Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No.

3 Desember 2016

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik dan Kemampuan


Spatial Visualization Terhadap Kompetensi Menggambar
Proyeksi Orthogonal

R. Mursid*

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) apakah terdapat perbedaan kompetensi
menggambar proyeksi orthogonal (MPO) mahasiswa antara yang diajar dengan
menggunakan problem based learning (PBL) dan yang diajar dengan menggunakan discovery
learning (DL); (2) apakah terdapat perbedaan kompetensi MPO mahasiswa antara yang
memiliki kemampuan spatial visualization (KSV) tinggi dan yang memiliki KSV rendah; dan
(3) apakah terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran konstruktivistik terhadap
kompetensi MPO mahasiswa. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan
desain penelitian faktorial 2x2, sedangkan teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur
pada taraf signifikansi  = 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kompetensi MPO
mahasiswa yang diajar dengan model PBL lebih unggul daripada kompetensi MPO dengan
model DL; (2) kompetensi MPO mahasiswa yang memiliki KSV tinggi lebih unggul daripada
kompetensi MPO mahasiswa yang memiliki KSV rendah; dan (3) terdapat pengaruh interaksi
antara model pembelajaran konstruktivistik dan KSV terhadap kompetensi MPO mahasiswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Berbasis Konstruktivistik, Kemampuan Spatial


Visualization, Kompetensi, Menggambar Proyeksi Orthogonal

Abstract: The purpose of this study to find out: (1) whether there are differences in competency
draw orthogonal projection (MPO) between the students taught using problem based learning
(PBL) and taught using discovery learning (DL); (2) whether there is a difference between the
competence of MPO students who have the ability of spatial visualization (KSV) which has
KSV high and low; and (3) whether there is an interaction effect between constructivist
learning models to competence MPO students. The research method using a quasi-
experimental design with a 2x2 factorial study, while data analysis techniques using ANOVA
two paths at the significance level  = 0.05. The results showed that: (1) the competence of
MPO students taught by PBL model of superior competence MPO model DL; (2) competence
MPO students who have high KSV superior competence MPO KSV students who have low; and
(3) there are significant interaction between constructivist learning models and KSV against
MPO competence of students.

Keywords: learning model, based constructivist, spatial visualization abilities, competencies,


to draw an orthogonal projection.

PENDAHULUAN mahasiswa. Mahasiswa pendidikan teknik mesin


Gambar teknik merupakan alat untuk harus mempunyai kompetensi yang diharapkan oleh
menyatakan ide atau gagasan ahli teknik. Oleh dunia industri atau dunia usaha dan atau sebagai
karena itu gambar teknik sering juga disebut calon guru vokasional di bidang teknik mesin.
sebagai bahasa teknik atau bahasa bagi kalangan Pada kenyataannya kompetensi mahasiswa
ahli-ahli teknik. Membaca gambar teknik dalam memahami mata kuliah menggamar teknik
merupakan salah satu kompetensi kejuruan program khususnya menggambar proyeksi orthogonal (MPO)
studi keahlian teknik mesin yang harus dikuasai oleh tersebut masih sangat kurang. Mahasiswa kurang
*
R. Mursid, Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan mursid.tp@gmail.com, Hp.081361618271

215
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016

memahami materi kuliah, salah membaca gambar, dua atau lebih pandangan obyek yang biasanya
salah dalam membuat ukuran gambar, proyeksi diproyeksikan pada 90˚ ke sama lain, atau pada
gambar kerja dan sebagainya. Kesalahan-kesalahan sudut tertentu. Untuk sebagian besar dari kurikulum
ini sangatlah fatal, karena gambar teknik sebagai teknik, gambar teknik adalah belajar dasar-dasar
bahasa teknik tidak bisa digunakan sebagai alat gambar teknik (Garmendia, Sierra, 2007; Sutton,
komunikasi kerja dan hasil produk yang dibuat Heathcote, Bore, 2007). Salah satu keterampilan
menjadi tidak sesuai dengan perencanaan. bahwa mahasiswa sulit untuk belajar adalah
Proyeksi merupakan cara penggambaran kemampuan untuk menemukan informasi tentang
suatu benda, titik, garis, bidang, benda ataupun fitur 3D berdasarkan dua dimensi (2D) representasi
pandangan suatu benda terhadap suatu bidang dan atau sebaliknya.
gambar. Proyeksi piktorial adalah cara penyajian Menggambar teknik secara konvensional
suatu gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dilakukan dalam latihan praktik, meliputi: (1)
dimensi. Sedangkan proyeksi ortogonal merupakan proyeksi titik, garis dan segitiga, (2) orthogonal
cara pemproyeksian yang bidang proyeksinya gambar model; hubungan proyeksi orthogonal, (3)
mempunyai sudut tegak lurus terhadap menggambar pandangan yang hilang, (4) orthogonal
proyektornya. gambar; bagian dalam gambar teknik, (5)
Seorang ahli di bidang teknik menggunakan menggambar tiga dimensi melalui sketsa bagian
sumber daya teknis atau media untuk memecahkan mekanis, (6) menggambar dan dimensi proyeksi
berbagai masalah (Bartoline, 2009). Solusinya ortogonal dan bagian, (7) contoh soal gambar
dimulai dengan ide dalam pikiran ahli teknik. Salah proyeksi orthogonal, dan (8) menggambar teknik
satu cara terbaik untuk mengkomunikasikan ide-ide pada proyeksi orthogonal secara utuh ke dalam 3
seseorang adalah melalui beberapa bentuk gambar. sampai 6 pandangan.
Gambar teknik menyediakan sarana untuk
berkomunikasi kompleksitas dalam dipahami dan Kompetensi Menggambar Proyeksi Orthogonal
cara efektif berkat abstraksi visual (Goanta, 2009; Gambar proyeksi orthogonal dipergunakan
Harris, Meyers, 2007). Deskripsi ini harus untuk memberikan informasi yang lengkap dan tepat
menunjukkan setiap aspek dari bentuk dan ukuran dari suatu benda tiga dimensi. Untuk mendapatkan
masing-masing bagian dan dari struktur yang hasil demikian bendanya diletakkan dengan bidang-
lengkap. bidangnya sejajar dengan bidang proyeksi, terutama
Untuk membangun bentuk geometris, sekali bidang yang penting diletakkan sejajar dengan
seorang ahli teknik harus tahu beberapa prinsip dan bidang proyeksi vertikal. Proyeksi ortogonal adalah
prosedur konstruksi geometris. Multiview ortografi gambar proyeksi yang bidang proyeksinya
proyeksi, sarana utama komunikasi grafis yang mempunyai sudut tegak lurus terhadap
digunakan dalam pekerjaan ahli teknik, adalah proyektornya. Garis-garis yang memproyeksikan
prosedur yang digunakan untuk benar-benar benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor.
menggambarkan bentuk dan dimensi menggunakan Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang

216
R. Mursid, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis…

`proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk
sejajar satu sama lain. memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar
Proyeksi orthogonal pada umumnya tidak tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi. Proyeksi
memberikan gambaran lengkap dari benda hanya Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada
dari satu proyeksi saja. Oleh karena itu diambil yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan
beberapa bidang proyeksi. Biasanya diambil tiga sebutan ini tergantung dari masing pengarang buku
bidang tegak lurus, dan dapat ditambah dengan yang menjadi refrensi. Dapat dikatakan bahwa
bidang bantu dimana diperlukan. Bendanya Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak
diproyeksikan secara orthogonal pada tiap-tiap bidangnya terbalik dengan arah pandangannya.
bidang proyeksi untuk memperlihatkan benda
tersebut pada bidang-bidang dua dimensi. Dengan
menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut
dapatlah diperoleh gambaran jelas dari benda yang
dimaksud. Cara penggambaran demikian disebut
proyeksi orthogonal.

Gambar 2. Proyeksi Eropa


(Sumber: Sato dan Sugiarto, 2003: 66)

Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi


sudut ketiga dan juga ada yang menyebutkan
proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika
Gambar 1. Kerangka Konsep Gambar Proyeksi merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama
dengan arah pandangannya.
Cara menggambarkannya diperlihatkan
antara benda dan titik penglihatan di tak terhingga
diletakkan pada sebuah bidang tembus pandang
sejajar dengan bidang yang akan digambar. Apa
yang dilihat pada bidang tembus pandang ini
merupakan gambar proyeksi dari benda tersebut.
Tiga, empat atau lebih gambar demikian
digabungkan dalam satu kertas gambar, dan
terdapatlah suatu susunan gambar yang memberikan
jelas dari benda yang dimaksud. Gambar 3. Proyeksi Amerika
(Sumber: Sato dan Sugiarto, 2003: 67)
Proyeksi pandangan digunakan dalam
proyeksi Eropa dan Ameerika. Proyeksi Eropa dan

217
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016

Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar


mengajar di kelas; (4) memiliki bagian-bagian
Menurut pandangan konstruktivisme tentang
model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah
belajar, dosen tidak begitu saja memberikan
pembelajaran (syntax); (b) adanya prinsip-prinsip
pengetahuan kepada mahasiswa, tetapi
reaksi; (c) sistem sosial; dan (d) sistem pendukung;
mahasiswalah yang harus aktif membangun
(5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Belajar
pembelajaran; dan (6) membuat persiapan mengajar
menurut teori konstruktivisme adalah membangun
(desain instruksional) dengan pedoman model
pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian
pembelajaran yang dipilihnya.
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
Untuk mengatasi kondisi kelas yang
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
demikian, sebenarnya banyak terdapat model
seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah
pembelajaran yang dapat digunakan. Berdasarkan
yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus
berbagai uraian di atas salah satu alternatif model
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
pembelajaran yang ingin peneliti terapkan dalam
makna melalui pengalaman nyata. Melalui proses
penelitian ini adalah model koopeatif learning tipe
belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri,
discovery learning dan model koopeatif tipe
secara berkelompok seperti bermain, maka
problem based learning dengan kemampuan spatial
mahasiswa menjadi senang, sehingga tumbuhlah
visualization terhadap kompetensi MPO mahasiswa.
minat untuk belajar.
Tugas dosen dalam pembelajaran membaca
Model Pembelajaran Problem Based Learning
gambar teknik antara lain menyajikan materi ajar
(PBL)
gambar teknik sesuai dengan standar bahasa gambar
Salah satu model pembelajaran yang dapat
teknik dan akan mampu memfasilitasi
dikembangkan dan diadopsi untuk menempatkan
perkembangan potensi sikap, berfikir, berperilaku
siswa sebagai pusat pembelajaran adalah penerapan
dan keterampilan dasar ilmiah yang terdapat pada
model pembelajaran PBL. “PBL adalah suatu
diri siswa. Kegiatan belajar merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran dengan membuat
proses interaksi yang bernilai pendidikan,
konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-
didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan
masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai
siswa. Keterlibatan aktif siswa dalam proses
dengan pemberian masalah dan memiliki konteks
pembelajaran merupakan hal yang paling utama.
dengan dunia nyata” (Tan, 2003; Wee & Kek, 2002:
Model pembelajaran adalah suatu rencana
12). Model ini melatih siswa untuk memecahkan
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya.
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Proses tersebut akan membuat terbangunnya
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai
pengetahuan baru yang lebih bermakna bagi siswa.
berikut: (1) berdasarkan teori pendidikan dan teori
Pengertian PBL menurut Dutch (dalam
belajar dari para ahli tertentu; (2) mempunyai nilai
Amir, 2009: 27) adalah “metode intruksional yang
atau tujuan pendidikan tertentu; (3) dapat dijadikan

218
R. Mursid, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis…

menantang peserta didik agar belajar untuk belajar kelompok); dan (7) Mensintesa (Menggabungkan)
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi dan menguji informasi baru, dan membuat laporan
bagi masalah yang nyata”. Masalah digunakan untuk untuk kelas. Dari laporan individu/sub kelompok,
mengaitkan rasa keingintahuan, kemampuan yang dipresentasikan dihadapan anggota kelompok
analisis, dan inisiatif siswa terhadap materi lain, kelompok mendapatkan informasi-informasi
pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk yang baru. Anggota yang mendengarkan laporan
berpikir kritis dan analitis, dan menggunakan harus kritis tentang laporan yang disajikan (laporan
sumber belajar yang sesuai. Berdasarkan uraian di diketik, dan dibagikan kepada setiap anggota).
atas, dapat disimpulkan bahwa model PBL
Model Pembelajaran Discovery Learning (DL)
merupakan model pembelajaran yang melibatkan
Model pembelajaran DL menurut Hosnan
siswa dalam memecahkan masalah nyata. Model ini
(2014: 280), model pembelajaran DL merupakan
menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu menjadi
model pembelajaran berdasarkan model
meningkat. Model PBL juga menjadi wadah bagi
pembelajaran konstruktivisme. Model DL
siswa untuk dapat mengembangkan cara berpikir
menekankan pentingnya pemahaman struktur atau
kritis dan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui
Amir (2009: 24) menyatakan, terdapat 7
keterlibatan mahasiswa secara aktif di dalam
langkah pelaksanaan PBL, yaitu sebagai berikut: (1)
pembelajaran. Struktur atau ide-ide penting terhadap
Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.
suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan mahasiswa
Memastikan setiap anggota memahami berbagai
secara aktif di dalam pembelajaran. Mahasiswa di
istilah dan konsep yang ada dalam masalah; (2)
dorong untuk belajar sebagian besar melalui
Merumuskan masalah. Fenomena yang ada dalam
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan
konsep, prinsip-prinsip dan dosen mendorong
apa yang terjadi antara fenomena itu; (3)
mahasiswa untuk memiliki pengalaman yang
Menganalisis Masalah. Siswa mengeluarkan
memungkinkan mereka menemukan prinsip untuk
pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki tentang
diri mereka sendiri.
masalah; (4) Menata gagasan siswa dan secara
Belajar penemuan (DL) merupakan salah
sistematis menganalisisnya dengan dalam. Bagian
satu model pembelajaran kognitif yang
yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu
dikembangkan oleh Bruner (1966). Belajar
sama lain, dikelompokkan mana yang saling
penemuan adalah proses belajar dimana guru harus
menunjang, mana yang bertentangan dan
menciptakan situasi belajar yang problematis,
sebagainnya; (5) Memformulasikan tujuan
menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan,
pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan
mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan
pembelajaran karena kelompok sudah tahu
melakukan eksperimen. Belajar penemuan pada
pengetahuan mana yang masih kurang dan mana
akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan
yang masih belum jelas; (6) Mencari Informasi
kemampuan untuk erpikir secara bebas dan melatih
tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi

219
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016

keterampilan kognitif siswa dengan cara untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
menemukan dan emecahkan masalah yang ditemui ditetapkan dengan hasil dan pengolahan data. (6)
dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menarik kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar yang berlaku untuk semua masalah yang sama.
bermakna bagi dirinya. Pemilihan model pembelajaran DL dalam
Abdullah (2013: 87) menyatakan bahwa proses pembelajaran dimaksudkan untuk: (1)
Model Pembelajaran DL Terbimbing merupakan membantu peserta didik untuk belajar menemukan
metode yang digunakan untuk membangun konsep suatu konsep, (2) mendorong peserta didik untuk
di bawah pengawasan guru. Pembelajaran DL berpikir, bekerja atas inisiatif sendiri dan mampu
merupakan metode pembelajaran kognitif yang merumuskan hipotesis sendiri, (3) meningkatkan
menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan rasa percaya diri, (4) meningkatkan keaktifan
situasi yang dapat membantu peserta didik belajar peserta didik dalam proses kegiatan belajar
aktif menemukan pengetahuan sendiri. Metode mengajar baik secara afektif maupun secara kognitif,
belajar ini sesuai dengan teori Bruner yang (5) meningkatkan prestasi belajar. Penerapan model
menyarankan agar peserta didik belajar secara aktif DL diharapkan akan mampu meningkatkan
untuk membangun konsep dan prinsip. Kegiatan keaktifan dan prestasi belajar mahasiswa dalam
DL melalui kegiatan eksperimen dapat menambah proses pembelajaran, khusunya pada mata kuliah
pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara mengambar teknik.
simultan. Eggen (2012: 68) menambahkan bahwa
Kemampuan Spatial Visualization (KSV)
model pembelajaran DL ini dirancang untuk
Konsep tentang berpikir spasial cukup
membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan
menarik untuk dibahas mengingat banyak penelitian
berpikir kritis mereka.
sebelumnya yang menemukan bahwa peserta didik
Langkah-langkah model pembelajaran DL
menemukan banyak kesulitan untuk memahami
adalah sebagai berikut: (1) memberikan pertanyaan
objek atau gambar bangun geometri. Berpikir
yang merangsang berpikir mahasiswa dan
spasial merupakan kumpulan dari keterampilan-
mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas
keterampilan kognitif, yang terdiri dari gabungan
belajar lain. (2) memberikan kesempatan kepada
tiga unsur yaitu konsep keruangan, alat representasi,
mahasiswa untuk mengidentifikasi sebanyak
dan proses penalaran (National Academy of Science,
mungkin masalah yang relevan dengan bahan
2006: 12).
pelajaran dan merumuskannya dalam bentuk
Giaquinto (2007: 15) mengemukakan
hipotesis. (3) memberikan kesempatan kepada
bahwa persepsi dari suatu objek atau gambar dapat
mahasiswa mengumpulkan informasi yang relevan
dipengaruhi secara ekstrim oleh orientasi objek
untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis
tersebut. Untuk dapat mengenali suatu objek/gambar
tersebut. (4) mengolah data yang diperoleh
dengan tepat diperlukan kemampuan spasial.
mahasiswa melalui wawancara, observasi dan
Hannafin, Truxaw, Jennifer, dan Yingjie (2008:148),
lain-lain. (5) melakukan pemeriksaan cermat

220
R. Mursid, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis…

dalam penelitiannya menemukan bahwa siswa menggambar teknik I yang terdiri dari 2 kelas
dengan kemampuan spasial yang tinggi secara dengan jumlah keseluruhan adalah 49 orang. Teknik
signifikan lebih mampu dalam matematikanya. pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Penelitian lainnya telah menunjukkan bahwa teknik cluster random sampling yakni dari 2 kelas
kemampuan kognitif seperti kemampuan spasial dipilih sebagai sampel dan juga sebagai populasi.
diprediksi berhasil dalam lingkungan belajar Penelitian ini menggunakan metode quasi
tertentu, khususnya dalam geometri. Kemampuan eksperimen dengan disain faktorial 2 x 2. Melalui
spasial yang baik akan menjadikan siswa mampu disain ini akan dibandingkan pengaruh model
mendeteksi hubungan dan perubahan bentuk bangun pembelajaran PBL dan DL terhadap kompetensi
geometri. menggambar teknik I ditinjau dari karakteristik
Demikian pentingnya kemampuan spasial KSV. Model pembelajaran PBL dan DL
ini sehingga kita semua terutama para dosen dituntut diperlakukan kepada kelompok eksperimen siswa
untuk memberikan perhatian yang lebih dari cukup dengan KSV yang berbeda. Model pembelajaran
agar kemampuan spasial diajarkan dengan sungguh- PBL dan DL sebagai variabel bebas, Perbedaan
sungguh sesuai dengan kurikulum. Dosen dapat KSV sebagai variabel moderator dan perolehan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang cocok kompetensi menggambar teknik I sebagai variabel
dan secara teoretis dapat meningkatkan kompetensi terikat. Variabel-variabel tersebut selanjutnya akan
MPO mahasiswa. dimasukkan di dalam disain penelitian sebagaimana
Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) terlihat pada tabel 1.
apakah terdapat pengaruh model pembelajaran
Tabel 1. Rancangan Ekperimen Desain
berbasis konstruktivistik terhadap kompetensi
Faktorial 2 x 2
menggambar teknik pada mahasiswa?; (2) apakah
Model Pembelajaran
terdapat pengaruh kemampuan spatial visualization (MP) (A) Problem Based Discovery
Learning (PBL) Learning
terhadap kemampuan menggambar teknik pada Kemampuan Spatial (A 1 )
(DL)
Visualization (KSV) (B) (A 2 )
mahasiswa?, dan (3) apakah terdapat interaksi antara
Tinggi (B 1 ) Tinggi (B 1 ) A1 B1 A 2 B1
model pembelajaran berbasis konstruktivistik dan
Rendah (B 2 ) Rendah (B 2 ) A1 B 2 A2 B2
kemampuan spatial visualization terhadap
kemampuan menggamber teknik pada mahasiswa?. Keterangan:
A1 B1 : Kompetensi mahasiswa yang diajar dengan
METODE model pembelajaran PBL dengan KSV
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi tinggi
A1 B2 : Kompetensi mahasiswa yang diajar dengan
Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, model pembelajaran PBL dengan KSV
Universitas Negeri Medan (Unimed) pada semester rendah
A2 B1 : Kompetensi mahasiswa yang diajar dengan
I. Sedangkan ujicoba instrumen dilakukan di model pembelajaran DL dengan KSV tinggi
semester II. Populasi penelitian ini adalah seluruh A2 B2 : Kompetensi mahasiswa yang diajar dengan
model pembelajaran DL dengan KSV
mahasiswa yang mengambil mata kuliah rendah.

221
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016

Tes Kemampuan spasial dikembangkan dari Kompetensi menggambar proyeksi


teori Gardner (2010: 179) yang terdiri dari tiga orthogonal mahasiswa mencakup: (1) menjelaskan
subtes yaitu topologi, koordinasi perspektif dan pengertian proyeksi orthogonal dan aturan-aturan
euclidis. Instrument kemampuan spasial visual. serta klasifikasinya; (2) menjelaskan pengertian
Kemampuan spasial visual menggunakan tes yang proyeksi Amerika dan aturan-aturannya; (3)
dikembangkan oleh psikolog, sehingga tes tidak lagi menjelaskan pengertian proyeksi Eropa dan aturan-
diukur validitas dan realibilitasnya. Intrumen gaya aturannya; (4) melengkapi gambar proyeksi pada
berfikir untuk mengetahui kecenderungan gaya system proyeksi system Amerika; (5) melengkapi
berfikir peserta didik sekuensial konkret adalah gambar proyeksi pada system proyeksi Eropa; (5)
original murni, asli dan bermakna. Sehubungan menentukan gambar pandangan secara lengkap pada
dengan tes gaya berfikir ini, di gunakan tes SPM gambar proyeksi dengan enam pandangan pada
(Standard Progressive Matrices) yang di proyeksi Amerika; dan (6) menentukan gambar
kembangkan oleh J.C Raven. Tes yang di pandangan secara lengkap pada gambar proyeksi
kembangkan oleh J.C Raven. J.C Raven ini dengan enam pandangan pada proyeksi Eropa.
berbentuk analisa gambar dimana tes ini berisi 60 Teknik analisis data yang digunakan
soal dengan enam (6) pilihan jawaban yaitu : 1, 2, 3, adalah teknik statistik deskriptif dan inferensial.
4,5,6. Teknik statistik deskriptif digunakan untuk
Tabel 2. Indikator IQ mendeskripsikan data, antara lain: nilai rata-rata
No. Materi Jumlah (mean), median, modus, varians dan simpangan
1. Kemampuan untuk belajar dan baku. Teknik statistik inferensial digunakan untuk
mengambil manfaat dari
pengalaman menguji hipotesis penelitian, dimana teknik
2. Kemampuan untuk berfikir atau Inferensial yang akan digunakan adalah teknik
menalar secara abstrak
3. Kemampuan untuk beradaptasi Analisis Varians dua jalur (disain faktorial 2x2)
terhadap hal-hal yang timbul dan 60 dengan taraf signifikan 0,05. Sebelum Anava dua
perubahan-perubahan
ketidakpastian lingkungan jalur dilakukan, terlebih dahulu ditentukan
4. Kemampuan analisa sintesa persyaratan analisis yakni persyaratan normalitas
dimana dapat mengukur aspek
generalisasi berfikir menggunakan Uji Liliefors, sedangkan untuk uji
persyaratan homogenitas menggunakan Uji Fisher
Tabel 3. Klasifikasi Angka kemampuan IQ dan Uji Bartlett. Setelah melakukan pengujian
IQ Golongan Kategori persyaratan analisis, dilakukan pengujian Anava 2
140 ke atas Genius Luar biasa baik
jalur, selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan
120 - 139 Superior Baik sekali
110 -119 Above Average Baik menggunakan Scheffe karena N pada setiap
90 -109 Normal /Average Biasa/sedang/cukup kelompok sel berbeda. Untuk keperluan pengujian
80 - 89 Dull Average Kurang
hipotesis, dirumuskan hipotesis statistik sebagai
70 - 79 Debil Kurang sekali
69 kebawah Embecil -Idiot Luar biasa kurang berikut:
Ho :  MPPBL =  MPDL

222
R. Mursid, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis…

Ha :  MPPBL >  MPDL Perbedaan Kompetensi MPO antara Mahasiswa


Ho :  KSVT =  KSVR yang Diajar dengan Model pembelajaran PBL
Ha :  KSVR >  KSVR dan Model Pembelajaran DL.

Ho : MP >< KSV = 0 Adapun hipotesis statistik yang diuji adalah:

Ha : MP >< KSV  0 Ho : μA1 = μA2

HASIL DAN PEMBAHASAN Ha : μA1 > μA2

Hasil Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata

Deskripsi data yang disajikan dalam penelitian nilai model pembelajaran PBL adalah 26,67 dan

terdiri dari skor kompetensi mengambar proyeksi rata-rata nilai model pembelajaran DL adalah 24,24.

orthogonal dengan menggunakan model Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 2

pembelajaran PBL dan skor kompetensi mengambar di atas, maka diperoleh hasil perhitungan data

proyeksi orthogonal dengan menggunakan model strategi pembelajaran, dimana Fhitung = 14,27

DL yang dikelompokkan atas KSV tinggi dan KSV sementara nilai kritik Ftabel dengan dk = (1,45) dan α

rendah. Deskripsi data yang ditampikan = 0,05 adalah sebesar 4,05. Hasil ini menunjukkan

menginformasikan rata-rata (mean), modus, bahwa Fhitung = 14,27 > Ftabel= 4,05 sehingga

median, varians, simpangan baku, skor maksimum hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima, dengan

dan skor minimum dilengkapi juga dengan tabel demikian hipotesis penelitian yang menyatakan

distribusi frekuensinya dan grafik histogram. bahwa kompetensi menggambar teknik mahasiswa

Pengujian hipotesis penelitian pertama, kedua dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL

ketiga dilakukan dengan menggunakan analisis lebih tinggi dari pada mahasiswa yang diajarkan

varians. Berikut data hasil startistik deskriptif pada dengan model pembelajaran DL teruji

table 4. kebenarannya.

Tabel 4. Hasil Statistik Deskriptif Perbedaan Kompetensi MPO antara Mahasiswa


yang memiliki KSV tinggi dan KSV rendah.
Adapun hipotesis statistik yang diuji adalah
:
Ho : μB1 = μB2
Ha : μB1 > μB2
Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata
Tabel 5. Rangkuman Anava Faktorial 2 x 2 nilai KSV tinggi adalah 27,61 dan rata-rata nilai
KSV rendah adalah 23,5. Berdasarkan hasil
Ftabel(1.45)
Sumber variasi dk JK RJK Fhitung pengujian hipotesis pada tabel 2 di atas, maka
(α = 0.05)
Model Pembelajaran
1 206,02 206,02 14,27 diperoleh hasil perhitungan data strategi
Berbasis Konstruktivistik
Kemampuan Spatial 4.05
1 72,12 72,12 4,99 pembelajaran, dimana Fhitung = 4,99 sementara nilai
Visualization
Interaksi 1 122,11 122,11 8,46
Galat 45 649,75 14.44 kritik Ftabel dengan dk = (1,45) dan α = 0,05 adalah
Total 48 1050
sebesar 4,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Fhitung =

223
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016

4,99 > Ftabel= 4,05 sehingga hipotesis Ho ditolak dan berbeda. Untuk melihat bentuk interaksi antara
Ha diterima, dengan demikian hipotesis penelitian model pembelajaran berbasis konstruktivistik dan
yang menyatakan bahwa mahasiswa yang memiliki KSV dalam mempengaruhi kompetensi mengambar
KSV tinggi memperoleh kompetensi MPO lebih proyeksi orthogonal, dilakukan uji lanjut dengan
tinggi dari pada mahasiswa yang memiliki KSV menggunakan uji Scheffe. Ringkasan hasil uji
rendah teruji kebenarannya. Scheffe dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Interaksi Antara Model Pembelajaran dan KSV


Tabel 6. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji
terhadap Kompetensi MPO Mahasiswa
Scheffe’
Adapun hipotesis statistik yang diuji adalah: Katerangan
F F tabel
Hipotesis Statistik
Ho : A >< B = 0 hitung α=5%
A1B1= A2B1 aA1B1 > A2B1 3.66 Signifikan
Ha : A >< B ≠ 0 Tidak
A1B2 = A2B2 aA1B2 > A2B2 0.26
Signifikan
Dari hasil analisis data rata-rata nilai model A1B1 = A1B2 aA1B1 > A1B2 4.71 Signifikan
2.81
Tidak
pembelajaran PBL yang memiliki KSV tinggi A2B1 = A2B2 aA2B1 > A2B2 0.75
Signifikan
A1B1 = A2B2 aA1B1 > A2B2 4.46 Signifikan
adalah 90,70 . Rata-rata kompetensi pada model Tidak
A2B1 = A1B2 aA2B1 > A1B2 0.99
Signifikan
pembelajaran PBL yang memiliki KSV rendah
adalah 8.46. Rata-rata nilai model pembelajaran DL
Selanjutnya adanya interaksi antara variabel
yang memiliki KSV tinggi adalah 27,61. Rata-rata
model pembelajaran berbasis konstrustivistik dan
nilai model pembelajaran DL yang memiliki KSV
KSV terhadap kompetensi menggambar proyeksi
rendah adalah 23,65. Berdasarkan hasil pengujian
orthogonal, maka perlu diberikan gambaran grafik
hipotesis di atas diperoleh perhitungan interaksi
estimasi yang menunjukkan adanya interaksi
model pembelajaran dengan KSV mahasiswa,
tersebut, seperti pada gambar 1 berikut :
dimana Fhitung = 8,46 dan nilai kritik Ftabel dengan dk
= (1,45) dan α = 0.05 % adalah 4.05. Hasil ini
menunjukkan bahwa Fhitung = 8,46 > Ftabel.= 4.05
sehingga Hipotesis Ho ditolak, dengan demikian
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat interaksi antara model pembelajaran
berbasis konstruktivistik dan KSV mahasiswa dalam
memberikan pengaruh terhadap kompetensi MPO
teruji kebenarannya.
Karena ada interaksi antara model pembelajaran dan
Gambar 2. Model Interaksi Model
KSV dalam mempengaruhi kompetensi
Pembelajaran Berbasis Konstrustivistik dan
menggambar proyeksi orthogonal, maka perlu Kemampuan Spatial Visualization Terhadap
Kompetensi Menggambar Proyeksi Orthogonal
dilakukan uji lanjutan (post hoc test), untuk
mengetahui rata-rata kompetensi sampel mana yang

224
R. Mursid, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis…

Pembahasan 315-323). Banyak studi penelitian menganalisis


Berdasarkan hasil penelitian dan konsep yang berbeda, metode dan prosedur praktis
pembahasan, terhadap semua variable yang terkait untuk implementasi dan verifikasi pengetahuan di
pada model pembelajaran berbasis konstruktivistik bidang pemahaman mahasiswa dari benda-benda
dan kemampuan spatial visualization, terhadao fisik (Zuo, Feng, Chen, 2003: 121-128; Meijer, Van
kompetensi menggambar proyeksi orthogonal, maka Den Broek, Schouten, 2008). Sebagian besar, bahwa
dapat ditarik simpulan bahwa terjadi peningkatan keterampilan pemahaman spasial dapat ditingkatkan
kemampuan mahasiswa dalam memahami gambar tidak hanya melalui pengalaman, tetapi juga
proyeksi pada proyeksi sistem Amerika dan gambar menggunakan teknologi baru seperti simulasi,
proyeksi sistem Eropa. Peningkatan tersebut animasi dan virtual reality (James, Humphrey,
menjelaskan bahwa gambar proyeksi dengan sistem Goodale, 2001: 111-120). Pembelajaran
Amerika mengalami peningkatan yang lebih tinggi konvensional dalam menggambar teknik
dibandingkan gambar proyeksi sistem Eropa. memberikan pengalaman praktis sangat sedikit dan
Sehingga dari simpulan tersebut dapat diambil mendorong siswa untuk belajar seperangkat aturan,
pengertian bahwa gambar proyeksi sistem Amerika tidak untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
lebih mudah dipahami dibandingkan dengan gambar (Eshach, 2007: 171-190). Hal ini dapat di ketahui
proyeksi sistem Eropa. Hal ini berlaku dalam bahwa pembelajaran dengan model DL masih
penerapan baik pada model pembelajaran PBL kurang memberikan peningkatan kompetensi
maupun model pembelajaran DL. mahasiswa dalam menggambar proyeksi orthogonal,
Model pembelajaran PBL dapat khususnya dalam mengambar system Amerika dan
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar system Eropa ke dalam enam pandangan.
mahasiswa, hal ini sesuai dengan teori yang Persepsi dari suatu objek atau gambar dapat
dikemukakan Suprihatiningrum (2013: 221-222) dipengaruhi secara ekstrim oleh orientasi objek
bahwa model pembelajaran PBL dapat tersebut, yang dikemukakan oleh Giaquinto
mengembangkan basis pengetahuan secara (2007:15). Untuk dapat mengenali suatu
integrasi, meningkatkan motivasi belajar, objek/gambar dengan tepat diperlukan kemampuan
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, spasial. Hannafin, Truxaw, Jennifer, dan Yingjie
berpikir kritis, serta mengembangkan kompetensi . (2008:148), dalam penelitiannya menemukan
Kompetensi mahasiswa dalam MPO dapat bahwa siswa dengan kemampuan spasial yang tinggi
meningkat dan penguasaannya serta serta berhasil secara signifikan lebih mampu dalam
baik bila menggunakan model pembelajaran PBL di matematikanya. Penelitian lainnya telah
bandingkan dengan model pembelajaran DL. menunjukkan bahwa kemampuan kognitif seperti
Penguasaan dan pemahaman secara fisik kemampuan spasial diprediksi berhasil dalam
dari bagian dan representasi grafis mereka banyak lingkungan belajar tertentu, khususnya dalam
kelemahan dan kesulitan yang dialami oleh geometri. Kemampuan spasial yang baik akan
mahasiswa (Garmendia, Guisasola, Sierra 2007: menjadikan mahasiswa mampu mendeteksi

225
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016

hubungan dan perubahan bentuk bangun geometri. adalah, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan
Kemampuan spatial yang tinggi akan berkontribusi untuk invetigasi dan penyelidikan. Sedangkan
terhadap penguasahaan dalam MPO seperti dalam Sanjaya (2009: 214) juga berpendapat bahwa PBL
proyeksi system Amerika dan system proyeksi dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
Eropa. Kemampuan dalam membuat banyak pembelajaran yang menekankan pada proses
pandangan orthogonal, pada pandangan depan, penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
pandangan atas, pandangan bawah, pandangan Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PBL
samping kanan, pandangan samping kiri dan adalah pembelajaran yang memberikan masalah
pandangan belakang sangat membantu terhadap kepada siswa dan siswa diharapkan untuk
penguasaan mahasiswa di bidang teknik khususnya menyelesaikan masalah tersebut dengan
teknik mesin. melaksanakan pembelajaran yang aktif. Dalam
Kemampuan spasial sangat dibutuhkan kompetensi MPO mahasiswa diharapkan secara
dalam konteks hubungan dalam kompetensi kooperatif dan konstruktif melalui berbagai
menggambar proyeksi orthogonal, maka Strong dan permasalahan dan pembuatan gambar proyeksi
Roger (2002:2) mengemukakan bahwa dalam system Amerika dan Eropa harus secara jelas
teknologi industri kemampuan spasial sangat memberikan, dan hasilnya lebih baik dibandingkan
bermanfaat dalam penerapan seperti simulasi, multi dengan menggunakan model pembelajaran DL.
media dan pemodelan. Diperkuat oleh Alias, Black, Didukung dalam penelitian yang dilakukan
dan Gray (2002:1) mengemukakan bahwa oleh Meyer (2010) menunjukkan bahwa proses
dibutuhkan kemampuan spasial yang baik untuk penemuan (discovery) dalam pembelajaran akan
dapat belajar dan memecahkan masalah-masalah membantu peserta didik untuk memahami dan
teknik, seperti dalam menggambar teknik pada menganalisis proses kreativitas dan pengambilan
proyeksi orthogonal. Pendapat yang hampir sama keputusan dalam temuannya. Berdasarkan beberapa
juga dikemukakan oleh Rafi dan Samsudin pendapat di atas, dapat dipadukan bahwa
(2007:63) yang menemukan dalam penelitiannya di pembelajaran DL adalah model pembelajaran yang
Malaysia bahwa hampir semua topik dalam mengharuskan mahasiswa untuk terlibat aktif dalam
“menggambar mesin” sangat membutuhkan proses pembelajaran sehingga mahasiswa dapat
kemampuan spasial yang tinggi. Dalam National menemukan konsep dari proyeksi orthogonal dalam
Academy of Science (2006:46) dikatakan bahwa menggambar proyeksi system Amerika dan system
banyak bidang ilmu yang membutuhkan Eropa yang selalu diberikan secara berulang-ulang
kemampuan spasial dalam penerapan ilmu tersebut untuk menambah penguatan dan pemahaman
antara lain astronomi, pendidikan, geografi, gambar proyek tersebut pada mahasiswa yang
geosciences, technical,dan psichologi. diberikan.
Pembelajaran yang menyuguhkan berbagai Kemampuan spasial yang dikemukanan
situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada Barke dan Engida (2001: 237) merupakan faktor
mahasiswa menurut Arends (2008: 41), PBL kecerdasan utama yang tidak hanya penting untuk

226
R. Mursid, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis…

matematika dan science, tetapi juga perlu untuk menyelesaikan soal-soal secara rinci, terurut, dan
keberhasilan dalam banyak profesi. Nemeth (2007: menggunakan langkah-langkah penyelesaian soal
123) dalam penelitiannya menemukan pentingnya secara sistematis, karena mampu mengaitkan antara
kemampuan spasial yang dengan nyata sangat materi menggambar proyeksi yang sudah dikuasai
dibutuhkan pada ilmu-ilmu teknik dan matematika dengan materi yang akan dipelajari olehnya.
khususnya geometri. Kemampuan ini tidak Untuk mahasiswa yang memiliki KSV rendah
ditemukan secara genetik tetapi sebagai hasil proses jika diajar dengan model pembelajaran DL akan
belajar yang panjang. Terkait dalam penelitian ini, memperoleh kompetensi MPO yang lebih tinggi
juga sangat memberikan penguatan terhadap model dibandingkan jika diajar model pembelajaran DL.
pembelajaran yang diterapkan dengan kemampuan Mahasiswa dengan KSV rendah jika diajar dengan
spatial visualization mahasiswa sangat menentukan model pembelajaran DL akan mengalami kesulitan
kompetensi dalam MPO mahasiswa. untuk membangun atau mengkonstruk pengetahuan
Mahasiswa yang memiliki KSV yang tinggi yang dibutuhkannya, sebab mahasiswa dengan KSV
cenderung dapat menyelesaikan persoalannya rendah memiliki tingkat kecepatan yang rendah
sendiri tanpa mendapat hambatan yang berarti dan dalam menyelesaikan soal-soal mengambar proyeksi
cenderung lebih memilih untuk belajar secara orthogonal dalam pempuatan proyeksi system
mandiri untuk memecahkan persoalannya sendiri Amerika maupun system Eropa. Model
sedangkan mahasiswa yang memiliki KSV rendah pembelajaran problem based learning menuntut
cenderung untuk menyukai cara belajar dan kemampuan dalam menyelesajkan soal-soal
memecahkan persoalannya dengan bantuan orang menggambar proyeksi secara rinci, terurut, dan
lain. Mahasiswa yang memiliki KSV rendah lebih sistematis
menyukai cara belajar berkelompok untuk Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
memecahkan persoalan secara bersama-sama. disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan pada proses
Mahasiswa yang memiliki KSV yang tinggi pembelajaran secara keseluruhan yang dilakukan
apabila diberi perlakuan dengan model pembelajaran oleh seorang dosen dalam pencapaian kompetensi
PBL akan memperoleh kompetensi MPO lebih MPO yang lebih tinggi. Model pembelajaran yang
tinggi dibandingkan dengan menggunakan model berbeda memberi pengaruh yang berbeda terhadap
pembelajaran DL, sebab mahasiswa yang memiliki kompetensi MPO mahasiswa dikaitkan dengan KSV
KSV tinggi mampu menemukan sendiri yang dimilikinya.
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya
KESIMPULAN
dengan cara mengaitkan antara pengetahuan dan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan
keterampilan dasar yang telah dimiliki dengan
hasil dan pembahasan seperti yang telah diuraikan,
pengetahuan dan keterampilan baru yang
penelitian ini menyimpulkan bahwa:
dibutuhkannya. Mahasiswa dengan KSV tinggi jika
1. Kompetensi MPO mahasiswa yang diajar dengan
dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL akan
model pembelajaran PBL lebih tinggi
mampu berpikir secara logis dan rasional dalam

227
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016

dibandingkan kompetensi MPO mahasiswa yang


Barke, H. D. dan Engida, T. “Structural Chemistry
diajar dengan model pembelajaran DL.
and Spatial Ability in Different Cultures”
2. Kompetensi MPO mahasiswa yang memiliki dalam Research and Practice in Europe.
Vol. 2, no.3 pp.227-239, 2001.
KSV tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki KSV rendah. Eggen, Paul. Strategi dan Mode l Pembelajaran.
PT. Indeks: Jakarta, 2012.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran
berbasis konstruktivistik dengan KSV dalam Eshach, H.,"Bridging In-school and Out-of-school
Learning: Formal, Non-Formal, and Informal
mempengaruhi kompetensi proyeksi orthogonal
Education", Journal of Science Education
mahasiswa. Kompetensi MPO mahasiswa yang and Technology, 16 (2) 171-190, 2007.
diajar dengan model pembelajaran PBL dan
Garmendia, M., Guisasola, J., Sierra, E.,"First-year
memiliki KSV tinggi lebih tinggi dibandingkan engineering students’ difficulties in
visualization and drawing tasks", European
dengan mahasiswa yang memiliki KSV rendah.
Journal of Engineering Education, 32 (3)
Sedangkan kompetensi MPO mahasiswa yang 315-323, 2007.
diajar dengan model pembelajaran DL dan
Garner, Howard. (2010). The Theory of Multiple
memiliki KSV rendah lebih tinggi dibandingkan Intelligence. New York. Basic Books.
dengan mahasiswa yang memiliki KSV tinggi.
Goanta, A.M. Communication Innovative Methods
Dengan demikian, mahasiswa yang memiliki for Graphics Teaching on Technical
Directions, 5th International Vilnius
KSV tinggi lebih baik diajar dengan model
Conference EURO Mini Conference
pembelajaran PBL sedangkan mahasiswa yang “Knowledge-Based Technologies and OR
Methodologies for Strategic Decisions of
memiliki KSV rendah lebih baik diajar dengan
Sustainable Development” (KORSD-2009),
model pembelajaran DL. Vilnius, Lithuania, 2009.

Giaquinto. Visual Thinking in Mathematics An


DAFTAR RUJUKAN epistemological study. New York: Oxford
University Press, 2007.
Abdullah, Ridwan, Inovasi Pembelajaran, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2013. Hannafin, R. D.; Mary, P. Truxaw; Jennifer, R. V.
dan Yingjie, L. Effects of Spatial Ability and
Alias, M.; Black, T. R. dan Gray D., E. “Effect of Instructional Program on Geometry
Instruction on Spatial Visualization Ability in Achievement. Connecticut: University of
Civil Engineering Students” dalam Connecticut, 2008.
International Education Journal, III (1):1-12,
2002. Hosnan, M. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual
dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Penerbit Ghalia Indonesia, 2014.
Problem Based learning. Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2009. James, K.H., Humphrey, G.K., Goodale,
M.A.,"Manipulating and recognising virtual
Arends, Richard I. Learning to Teach. objects: Where the action is", Canadian
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Group, 2008. Journal of Experimental Psychology, 55 (2)
111-120, 2011.
Bartoline, G.R.. Introduction to Graphics
Communications for Engineers, 4th Ed., Meijer, F., Van Den Broek, E.L., Schouten, T.,. The
McGrawHil Publishing Company, 2009. Impact of Interactive Manipulation on the

228
R. Mursid, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis…

Recognition of Objects, Human Vision and


Electronic Imaging XIII Conference (January Strong, S. dan Roger, S. “Spatial Visualization:
28 - 31), San Jose, California, USA, 2008. Fundamentals and Trends in Enginering
Graphics” dalam Journal of Industrial
Meyer, M. A Logical view for Investigating and Technology, XVIII (1): 1-6, 2002.
initiating processes of discovering
mathematical coherences. ZDM Mathematics Sutton, K., Heathcote, A., Bore, M.,"Measuring 3-D
Education. Vol. 74. No. 2, 2010. understanding on the Web and in the
National Academy of Science. Learning to Think laboratory", Behavior Research Methods, 39
Spatially, Washington DC: The National (4) 926-939, 2007.
Academics Press, 2006.
Nemeth, B. “Measurement of the Development of Sato, G. Takeshi. dan Sugiarto, N. Hartato. (2003).
Spatial Ability by Mental Cutting Test” dalam Mengambar Mesin menurut Standar ISO.
Annales Mathematicae et Informaticae, (34): Jakarta: Pradnya Paramita.
123-128, 2007.
Tan, Oon-seng. Problem Based Learning
Rafi, A. dan Samsudin, K. Anuar. “The Innovation: Using Problem to Power
Relationships of Spatial Experience, Previous Learning in 21st Century, thompson
Mathematics Achievment, and Gender with Learning, 2003.
Perceived Ability in Learning Engineering
Drawing” dalam Journal of Technology Wee Keng, Megan A. Kek. Authentic Problem
Education. (XVIII) (2): 53-67, 2007. Based learning: Rewriting Business
Education. Prentice Hall, 2002.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Zuo, Z., Feng, K., Chen, B.,"The Modern Education
Prenada Media, 2009. Mode for Engineering Drawing", Journal for
Geometry and Graphics, 7 (1) 121-128, 2003.
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran
Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013.
.

229

Anda mungkin juga menyukai