Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN DISKUSI KASUS 1

BLOK BIOETHICS AND HEALTH LAW VI

Tutor :
Dr. Viva Bening Ratih

Oleh :
Kelompok 4
Arini Dewi S G1A008025
Venny Tiursani S. G1A008026
Aldian Indirawaty G1A008049
Annisa Amalia F. G1A008050
Usbatun Latifah G1A008078
Putu Juni W. G1A008079
Ayuningtyas Ch. G1A008103
Anggraini K. G1A008104
Renata Nadhia MP G1A008127
Vida Berry Al Aden G1A008128

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
PURWOKERTO

2011
Kasus 1: Dokter yang Mencoba Mengambil Uang Ekstra dari Pasien
Dokter: Saya ditugaskan untuk melakukan pekerjaan di luar negeri. Pada saat itu
saudara (laki-laki) ipar mengeluh bahwa ketika buang air kecil ia sakit. Ia pergi ke
RS dan dikelola oleh ahli urologi yang mengatakan bahwa pengobatan laser harus
dilakukan karena itu mungkin karena prostat. Sejauh ini hanya USG telah
dilakukan. Dokter mengancam sedemikian rupa sampai saudara (perempuan) saya
mulai menangis. Ancaman itu dibuat seperti ini : “Jika laser tidak dilakukan, Anda
harus membaca ayat-ayat suci”, yaitu, ia akan mati. Dokter ini mulai melakukan
pyelografi intravena. Lalu pasien diperintahkan untuk menjalani perawatan laser
malam yang sama dengan membayar uang muka sekitar 750 USD. Dan jika itu
harus dibayar dengan kartu kredit menjadi 1.500 USD. Saudara (laki-laki) ipar
saya bingung dan menghubungi suami saya yang bekerja dalam bidang kesehatan
juga. Suami saya mengatakan kepadanya untuk menunda itu selama satu hari
sampai suami saya menyusul ke sana. Tapi dokter marah dan berkata, jika ini
tidak dilakukan, ia tidak akan peduli lagi. Dokter itu tidak tahu sampai dia
menyadari siapa sebenarnya saudara (laki-laki) ipar saya yang telah ia
peringatkan. Dokter itu bertanya apa yang harus ia lakukan untuk meminta maaf
atas apa yang telah dilakukannya. Akhirnya, direktur RS dan salah satu stafnya
meminta maaf kepada suami saya. Saudara (laki-laki) ipar saya memutuskan
untuk pergi ke RS swasta lain dimana dari hasil pemeriksaan USG dan
laboratorium khusus lainnya menunjukkan bahwa itu adalah peradangan.
Pewawancara : Apa yang Anda lakukan ke dokter yang bersangkutan?
Dokter : Saya hanya tetap diam karena masalah itu telah diklarifikasi, dan itu
bukan urusan saya, bukan? Itu hanya terjadi bahwa saya juga bekerja di RS itu
dan saya tahu bahwa urolog yang bersangkutan tidak melakukan hal-hal tersebut
kepada pasien miskin. Mungkin saudara (laki-laki) ipar dianggap mampu
membayar. Saya kemudian tanya perawat mengapa pasien lain tidak diperlakukan
dengan cara ia melakukan saudara (laki-laki) ipar. Perawat itu menjawab, “Dia
hanya memerlukan uang”.
Pertanyaan
Diskusikan konflik antara kepentingan terbaik dari pasien dan solidaritas dengan
dokter yang menipu pada kasus ini. Diskusikan kewajiban profesional dalam
kasus seperti ini.
No Konteks Dilema Etik Self Assesment Verifikasi Alasan
1 Perlakuan Dokter Dokter  Autonomy Pasien
dokter ahli menggunakan mendiskusikan Prinsip ingin
urologi otoritasnya dahulu kepada autonomy dokter
terhadap memerintahkan pasien ditegakkan memahami
pasien yang dan mengancam mengenai ketika kondisinya
memaksa pasien untuk operasi laser pasien (terutama
mengikuti segera apakah setuju dilibatkan ekonomi)
pengobatann melakukan atau tidaknya dan dan
ya operasi laser tindakan diberikan mengharga
dan juga tersebut kesempatan i serta
memerintahkan dilakukan. Dan untuk menghorm
pasien untuk tidak disertai memilih ati haknya
membayar uang unsur setuju atau untuk
muka nya dulu mengancam tidaknya mengambil
dan jika itu atau memaksa. melakukan keputusan.
dibayar dengan Serta meminta suatu
kartu kredit maaf apabila prosedur
maka telah kesehatan.
pembayaran 2x melakukan hal  Non –
lipat dari uang yang tidak Malficience
muka, berkenan di Pasien
mengambil hati pasien. merasakan
keuntungan dari adanya
pasien. harm atas
perlakuan
dokter itu.
Yang
meliputi
Fear,
Force, dan
Fraud.
Beneficien
ce
Pasien
merasa akan
mengalami
kerugian
keuangan
karena tidak
mampu
membayar
biaya
operasi
laser.
 Justice
Operasi
laser hanya
untuk
pasien kelas
ekonomi
tinggi yang
mampu
membayar.
Dokter
seharusnya
memilihkan
jalur
alternatif
lain bukan
memaksaka
n
kehendakny
a.
KODEKI
pasal 3:
Dalam
melakukan
pekerjaan
kedokteran,
dokter tidak
boleh
dipengaruhi
pertimbanga
n
keuntungan
pribadi
 KODEKI
Pasal 7a:
Seorang
dokter
harus,
dalam setiap
praktek
medisnya,
memberikan
pelayanan
medis yang
kompetende
ngan
kebebasan
teknis dan
moral
sepenuhnya,
disertai rasa
kasih
sayang
(compassio
n) dan
penghormat
an atas
martabat
manusia
2 Perbedaan Pasien jadi Dokter Beneficien Pasien
hasil meragukan melakukan ce berhak
diagnosis kompetensi pelayanan Pasien dapat untuk
antara dokter dokter ahli kepada pasien membandin memeriksa
ahli urologi urologi dalam sesuai dengan gkan hasil kan diri
dan RS mendiagnosis prosedur diagnosis dimanapun
swasta lain suatu penyakit standar dokter yang dia mau
dan apakah operasional dan satu dengan apabila
hanya ingin sesuai yang dokter
mengambil kompetensinya lainnya. pertama
keuntungan saja masing- Dan tidak tidak
atau mungkin masing. perlu memberika
ketidaktepatan mengeluark n kepuasan
pasien an uang dan tanpa
memutuskan banyak beban
pindah untuk biaya ekonomi.
memeriksakan operasi
diri ke RS laser.
swasta lain KODEKI
(karena di kasus pasal 7:
tidak Seorang
disebutkan dokter
dokter ahli/ hanya
bukan yang memberi
memeriksa keterangan
pasien di RS atau
swasta lain itu) pendapat
yang dapat
dibuktikan
kebenarann
ya.
 UU no.
29 tahun
2004
Pasal 52:
tentang hak
pasien.
Meminta
pendapat
dokter lain,
Mendapat
pelayanan
sesuai dgn
kebutuhan
medis.
3 Sikap dokter Dokter ke-2 Dokter ke-2  Non – Image
ke-2 yang tidak mengkonsultasi Malficience dokter ke-1
menangani melindungi kan diagnosis Dokter ke-2 akan buruk
pasien kolega/teman nya kepada belum di mata
beserta sejawatnya dokter ke-1, melaksanak publik dan
perawat yang yang bersalah supaya tidak an terjadinya
ditanyai ketika terjadi kewajibann kerenggang
pewawancara diwawancarai. diagnostic error ya untuk an antara
Sedangkan terhadap melindungi dokter ke-1
perawat pasien. Dokter teman dan dokter
menjelek- ke-2 dan sejawat, dan ke-2
jelekan dokter perawat tidak dapat
ke-1 itu. boleh menimbulka
menghakimi n
dokter ke-1 ketidakperc
bersalah ayaan
kepada publik. pasien pada
Jika dokter ke- dokter ke-1.
1 memang  Sumpah
bersalah Dokter
seharusnya “Kesehatan
dokter ke-2 penderita
mengingatkan senantiasa
bukan akan saya
menghakimi. utamakan;
Saya akan
memperlak
ukan teman
sejawat
saya
sebagaiman
a saya
sendiri
ingin
diperlakuka
n.”
 KODEKI
Pasal 7b:
Seorang
dokter harus
bersikap
jujur dalam
berhubunga
n dengan
pasien dan
sejawatnya,
dan
berupaya
untuk
mengingatk
an
sejawatnya
yang dia
ketahui
memiliki
kekurangan
dalam
karakter
atau
kompetensi,
atau yang
melakukan
penipuan
atau
penggelapan
, dalam
menangani
pasien.
Pasal 14:
Setiap
dokter
memperlaku
kan teman
sejawatnya
sebagaiman
a ia sendiri
ingin
diperlakuka
n.

Kasus 2: Wanita Hamil dengan Kusta dan Suaminya


Dokter : Seorang wanita 23 tahun hamil dilengkapi dengan kusta dan reaksi
Eritema Nodosum Leprosum (ENL). Ini adalah masalah yang sulit untuk
ditanagani. Pengobatan pilihan untuk penyakit ini thalidomide, yang merupakan
obat terlarang, yang tidak mudah untuk mendapatkannya di negara ini. Hanya satu
perusahaan farmasi yang membuatnya di dunia. Dan hanya diberikan pada pasien
laki-laki dengan ENL. Pasien ini mempunyai bentuk ENL yang sangat parah dan
pilihan pertama dokter dengan menggunakan thalidomide. Obatnya benar-benar
mengontrol masalah ini. Tapi, karena pasien hamil, obat ini tidak dapat digunakan
atau dalam hal ini, tidak seharusnya digunakan untuk wanita usia subur. Dan ini
adalah anak pertama setelah 6 tahun menikah. Dia menikah ketika berusia 16
tahun dan karena kusta dia tidak hamil. Pasien mengalami masalah dengan
mertuanya. Dia sudah melakukam USG dan diketahui anaknya laki-laki. Jadi,
pertanyaan tentang aborsi tidak muncul sama sekali. Selama kehamilan timbul
reaksi yang parah. Pilihan obat yang kedua untuk mengobati ENL adalah
kortikosteroid. Lagi, pengobatan ini mempunyai kontraindikasi pada 3 bulan
pertama kehamilan. Dan yang membuatnya sulit karena dia benar-benar sakit
parah. Jadi, dokter memberikannya kortikosteroid karena pasien memiliki
keterlibatan nyeri saraf yang sangat parah. Pasien akan mengalami defisit motorik
selama beberapa minggu, yang akan menjadi stigma seumur hidup untuknya, jadi
dokter mengambil keputusan untuk memberikannya obat yang mana tidak
sepenuhnya aman pada kehamilan tetapi karena masalah jangka panjang pasien
harus menghadapinya jika dokter tidak memberikan kortikosteroid, Dokter
mengambil penentuan yang sadar untuk memberikan kortikosteroid.

Pertanyaan
Mengidentifikasi faktor-faktor penting yang berbeda dan perhatian pada kasus ini.
Siapa yang harus membuat keputusan akhir pada pengobatan dalam kasus ini?
No Konteks Dilema Etik Self Verifikasi Alasan
Assesment
1 Obat yang Dokter Dokter  Kehamilan
bekontraindikasi bingung mengkomuni Autonomy pasien
pada kehamilan menentukan kasikan 2 Dokter sangat
pasien mana yang pilihan obat melanggar ditunggu-
harus dipilih tersebut hak pasien tunggu
dalam kepada karena sejak 6
menyembuhk pasien dokter tahun
an penyakit beserta langsung menikah.
pasien karena efek/dampak memberika Pasien
dua obat yang n berhak
tersebut ditimbulkan kortikoster untuk
memiliki bagi pasien. oid. mengetahui
kontraindikas informasi
i pada  yang jelas
kehamilan Beneficienc apakah
pasien tapi e obat
baik untuk Pada pasien tersebut
kesembuhan akan dapat
pasien. meringanka mempengar
Akhirnya n gejala uhi
dokter nyeri nya janinnya.
memilih yang parah.
kortikosteroi
d karena  Non-
pasien sudah Malficienc
menderita e
nyeri yang Dapat
sangat parah. mengalami
keguguran
pada
kehamilan
pasien.

 Justice
Tidak
dijelaskan
pada kasus.

 UU no.
29 tahun
2004
Pasal 5-8
tentang hak
setiap
orang.
Memperole
h
pelayanan
kesehatan
yang aman,
bermutu,
terjangkau.
Pasal 52:
tentang hak
pasien
Mendapatk
an
penjelasan
secara
lengkap ttg
tindakan
medis.
2 Pengobatan ini Antara dokter Kedua belah KODEKI Pasien
seharusnya dan pasien pihak Pasal 7a: sangat
diambil yang merundingka Seorang mengingin
keputusannya menentukan n sisi baik dokter kan
oleh siapa keputusan dan harus, kehamilan
akhir buruknya. dalam itu yang
memiliki Dan jika setiap sudah
dilema nya memungkink praktek ditungguny
masing- an pilihan medisnya, a sejak 6
masing. alternatif memberik tahun tapi
lain. Bila an juga ingin
dari pihak pelayanan sembuh
pasien sudah medis dari
memasrahka yang penyakit
n kompetend kustanya.
sepenuhnya engan Dokter
pada dokter, kebebasan ingin
dokter lah teknis dan menyembu
yang ambil moral hkan
keputusan sepenuhny penyakit
itu. a, disertai pasien dan
rasa kasih juga ingin
sayang menyelama
(compassi tkan bayi
on) dan nya. Tapi
penghorm hal tersebut
atan atas tidak
martabat memungki
manusia. nkan.
 UU no.
29 tahun
2004
Pasal 5-8
tentang
hak setiap
orang
Menentuka
n sendiri
pelayanan
kesehatan
yang
diperlukan.

Prinsip
Personal
Drug yaitu
obat
diberikan
secara
tepat yaitu
tepat
orang,
tepat
dosis,
tepat
indikasi,
tepat
diagnosis,
cara dan
lama
pemberian
, serta
tepat
pemilihan
obat
Faktor-
faktor
penting
dijelaskan
pada kolom
alasan.
Kasus 3: Pasien Pneumonia dengan HIV yang Ditolak Pengobatan
Seorang sopir truk 45 tahun dengan batuk, demam dan nyeri dada didiagnosis
sebagai kasus pneumonia. Karena dianggap relatif jarang, skrining untuk HIV
dilakukan dan dia HIV +. Ketika hasilnya menunjukkan pasien ini HIV +, asisten
dokter dan manajer menginginkan dia untuk diasingkan segera. Hal ini
menciptakan situasi yang sangat tidak menyenangkan bagi pasien. Staf RS
menjadi sangat vokal tentang segeranya mengasingkan pasien. Pasien malang itu
ditempatkan di koridor sepanjang waktu. Pasien diasingkan dan dikatakan agar
mencari pengobatan di tempat lain.

No Konteks Masalah Etik Self Verifikasi Alasan


Assesment
1 Perlakuan Asisten Asisten Autonomy Pasien berhak
asisten dokter, dokter, Autonomy mengetahui
dokter, manajer dan manajer dan pasien telah juga
manajer staf RS staf RS dilanggar sebenarnya
dan staf mengasingka merundingka karena apa penyakit
RS n pasien n dulu kepada memberikan yang
terhadap setelah dokter yang keputusan dideritanya
pasien diketahui menangani secara sepihak. dan juga
pneumoni pasien pasien berhak untuk
a dengan mengidap tersebut serta Beneficience mendapatkan
HIV pneumonia tetap bersikap Untuk pasien pelayanan
disertai HIV ramah kepada tidak ada kesehatan
+. pasien itu. manfaatnya yang baik dari
Dan dokter karena pasien RS bukan
memberikan tidak malah
informasi mendapatkan diasingkan
yang jujur perawatan dan ditolak
pada pasien Non- untuk mencari
tentang hasil Malficience pengobatan di
yang didapat. Pasien RS lain saja.
dirugikan
karena tidak
diberitahu
tentang
penyakitnya
dan juga tidak
diberi tindakan
medis apapun
untuk
mengobati
penyakitnya.

 Justice
Pasien merasa
didiskriminasi
karena tingkat
ekonominya
yang hanya
seorang supir
truk dan
mendapatkan
pelayanan
yang buruk
dari asisten
dokter,
manejer, serta
staf RS.
 KODEKI
Pasal 8 :
Dalam
melaksanakn
pekerjaannya,
seorang dokter
harus
mengutamakan
kepentingan
masyarakat
dan
memperhatika
n semua aspek
pelayanan
kesehatan yang
menyeluruh
(promotif,
preventif,
kuratif dan
rehabilitatuf),
serta berusaha
menjadi
pendidik dan
pengabdi
masyarakat
yang
sebenarnya.
 Sumpah
Dokter
“Saya akan
berikhtiar dan
bersungguh-
sungguh
supaya saya
tidak
terpengaruh
oleh
pertimbangan
keagamaan,
kebangsaan,
kesukuan,
gender, politik,
kedudukan
sosial, dan
jenis penyakit
dalam
menunaikan
kewajiban
terhadap
pasien”.

Anda mungkin juga menyukai