Riwayat stroke

Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu lima
tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai 42%.

2. Hipertensi

Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai


enam kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama terjadinya
stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7
yang dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah lebih tinggi dari
140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena
mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga
mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.

3. Penyakit jantung

Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska
oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering menyebabkan
stroke adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya pengumpulan darah di
jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah otak.

4. (DM) Diabetes melitus

Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel


pembuluh darah yang berlangsung secara progresif. Menurut penelitian Siregar F
(2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita
diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan
yang tidak menderita diabetes mellitus.

5. TIA

Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak dan singkat


akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat
penyembuhan berfariasi tapi biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang dewasa di
perkirakan akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup mereka, jika
diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini akan mengalami stroke dalam
3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima
tahun setelah serangan pertama.

6. Hiperkolesterol

Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis
penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma sehingga
lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum, ikatan ini
menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron, lipoprotein densitas
sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein densitas
tinggi (HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang paling tinggi kadar kolesterolnya,
VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar protein tertinggi terdapat pada HDL.
Hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau trigliserida serum di atas
batas normal, kondisi ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko
stroke, merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung
koroner. Kadar kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL <40mg/dl,
trigliserida >150mg/dl dan trigliserida >150mg/dl akan membentuk plak di dalam
pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Menurut Dedy Kristofer (2010), dari
penelitianya 43 pasien, di dapatkan hiperkolesterolemia 34,9%, hipertrigliserida 4,7%,
HDL yang rendah 53,5%, dan LDL yang tinggi 69,8%.

7. Obesitas

Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes


melitus. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur. Obesitas merupakan
predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke. Mengukur adanya obesitas dengan
cara mencari body mass index (BMI) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi tinggi
badan dalam meter dikuadratkan. Normal BMI antara 18,50-24,99
kg/m2, overweight BMI antara 25-29,99 kg/m2selebihnya adalah obesitas.

8. Merokok

Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali lipat, dan
perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan karbondioksida
yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh darah, di
samping itu juga mempengaruhi komposisi darah sehingga mempermudah terjadinya
proses gumpalan darah. Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUD Haji Adam
Malik Medan kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke sebesar empat
kali.

B. Komplikasi

Kebanyakan morbiditas dan mortilitas stroke berkaitan dengan komplikasi non


neurologis yang dapat di minimalkan dengan perawatan umum, komplikasi-komplikasi
tersebut yaitu :

1. Demam, yang dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus di obati
secara agresif dengan antipiretik atau kompres dingin. Penyebab demam biasanya
adalah pneumonia aspirasi, kultur darah dan urin kemudian beri antibiotik
intravena sesuai hasil kultur.
2. Kekurangan nutrisi, bila pasien sadar dan tidak memiliki risiko aspirasi maka
dapat dilakukan pemberian makanan secara oral, tetapi jika pasien tidak sadar
atau memiliki risiko aspirasi beri makanan secara enteral melalui pipa
nasoduodenal ukuran kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke.
3. Hipovolemia, dapat di koreksi dengan kristaloid isotonis. Cairan hipotonis
(dekstrosa 5% dalam air, larutan NaCl 0,45 %) dapat memperberat edema serebri
dan harus di hindari.
4. Hiperglikemi dan hipoglikemi, ini  dapat lakukan terapi setiap 6 jam selama 3-5
hari sejak onset stoke :
a. < 50 mg/dl             : dekstrosa 40% 50 ml bolus intravena
b. 50-100 mg/dl         : dekstrosa 5 % dalam NaCl 0,9 %, 500 ml dalam 6 jam
c. 100-200 mg/dl       : pengobatan (-), NaCl 0,9 % atau Ringer laktat
d. 200-250 mg/dl       : insulin 4 unit intravena
e. 250-300 mg/dl       : insulin 8 unit intravena
f. 300-350 mg/dl       : insulin 12 unit intravena
g. 350-400 mg/dl       : insulin 16 unit intravena
h. > 400 mg/dl           : insulin 20 unit intravena
5. Atelektasis paru, dapat di cegah dengan fisioterapi dada setiap 4 jam
6. Dekubitus, dicegah dengan perubahan posisi tubuh setiap 2 jam, kontraktur
dilakukan latihan gerakan sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari,
pemendekan tendo achilesdi lakukan splin tumit untuk mempertahankan
pergelangan kaki dalam posisi dorsofleksi.
7. Defisit sensorik, kognitif, memori, bahasa, emosi serta visuospasial harus di
lakukan neurorestorasi dini.
8. Trombosis vena dalam, di cegah dengan pemberian heparin 5000 unit atau
fraksiparin 0,3 cc setiap 12 jam selama 5-10 hari.
9. Infeksi vesika, pembentukan batu, gangguan sfingter vesika biasanya di
karenakan pemasangan kateter urin menetap, latihan vesika harus segera di
lakukan sedini mungkin bila pasien sudah sadar.
G. DAFTAR PUSTAKA ATAU REFERENSI

http://yudyhardiyansah.blogspot.com/2012/10/stroke-non-hemoragik.html

Anda mungkin juga menyukai