Penerapan Token Economy Pada Kenakalan Remaja
Penerapan Token Economy Pada Kenakalan Remaja
33
PENERAPAN TOKEN ECONOMY PADA SISWA DENGAN MASALAH
KENAKALAN REMAJA
Oleh:
Putri Nabhani Nurany, Nandang Maulana, & Budi M. Taftazani
Email :
putnbhn@gmail.com
ABSTRAK Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah sosial yang ada di Indonesia. Kenakalan
ini bentuknya macam-macam, contohnya seperti tawuran, penyalah gunaan narkoba, seks bebas dan
lain-lain. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa yang rentan akan badai dan
tekanan sehingga seorang remaja yang tidak bisa mengaktualisasikan dirinya akan melakukan
perbuatan menyimpang dan membuat masalah sosial tersendiri di masyarakat.
Terdapat factor eksternal dan factor internal yang menyebabkan seorang remaja akhirnya melakukan
kenalakan-kenakalan tersebut. Faktor eksternal contohnya adalah lingkungan dan teman sebaya yang
tidak baik dan bisa membawa pengaruh yang tidak baik pula. Sedangkan factor internal terdapat dua
poin yaitu, krisis jati diri dan ketidak mampuan remaja untuk mengontrol dirinya sendiri.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyoroti factor internal pada poin control diri. Sehingga yang
akan dilakukan adalah melakukan pendekatan behavioral dengan melakukan pembiasaan
management waktu yang baik pada remaja. Dengan begitu, diharapkan subjek penelitian yang
merupakan remaja dapat mengatur waktunya dengan baik dan terhindar dari kenakalan remaja.
Kata kunci : Remaja, kenakalan, pengelolaan waktu, token economy
248
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
sampai 2013 tercatat ada peningkatan jumlah "And anxiety has been increasing. The
pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka average high school kid today has the
kasus narkoba. Pada 2010 tercatat ada 531 same level of anxiety as the average
tersangka narkotika, jumlah itu meningkat psychiatric patient in the early 1950’s.
menjadi 605 pada 2011. Setahun kemudian, We are getting more anxious every
terdapat 695 tersangka narkotika, dan tercatat decade.”
1.121 tersangka pada 2013. Selain itu Komnas
PA mencatat, sepanjang 2013 ada 255 kasus
tawuran antar-pelajar di Indonesia. Angka ini Hal ini menambah keyakinan bahwa perlu
meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya, adanya perhatian lebih terhadap stress yang
yang hanya 147 kasus. Dari jumlah tersebut, 20 dialami siswa. Karena lebih jauh lagi, selain
pelajar meninggal dunia, saat terlibat atau usai kenakaln remaja, menurut Hiew & Glendon
aksi tawuran, sisanya mengalami luka berat (Spielberger& Sarason, 2005) dalam
dan ringan. (Tribunnews.com, 21/12/2013) penelitiannya ia menyatakan bahwa stress
yang dialami remaja bisa menurunkan
Banyak sekali factor yang menjadi penyebab kemampuan untuk berkembang lebih sehat,
seorang remaja melakukan kenakalan- berfungsi baik dan matang pada kedewasaan.
kenakalan yang meresahkan, diantaranya
adalah krisis identitas dan control yang lemah Seperti yang sudah disinggung sebelumnya,
terhadap diri sendiri. Hal ini berkenaan dengan bahwa salah satu factor penyebab terjadinya
apa yang dinyatakan oleh menurut Hurlock kenakalan remaja adalah lemahnya control
(1980) bahwa kondisi masa remaja dikenal terhadap diri sendiri. Sebagai salah satu bentuk
dengan masa rentan “badai dan tekanan” control yang baik terhadap diri sendiri
(storm and stress). Masa remaja merupakan diantaranya adalah dengan melakukan
fase transisi dimana seorang manusia sudah menejemen waktu yang baik terhadap semua
melewati masa kanak-kanaknya namun dalam aktifitas remaja yang bersangkutan. Hal ini
waktu yang sama belum cukup matang untuk bisa menjadi alat yang membantu mencegah
dikatakan dewasa. Remaja berasal dari kata terjadinya kenakalan remaja, karena dengan
latin adolensence yang berarti tumbuh atau menejemen waktu yang baik, para remaja tidak
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence akan memiliki waktu untuk melakukan hal-hal
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang yang tiddak baik bagi diri mereka. Mereka
mencakup kematangan mental, emosional akan lebih aware terhadap pentingnya apa
sosial dan fisik (Hurlock, 1992). yang mereka lakukan sekarang demi masa
depan yang cerah. Dengan menejemen waktu
Para remaja yang rata-rata duduk di bangku yang baik pula seorang remaja akan terhindar
SMP atau SMA belum bisa untuk mengontrol dari stress serta kecemasan karena jika waktu
dirinya untuk melakukan hal-hal positif yang mereka manfaatkan dengan baik, kehidupan
berguna, karena dalam dirinya masih terdapat akan berjalan dengan baik pula, sehingga stress
kebingungan akan identitas dirinya sendiri. dan kecemasan bisa terhindarkan. Namun
Karena itulah, kenakalan remaja menjadi sayangnya perihal pentingnya menejemen
pelarian atas stress yang tidak bisa diatasi oleh waktu ini belum banyak disadari oleh para
para remaja tersebut. remaja, sehingga perlu adanya pendampingan
Sebuah riset bahkan mengatakan bahwa yang akan mampu menjelaskan betapa
tingkat kegelisahan siswa SMA sama dengan menejemen waktu yang baik akan sangat
tingkat kecemasan pasien psikiatri pada awal berguna bagi mereka.
tahun 50an. Pekerja sosial dalam ranah case work memiliki
(https://www.psychologytoday.com/blog/anxi metode untuk membantu siswa SMA yang
ety-files/200804/how-big-problem-is-anxiety) belum bisa melakukan management waktu.
Yaitu dengan melakukan pendekatan
249
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
behavioral dengan menggunakan teknik token dengan tujuan yang telah ditentukan di awal.
economy. Seorang pekerja sosial juga harus menjelaskan
pentingnya management waktu itu sendiri
Teknik ini dilakukan dengan menghunakan
sebelum metode tocen economy ini diterapkan
prinsip reward and punishment. Token
pada subjek, sehingga siswa tersebut
economy adalah sistem perlakuan kepada tiap
menyadari bahwa management waktu yang
individu untuk mendapatkan bukti target
baik akan membuat dirinya lebih baik pula.
perilaku setelah mengumpulkan sejumlah
prilaku tertentu sehingga mencapai kondisi Remaja didefinisikan sebagai masa
yang diharapkan. Contoh seperti pada peralihan dari masa anak-anak ke masa
lembar bukti prestasi. Siswa mendapatkan dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal
bukti dalam bentuk rewads atau hadiah pubertas sampai tercapainya kematangan,
dari pekerjaan yang dapat ditunjukannya. biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia
(Jason, 2009 ; 35). Tujuan prosedur ini adalah 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini
mengubah motivasi ekstrinsik menjadi adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut
motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa klasifikasi World Health Organization
perolehan tingkah laku yang diinginkan (WHO).“Remaja”. Kata itu menurut remaja
akhirnya dengan sendirinya akan menjadi sendiri adalah kelompok minoritas yang punya
cukup mengganjar untuk memelihara tingkah warna tersendiri, yang punya “dunia”
laku yang baru (Corey, 2003:227). Menurut tersendiri yang sukar dijamah oleh orang tua.
Komalasari dkk (2011:167) penggunaan token Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu
sebagai reinforcer untuk membentuk tingkah adolescere (kata bendanya, adolescentia yang
laku memiliki beberapa keuntungan, antara berarti remaja) yang berarti “tumbuh atau
lain: (1) token tidak mengurangi nilai insentif, tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence
terutama ketika kekuatan pemerolehan mempunyai arti yang cukup luas: mencakup
(earning power) dan nilainya meningkat sering kematangan mental, emosional, sosial, dan
dengan peningkatan perilaku, (2) token dapat fisik. ( Piaget ). Dengan mengatakan poin- poin
mengurangi penundaan antara diantara tingkah sebagai berikut secara psikologis masa remaja
laku yang diinginkan dengan hadiah (reward), :
(3) token dapat digunakan sebagai motivator 1. Usia dimana individu berintegrasi dengan
konkrit (concrete motivator) untuk mengubah masyarakat dewasa.
tingkah laku tertentu, (4) token adalah bentuk
dari perkuatan yang positif, (5) individu 2. Usia dimana anak tidak merasa dibawah
memiliki kesempatan untuk menentukan tingkat orang – orang yang lebih tua
bagaimana menggunakan token yang melainkan berada pada tingkatan yang
didapatkan, (6) token economy dapat sama, sekurang – kurangnya masalah hak.
mengarahkan ke peningkatan moral konseli 3. Integrasi dalam masyarakat dewasa
dan staf, (7) sistem token dapat memungkinkan mempunyai banyalah aspek afektif.
untuk mengukur penguatan sosial, (8) token 4. Kurang lebih berhubungan dengan masa
menjadi jembatan antara institusi dan puber.
kehidupan diluar sekolah
5. Transformasi intelektual yang khas dari
Sebelum dilakukan teknik atau metode token cara berpikir remaja ini memungkinkan
economy ini, tentu harus dilakukan asesment untuk mencapai integrasi dalam hubungan
mendalam terlebih dahulu agar peneliti bisa sosial orang dewasa.
mengetahui masalah dan berbagai system
sumber dari remaja yang akan menjadi subjek
penelitian, hal itu nantinya bisa membantu Terdapat beberapa hal yang menjadi cirri-ciri
peneliti untuk mengajak subjek membiasakan dari seorang remaja, diantaranya :
perilaku management waktu yang baik sesuai
250
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
251
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
252
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
253