Anda di halaman 1dari 53

DASAR NUBUATAN ADVENTISME

(‗Prophetic Basis of Adventism‘)

Hans K. La Rondelle

Adventist Review, 1 Juni-20 Juli 1989

UNTUK KALANGAN SENDIRI


TIDAK DIPERJUALBELIKAN
DASAR NUBUATAN ADVENTISME
(‗Prophetic Basis of Adventism‘)

Hans K. La Rondelle

Adventist Review, 1 Juni-20 Juli 1989

Hak cipta © 2007 Biblical Research Institute


General Conference of Seventh-day Adventists

Penerjemah: N. K. Mirahayuni
Penyunting: Jimmy W. Senduk

2
Prakata

Umat Masehi Advent Hari Ketujuh percaya bahwa mereka sudah dipanggil seca-
ra khusus oleh Allah untuk menyiarkan Kabar Baik tentang Kedatangan Kristus
yang segera kepada dunia yang sedang bingung dan sekarat ini. ―Kepedihan
hebat harus dialami untuk menghadapkan masalah ini kepada orang ba-
nyak‖ (Fundamentals of Christian Education, 336), karena ―BANYAK ORANG
sedang pergi dengan arah yang berlawanan dengan terang yang Tuhan su-
dah berikan kepada umatNya, karena mereka tidak membaca buku-buku yang
berisi terang dan pengetahuan yang di dalamnya ada teguran dan amaran” (3
Testimonies, 254). Oleh karena itu “penipuan yang terakhir dari Setan ialah
membuat agar TIDAK ADA FAEDAH APA-APA DARI KESAKSIAN ROH
NUBUAT ITU” (3 Testimonies, 255).
“Kita sedang hidup dalam masa paling genting sejarah dunia ini. Nasib
orang banyak di dunia ini tidak lama lagi ditentukan. Keselamatan masa depan
kita sendiri dan juga keselamatan orang-orang lain, tergantung pada jalan yang
kita tempuh sekarang” (8 Alfa Omega, 632). “Saya [E.G. White] melihat bahwa
BANYAK yang melalaikan persiapan yang sangat dibutuhkan dan sedang
mengharapkan waktu “penyegaran” dan “hujan akhir” untuk melayakkan mereka
berdiri pada Hari Tuhan dan hidup dalam pemandanganNya. ADUH, BETAPA
BANYAK ORANG SAYA LIHAT TANPA PERLINDUNGAN PADA MASA KE-
SUKARAN!” (Maranatha, 242). “Sebagian orang tidak mempunyai pendirian
yang teguh. Mereka seperti gumpalan dempul yang bisa dibentuk sesuka hati.
Mereka tidak mempunyai bentuk pendirian, sehingga tidak berguna di dunia
ini. Ketidaksanggupan dalam membuat keputusan ini, yang adalah KELE-
MAHAN, haruslah dikalahkan. Tabiat Kristen sejati tidak akan bisa dipenga-
ruhi dan diubah oleh keadaan yang sukar sekalipun. Manusia harus memi-
liki kekuatan moral, kejujuran yang tidak rapuh walau disanjung, disogok,
bahkan ditakut-takuti” (5 Testimonies, 297). Biarlah kita: “berdiri tegak untuk
membela Kebenaran pada saat MAYORITAS meninggalkan kita, melaksana-
kan pertempuran Tuhan pada waktu pahlawan-pahlawan HANYA SEDIKIT.
Inilah ujian yang harus kita tempuh nanti” (5 Testimonies, 136). “Pria dan wa-
nita yang PEKA TERHADAP DOSA DAN BENCI KEPADA KEJAHATAN,
yang memiliki pandangan mata rohani untuk melihat kekurangan-kekurang-
an pekerjaan Allah dan untuk bekerja dengan minat yang tekun dan tidak
mementingkan diri serta selalu menyembunyikan diri dalam Yesus... MEMI-
LIKI ROH PERIBADATAN YANG PRAKTIS, YANG MEMILIKI HATI NURANI
YANG CEPAT MERASAKAN ADANYA BAHAYA; pria dan wanita yang tidak
mau menonjolkan diri dan tidak mau berusaha menyembunyikan cacat jiwa
dalam rupa peribadatan; orang-orang yang merasakan kelemahan dan keti-
daksempurnaan tabiat, dan yang mau menggantungkan jiwa mereka pada
Yesus Kristus” (Testimonies on Sabbath School Work, 22-26).
Sebagai umat yang menantikan Kedatangan Tuhan Yesus Kedua kali,
Tuhan merindukan agar kita menyadari bahwa “kebutuhan dunia yang terbe-
sar ialah manusia yang TIDAK DAPAT DIPERJUALBELIKAN, manusia yang
JUJUR DAN SETIA DI DALAM JIWA, manusia yang TIDAK TAKUT MENYE-
BUT DOSA DENGAN NAMA YANG SEBENARNYA, manusia yang HATI
NURANINYA SETIA PADA TUHAN seperti jarum kompas selalu menunjuk
ke utara, dan manusia yang MEMPERTAHANKAN KEBENARAN sekalipun
langit runtuh” (Education, 57).

3
“Agar beroleh kemajuan, dalam setiap jemaat harus terdapat orang-
orang yang diharapkan dan dipercaya pada masa yang sukar; orang-orang
yang BERPENDIRIAN TEGUH seperti baja, orang-orang yang TIDAK ME-
MENTINGKAN DIRI SENDIRI, yang MENARUH MINAT DAN HATI MEREKA
TERHADAP PEKERJAAN ALLAH lebih dari pendapat-pendapat ataupun
perhatian duniawi mereka” (2 Testimonies, 637).
“Seorang anggota yang mengasihi Kristus dan penuh penyerahan akan
berbuat lebih banyak kebajikan di dalam jemaat daripada seratus pekerja yang
setengah bertobat, dan tidak disucikan, serta terlalu percaya kepada diri sendiri”
(5 Testimonies, 114).
Buku ini tidak dituliskan atau diterjemahkan bagi orang-orang yang tidak
merindukan reformasi dan kebangunan rohani. Sesungguhnya, buku ini hanya
akan tampak sebagai kebodohan bagi dunia.
Mohon tidak menggunakan buku ini untuk memaksakannya kepada kelu-
arga atau sahabat anda yang belum diperbaharui. Dengarkanlah amaran ini:
“Anda tidak akan mungkin mengubah hati ... Bagi orang-orang yang
menjadikan diri mereka sendiri berhala, tidak ada sesuatupun dalam ujian-
ujian manusiawi [mis. standar-standar perilaku seperti berpakaian, gaya hidup,
musik, hiburan, dll.] harus disampaikan, karena itu hanya akan memberikan
mereka alasan untuk melakukan loncatan terakhir ke dalam kemurtadan.”
Our Health Message, hlm. 429-430. TERAPKANLAH PRINSIP-PRINSIP DA-
LAM BUKU INI KE DALAM KEHIDUPAN ANDA SENDIRI.
Buku-buku yang kami terjemahkan atau tuliskan bukan untuk tujuan ko-
mersial. Buku-buku ini adalah salah satu sarana kecil untuk mempersiapkan
umat Tuhan menyambut KedatanganNya yang semakin dekat. Semoga berman-
faat dan Tuhan memberkati.

Penyunting

4
Bagian 1 : Setelah Kekecewaan

Akar-akar teologia dan sejarah dari Gereja Masehi Advent Hari


Ketujuh (Gereja MAHK) berasal dari gerakan Miller di tahun
1830-an dan 1840-an. William Miller adalah seorang petani
penganut Kristen Baptis dari Low Hampton, New York. Melalui
suatu pengkajian yang mendalam tentang Kitab Daniel dan Kitab
Wahyu, yang dimulai pada tahun 1818, ia berkesimpulan bahwa
Kristus akan segera datang ke bumi “sekitar tahun 1843.” Maka,
ia merasakan tanggung jawab besar untuk memperingatkan
orang banyak untuk bersiap bertemu dengan Tuhan. [1]
Bacaan kunci Miller adalah Daniel 8:14: "Sampai lewat dua
ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipu-
lihkan dalam keadaan yang wajar." Dengan menerima prinsip pe-
nafsiran nubuatan yang ada pada zamannya, khususnya “prinsip
hari-tahun,”[2] Miller tiba pada kesimpulan bahwa 2300 hari dalam
khayal yang diterima Daniel mewakili 2300 tahun secara harafiah.
Dan dengan menggunakan tahun 457 sebelum Masehi,[3] seba-
gai titik awal dari waktu dimulainya masa 490 tahun dalam Daniel
9:24-27, ia menganggap bahwa masa 2300 tahun akan berpun-
cak di tahun 1843.
Miller percaya bahwa “tempat kudus” yang disebutkan da-
lam Daniel 8:14 adalah “tempat kudus rohani” sedunia, atau gere-
ja, di zaman Kekristenan. Oleh karenanya, ia menyimpulkan bah-
wa di tahun 1843 Kristus akan datang untuk memulihkan bumi ini
dari kekejian kepausan melalui api penghakiman ilahi.[4]
Prinsip dasar penafsiran nubuatan Miller berasal dari Per-
janjian Lama.[5] Ia menolak anggapan populer, baik di Inggris mau-
pun Amerika, bahwa bangsa Yahudi akan kembali ke Palestina
sebagai kegenapan dari nubuatan Alkitab. Pengharapan masa
depan seperti ini didasarkan atas penerapan secara harafiah atau
literalistis dari istilah Israel (dalam nubuatan Perjanjian Lama) ha-
nya kepada suku bangsa Israel. Prinsip literalisme mutlak dalam
penafsiran-penafsiran nubuatan, futurisme, telah menjadi ciri Pro-
testantisme Eropa dan Amerika.[6] Miller memperkenalkan kem-
bali penafsiran Protestan mula-mula tentang Israel dalam nu-
buatan yang berpusatkan pada Kristus, yang memandang
umat percaya Kristen yang sejati (dan bukan orang Yahudi)
yang menjadi pusat nubuatan Alkitab tentang akhir zaman.
Namun di luar itu, Miller menekankan tentang kedatangan
Kristus kembali yang segera sebelum masa seribu tahun, yaitu
penekanan yang mengundang perdebatan selanjutnya dengan
orang-orang Protestan (seperti Charles Finney) yang mendukung
pandangan postmillenialisme (kedatangan Kristus setelah ma-

5
sa seribu tahun), yaitu teori yang menyatakan bahwa Kristus
akan datang setelah masa seribu tahun kedamaian di dunia.
Akan tetapi titik awal perpecahan dengan gereja-gereja
yang telah melembaga berasal dari pandangan Miller bahwa ke-
datangan Kristus kedua kali akan terjadi di tahun 1843 atau 1844;
dan yang bahkan lebih mengejutkan lagi, perhatiannya pada hari
yang pasti (22 Oktober 1844) sebagai hari kedatangan Kristus
Kedua. Akibatnya adalah sangat meluas. Sebagaimana yang di-
katakan oleh W. L. Emmerson, “Sekitar 100.000 orang dikelu-
arkan atau mundur dari gereja-gereja mereka dan mulai me-
ngatur diri mereka sendiri sebagai gereja-gereja Advent, yang
didedikasikan kepada pengabaran tentang kedatangan sege-
ra Kristus kembali secara pribadi.”[7]

Landasan-Landasan Teguh Dimulai


Enam Konferensi Sabat di tahun 1848 di negara-negara
bagian New England dan New York menciptakan suatu tonggak
ajaran yang bersatu dari gerakan yang baru muncul tersebut. Dua
pemimpin dalam pertemuan-pertemuan tersebut adalah Joseph
Bates (1792-1872) dan James White (1821-1881). Bates mem-
berikan penekanan kepada hukum Tuhan dan Sabat, sementara
White memusatkan perhatian kepada arti penting pekabaran
malaikat ketiga, dalam Wahyu 14:9-12, sebagai “pekabaran
penutup.” Pemimpin lainnya adalah Hiram Edson (1806-1882)
yang menyampaikan wawasannya tentang tipologi pemulihan
tempat kudus Israel di masa lalu. Dari pengkajiannya dijelaskan
mengapa Kristus tidak kembali pada tanggal 22 Oktober 1844,
dan juga apa sesungguhnya yang telah terjadi pada tanggal ter-
sebut. Menurut Edson, tahun1844 menandai masuknya Yesus
ke dalam fase terakhir dalam pelayanan pengantaraanNya di
surga.
Konferensi Sabat tahun 1848 menetapkan lima doktrin
yang penting dari Masehi Advent Hari Ketujuh, yang tidak beru-
rusan dengan rincian-rincian detail nubuatan, melainkan dengan
landasan-landasan iman:
1. Kedatangan Kristus kedua kali.
2. Pengakuan tentang Sabat hari ketujuh yang mengikat.
3. Pekabaran malaikat ketiga dalam kepenuhannya, hu-
bungannya yang benar dengan pekabaran malaikat per-
tama dan kedua.
4. Pelayanan Kristus dalam bait suci di surga, khususnya
sejak tahun 1844 sebagai kegenapan dari Hari Penda-
maian di Bilik Maha Suci di zaman dahulu.
5. Ketidakbakaan (kefanaan) jiwa.[8]

6
Sejak tahun 1848, kelima doktrin dasar ini telah menjadi
―landasan teguh yang kukuh‖ yang di atasnya seluruh orang
Advent berdiri bersatu sebagai umat/gereja yang sisa.[9]

Pengakuan Hubungan dengan Miller


Gerakan Masehi Advent Hari Ketujuh adalah pertum-
buhan langsung dari gerakan Advent di bawah William Miller.
James White, Joseph Bates, dan Hiram Edson adalah pemim-
pin-pemimpin atau penganjur-penganjur gerakan Miller. De-
mikian juga Ellen Harmon (1827-1915), yang kemudian menjadi
istri James White di tahun 1846. Mereka menganggap diri me-
reka sebagai pewaris William Miller yang sejati dan bekerja dari
tahun 1844 hingga tahun 1851 secara khusus untuk memimpin
sahabat-sahabat mereka sebelumnya dalam gerakan Miller me-
nuju pemahaman yang lebih maju tentang kebenaran nubuatan.
Maka mereka berharap untuk menghidupkan kembali pengharap-
an akan kedatangan Kristus yang segera, yang merupakan beban
dalam pekabaran Miller. Dalam terbitan pertama Review and
Herald (1850), para pioner dari Gereja Masehi Advent Hari Ketu-
juh (selanjutnya disingkat MAHK) ini menganjurkan secara penuh
penekanan kepada tulisan-tulisan gerakan Miller untuk membukti-
kan pandangan ini.[10]
Pioner Advent yang terkemuka dan cendekiawan Uriah
Smith (1832-1903) berpendapat bahwa umat MAHK adalah satu-
satunya umat percaya Advent sejak tahun 1844 “yang menerima
prinsip-prinsip asli penafsiran yang menjadi landasan pergerakan
advent secara utuh,... satu-satunya ... mengikuti gerakan itu da-
lam hasil-hasil dan kesimpulan-kesimpulan logisnya.”[11]
Maka, gantinya berusaha menjaga jarak dengan gerakan
Miller, para pioner kita berusaha mendukungnya, termasuk Seru-
an Nyaring tahun 1844, sebagai kegenapan otentik dari nubu-
atan Alkitab. Secara khusus mereka berpendapat bahwa Wahyu
10 telah digenapi dalam gerakan Miller. Bab yang menggam-
barkan pengalaman khayal yang diterima Yohanes tentang men-
cicipi rasa manis dari ―gulungan kitab kecil‖ yang terbuka di ta-
ngan malaikat yang perkasa itu, diikuti segera dengan rasa pahit
yang mengecewakan. Mereka menerapkan ini kepada pengha-
rapan yang manis, yang diikuti oleh kekecewaan yang pahit, dari
para pengikut Miller.
Melanjutkan penerapan ini, para pioner memahami seruan
malaikat dalam Wahyu 10:11, "Engkau harus bernubuat lagi ke-
pada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja," sebagai
sebuah perintah yang suci dan mendesak bagi mereka untuk me-
nyiarkan penafsiran yang tepat tentang nubuatan akhir zaman
Daniel, khususnya Daniel 8:14.
7
Akan tetapi, bagaimanakah mereka dapat memikirkan Dani-
el 8:14 secara bersungguh-sungguh? Karena mereka menyadari
bahwa kesalahan sebelumnya bukan pada kesimpulan bahwa
periode 2300 tahun berakhir di tahun 1844, melainkan pada
penafsiran tentang kegenapan pemulihan tempat kudus per-
janjian baru. Dengan menghubungkan Daniel 8:14 dengan peka-
baran malaikat bahwa selama sangkakala ketujuh, “Tidak akan
ada penundaan lagi!” (Wahyu 10:6), Ellen White menyatakan
bahwa waktu nubuatan telah berakhir di tahun 1844: ―Umat
tidak akan memperoleh pekabaran lagi tentang waktu yang
pasti.”[12]

Penerapan bagi Zaman Kita


Para pioner pada umumnya sepakat bahwa baik “malaikat
yang kuat” dalam Wahyu 10 maupun malaikat pertama dalam
Wahyu 14 membawa mandat dan misi ilahi untuk menyampaikan
pekabaran terakhir dari nubuatan “kepada banyak bangsa dan
kaum dan bahasa dan raja"(Wahyu 14:6; cf. Wahyu 10:11). Para
pioner kita yakin bahwa waktu penghakiman surgawi (Wahyu
14:7), telah ―digenapi secara langsung‖ dalam pekabaran-
pekabaran dari William Miller dan rekan-rekannya yang ditun-
tun oleh Roh Kudus, yang tulisan-tulisannya disebarkan sampai
ke negeri-negeri yang jauh.[13] Kegenapan awal sejarah dari pe-
kabaran malaikat pertama dalam Wahyu 14 di Amerika mengi-
kat erat gereja MAHK kepada gerakan Miller.
Roh Tuhan telah mengubahkan hati dan kehidupan
orang percaya Advent yang tak terhitung jumlahnya dalam
suatu kebangunan yang sejati yang serupa dengan yang ter-
jadi pada hari Pentakosta. Para pioner MAHK ―tidak berani
menyangkal kuasa Roh Kudus yang menyaksikan pekabaran
kedatangan yang kedua kali, dan tidak terdapat kesalahan da-
lam menentukan waktu nubuatan itu.”[14]

Pekabaran Malaikat Kedua Digenapi


Pengumunan dari malaikat pertama bersatu dengan peka-
baran kedua yang mengumumkan kejatuhan Babel sedunia
(ayat 8). Pekabaran nubuatan ini juga memperoleh kegenapan
sejarahnya dalam gerakan Miller. Pengumandangan hari yang
pasti, 22 Oktober 1844, sebagai akhir dari nubuatan waktu Daniel
yang terpanjang menjadi katalisator yang menyebabkan ribuan
orang mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh bagi keda-
tangan Kristus.
Satu contoh utama adalah pengalaman Ellen G. Harmon
yang masih belia. Ketika ia memberi kesaksian di dalam pertemu-
an di gereja Metodisnya bahwa ―kebenaran-kebenaran yang
8
menggemparkan tentang kedatangan Yesus secara pribadi‖
telah membawa berkat baru ke dalam hatinya dan ia menung-
gu dengan pengharapan yang penuh semangat bagi keda-
tangan Kristus yang segera, ia ditegur karena ―teorinya yang
salah.‖[15] Segera setelah itu, bersama dengan orangtuanya,
ia dipecat dari Gereja Metodis.[16]
Banyak orang Advent lainnya yang juga dikeluarkan da-
ri gereja-gereja Protestan mereka selama musim panas tahun
1844. Ini menyebabkan para pengajar Miller menggambarkan se-
mua gereja yang melembaga sebagai Babel dan mereka me-
manggil orang-orang kudus yang sedang menunggu agar ke-
luar dari seluruh denominasi gereja di Amerika.
John N. Andrews (1829-1883) dan Ellen G. White menaf-
sirkan kejatuhan Babel sebagai ―kebejatan moral,‖ sebagai
akibat dari penolakan gereja-gereja yang telah melembaga
terhadap terang pekabaran Advent.[17]
Akan tetapi, mereka memandang kejatuhan moral sebagai
sebuah proses yang belum penuh. Hanya ketika gereja-gereja
Kristen di segala bangsa di muka bumi ini telah menolak pekabar-
an Injil yang kekal dari malaikat pertama, dan oleh karenanya te-
lah bersatu dengan dunia, maka Babel universal telah rubuh
sepenuhnya. Ellen White menulis di tahun 1888: ―Perubahan
itu bertahap, dan kegenapan nubuatan malaikat kedua (Wah-
yu 14:8) akan terjadi kemudian.”[18]

Malaikat Ketiga Memberi Fokus


Keputusan terakhir terhadap Babel diumumkan dalam pe-
kabaran malaikat ketiga (Wahyu 14:9-12). Pekabaran ini beri-
sikan peringatan yang paling mengerikan yang pernah dikeluar-
kan dari Surga kepada makhluk manusia fana, peringatan tentang
murka Allah di dalam tujuh bala terakhir (Wahyu 15 dan 16).
Dalam periode pasca-1844,keyakinan semakin berkembang
kuat di kalangan sejumlah orang percaya Advent bahwa seluruh
kebenaran Alkitab harus dipulihkan kepada umat Tuhan se-
belum Kedatangan Kedua terjadi. Maka, Sabat hari ketujuh
diadopsi dari penganut Baptis Hari Ketujuh. Akan tetapi, refor-
masi Sabat diberi relevansi dan kemendesakan yang baru,
dengan memandang Sabat sebagai kebenaran penguji dari
pemulihan Injil dan hukum di akhir zaman, menurut Wahyu
14.
Pandangan yang saling berkaitan bagi arti penting pemulih-
an Sabat adalah khususnya pekabaran malaikat ketiga dalam
Wahyu 14. pengumuman ini menekankan ketaatan kepada hu-
kum-hukum Tuhan sebagai lawan dari mengikuti tradisi-tradi-
si dan hukum-hukum gereja yang murtad. Dan pada pusatnya
9
terdapat pernyataan berikut ―Yang penting di sini ialah kete-
kunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan
iman kepada Yesus‖ (ayat 12).
Ellen White menekankan kesatuan erat antara Sabat dan
pekabaran malaikat ketiga sebagai berikut: ―Pisahkanlah Sabat
dari pekabaran-pekabaran itu, maka Sabat akan kehilangan
kuasanya; akan tetapi jikalau [Sabat] dihubungkan dengan
pekabaran malaikat ketiga, suatu kuasa mengikutinya yang
akan meyakinkan orang-orang tidak beriman dan orang-
orang kafir, dan membawa mereka keluar dengan kekuatan
untuk berdiri, hidup, bertumbuh dan berkembang di dalam
Tuhan.‖[19]
Maka menerima Sabat hari ketujuh, menurut teologi Advent
Hari Ketujuh, menyiratkan penerimaan eskatologi pekabaran tiga
malaikat dalam Wahyu 14, dan sebaliknya. Hubungan Sabat de-
ngan Injil yang kekal pada waktunya akan terbukti memiliki arti
penting yang mendasar.

Relevansi Terus Berlanjut


Pekabaran tiga malaikat adalah baru. Dengan setiap tahun
berlalu, ketiga pekabaran ini menjadi semakin tepat dan semakin
mendesak. Ketiga malaikat terus melayang bersama dalam
urutan yang tidak dapat dibalik, mengabarkan pertama-tama
Injil yang kekal dari kasih kemurahan Allah, dan kemudian
menyampaikan pernyataan hukum Allah yang mengikat umat
manusia. Maka, kedua pekabaran ini mempersiapkan sebuah
umat untuk berdiri di masa kepicikan Yakub dan pada hari
murka Allah.
Ellen White percaya bahwa ―pemahaman yang benar ter-
hadap pekabaran-pekabaran ini adalah teramat penting. Na-
sib jiwa-jiwa bergantung kepada cara bagaimana pekabaran
ini diterima.‖[20] Pemahaman Advent tentang hukum ilahi dan
Injil sebagai kesatuan di dalam pekabaran tiga malaikat da-
lam Wahyu 14 bagi para pioner kita adalah kebenaran, sama
pastinya dengan Allah yang hidup. Dengan penerimaan kepa-
da pekabaran ini maka gereja yang sisa berdiri ―di atas landasan
yang teguh yang tidak tergoyahkan.‖[21]

Bagian 2: Karena Jamnya

Fokus kebangunan Advent, baik sebelum maupun setelah


1844, adalah tentang nubuatan-nubuatan akhir zaman Daniel
dan Wahyu. Dan dalam hubungannya dengan nubuatan-nubuat-
an inilah maka para pioner kita mulai mengembangkan pemaham-
10
an teologia mereka sebagai satu gerakan baru di dalam sejarah
Kekristenan. Dengan percaya bahwa mereka adalah umat pilihan
yang istimewa,mereka mengembangkan suatu nama bagi dirinya
―gereja yang sisa,‖ ―umat Tuhan yang sisa,‖ atau semata-
mata ―umat yang sisa.‖[22]
Melalui nama-nama inilah mereka memberikan bukti bagi
keyakinan mereka bahwa mereka sesungguhnya adalah bagian
terakhir dalam gereja yang dinubuatkan dalam Wahyu 12.
dalam bahasa perlambangan Yohanes menggambarkan umat
sisa yang setia dalam era Kekristenan, yang hidup dalam ge-
nerasi terakhir sebelum kedatangan Kristus: “Maka marahlah
naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunan-
nya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki
kesaksian Yesus.” (ayat 17).
Sejak pendiriannya, umat MAHK telah menyatakan bah-
wa mereka adalah kegenapan sejarah dari nubuatan itu.

Pendekatan Sejarah
Pertanyaan yang segera muncul, Bagaimanakah pernyata-
an ini bisa dibuktikan? Bagaimanakah bisa ditetapkan bahwa
Wahyu 12 secara khusus berkenaan dengan akhir Era Kristen
dan dengan krisis terakhir dalam Zaman Kekristenan? Menurut
prinsip penafsiran Alkitab apakah orang-orang Advent menentu-
kan “zaman akhir” dalam nubuatan akhir zaman Daniel (Daniel 8-
12)? Dan apakah, pada dasarnya, implikasi dari teologia umat
yang sisa ini?
Penafsiran Protestan tradisional tentang nubuatan mene-
rapkan nubuatan-nubuatan Daniel dan Wahyu kepada sejarah
Israel dan gereja Kristen; dan William Miller menggunakan pende-
katan ini. Atas dasar metode sejarah Protestan ini (seperti
yang secara tepat disebut demikian), kelompok Miller meng-
hubungkan ―zaman akhir‖ dengan Revolusi Perancis dan di-
ikuti dengan penangkapan Paus di tahun 1798. selanjutnya
(dan ini adalah masalah yang teramat penting bagi mereka),
tanduk kecil dalam Daniel 8 diidentifikasi sebagai Roma da-
lam tahap kekafiran dan kepausannya.[23]
Umat Advent pemelihara Sabat mewarisi pendekatan seja-
rah ini bagi nubuatan-nubuatan akhir zaman Daniel dan Wahyu—
metode yang sama yang diikuti oleh Para Bapa Gereja dan
oleh Reformer Protestan dan para penggagasnya sejak abad
ke-16. Para pemimpin gereja mula-mula ini semuanya menerap-
kan nubuatan-nubuatan akhir zaman kepada sejarah umat perjan-
jian Allah sepanjang zaman, dari masa Daniel hingga kedatangan
Kristus kedua kali. Dan pendekatan tradisional ini dikenal de-
ngan ―penafsiran Protestan yang standar.‖[24]
11
Ramalan Daniel tentang empat kekaisaran dunia yang beru-
rutan secara sependapat telah diakui, baik oleh para penggagas
Yahudi maupun Kristen yang mengikuti metode penafsiran ini,
yang secara berurutan menunjuk kepada Babilonia, Medo-
Persia, Yunani dan Roma.[25]
Pandangan tentang urutan kekuasaan-kekuasaan dunia ini
menunjuk kepada kekaisaran Romawi sebagai kekuasaan du-
nia keempat yang menguasai umat perjanjian Allah dari sejak
zaman Daniel. Romawi mendominasi dari tahun 168 seb. Ma-
sehi hingga 476 Masehi, dan menganiaya bukan saja orang Ya-
hudi melainkan juga orang-orang Kristen, hingga Kaisar Konstan-
tin secara resmi mengambil Kekristenan sebagai agama negara.
Ketika Kekaisaran Romawi pada akhirnya runtuh dan terpe-
cah menjadi negara-negara kecil yang berdiri sendiri (476
Masehi), Eropa secara bertahap berada di bawah kekuasaan
politik dan keagamaan pemerintahan kepausan. Para kaisar
Roma diwariskan oleh para pemimpin kepausan.

Penafsiran yang Diterima


Selama lebih dari 300 tahun para penafsir Alkitab Protestan
telah merintis penafsiran umum tentang unsur-unsur kunci terten-
tu dalam nubuatan Daniel dan Wahyu.
Sebagai contoh, ―tanduk kecil‖ yang murtad dalam Dani-
el 7 an 8 dan ―raja‖ yang memiliki kehendak/kemauan sendiri
dalam Daniel 11 telah diindentifikasi sebagai kepausan, me-
ngingat pernyataan-pernyataan dan aniaya-aniaya secara politis-
keagamaan oleh kekuasaaan ini selama Abad Pertengahan yang
panjang. Bagian yang tak terpisahkan dari garis penafsiran nubu-
atan ini adalah waktu nubuatan simbolis dari tiga dan sete-
ngah ―masa‖ (Daniel 7:25; 12:7). Para penafsir Protestan me-
mandang masa ini (juga dikenal dengan 1260 ―hari‖ dalam
Wahyu 12:6, 14 atau 42 ―bulan‖ dalam Wahyu 11:2) sebagai
waktu yang dinubuatkan tentang tekanan terhadap Injil dan
para penganjurnya. Sebagian besar menganggap periode waktu
nubuatan ini sebagai zaman supremasi kepausan dari tahun
533/538 hingga 1793/1798 Masehi.[26]
LeRoy Froom mencatat bahwa prinsip hari-tahun dalam
perhitungan nubuatan juga “telah secara universal diterima secara
baik oleh para penafsir Kristen.”[27] Selanjutnya, sudah menjadi
pemahaman umum di kalangan penafsir Eropa dan Amerika
bahwa garis besar nubuatan Paulus dalam 2 Tesalonika 2
adalah digenapi secara bertahap dalam Roma kekafiran dan
kepausan.[28] Selama lebih dari tiga abad para penafsir Alkitab
Protestan bersepakat bahwa Abad-Abad Pertengahan yang ge-

12
lap terjadi di dalam lingkup nubuatan-nubuatan akhir zaman
Daniel.
Kebangunan Advent di abad ke-19 baik di Eropa maupun
Amerika masih harus mengalihkan perhatian umum para penafsir
Kristen dari Daniel 7, dengan fokus pada tiga dan setengah masa
simbolis, atau 1260 tahun, dari Abad Pertengahan, menuju kepa-
da Daniel 8, dengan penekanannya pada 2300 hari nubuatan dan
“akhir zaman” yang telah ditentukan (Daniel 8:14, 17, 19).[29] Ba-
gian terpenting dan krusial dalam kepastian bahwa periode 2300
tahun dalam Daniel 8 benar-benar berakhir di tahun 1844 adalah
kesimpulan bahwa tanggal awalnya adalah sama dengan 70
minggu dalam Daniel 9. Hubungan ini telah disepakati secara
meluas di abad ke-19.[30]
Metode historis ini mensyaratkan pengetahuan yang men-
dalam tentang Alkitab dan sejarah.
Sejalan dengan perkembangan dalam pemahaman berta-
hap mereka adalah perubahan fokus dari Wahyu 13, dengan bi-
natang yang menganiaya itu, kepada Wahyu 14, dengan malai-
kat-malaikat yang terbang untuk mengumumkan jam penghakim-
an dan akhir dunia.

Akhir Masa
Kata-kata ―akhir masa‖ ditemukan hanya dalam bagian
tentang nubuatan akhir zaman dalam kitab Daniel (lima kali da-
lam Daniel 8-12). Ungkapan Daniel yang khas tidak sepenuh-
nya sama dengan kata-kata ―hari-hari yang terakhir‖ yang di-
gunakan sebanyak 14 kali oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama.
Sementara nabi-nabi zaman dahulu biasanya menghubungkan
waktu dan tempat mereka sendiri secara langsung dengan masa
depan Mesias, Daniel menuntun pembacanya dari zamannya
terus melalui zaman-zaman sejarah penebusan. Daniel berjalan
terus melewati kematian Mesias yang kejam (Daniel 9:25-27)
kepada kemunculan anti-Mesias, atau antiKristus. Ia juga me-
nubuatkan penghakiman Tuhan terhadap kuasa jahat itu.
Pandangan masa depan Daniel yang kudus meliputi sejarah
umat Tuhan baik di masa pembagian zaman lama dan baru. Ciri-
cirinya yang khas adalah ciri determinisme dalam hubungannya
dengan periode waktu yang ditentukan bagi supremasi antikristus.
Dalam konteks ini Daniel menggunakan istilah ―akhir masa‖
untuk menyebutkan, bukan akhir zaman, melainkan suatu ren-
tang waktu yang tidak tertentu yang mendahului penghakiman
terakhir oleh Mesias (Daniel 12:1) dan kebangkitan orang mati
(ayat 2).
Awal dari ―akhir masa‖ nubuatan tentang akhir zaman
yang terakhir ini akan tiba, pada saat yang telah ditentukan (Da-
13
niel 11:35). Titik ini tampaknya bersamaan dengan kegenapan
dari 1260 tahun kekuasaan kepausan, di tahun 1798 (Daniel
7:25), dan dengan pemulihan berikutnya, yang dimulai di
tahun 1844, tentang kebenaran bait suci yang telah diinjak-
injak, dengan pengetahuan tentang pelayanan kenabian
Kristus.

Akhir Zaman Dibukakan


Khayal-khayal simbolis Daniel tidak sepenuhnya dime-
ngerti oleh nabi itu sendiri (Daniel 12:8) dan tidak dapat dipa-
hami sebelum akhir zaman. Malaikat yang memberikan penaf-
siran itu berkata, “Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala
firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman;
banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan ber-
tambah." (ayat 4).
Kita perlu mengetahui bahwa dalam bahasa Ibrani, kata
sandang definit diberikan pada kata pengetahuan, dan oleh ka-
renanya menunjukkan bahwa pengetahuan tentang buku Daniel,
yang telah ditutup, akan dipahami kemudian dalam maknanya
yang sesungguhnya.[31] Malaikat itu selanjutnya menekankan bah-
wa “tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, te-
tapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.” (ayat 10) Sebe-
lumnya, malaikat itu telah menyatakan hubungan ilahi antara
Daniel 8 dan 9 melalui 70 minggu dalam tahun-tahun nubuat-
an dalam Daniel 9 (lihat Daniel 9:22-24; cf. 8:14).
Sulit untuk menghindar dari kesimpulan bahwa Tuhan telah
menyembunyikan dalam Daniel 9-12 suatu pekabaran yang
dimeteraikan (ditutup) yang dimaksudkan secara eksklusif
bagi akhir zaman. Tujuan dari pekabaran itu adalah untuk
mempersiapkan suatu umat untuk berdiri di hadapan Tuhan,
yang dimurnikan dari segala penyembahan palsu dan keja-
hatan, dan siap untuk bertemu dengan Tuhannya.
Jikalau khayal-khayal nubuatan dalam Daniel 8-12 menun-
juk secara tepat kepada periode sesaat sebelum Kedatangan
Kedua, maka pembukaan akhir zaman ilahi dalam nubuatan-nu-
buatan Daniel tentang akhir zaman akan memiliki konsekuensi-
konsekuensi yang sangat praktis. Pertambahan pengetahuan ten-
tang kitab Daniel akan menghasilkan kebangunan yang sejati ten-
tang penelitian-penelitian tentang nubuatan akhir zaman dan da-
lam suatu pengharapan yang diperbaharui tentang dekatnya hari
pembebasan.
Froom mengatakan tentang Daniel 12:4, “Itu sudah jelas
adalah ramalan tentang ... kebangkitan dalam penjelasan tentang
nubuatan yang terjadi dalam kebangunan secara berturut-turut
dalam abad ke-19, baik di Dunia Lama maupun Dunia Baru.”[32]
14
Satu dekade sebelumnya, James White telah menuliskan
bahwa pertambahan pengetahuan yang dijanjikan dalam Da-
niel 12:4, 10 ―tidak mengacu kepada kemajuan penemuan-pe-
nemuan ilmu pengetahuan, melainkan tentang perkara akhir
zaman.‖ Ia menyebutkan bahwa ―orang-orang yang benar-be-
nar bijaksana, anak-anak Tuhan, memahami perkara ini yang
kepadanya pengetahuan bertambah tentang akhir zaman, se-
mentara orang-orang jahat, betapapun ilmiahnya, tidak akan
memahaminya. Fakta-fakta yang ada adalah ... berlawanan
dengan kedudukan pernyataan nubuatan terhadap pertam-
bahan pengetahuan tentang akhir zaman telah mengacu ke-
pada penemuan-penemuan oleh para ilmuwan.”[33]

Kebangunan Sedunia
Janji dalam Daniel 12:4 mengacu kepada kemunculan
kebangunan sedunia yang menggetarkan tentang pekabaran
akhir zaman nubuatan Alkitab. Arti penting dari teks ini adalah
awal dari kesadaran Kristen segera setelah tahun 1844 berlalu
dengan pengalaman pahitnya. Hanya setelah itulah mereka me-
mahami makna pekabaran reformasi tiga lapis dalam Wahyu
14.
Sejak awalnya umat MAHK memandang dirinya sebagai
pembaharu-pembaharu yang tonggak landasan khasnya ada-
lah nubuatan Alkitab. Sebagai umat Allah yang sisa, mereka
merasa bertanggung jawab di hadapan Allah, sebagaimana umat
Israel di masa lalu, untuk menerangi dunia dengan Injil dalam ke-
penuhannya. Panggilan merekalah yang menjadi gerakan Injil
terakhir yang memulihkan iman para rasul dan melengkapi
Reformasi di bawah panji akhir zaman ―perintah Allah dan
iman kepada Yesus‖ (Wahyu 14:12; cf. 12:17).
Maka Allah memelihara agar sejarah sesuai dengan nubu-
atan. Dan nubuatan bagi Adventisme, dalam perkataan Froom,
dahulu dan sekarang adalah “pelangi perjanjian yang dilukiskan
oleh jari-jari tangan Allah.”

Bagian 3: Dalam Roh Elia

Dua peristiwa Alkitab utama memberi jalan bagi umat MAHK


mula-mula, yang melaluinya mereka memahami pekabaran dan
misi mereka. Salah satunya Keluaran. Yang lain, pelayanan Elia.

Kesejajaran dengan Keluaran


Dalam peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir, menuju
Tanah Perjanjian, para pioner kita melihat panggilan nubuatan
tiga malaikat dalam Wahyu 14 untuk meninggalkan gereja-
15
gereja nominal, dengan keyakinan imannya, dan menerima
perintah-perintah Allah sebagai Israel akhir zaman.
Dengan menggunakan bahasa Keluaran, Hiram Edson di
tahun 1850 mengacu kepada tahun 1844 sebagai tiang api
kita ... di belakang kita‖ (lihat Keluaran 13:21; 14:19). [34] Ia
melihat kesejajaran antara pemulihan Sabat Tuhan segera se-
telah keluaran bangsa Israel dari Mesir (lihat Keluaran 16:23-
30) dan penerimaan kebenaran Sabat oleh orang-orang yang
pada saat itu menunggu kedatangan Kristus yang segera di
tahun 1840-an dan 1850-an. Katanya, ―Kebenaran penting
yang pertama membawa ke dalam pikiran kita setelah kita
masuk ke padang belantara orang-orang, di sisi 1844 ini,
adalah kebenaran Sabat.‖[35]
Beberapa tahun kemudian, Augustin C. Bordeau menarik
garis penghubung antara pemeliharaan Allah bagi kehidupan
kesehatan Israel (Keluaran 15:26) dan pekabaran reformasi
kesehatan Advent.[36]
Di tahun 1867 Ellen G. White mendukung pendekatan tipo-
logis ini ketika ia menerapkan 1 Korintus 10:11 kepada gerakan
MAHK yang masih muda itu: ―Israel modern berada dalam ba-
haya yang lebih besar karena melupakan Allah dan digiring
kepada penyembahan berhala dibandingkan dengan umat-
Nya di masa lalu. Banyak berhala disembah, bahkan oleh
orang-orang yang mengaku pemelihara Sabat.‖[37]
Inilah beberapa kesejajaran utama yang ditarik oleh para pi-
oner Advent kita antara keluaran bangsa Israel dari Mesir dan apa
yang mereka lihat sebagai keluaran mereka sendiri dari gereja-
gereja nominal. Namun nyata bahwa Israel kuno bukanlah dasar
bagi sikap penuh kemenangan atau perasaan lebih unggul. Seba-
liknya, ini haruslah menjadi pendorong bagi kritik diri pribadi.
Dan sesungguhnya, hubungan tipologis ini mempertinggi rasa
tanggung jawab dan kewaspadaan mereka.

Kesejajaran dengan Elia


Dalam 1 Raja 16:31 kita membaca tentang perkawinan
Raja Ahab dan “Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon.” Perkawin-
an dengan seorang kafir dilarang bagi raja-raja Israel atas dasar
bahwa bersama dengan masuknya pasangan kawin itu ikut juga
agama kafirnya. Dan demikianlah yang terjadi. Penyembahan
Baal diperkenalkan, kemudian dicampurkan dengan penyembah-
an Yehovah yang benar.
Dalam keadaan aslinya, ini adalah satu bentuk penyembah-
an matahari. Orang-orang itu menyembah “segenap tentara la-
ngit,” juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk
dewa matahari, untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan un-
16
tuk segenap tentara langit.” (2 Raja 23:5). Namun, di Israel, pe-
nyembahan Baal dicampurkan dengan unsur-unsur agama Ibra-
ni. Hasilnya adalah bahwa 10 suku di utara ―telah meninggal-
kan segala perintah TUHAN, Allah mereka, dan telah membuat
dua anak lembu tuangan; juga mereka membuat patung Asyera,
sujud menyembah kepada segenap tentara langit dan beribadah
kepada Baal” (2 Raja 17:16).
Misi Elia adalah untuk memanggil bangsa Israel keluar
dari kemurtadan, kembali kepada Allah dan perintah-perin-
tahNya. Tuhan tidak dapat dipisahkan dari perintah-perintah-
Nya; melalui perintah-perintahNya inilah Ia menyatakan ke-
hendakNya. Maka, menolak perintah-perintah Tuhan adalah
sama dengan menolak Tuhan itu sendiri.
Sebagai penghukuman terhadap kemurtadan Israel, Tuhan
membawa kekeringan ke atas negeri itu (lihat Ulangan 11:13-17).
Selama tiga setengah tahun, hujan tidak turun. Namun bangsa
Israel tetap tidak bertobat, dipimpin oleh pasangan istana yang
keras hati, Ahab dan Izebel.
Pada akhir masa itu, Tuhan mengirimkan Elia kembali kepa-
da para pemimpin Israel yang murtad dengan seruan terakhir:
"Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati?
Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia."
(1 Raja 18:21). Tetapi rakyat itu “tidak menjawabnya sepatah kata
pun.” (ayat 21).
Betapa suatu jam yang dramatis! Dan betapa hasil yang
menyedihkan. Namun sebagai seseorang yang harus “memulih-
kan segala sesuatu” (Matius 17:11), Elia maju terus. Agama
Israel yang sejati harus dipulihkan sesuai dengan polanya
yang semula. Maka, seperti yang dituliskan dalam Alkitab, “ Lalu
ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu” (1
Raja 18:30). Ya, ia mengambil 12 batu dan memulihkan mez-
bah Tuhan Allah Israel. Dan dengan melakukan itu, ia menghi-
dupkan kembali jalan keselamatan melalui kasih karunia (li-
hat Imamat 17:11), yang menekankan kepada proses penya-
tuan ke-12 suku, tidak mengizinkan pemisahan ke dalam 10
suku di utara dan dua di selatan. Tentulah di sini terdapat peka-
baran tentang kesatuan dan pemulihan hukum dan Injil.

Kesejajaran Memperjelas Misi


Pelajaran dari peperangan Elia melawan penyembahan
Baal sekarang menjadi jelas. Agama kafir ini telah menyeleweng-
kan penyembahan Yehovah, bahkan sesungguhnya malah meng-
gantikannya. Agama kafir ini telah menghancurkan jalan kesela-
matan Allah. Titik ini adalah amat mendasar bagi pemahaman
tentang pekabaran Elia untuk masa kini.
17
Segera setelah kekecewaan pada tanggal 22 Oktober 1844,
beberapa penulis Advent menyatakan keyakinan mereka bahwa
pemulihan Sabat Alkitabiah adalah pada dasarnya sama de-
ngan pemulihan penyembahan oleh bangsa Israel di bawah
Elia di masa kemurtadan yang menyeluruh. Mereka mengata-
kan bahwa nabi Maleakhi telah menubuatkan bahwa Tuhan akan
mengirimkan Elia lagi sebagai pratanda bagi penghakiman ter-
akhir (Maleakhi 4:4, 5). Mereka mengingat penekanan Yesus
bahwa Elia akan datang kepada bangsa Israel untuk “memulihkan
segala sesuatu” (Matius 17:11). Mereka mengingat penggambar-
an Gabriel tentang kesegeraan misi nubuatan Elia: menyiapkan
bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya" (Lukas 1:17). Dan
Yohanes Pembaptis adalah kegenapannya, sehubungan de-
ngan kedatangan Mesias pertama (Matius 17:10-13). Ia ditun-
juk sebagai pendahulu Kristus. Waktu Tuhan adalah sempurna.
Juga, Joseph Bates menggabungkan gagasan tentang pe-
mulihan dan persiapan: “Saya memahami bahwa Sabat hari ke-
tujuh bukanlah yang terkecil, dari SEGALA sesuatu yang ha-
rus dipulihkan sebelum kedatangan Yesus Kristus.”[33] Bates
menyerukan, secara khusus, kepada janji ilahi dalam Yesaya,
yang ditujukan kepada orang-orang yang akan kembali dari peng-
asingan Babel: “Engkau akan membangun reruntuhan yang su-
dah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan
oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memper-
baiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya
tempat itu dapat dihuni" (Yesaya 58:12).
Bates menafsirkan penolakan akan kebenaran Sabat oleh
gereja-gereja, dan rintangan oleh umat Advent nominal, seba-
gai ―pergumulan yang amat besar‖ dari gereja yang sisa bagi
pemulihan hukum perjanjian dan penyembahan Allah yang
benar. Bagi para pioner, kebenaran Sabat menjadi satu kebe-
naran penguji/ujian dalam peperangan terakhir Setan mela-
wan umat Tuhan yang sisa, seperti dituliskan dalam Wahyu
12:17.
Yang menarik bahwa Ellen G. Harmon muda pada mula-
nya merasa bahwa Bates terlalu menekankan kepada perintah
keempat dan mengabaikan sembilan lainnya. Namun ia mengam-
bil pendirian teguh bersama Joseph Bates ketika ia melihat bah-
wa dari ke-Sepuluh Hukum, hanya yang keempat menyatakan
Allah yang hidup sebagai Pencipta. Ia kemudian memandang-
nya sebagai pusat dari hukum kudus yang bertakhta di dalam
bait suci Allah di surga (Wahyu 11:9). Ia menulis, “Hanya sesa-
at sebelum hari besar Tuhan, satu pekabaran disampaikan
untuk memperingatkan orang-orang agar kembali kepada ke-
setiaan mereka kepada hukum Tuhan, yang telah dihancur-
18
kan oleh antikristus. Perhatian harus diberikan kepada pe-
langgaran hukum, melalui kitab suci dan teladan. Saya ditun-
jukkan bahwa janji-janji berharga di dalam Yesaya 58:12-14
berlaku bagi orang-orang yang bekerja demi pemulihan Sabat
yang benar.‖[39]

Implikasi Praktis
Seperti Joseph Bates yang lainnya, Ellen G. White melihat
hubungan yang erat antara penyembahan Tuhan dan persiap-
an bagi kedatangan Tuhan yang segera. Ia melihat pekabar-
an tiga malaikat dalam Wahyu 14:6-12 sebagai penjelasan
dan kegenapan dari misi Elia yang dijanjikan itu. Karena peri-
ngatan tiga lapis ini segera mendahului penuaian dunia (ayat
14-20), sehingga ―menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang
layak bagi-Nya" (Lukas 1:17).
Malaikat ketiga, pada khususnya, memperingatkan selu-
ruh dunia terhadap kedatangan hari murka Allah (Wahyu
14:9-11), atau penghukuman tujuh bala. Pekabarannya menun-
tun seluruh umat manusia kepada saat keputusan mendukung
atau melawan kehendak Allah yang dinyatakan. Hasil akhir dari
pekabaran ini adalah munculnya satu umat, dari segala bang-
sa, ―yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus‖
(ayat 12). Bagi para pioner pemelihara Sabat kita, ayat ini adalah
inti-sari dan ringkasan dari pekabaran Elia. Ayat ini memotivasi
semangat misionaris dan rasa kemendesakan mereka untuk
bersiap bagi kedatangan Tuhan yang segera dan bagi jam
penghakimanNya.
Ellen G. White berusaha menghidupkan dari antara orang-
orang Advent tentang konsep identifikasi mereka dengan Elia
akhir zaman. Ia menulis, ―Di zaman kemurtadan yang hampir
menyeluruh, Tuhan memanggil para juru kabarNya untuk me-
nyampaikan hukumNya dalam roh dan kuasa Elia... Dengan
kesungguh-sungguhan yang menjadi ciri nabi Elia dan Yoha-
nes Pembaptis, kita harus berusaha keras untuk mempersi-
apkan jalan bagi kedatangan Kristus kedua kali.‖[40]
Ia memasukkan dalam pekabaran persiapan ini reformasi
praktis dalam satu gaya hidup yang baru. ―Pertarakan dalam se-
gala hal haruslah dihubungkan dengan pekabaran ini, untuk
memalingkan orang-orang kepada Tuhan dari penyembahan
berhala, kegelojohan, dan pamer dalam pakaian dan perkara-
perkara lainnya.‖[41] Ia memanggil sesama umat percaya untuk
mengangkat suara mereka ―melawan kutuk kemabukan,‖ dan
untuk ―berusaha memperingatkan dunia terhadap pengaruh-
pengaruhnya yang penuh tipu daya. Marilah kita menggam-
barkan di hadapan orang muda dan tua,‖katanya, ―akibat-aki-
19
bat yang mengerikan dari pemanjaan selera.‖[42] Ia meman-
dang pertarakan sebagai satu bagian dari tuntutan Injil, dan de-
ngan penuh semangat menekankan ―bahwa pertarakan total
adalah satu-satunya landasan yang di atasnya umat Tuhan
dapat berdiri dengan penuh kehati-hatian.‖[43]
Maka pernyataan Ellen White adalah bahwa dunia modern
berada dalam keadaan kemurtadan yang menyeluruh, baik seca-
ra keagamaan maupun secara moral. Ia melihat Baal masa kini
sebagai berikut: ―Dalam pemujaan manusia di atas ilahi, dalam
memuji-muji pemimpin-pemimpin yang terkenal, dalam pe-
nyembahan berhala, dan dalam menempatkan pengajaran-
pengajaran ilmiah di atas kebenaran-kebenaran yang nyata,
orang banyak pada dewasa ini sedang mengikuti Baal.‖[44]
Dalam arti pemahaman yang menyeluruh inilah, para pe-
mimpin Advent melihat sejarah Keluaran dan peperangan Elia
melawan kemurtadan nasional berulang di zaman mereka. Mela-
lui suatu pemulihan Sabat dan kembali kepada bentuk penyem-
bahan di zaman para rasul dalam artian kesalehan sederhana,
para pioner kita mengingatkan seluruh umat Kristen lainnya ten-
tang tanggung jawab mereka kepada Tuhan sebagai Pencipta
dan Penebus. Seperti Elia di zaman dahulu, para pengkhotbah
pekabaran malaikat ketiga menyuruh dunia untuk pergi ke
“Gunung Karmel,” mendorong semua orang untuk memilih siapa
yang hendak mereka sembah. ―Pada masa kini, sebagaimana
pada zaman Elia, garis demarkasi antara orang-orang yang
memelihara hukum Allah dan para penyembah ilah lain ter-
bentang dengan jelas.‖[45]

Umat Sisa Yang Terakhir


Dalam kisah Elia di zaman dahulu, setelah ia berdiri sebagai
pahlawan bagi Tuhan di Gunung Karmel, ia melarikan diri karena
takut akan ancaman-ancaman Izebel. Ketika bersembunyi di da-
lam sebuah gua di Gunung Horeb, ia mengeluh, “ hanya aku se-
orang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nya-
waku" (1 Raja 19:10) Namun Tuhan menyatakan kepadanya,
yang daripadanya kita pada hari ini dapat memperoleh keberani-
an: “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel,
yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang
mulutnya tidak mencium dia" (ayat 18).
Ke-7000 orang Israel yang tetap setia dan patuh kepada pe-
rintah Tuhan—yaitu hukumNya yang kudus dan jalan kesela-
matanNya—menjadi umat yang sisa di zaman Elia. Mereka da-
pat dianggap sebagai satu tipe atau nubuatan bagi seluruh umat
yang sisa di masa mendatang yang akan memilih untuk tetap se-
tia kepada Tuhan Israel di masa kemurtadan. Rasul Paulus me-
20
nyatakan, setelah menyebutkan kepada ke-7000 orang setia di
zaman Elia, “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa,
menurut pilihan kasih karunia” (Roma 11:5).
Kitab Wahyu mengajarkan bahwa akan muncul kembali sa-
tu umat sisa yang setia di akhir zaman. Setelah masa 1260 ta-
hun Abad Pertengahan yang gelap, umat yang sisa ini akan
menjadi jelas sebagai orang-orang yang memelihara perintah
Tuhan yang kudus dan memelihara iman kepada Yesus (Wah-
yu 12:17). Mereka akan keluar dari Mesir rohani, atau ―Babel,‖
sebagai hasil dari pekabaran reformasi tiga lapis dalam Wah-
yu 14. Dalam krisis terakhir yang terjadi di dunia oleh totalita-
rianisme antikristus (Wahyu 13:15-17), kembali Tuhan akan
memiliki orang-orang yang setia dari segala bangsa. Yohanes
mendengar jumlah mereka: 144.000 orang Israel yang benar
yang di dalam mereka tidak ada kepalsuan (lihat Wahyu 7:1-4,
cf. Yohanes 1:47). Mereka akan berdiri dengan Anak Domba
di Gunung Sion, gunung keselamatan. Mereka memiliki nama
Bapa dan Anak tertulis di dahi mereka (Wahyu 14:1), yang
menandai siapa yang memiliki mereka.
Umat sisa di akhir zaman ini adalah kegenapan sempur-
na dari Elia yang pertama. Ketika Elia menyelesaikan misinya
sebagai reformator dan sebagai pemulih hukum Tuhan, maka
Tuhan mengirimkan keretaNya dan mengangkat dia ke surga
(lihat 2 Raja 2:11).
Demikianlah juga dengan umat sisa di akhir zaman ini.
Ketika mereka telah menyelesaikan pemulihan penyembahan
Tuhan yang benar, kereta-kereta Tuhan akan turun dari surga
dan orang-orang kudus akan diangkat kepada kemuliaan
yang tak terlukiskan (cf. Mazmur 68:17, 18; Wahyu 19:14; 1
Tesalonika 4:16, 17). Kita memiliki pengharapan yang menyala di
dalam hati kita. Semoga pembaca dapat berkata bersama dengan
Paulus, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini
tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan
dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).

Bagian 4: Reformasi Terakhir

Tidak ada tema yang lebih menonjol di dalam Alkitab daripada


pernyataan bahwa Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
akan menghakimi dengan adil, baik yang benar maupun yang
jahat, baik yang hidup maupun yang telah mati (lihat Bilangan
24:17-19; Mazmur 96:10-13; Pengkhotbah 3:17; Yeremia 25:
30-38; Maleakhi 4; Matius 16:27). Rasul Paulus mendorong ke-
benaran ini kepada pendengarnya orang-orang Yunani sebagai
satu bagian yang mendasar dalam Injil Kristen. “Dengan tidak
21
memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah mem-
beritakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka
harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada
waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang
yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada se-
mua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia
dari antara orang mati." (Kisah 17:30, 31).[46]
Di sini, sebagai bagian yang vital dalam pernyataan Injil,
Paulus mengutip kenyataan tentang penghakiman terakhir seba-
gai insentif penting bagi pertobatan dan rujuk kembali dengan
Tuhan melalui iman di dalam Kristus (lihat 2 Korintus 5:18-21).

Apakah Orang-orang Kristen Perkecualian?


Banyak orang-orang Kristen Protestan percaya bahwa pe-
ngakuan iman mereka di dalam Kristus sebagai Anak Domba
Allah yang disembelih sebagai korban pendamaian bagi dosa-
dosa dunia telah mengecualikan mereka dari penghakiman ter-
akhir. Kepercayaan ini, yang secara populer dikenal sebagai dok-
trin ―sekali selamat, tetap selamat,‖[47] berasal dari ajaran-
ajaran Bapa Gereja Agustinus dan Pembaharu Protestan
Kalvin.
Kalvin mengajarkan bahwa Tuhan melalui suatu pernyataan
rahasia telah menentukan nasib seseorang kepada kehidupan ke-
kal yang lain kepada kematian kekal.[48]
AKAN TETAPI, Rasul Paulus menyertakan semua orang
beriman Kristen dalam hari penghakiman terakhir: “Sebab kita
semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya seti-
ap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,sesuai dengan
yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2 Ko-
rintus 5:10). Dan kepada anggota jemaat yang benar diri dan pe-
nuh penghakiman di Roma Paulus berkata, “Ia akan membalas
setiap orang menurut perbuatannya, ... Sebab Allah tidak me-
mandang bulu... Karena bukanlah orang yang mendengar hukum
Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melaku-
kan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan” (Roma 2:6-13; cf.
Mazmur 62:12). Tidak seorangpun dapat menyangkal bahwa
Rasul Paulus mengajarkan tentang kepastian penghakiman
mendatang yang melibatkan orang Kristen.
Aspek eskatologis (yaitu yang menyangkut akhir za-
man) dalam penghakiman Tuhan kepada semua orang, ter-
masuk orang percaya Kristen, telah diabaikan dan direndah-
kan oleh banyak ahli teologia dan pengkhotbah Kristen. Pa-
dahal ini adalah bagian mendasar dari Injil. Pekabaran Paulus
tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus menjaga ketegangan
dinamis antara jaminan yang pasti tentang penebusan saat ini
22
(Roma 8:1) dan pengharapan yang dijanjikan tentang penebusan
di masa mendatang (ayat 23) setelah penghakiman, antara pem-
benaran masa kini melalui iman (Roma 3:28; 4:4-8) dan pembe-
naran di masa mendatang dalam pengharapan (lihat Galatia
5:5). Gagasan Paulus tentang pembenaran di masa mendatang
sebagai keputusan Tuhan yang terakhir adalah selaras dengan
perkataan Kristus, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan
dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius
7:21; lihat juga Yohanes 5:28-29; Matius 25:34-40).

Dasar bagi Upah


Pembenaran bagi Paulus bukan berarti gagasan sekali di-
benarkan, selalu dibenarkan. Pembenaran saat ini haruslah di-
nyatakan pada penghakiman terakhir. Ini mau tidak mau berarti
suatu pengujian. Pada hari penghakiman, kekudusan Kristen
akan dinilai, bukan sebagai kebajikan manusia yang memberi
kehidupan kekal, melainkan sebagai bukti yang harus ada da-
ri iman yang menyelamatkan (lihat Roma 2:5-11). Yesus me-
nyatakan bahwa pada waktu Ia kembali di dalam kemuliaan, Ia
akan “membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Matius
16:27; cf. Wahyu 22:12). Oleh karenanya, pembenaran saat ini
tidak mengecualikan orang Kristen dari penghakiman di ma-
sa mendatang, ketika Kristus menyatakan keputusan ter-
akhirNya.[49] Pekabaran tentang penghakiman di masa menda-
tang baik bagi umat percaya maupun orang tidak percaya adalah
axioma (pernyataan) mendasar dalam Injil pada zaman para
rasul.
Sayangnya, beberapa cendekiawan Injili berpendapat bah-
wa penghakiman di masa mendatang sama sekali tidak akan ber-
kenaan dengan nasib kekal orang-orang beriman. Itu hanya akan
menjadi “suatu podium penghargaan” di mana orang-orang beri-
man paling-paling akan menderita, yang terburuk sekalipun, “se-
macam penyucian dari kehidupan yang sembrono dan malas.”[50]
Namun cendekiawan Alkitab Metodis Steven H. Travis
mencapai suatu kesimpulan yang lebih memadai: “Pada peng-
hakiman terakhir mereka [perbuatan-perbuatan orang ber-
iman] akan menjadi bukti bahwa ... imannya dan pembenar-
annya adalah nyata, dan demikian juga nasib keselamatan-
nya akan ditetapkan... Fungsi utamanya adalah untuk menya-
takan apakah ia adalah milik Kristus atau bukan, dan untuk
menentukan nasibnya kemudian.”[51]
Menurut Paulus, orang beriman Kristen, termasuk dirinya,
bisa jatuh, sama seperti orang-orang Israel di zaman dahulu (1
Korintus 10:1-13; 9:27). Peringatannya ini kepada sebagian
23
orang Kristen adalah penuh makna: “Kamu lepas dari Kristus, ji-
kalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu
hidup di luar kasih karunia” (Galatia 5:4).

Sisi Positif Penghakiman


Seorang cendekiawan Alkitab modern berusaha melawan
ketakutan populer tentang penghakiman terakhir dengan mene-
kankan makna alkitabiahnya yang positif: “Ketika penghakiman
Tuhan dijatuhkan,” katanya, “pada waktunya atau di luar waktu-
nya, itu adalah kasih kemurahan bagi orang-orang yang salah,
dan itu adalah malapetaka bagi orang yang telah berbuat salah
atau terus menerus berbuat salah dan menarik keuntungan dari
kesalahan orang lain. Maka, penghakiman adalah kenyataan
bermata dua—dengan kasih kemurahan dan pembersihan,
malapetaka dan penghukuman, keduanya terdapat di dalam-
nya.‖[52]
Konsep bermata dua ini—yaitu ajaran Alkitab bahwa
penghakiman Tuhan yang terakhir akan membawa pembenar-
an dan penghukuman—telah menjadi bagian dari inti iman
dan pekabaran Advent dari sejak semula. Ini terikat di dalam
teologia bait suci Advent dengan konsep tentang hari penda-
maian kegenapan, yang dilambangkan di dalam hari upacara
penghakiman Israel (Imamat 16). Kenyataan tentang pengha-
kiman terakhir ini adalah penekanan sentral dari pekabaran Injil
terakhir bagi segala bangsa di akhir zaman. Seruannya adalah
"Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat
penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan la-
ngit dan bumi dan laut dan semua mata air" (Wahyu 14:7).
Sehubungan dengan Yohanes, pekabaran malaikat pertama
dalam Wahyu 14:6, pada intinya berisikan ―Injil kekal.‖ Peng-
ungkapan yang khas ini mengarahkan perhatian kepada sifat
Kabar Baik yang tidak pernah dan tidak akan berubah yang diajar-
kan dalam tipe dan bayangan sebelum salib (Kejadian 3:15; Ga-
latia 3:8), dan di dalam kejelasan yang penuh melalui Yesus Kris-
tus (Ibrani 1:1, 2; 1 Petrus 1:10-12).

Pemulihan Sebagian
Ungkapan ―Injil yang kekal‖ berisikan acuan eksplisit
tentang ancaman penyelewengan dan pemalsuan Injil para
rasul yang asli, yang muncul di antara zaman para rasul dan
zaman akhir. Dan sesungguhnya, kemurtadan yang serius
telah dinubuatkan dengan jelas oleh nabi Daniel (Daniel 7 dan
8), dan juga oleh Paulus (2 Tesalonika 2:3-10).
Reformasi Protestan muncul sebagai protes terhadap ke-
murtadan Roma yang besar di Abad Pertengahan yang memak-
24
sakan ke atas semua orang Injil palsu yang disusupi dengan ajar-
an-ajaran yang tidak Alkitabiah seperti transubstansiasi (ajaran
tentang perubahan (karena kata-kata konsekrasi) substansi roti
dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, meskipun rupanya
tetap roti dan anggur, [Collins, SJ & Farrugia, SJ, Kamus Teologi,
1996:338), perayaan Misa, penyembahan Maria, amal perbu-
atan-perbuatan baik di hadapan Tuhan, dan purgatori (api pe-
nyucian). Sementara para Reformator memulihkan kebenaran
Injil yang sentral tentang pembenaran hanya oleh iman saja—
aspek-aspek penghakiman terakhir dan persiapan orang ber-
iman bagi kedatangan Kristus kedua kali tidak mendapatkan
fokus yang selayaknya.
Selanjutnya, sebagian besar kredo Protestan memperta-
hankan kesalahan-kesalahan mendasar kepausan—misalnya,
kebakaan jiwa alami, penyiksaan kekal bagi orang jahat, pre-
destinasi ganda, dan ―baptisan‖ bayi. Protestantisme juga
gagal memulihkan kekudusan Sabat Alkitab, yang diurapi
oleh Tuhan bagi umat perjanjianNya.
Reformasi di abad ke-16 telah berhenti mati di jalurnya
baik secara rohani maupun geografis, dan segera menjadi
mangsa bagi skolastisisme kering yang memusatkan pada formu-
lasi-formulasi doktrin yang berlebihan. Maka, Reformasi tidak
meliputi seluruh kegenapan peristiwa akhir zaman dari peka-
baran malaikat pertama (Wahyu 14:6-7), yang ditujukan kepa-
da seluruh dunia. Selanjutnya, seperti yang dinyatakan oleh Wil-
liam Cunningham di masa kebangkitan Advent di abad ke-19,
pengaruh regional yang terbatas dari para Reformator Protestan
tidak menggenapi nubuatan akhir zaman dalam Wahyu 14.[53]

Pemulihan Sepenuhnya
Baik Luther, Calvin, Knox maupun Wesley tidak pernah
mengaku telah menggenapi pekabaran nubuatan malaikat-
malaikat dalam Wahyu 14:6-12. Mereka tidak pernah meng-
umumkan bahwa waktu penghakiman Tuhan telah tiba, seba-
gaimana dinyatakan oleh nubuatan-nubuatan waktu dalam
Daniel 7 dan 8. Hanya suatu pengumuman universal Injil yang
penuh di seluruh bangsa-bangsa di dunia dapat dipandang seba-
gai kegenapan sepenuhnya dari pekabaran tiga malaikat dalam
Wahyu 14.
Malaikat dalam Wahyu 14:6, 7 mengumumkan pemulihan
Injil para rasul di zaman akhir. Tujuan khusus malaikat ini ada-
lah untuk mempersiapkan satu umat untuk berdiri sebagai
umat Tuhan yang sisa yang setia di hari penghakiman dan
menyambut kedatangan Kristus yang penuh kemuliaan. Umat
MAHK yakin bahwa mereka telah dibangkitkan oleh Tuhan
25
dengan misi dan perintah (mandat) untuk menyempurnakan
Reformasi Protestan yang terperangkap dan sepenuhnya dan
pada akhirnya memulihkan penyembahan kepada Tuhan
yang sejati, dalam konteks Injil yang kekal.
Aplikasi Injil di akhir zaman ini membentuk bukti-bukti
kebenaran Gereja MAHK yang berbeda sebagai satu gerakan
keagamaan tersendiri. Pernyataan berikut menyatakan keyakin-
an mereka: ―Kami memegang ‗Injil kekal‘ dalam Wahyu 14:6
(KJV) sebagai Injil para rasul, yang dipahami dan ditekankan
dalam setting waktu penghakiman Tuhan yang besar di akhir
zaman, dan dipersiapkan sebagai satu umat yang sepenuh-
nya berjubahkan kebenaran Kristus dan sepenuhnya mengi-
kuti kehendak Tuhan yang dinyatakan sementara mereka
mempersiapkan untuk berdiri dalam hadiratNya pada keda-
tanganNya yang segera dan penuh kemuliaan.”[54]
Perintah untuk menyiarkan Injil kekal ke segala bangsa di
akhir zaman mengisyaratkan bahwa pengumuman yang diperba-
harui tentang Kristus yang Alkitabiah—yaitu, tentang Allah-manu-
sia yang memasukkan di dalam DiriNya baik hukum Allah mau-
pun kasih karunia Allah. Perintah ini menyerukan sebuah ke-
bangunan Injil para rasul yang tidak dipalsukan dalam kepe-
nuhannya.
Intisari Injil kekal di akhir zaman menuntut juga sebuah
seruan kontekstual kepada seluruh agama non-Kristen, dan
kepada segala bentuk Kekristenan semu, sama seperti para
rasul menghadapi Yudaisme dan Gnostisisme Kristen pada
abad pertama (lihat 2 Korintus 11:4-15; 1 Yohanes 2:18-23;
4:1-3). Kapanpun kebenaran Injil dihidupkan kembali, agama
palsu dan filosofi manusia dibukakan sebagai pekerjaan-pe-
kerjaan kegelapan (2 Korintus 4:2-5).

Penekanan kepada Ketaatan


Pengumuman tentang kekudusan Allah dan keberdosaan
manusia menuntut satu pendirian teguh melawan kesalahan dan
kepalsuan. Tidak banyak lagi orang yang menghargai perbe-
daan-perbedaan Alkitab tentang kebenaran dan kesalahan,
antara hukum dan kasih, antara etika ilahi dan etika manusia
sekuler. Akan tetapi manusia dipanggil untuk memiliki tabiat se-
perti Allah Israel: ―jadilah kudus, sebab Aku ini kudus‖ (Ima-
mat 11:45; cf. Imamat 19:1; 1 Petrus 15). Namun kekudusan
Allah adalah kasih yang kudus yang meliputi baik kasih karunia-
Nya yang mengampuni maupun keadilanNya. Ini dijelaskan de-
ngan wawasan yang terang oleh Ellen G. White: ‖Kasih Allah
telah dinyatakan dalam keadilanNya tidak kurang daripada
dalam kemurahanNya. Keadilan menjadi dasar takhtaNya,
26
dan buah kasihNya. Adalah maksud Setan untuk memisah-
kan kemurahan dari kebenaran dan keadilan.‖[55]
Akan tetapi, hukum moral yang kudus itu sendiri tidak
mampu mencerminkan kekudusan pendamaian yang menak-
jubkan itu. Maka satu Persona Ilahi dikirimkan dari surga untuk
menyatakan tabiat Allah yang mendasar kepada manusia. Di da-
lam Kristus kita memandang kepada kesatuan yang sempur-
na dari keadilan dan kasih karunia, murka dan kasih karunia,
Injil dan hukum. Tabiat Allah yang simetris ini akan bersinar
terang dari umat yang sisa yang sedang menunggu. Mereka
―diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya‖ (2 Korintus
3:18).
Yohanes pewahyu menggambarkan generasi terakhir anak-
anak Tuhan sebagai ―orang-orang kudus, yang menuruti pe-
rintah Allah dan iman kepada Yesus.‖ (Wahyu 14:12; cf. Wah-
yu 12:17). Injil kekal yang dihidupkan kembali menciptakan umat
sisa yang setia ini.
Dari surga, sangkakala yang khidmat memanggil, “Takutlah
akan Allah, dan muliakanlah Dia,” di zaman sekularisme dan
humanisme, berdirilah satu iman yang hidup dan setia, yang
menyelamatkan dan menguduskan. Di masa kemurtadan dan
suam-suam kuku, ketika Kekristenan populer telah mengu-
rangi iman yang menyelamatkan menjadi suatu doktrin orto-
doks tentang Kristus, Nyonya White mengumandangkan perba-
ikan yang penting ini: ― Banyak orang terus menerus berkata,
‗Yang perlu kita lakukan hanyalah percaya di dalam Kristus.‘
Mereka mengaku bahwa iman sajalah yang kita perlukan. Da-
lam artian sepenuhnya, ini adalah benar; tetapi mereka tidak
mengartikannya dalam arti yang penuh. Percaya di dalam
Yesus adalah mengambil Dia sebagai Penebus kita dan
Teladan kita. Jikalau kita tinggal di dalam Dia dan Dia di da-
lam kita, kita mengambil bagian di dalam tabiat ilahiNya, dan
adalah pelaku-pelaku firmanNya.‖[56]
Pekabaran Injil menyatukan pengorbanan pendamaian
Kristus yang sempurna dan pengantaraanNya saat ini bagi pe-
ngudusan orang-orang beriman. Kristus tidak dapat dipisah-pisah-
kan. Ia adalah Juruselamat dan adalah Tuhan, Yang Membenar-
kan dan Yang Menguduskan. Dan pada akhirnya Ia akan menjadi
hakim bagi semua orang.
Bagian yang mendasar dan tak terpisahkan dalam Injil yang
kekal telah diabaikan dan dikesampingkan terlalu lama oleh gere-
ja-gereja tradisional. Saatnya telah tiba bagi pemulihannya yang
terakhir dan sepenuhnya melalui pekabaran Elia. Tidak ada yang
begitu berkuasa seperti kebenaran yang telah tiba saatnya.

27
Bagian 5: Mengumumkan Kejatuhan Babel

Malaikat kedua dalam Wahyu 14 mengatakan sebuah pengu-


muman yang khidmat: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota
besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur
hawa nafsu cabulnya." (Wahyu 14:8). Peringatan ini adalah bagi-
an dari pekabaran kasih kemurahan yang terakhir kepada dunia
yang memberontak. Apakah artinya? Untuk menjawab pertanyaan
ini, pertama-tama kita harus mempertimbangkan latar belakang
Perjanjian Lama dari kitab Wahyu dan melihat bagaimana ini
mempengaruhi makna dari beberapa istilah dan konsep kunci da-
lam peristiwa akhir zaman.

Latar Belakang Perjanjian Lama


Perjanjian Lama membentuk latar belakang dari kitab Wah-
yu. Istilah dan pencitraannya mendasari pekabaran nabi yang di-
asingkan ke pulau Patmos. Maka kita tidak akan dapat mema-
hami Wahyu terpisah dari Perjanjian Lama.
Dalam khayal pertama tentang Kristus, Yohanes mengha-
dirkan kunci untuk membukakan makna ilham dari kitab Wahyu.
Ia melihat Kristus yang telah bangkit berdiri di antara ―tujuh
kaki dian dari emas,‖ ―berpakaian jubah yang panjangnya
sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari
emas‖ (Wahyu 1:12, 13). Pencitraan bait suci Perjanjian La-
ma menghadirkan Kristus sebagai Anak Domba Allah yang
sejati dan Imam Besar surgawi kita. Maka kitab Wahyu dimu-
lai dengan pengumuman surga bahwa persembahan pengor-
banan dan keimamatan Lewi telah digenapi oleh Mesias di
dalam Kristus yang telah disalibkan dan telah bangkit kem-
bali.
Sebagai imam besar perjanjian baru, Kristus mencipta-
kan satu Israel baru—―suatu kerajaan, menjadi imam-imam
bagi Allah, Bapa-Nya‖ (ayat 6). Ia menggenapi transisi kritis
ini dari Israel sebagai satu bangsa kepada Israel perjanjian
baru melalui kematian dan kebangkitanNya sebagai Jurusela-
mat-Raja.
Maka, ketujuh kaki dian dari emas di dalam bait suci
surgawi melambangkan gereja universal Kristus sebagai te-
rang dunia—bukan Israel sebagai satu sukubangsa. Dan da-
lam menjelaskan kepada Yohanes bahwa ―ketujuh kaki dian itu
adalah ketujuh jemaat‖ (ayat 20). Kristus menawarkan kunci
untuk memahami seluruh kitab Wahyu: perlambangannya
mengacu kepada Kristus dan umat perjanjian baruNya.
Hubungan tematis antara Israel di zaman dahulu dan
umat Tuhan di akhir zaman ini adalah penting secara menda-
28
sar bagi penafsiran kitab Wahyu. Ini menyiratkan lebih dari su-
atu alusi atau kiasan terpisah untuk sejarah perjanjian Israel, lebih
dari sekedar hubungan tidak sengaja antara masa lalu dan masa
depan. Sebaliknya, hubungan ini memproyeksikan puncak dan
kepenuhan sejarah Israel ke dalam akhir zaman. E. G. White se-
cara tegas menyatakan konsep kegenapan dan kepenuhan ini:
―di dalam kitab Wahyu, seluruh kitab-kitab Alkitab bertemu
dan berakhir.‖[57]
Pertimbangan-pertimbangan di atas menghalangi setiap
usaha untuk menafsirkan nama-nama dan tempat-tempat dalam
Perjanjian Lama sesuai dengan pembatasan-pembatasan perjan-
jian lama atau geografis. Kitab Wahyu menyatakan pekabaran
Kristus kepada Israel rohani. Prinsip penting dalam penafsir-
an nubuatan ini menjadi dasar pekabaran tiga malaikat dalam
Wahyu 14.[58]

Makna Babel
Bahaya dan pergumulan dari gereja yang benar digambar-
kan dalam perlambangan yang kontras yang berasal dari konflik
antara Israel dan musuh-musuh bangsanya seperti Mesir, Babel,
Edom dan Tirus. Kekuatan-kekuatan yang kejam ini disebutkan
hanya karena mereka adalah musuh-musuh bebuyutan Tuhan
dan umatNya. Louis F. Were menyatakan dengan tegas: ―Babel
disebutkan dalam nubuatan-nubuatan dan peristiwa akhir za-
man hanya karena perlawanannya terhadap Yerusalem.‖[59]
Maka, Babel harus didefinisikan secara teologis—sebagai musuh
utama Sion, umat Tuhan yang sejati. Istilah-istilah nasional zaman
dahulu diterapkan di dalam kitab Wahyu dalam skala universal
dalam hubungannya dengan gereja Kristus sedunia.
Karena Wahyu secara konsisten menggunakan pencitraan
Israel dan musuh-musuhnya, penganut futurisme mempertahan-
kan bahwa kitab ini berlaku sebagian besar bagi Yahudi harafiah
di Palestina hari ini. Prinsip literalisme mutlak ini menempatkan
Perjanjian Lama di atas Perjanjian Baru. Prinsip ini mengabaikan
arti penting penentu dari salib Kristus, dan melawan kunci ilham
yang diberikan oleh Kristus Sendiri dalam Wahyu 1.
Akan tetapi jikalau suku bangsa Israel atau Sion harus
diterapkan kepada gereja Kristus yang universal, maka Babel
juga harus mengacu kepada musuh gereja Kristus yang uni-
versal. Seperti Babel di zaman dahulu menaklukkan negeri Israel,
menghancurkan Bait Sucinya, dan membawa bangsa itu ke dalam
penawanan, demikianlah juga Babel modern menyerang dan
memperbudak gereja Kristus yang universal, menghujat bait
suci perjanjian baru di surga, dan meniadakan pengantaraan

29
Kristus yang ilahi melalui metode keselamatan dan penyem-
bahan palsu (lihat Wahyu 14:6, 7; 17:4; 14:8).

Kemurtadan Babel
Tuduhan Ilahi terhadap Kekristenan yang murtad, atau Ba-
bel, adalah berat: ia “telah memabukkan segala bangsa dengan
anggur hawa nafsu cabulnya." (Wahyu 14:8). Apakah “anggur”
yang memabukkan yang dipaksakan oleh pelacur Babel agar di-
minum oleh segala bangsa? ―Ajaran yang salah” jawab para pe-
nulis mula-mula kita.[60] Sama seperti manusia yang mengkon-
sumsi minuman keras menjadi bingung dan kacau pikirannya dan
kabur kemampuannya dalam membedakan antara kenyataan dan
khayalan, antara yang benar dan salah (lihat Amsal 23:29-33),
demikianlah juga kesalahan-kesalahan dalam ajaran dan dog-
ma-dogma yang palsu dalam tradisi gereja membingungkan
wawasan yang benar di dalam kebenaran Alkitabiah dan me-
ngaburkan perbedaan antara yang kudus dan yang profan.
Para pionir kita melihat awal dari pemisahan dari stan-
dar kebenaran Alkitab terjadi sejak awal dalam sejarah Kris-
ten sebagai akibat dari kompromi antara Kekristenan dan ke-
kafiran. Kompromi sejarah ini, yang mulai berkembang segera
setelah para rasul meninggal, membawa kepada perkembangan
―manusia durhaka,‖ atau antikristus, sebagaimana dinubuat-
kan oleh Daniel, Paulus dan Yohanes.
Ellen White menafsirkan usaha gereja mula-mula untuk
memperoleh keuntungan dan persetujuan duniawi dari para
pemimpin politik dalam Kekaisaran Romawi sebagai sumber
dari kekuasaan duniawi kepausan di Roma, dan aniaya ke-
jamnya terhadap para pembangkangnya. ―Sistem agama pal-
su yang luar biasa itu, katanya, adalah mahakarya kekuatan
Setan—sebuah monumen dari usahanya untuk mendudukkan
dirinya di atas takhta untuk memerintah bumi menurut kehen-
daknya.‖[61]
J.N. Andrews melihat kebingungan dalam membedakan
antara gereja dan dunia barangkali sebagai pengalihan yang pa-
ling mendasar dari Injil yang kudus: ―Kebingungan [dalam mem-
bedakan] antara gereja dan dunia adalah salah satu kesalah-
an mendasar yang menjadikan Gereja Katolik sebagai
Babel.”[62]
Pewahyu telah menunjuk secara tersurat kepada kesatuan
yang haram antara gereja dan negara sebagai penyebab bah-
wa mempelai wanita Kristus yang sejati telah menjadi seo-
rang pelacur yang menjijikkan di antara bangsa-bangsa, yang
pantas menerima penghakiman ilahi: "Mari ke sini, aku akan
menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk
30
di tempat yang banyak airnya. Dengan dia raja-raja di bumi telah
berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh
anggur percabulannya." (Wahyu 17:1, 2).
Dalam hal ini juga badan-badan gereja Protestan utama di-
temukan kurang. Salah satu komentar yang paling menyedihkan
yang dikatakan oleh Philip Schaff dalam bukunya yang monu-
mental berjudul History of the Christian Church membahas ten-
tang para Reformator besar Protestan: ―Setelah memperoleh
kebebasan dari kuk kepausan, mereka berbuat atas dasar
prinsip aniaya yang telah membesarkan mereka sendiri.‖[63]
Maka, para penulis Advent menyimpulkan bahwa Babel
modern terdiri atas baik gereja induk dan berbagai gereja
anak-anak perempuannya. Mereka melihat ini di dalam perka-
taan "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur" (ayat 5).

Kejatuhan Ganda Babel


Para pionir kita memiliki konsep ganda tentang kejatuhan
Babel: satu kejatuhan moral yang terus berlangsung (sehu-
bungan dengan penolakan Kekristenan yang murtad terha-
dap pekabaran dalam Wahyu 14:6-7) dan kejatuhan terakhir
di masa depan di bawah bala ketujuh (Wahyu 16:17-20). Mere-
ka menunjuk kepada Babel pelacur dalam nubuatan (Wahyu
14:8; 17:1-6) sebagai Kekristenan kontemporer (masa kini),
melalui seruan kepada citraan Alkitabiah. Citraan ini meng-
gambarkan Israel sebagai mempelai perempuan Tuhan, yang
berubah menjadi pelacur dengan mencari hubungan yang
tidak sah dengan raja-raja di bumi (Yeremia 2:3; 31:32; dan
khususnya Yehezkiel 16).[64]
Maka J.N. Andrews berpendapat bahwa ―Babel‖ dalam
kitab Wahyu bukanlah suatu kekuatan sipil atau bangsa, me-
lainkan sebuah tubuh keagamaan ―yang berbeda dengan,
meskipun secara tidak sah bersatu dengan, raja-raja di bu-
mi,‖ sebagaimana dilihat dalam Wahyu 17:1, 2.[65] Ia menye-
but pengumuman akhir zaman tentang kejatuhan Babel da-
lam Wahyu 14 sebagai sebuah ―kejatuhan moral‖ yang men-
dahului kebinasaan akhirnya. Ia berpendapat bahwa ―umat
Tuhan dipanggil keluar daripadanya setelah kejatuhannya,
dan sementara kebinasaannya masih ditunda (Wahyu 18).‖[66]
Maka alasan bagi suara dari surga, yang memanggil de-
ngan kemendesakan akhir zaman sebelum kebinasaan Babel:
"Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu
jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya ka-
mu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-
dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah
mengingat segala kejahatannya.” (Wahyu 18:4, 5). Pengumum-
31
an tentang kejatuhan moral Babel adalah kebenaran masa
kini baik bagi kelompok Miller maupun Advent pemelihara
Sabat, karena gereja-gereja yang ada menolak pekabaran
waktu penghakiman yang diserukan oleh malaikat pertama
dalam Wahyu 14.
Di tahun 1858 Ellen G. White menjelaskan alasan me-
nyebut penolakan kepada kebenaran ini sebagai suatu ―keja-
tuhan moral‖: ―Gereja-gereja itu tidak akan menerima terang
dari malaikat pertama, dan karena mereka menolak terang da-
ri surga, mereka jatuh dari perkenan Allah. Mereka percaya
kepada kekuatan mereka sendiri, dan menempatkan diri me-
reka melawan pekabaran pertama di mana mereka tidak da-
pat melihat terang pekabaran malaikat kedua. Namun umat
Tuhan yang kekasih, yang ditekan, menjawab pekabaran itu,
Babel telah rubuh, dan meninggalkan gereja-gereja yang
telah jatuh.‖[67]
Nyonya White menganggap kejatuhan Babel sebagai ke-
jatuhan merosot turun yang terus berlangsung ke dalam ke-
salahan dan kepalsuan yang semakin besar. Kejatuhan ini ti-
dak akan lengkap hingga akhir masa pencobaan. Ini memberi
kesempatan bagi suatu panggilan terakhir untuk pergi dari gereja-
gereja yang telah jatuh, yang menunjuk kepada “seruan nyaring”
dalam Wahyu 18:1-5. Sebagai akibatnya, para pionir Advent
menyatakan bahwa banyak umat Tuhan yang masih berada di
dalam gereja-gereja yang telah jatuh. Ellen White menulis di
tahun 1858:

―Saya melihat bahwa Tuhan memiliki anak-anak


yang jujur di antara orang-orang Advent nominal, dan
gereja-gereja yang telah jatuh, dan para pendeta dan
orang-orang yang akan dipanggil keluar dari gereja-
gereja ini, sebelum bala-bala dicurahkan, dan mereka
dengan sukacita akan menyambut kebenaran.‖[68]

Peringatan Universal
Orang-orang Advent menunggu dua panggilan khusus un-
tuk meninggalkan gereja-gereja yang telah murtad. Alasan ini
menyatakan bahwa, menurut kitab-kitab Injil, karena Yesus
memulai dan mengakhiri pelayananNya di bumi dengan me-
nyucikan Bait Suci di Yerusalem dari keprofanan keagamaan,
―maka dalam pekerjaan terakhir untuk memperingatkan du-
nia, dua panggilan yang berbeda diberikan kepada gereja-
gereja.”[69]
Akan tetapi sementara pengumuman di tahun 1844 ten-
tang kejatuhan Babel dipusatkan terutama di Amerika, pang-
32
gilan terakhir bagi umat Tuhan untuk keluar dari Babel adalah
untuk seluruh dunia. Panggilan ini akan bergerak dengan “ku-
asa yang luar biasa,‖ di bawah kecurahan akhir Roh Kudus
dalam ―hujan akhir.‖[70] Para penghuni bumi akan dipaksa un-
tuk mengambil sikap di tengah-tengah mujizat-mujizat dan
tanda–tanda yang penuh kuasa, seperti yang menandai
―hujan awal‖ pada permulaan Injil.

Bagian 6: Peringatan Terakhir

Pekabaran tiga malaikat dalam Wahyu 14:6-12 saling berhu-


bungan erat. Ketiganya bukan saja membentuk satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan; ketiganya juga mengikuti
urutan yang sangat penting.
Pertama dalam urutan ilahi muncul pengumuman ten-
tang ―Injil kekal‖ (Wahyu 14:6), yang menekankan tentang ka-
sih karunia Tuhan yang membebaskan dan membenarkan.
Kemudian diikuti dengan satu seruan universal untuk ―takut
akan Allah‖ dan memuliakan Dia sebagai Pencipta dan Hakim
(ayat 7). Baru setelah pekabaran-pekabaran persiapan yang
penting ini, datanglah tuntutan khidmat Surga bahwa kemur-
tadan Babel telah melampaui batas yang dapat dipulihkan—
bahwa ia dituntut karena meminum anggur murka Allah (Ayat
8-11). Ini adalah urutan yang tidak boleh dibalik dalam ultima-
tum Tuhan di zaman akhir. Akan tetapi, ini juga mengandung
jaminan ilahi bahwa umat Tuhan yang sisa yang setia akan
muncil dari krisis terakhir ini dalam sejarah gereja (ayat 12).

Kegenapan Awal
Umat Advent percaya bahwa pekabaran-pekabaran tiga
malaikat dalam Wahyu 14 telah memperoleh kegenapan awal-
nya dalam gerakan Miller dan dalam gerakan Advent pemeli-
hara Sabat setelahnya. Para pionir kita menganggap kegenapan
sejarah ini amat berarti dalam mempertahankan rasa tanggung
jawab misi kita di dalam dunia. Itulah sebabnya mengapa Ellen
White begitu prihatin dengan ―kekurangan pengetahuan yang
besar sehubungan dengan kemunculan dan kemajuan peka-
baran malaikat ketiga‖ di antara anggota jemaat.[71] Baginya,
kegenapan pekabaran tiga malaikat di dalam pengalaman
umat Advent memberikan keabsahan iman kita. Tanpa ragu,
ia menyatakan, ―Para pendeta harus membawakan perkataan
nubuatan yang pasti sebagai landasan iman umat MAHK.‖[72]
Peringatan khidmat dari malaikat ketiga dalam Wahyu 14
meliputi satu perintah khusus bagi gereja akhir zaman. Peringatan
ini memungkinkan gereja untuk menghadapi pengakuan totalitari-
33
an Babel dan pemaksaan tanda binatang olehnya kepada seluruh
penduduk bumi. Pekabaran peringatan secara khusus membuat
waspada orang beriman yang sejati terhadap akibat-akibat yang
tak terelakkan dari minum anggur Babel. Katanya, siapapun yang
“akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa
campuran dalam cawan murkaNya” (Wahyu14:10).

Murka Allah
Murka Allah bukanlah sekedar metafora yang dapat dijelas-
kan sebagai pekerjaan hukum alam sebab akibat. Juga ini tidak
dapat mewakili emosi ilahi yang menyatakan bagaimana perasa-
an Allah. Sebaliknya, ini melambangkan bagaimana Tuhan te-
lah bertindak dan akan bertindak terhadap dosa dan orang-
orang berdosa yang tidak menyatakan penyesalan. Murka
Allah adalah suatu kenyataan sejarah yang luar biasa.
Jikalau murka Allah tidak menyatakan upah yang nyata dari
dosa, pengorbanan Kristus di kayu salib tidak diperlukan bagi
pendamaian dan rekonsiliasi kita dengan Allah. Kebutuhan akan
pendamaian didasarkan atas kenyataan tentang murka Allah ter-
hadap dosa. Kasih Allah dan murka Allah keduanya menunjuk
kepada suatu kenyataan ilahi. George E. Ladd secara jelas
menyatakan hubungan keduanya yang saling menguntungkan:
”Pendamaian adalah niscaya karena manusia berdiri di ba-
wah murka dan penghakiman Allah.‖[73] Sebagai akibatnya, se-
mua orang yang secara sengaja dan pada akhirnya menolak
darah Kristus yang mendamaikan akan menerima “murka Anak
Domba Allah!” (Wahyu 6:16).
Jikalau orang-orang yang berada di antara orang Israel
menolak hukum Musa dihukum mati ―tanpa belas kasihan‖
(Ibrani 10:28), ―Betapa lebih beratnya hukuman yang harus
dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang
menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya,
dan yang menghina Roh kasih karunia?‖ (ayat 29; lihat juga
Yohanes 3:36). Menurut Ellen White, ―kematian Kristus mem-
bawa kepada para penolak kasih kemurahanNya murka dan
penghakiman Allah, yang tidak bercampur dengan belas ka-
sihan. Inilah murka Anak Domba.‖[74]

Tidak Bercampur dengan Belas Kasihan


Peringatan tulus terhadap murka Allah “yang tidak bercam-
pur” (Wahyu 14:10), menyatakan bahwa penghakiman yang
segera tiba tidak lagi berisikan kasih kemurahan Allah yang
melunakkan, sebagaimana di masa lalu (Habakuk 3:2; Daniel
9:11, 12, 16-18). Sebaliknya kita diingatkan kepada perang suci
Israel di zaman dahulu, di mana seorang musuh yang berbahaya
34
diletakkan ―di bawah larangan‖ (bahasa Ibrani cherem). Ini
berarti bahwa ia harus dihancurkan sama sekali dan tanpa
belas kasihan (Ulangan 7:2, 5, 6; 20:16-18). Juga, nabi-nabi
palsu yang telah mendorong bangsa Israel untuk menyem-
bah ilah-ilah selain Yahweh harus dieksekusi tanpa belas ka-
sihan (Ulangan 13:8).
Di zamannya, Yehezkiel mengejutkan bangsa Israel de-
ngan ramalannya bahwa Yerusalem yang telah murtad akan
segera mengalami penghakiman yang mengerikan dari murka
Allah. Satu-satunya terang yang menghiburkan dalam nubuatan-
nya yang gelap adalah khayal tentang malaikat keimaman, yang
berpakaian linen, maju di depan malaikat-malaikat pembawa mur-
ka (Yehezkiel 9). Para pengeksekusi tidak boleh menyentuh sia-
papun yang memiliki “tanda” perlindungan ilahi pada dahi mereka
—sebuah tanda pertobatan yang sungguh-sungguh dari kemur-
tadan rohani dan ketidakadilan sosial (ayat 6). Namun bagi orang-
orang yang ditemukan tidak setia dalam penghakiman pemeriksa-
an awal ini, penghakiman akhir akan diberlakukan: “Karena itu
Aku juga tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas
kasihan; kelakuan mereka akan Kutimpakan atas kepala mereka."
(ayat 10).
Yerusalem mengalami kenyataan yang mengerikan dari
penghakiman ilahi ini di tahun 586 Seb. Masehi ketika Nebu-
kadnezar, raja Babel, menghancurkan kota itu sama sekali,
hanya menyisakan satu kelompok sisa yang kecil (lihat 2 Ta-
warikh 36:15-20). Penulis Tawarikh menggambarkan keadaan
kerohanian Yerusalem sebelum penghakiman pembinasaan ini
sebagai berikut: ―Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan
Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-
nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap
umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan.‖ (2 Tawa-
rikh 36:16).
Kebinasaan Yerusalem yang luar biasa oleh Babel merupa-
kan tipe atau lambang nubuatan dari penghakiman Allah yang le-
bih keras terhadap kota kudus itu karena penolakannya terhadap
Juruselamat-Raja pada saat kedatanganNya (lihat Daniel 9:26,
27). Perjanjian Baru secara eksplisit menyatakan bahwa kebi-
nasaan Yerusalem yang kedua di tahun 70 Masehi oleh bala
tentara Romawi, disebabkan oleh dosa puncak penolakan
atas Mesias (Matius 23:32-39). Yesus telah memperingatkan:
―Mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendu-
dukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan
satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena
engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat eng-
kau." (Lukas 19:44).
35
Dan apa yang telah terjadi kepada orang-orang Yahudi
adalah peringatan bagi seluruh umat manusia. Paulus berbica-
ra tentang ―mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang
tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelalim-
an.‖ Kepada mereka, ia berkata, ―Penderitaan dan kesesakan
akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat,
pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,...Sebab
Allah tidak memandang bulu.‖ Roma 2:8, 9-11).
Maka titik penentu bagi Paulus adalah bukan apakah ia se-
orang Yahudi atau seorang bukan Yahudi, melainkan apakah se-
seorang menerima atau menolak Yesus Kristus dan Injil kekal-
Nya.
Selanjutnya, konsep murka Allah menurut rasul Paulus
adalah terutama bersifat eskatologis. Manifestasi sepenuh-
nya terjadi pada kedatangan Kristus kedua kali. Dalam hal ini
ia mengatakan kepada bangsanya: “Tetapi oleh kekerasan hatimu
yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu
sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang
adil akan dinyatakan” (ayat 5).
Untuk memperingatkan semua orang tentang bahaya besar
dan untuk mengarahkan perhatian mereka, kita perlu memiliki pe-
kabaran yang jelas tentang permasalahan yang teramat penting
ini. Dalam Wahyu 15 Yohanes melihat sebuah tanda besar dan
ajaib: “Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib:
tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan
itu berakhirlah murka Allah” (Wahyu 15:1).
Dengan perkataan lain, malaikat ketiga mengumumkan ke-
pastian tentang tujuh bala terakhir sebagai kecurahan murka Allah
terhadap Babel. Pada masa itu, masa kasihan bagi manusia te-
lah berakhir, karena “seorang pun tidak dapat memasuki Bait Suci
itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu”
(ayat 8). Wahyu 16 menjelaskan secara lebih terinci bahwa bala-
bala tersebut dimaksudkan secara khusus bagi orang-orang yang
mengikuti binatang dan nabi palsu di akhir zaman, bagi semua
orang yang menerima tanda khusus kesetiaan dan persekutuan-
nya.

Peringatan Terakhir
Pemahaman pernyataan tematis di dalam Wahyu 14-16
menyebabkan para bapa pendiri Adventisme memasukkan ke
tujuh bala sebagai ―bagian integral dari pekabaran malaikat
ketiga.‖[75] dan pengacuan malaikat kepada momok penyiksa-
an terus menerus ―dengan api dan belerang di depan mata
malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba‖
(Wahyu 14:10) menuntun James White kepada kesimpulan bah-
36
wa yang terlibat di sini adalah lebih daripada kematian. Ia me-
mandang di dalam penghakiman ini kengerian-kengerian dari
―kematian kedua di akhir masa 1000 tahun dalam Wahyu
20.‖[76] Sesungguhnya, hanya pada akhir millenium itulah,
ketika balatentara ―Gog dan Magog‖ berkumpul di sekeliling
perkemahan umat Tuhan, maka api turun dari surga dan me-
lalap orang-orang jahat (Wahyu 20:7-9).
Tidak mengherankan Ellen White menyebut peringatan
yang khidmat dan keras tentang kedatangan murka Allah
oleh malaikat ketiga sebagai ―undangan terakhir belas kasih-
an kepada dunia.‖[77] Baginya, pemahaman yang benar ten-
tang pekabaran tiga lapis ini adalah teramat penting: ―Nasib
jiwa-jiwa bergantung kepada cara bagaimana pekabaran tiga
malaikat diterima.‖[78]
Pekabaran ini akan mematangkan tuaian seluruh bumi,
baik bagi kekekalan ataupun bagi tujuh bala terakhir. Melalui
standar ilahilah sekarang para penyembah Allah diuji dan di-
meteraikan. Namun jaminan ditambahkan bahwa umat sisa
yang terakhir dari Israel yang sejati akan berdiri dalam ujian
di hadapan Tuhan, karena mereka ―menuruti perintah Allah
dan iman kepada Yesus‖ (Wahyu 14:12; cf. Wahyu 7:1-4;
14:1-5).
Maka, malaikat ketiga menyatakan juga seruan mende-
sak kepada semua pencari Tuhan untuk memilih Yesus seba-
gai Tuhan dan Juruselamat pribadi dan untuk tetap setia ke-
padaNya dalam melalui krisis terakhir. Hanya Yesus sajalah
―yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang‖ (1
Tesalonika 1:10).
Tujuh hukuman penghakiman dalam Wahyu 16 bukanlah
ledakan penghukuman yang tidak terduga-duga dari Allah yang
merasa tersinggung. Sebaliknya, hukuman itu adalah pernyata-
an yang teratur dari kutukan-kutukan perjanjian terakhir yang
dikenakan kepada umat perjanjian yang terus menerus
murtad.
Imamat 26 menyatakan sebuah prototipe dari penghakim-
an-penghakiman ini. Di sana Tuhan memperingatkan bangsa Is-
rael akan akibat-akibat dari perzinahan mereka dan penolakan
secara sengaja terhadap hukumNya, kendati berulang-ulang ada
seruan untuk bertobat. (ayat 1, 14-16). Bacaan ini menunjuk ke-
pada penghukuman tujuh lapis dan pernyataan perang ilahi ter-
hadap umat perjanjian itu (ayat 18, 21, 24, 28-33).
Adalah mengherankan bahwa versi Septuaginta dari Perjan-
jian Lama menerjemahkan Imamat 26:21 sebagai berikut: ―Dan
jikalau setelah ini kamu berjalan dengan menentang, dan ti-
dak rela untuk menurut kepadaku, maka Aku akan menurun-
37
kan ke atasmu tujuh bala (plegas hepta) setimpal dengan do-
sa-dosamu.‖[79] Inilah yang disebut dengan pernyataan ―ke-
marahan‖ Tuhan (ayat 28).

Tujuan Penghakiman
Akan tetapi jikalau tujuan ilahi dalam tujuh bala bukanlah
untuk membangkitkan pertobatan, sebagaimana halnya dengan
tujuh sangkakala (Wahyu 11:13), maka apakah yang menjadi
tujuan ilahi dalam kecurahan terakhir dari murkaNya ―yang
tidak bercampur‖ ini? Kita mencatat setidaknya tiga tujuan.
1. Untuk membangunkan pengakuan Babel bahwa melalui
pemaksaan tanda binatang dan aniaya terhadap para pem-
bangkangnya, Babel secara kejam telah menempatkan di-
rinya melawan Sang Pencipta Yang Mahakuasa itu sendiri.
Namun, pengakuan ini mengakibatkan hujatan yang keras
kepala bagi nama Tuhan dan penolakan yang keras kepala
untuk bertobat dan memuliakan Dia (Wahyu 16:9, 11, 21)—
satu perkembangan yang menunjuk kepada tujuan kedua
dari penghakiman Tuhan yang menakutkan.
2. Untuk membuka kedok kekejaman yang tersembunyi ter-
hadap Tuhan dan terhadap umat perjanjianNya yang setia.
Tiga kali bacaan ini menekankan kekerasan hati Babel
yang misterius. Ia tampaknya lebih keras kepala diban-
dingkan dengan firaun Mesir zaman dahulu. Seperti dikata-
kan oleh Heinrich Kraft, ―Kelanjutan dosa yang keras ke-
pala menghukum dirinya sendiri, yaitu bahwa ia mengha-
langi jalannya sendiri menuju pertobatan.‖[80]
3. Untuk membukakan ke hadapan semuanya tentang buah
dari hati yang menyembah binatang itu (Wahyu 13:4, 8, 12)
dan menolak untuk menanggapi seruan ilahi (Wahyu 14:6,
7; 18:1) atau kepada kekejaman penghakiman Allah (Wah-
yu 16:11, 21). Orang-orang jahat menyalahkan Tuhan Sang
Hakim atas kejahatan yang menimpa mereka, dan mengu-
tuk Tuhan seolah-olah Dia adalah seorang tiran (ayat 9,
11). Maka mereka memberikan bukti bahwa mereka tidak
pernah memahami kasih Allah dan pengorbanan penda-
maianNya. Maka Babel menghukum dirinya sendiri dan
menyatakan dirinya telah hilang.
Maka bala-bala membukakan tentang hati dan perbuatan-
perbuatan manusia dan sikap mereka sesungguhnya kepada
Kristus. Tujuan ilahi menjadi semakin jelas, bahwa Tuhan men-
dorong perbuatan-perbuatan manusia untuk menghasilkan
buah-buahnya sendiri. Maka Babel kemudian akan menang-
gung akibat dari apa yang telah diperbuatnya. Ia dihukum setim-
pal dengan perbuatannya.
38
“Balaskanlah kepadanya, sama seperti dia juga membalas-
kan, dan berikanlah kepadanya dua kali lipat menurut pe-
kerjaannya, campurkanlah baginya dua kali lipat di dalam
cawan pencampurannya; … Bersukacitalah atas dia, hai
sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan
nabi-nabi, karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas
dia karena kamu." (Wahyu 18:6-20).

Demikianlah pada akhirnya keadilan menang, dan seruan


dari bawah altar—demi penghakiman dan pemulihan nama baik—
pada akhirnya dijawab. Pada akhirnya alam semesta menjadi
aman.

Bagian 7: Pengeringan Sungai Efrat

Pekabaran tiga malaikat dalam Wahyu 14:6-12 memperingat-


kan terhadap penghakiman tujuh bala yang akan datang
(Wahyu 15:1). Bala-bala ini berpuncak dalam perang kosmis
Armagedon dan kebinasaan Babel rohani (Wahyu 16:13-21).
Sebagai akibatnya, ketujuh bala ini menjadi bagian yang amat
mendasar dari pekabaran tiga malaikat, dan tidak dapat diha-
puskan demi kenyamanan. Ketidaktahuan ataupun ketidak-
pastian akan arti pentingnya yang sesungguhnya akan me-
nyebabkan kita tidak setia kepada perintah untuk mempersi-
apkan satu umat bagi konflik terakhir. Pengumuman ―Injil
yang kekal‖ (Wahyu 14:6) secara spesifik meliputi peringatan
terhadap Armagedon, yaitu peperangan kosmis di mana
―murka Allah‖ dicurahkan tanpa belas kasihan. Untuk dapat
memahami makna Armagedon yang Alkitabiah, kita perlu mem-
pelajari hubungan tipologis antara kejatuhan Babel zaman dahulu
dan Babel akhir zaman, yaitu Babel modern (atau rohani).

Kejatuhan Babel kuno


Catatan dari dua penulis sejarah Yunani—Herodotus (la-
hir sekitar tahun 484 seb. Masehi) dan Xenophon (lahir seki-
tar tahun 431 seb. Masehi)—mendukung ketepatan sejarah
tentang kejatuhan Babel melalui pengalihan aliran sungai
Efrat secara sengaja dan mendadak.[81] Penting untuk dicatat
cara kejatuhan Babel sejarah, dan bagaimana ketepatan nubuat-
an telah menyatakannya. Koresh, jenderal tentara Persia itu,
benar-benar telah muncul dari timur sebagaimana dinubuat-
kan (Yesaya 41:2, 25) menurut catatan Koresh, ia menakluk-
kan Babel ―tanpa peperangan.‖[82] Masuknya secara tiba-tiba
ke dalam kota dengan mengalihkan aliran sungai Efrat yang
39
masuk ke dalam kota terjadi sebagai kegenapan secara hara-
fiah dari nubuatan (Yesaya 44:27, 28; Yeremia 51:13, 36;
50:38). Tuhan bahkan ―membuka pintu-pintu di depannya dan
supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup‖ (Yesaya
45:1).
Yesaya telah menekankan tujuan penebusan dari semua-
nya itu: ―Oleh karena hamba-Ku Yakub dan Israel, pilihan-Ku‖
(ayat 4). Dan lagi, ―dialah [Koresh] yang akan membangun
kota-Ku dan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam
pembuangan‖ (ayat 13) dan memulihkan bangunan Bait Suci
(Yesaya 44:28). Oleh karenanya, Tuhan mengaruniakan ke-
pada Koresh gelar kehormatan ―yang Ku-urapi‖ dan ―gemba-
la-Ku‖ (Yesaya 45:1; 44:28). Gelar-gelar ini mengangkat pe-
nyerbuannya ke Babel dan selanjutnya pembebasan Israel
(lihat Ezra 1:1-4) sebagai sebuah lambang bagi peperangan
terakhir Mesias melawan Babel akhir zaman.
Telah nyata, dalam perlambangannya, bahwa Tuhanlah
yang berbicara kepada sungai Efrat: ―Jadilah kering, Aku mau
mengeringkan sungai-sungaimu‘ (Yesaya 44:27). Koresh
adalah alat Tuhan hanya dalam penghukuman terhadap
Babel. Sama seperti Tuhan dan umat perjanjianNya—yaitu
gerejaNya yang setia—berdiri di pusat kejatuhan Babel mo-
dern selama Armagedon.

Kesejajaran yang Signifikan


Rincian tentang kejatuhan Babel adalah amat mendasar da-
lam usaha untuk memahami arti penting dari kejatuhan Babel ro-
hani.
1. Babel berfungsi sebagai musuh Tuhan dan penindas
Israel.
2. Sungai Efrat adalah bagian dari Babel yang tidak terpisah-
kan, yang mendukung dan melindunginya seperti sebuah
tembok. Maka seperti itulah sungai itu juga kejam terhadap
Israel.
3. Pengeringan sungai Efrat adalah pembuka bagi pengha-
kiman Tuhan atas Babel, yang membawa kepada kejatuh-
annya yang mendadak. Maka pengeringan itu menandai
persiapan bagi pembebasan Israel.
4. Koresh dan para raja sekutunya yaitu Media dan Persia
(Yeremia 50:41; 51:11, 28) muncul sebagai raja-raja dari
timur Babel untuk menggenapi tujuan-tujuan Tuhan. Me-
reka adalah musuh-musuh Babel dan pembebas-pembe-
bas Israel. Koresh kemudian ―diurapi‖ oleh Tuhan untuk
mengalahkan Babel dan membebaskan Israel.

40
5. Daniel dan seluruh umat Tuhan yang setia yang hidup se-
bagai tawanan di Babel adalah umat Tuhan perjanjian yang
setia dan bertobat (lihat Daniel 9).

Babel Modern
Rincian sejarah ini adalah amat penting untuk memahami
acuan-acuan tentang kejatuhan Babel yang terdapat di dalam
Wahyu.
Dalam kitab Wahyu, Babel mewakili musuh besar Kris-
tus dan gerejaNya. Di akhir zaman, baik Babel maupun Israel
adalah universal. Lingkup wilayahnya adalah sedunia. Injil
secara eksplisit diberitakan ―kepada semua bangsa dan suku
dan bahasa dan kaum‖ (Wahyu 14:6), penekanan empat kali li-
pat yang menyatakan radiusnya yang universal. Pengumuman
selanjutnya bahwa Babel yang besar telah rubuh berdasarkan
kenyataan bahwa ia telah “memabukkan segala bangsa dengan
anggur hawa nafsu cabulnya” (ayat 8). Seluruh dunia pada akhir-
nya berada di bawah pengaruh kekuasaannya (Wahyu 13:3, 4,
7).
Selaras dengan lingkup universal dari Babel akhir zaman,
ilham juga ditujukan kepada sungai Babel, sungai Efrat, adalah
juga memiliki penerapan universal: “Semua air yang telah kau-
lihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa
dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa” (Wahyu 17:15).
Orang-orang yang berpendapat bahwa “sungai Efrat” hanya me-
nyatakan sungai Efrat yang sesungguhnya harus mengikuti penaf-
siran terbatas untuk “Babel,” “Israel,” “Gunung Sion,” dan istilah-
istilah lainnya di dalam kitab Wahyu. Ini menunjukkan kegagalan
dalam menangkap watak Kristosentris dalam tipologi Alkitab. Injil,
sepanjang diterapkan kepada era Mesias, bergerak dari pem-
batasan-pembatasan keharafiahan etnis dan geografis.
Secara teologis, kita dapat mendefinisikan Babel dalam
hubungannya dengan (1) Tuhan Israel dan jalan keselamatan-
Nya di dalam Bait Suci, dan (2) umat perjanjian Tuhan.
Perjanjian Lama mencatat peranan penting Babel dalam
kehidupan umat perjanjian Tuhan. Babel menghancurkan Bait
Suci di Yerusalem, menginjak-injak kebenaran agamaNya,
menghujat nama Tuhan, dan menistakan umat perjanjianNya
(2 Tawarikh 36:5-20; Daniel 5:1-5). Potret Babel sejarah ini
membantu menjelaskan gambaran yang kita temukan dalam kitab
Wahyu. Pemberontakan Babel terhadap otoritas Tuhan berlaku
dalam dua dimensi: secara vertikal, melawan kedaulatan
Tuhan dan kehendakNya yang menyelamatkan, dan secara
horisontal, melawan umat perjanjian Tuhan dan perbaktian
bait suci mereka yang kudus. Babel berperang ke dua arah—
41
melawan Allah Israel, dan melawan bangsa Israel milik
Tuhan. (lihat Wahyu 14:18; 17:1-6; 18:1-8).
Kebencian yang mengilhami Babel di zaman dahulu akan
memotivasi Babel akhir zaman dalam tingkatan yang lebih inten-
sif. Tuhan sekarang tidak dapat dipisahkan dari Kristus yang telah
bangkit. Maka Babel modern harus didefinisikan sebagai mu-
suh besar Kristus dan umatNya.[83] Yerusalem Baru secara
eksplisit disebut dengan pengantin perempuan atau ―mempe-
lai Anak Domba‖ (Wahyu 21:9), sementara ―Allah, Tuhan
Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak
Domba itu.‖ (ayat 22). Hanya orang-orang yang bisa masuk
ke dalamnya ―mereka yang namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan Anak Domba itu‖ (Ayat 27). Pusat pengendalian
dalam Wahyu secara tegas adalah ―takhta Allah dan takhta
Anak Domba itu‖ (Wahyu 22:1, 3), dan Kristus dipermuliakan
dengan hak prerogatif ilahi yang penuh (ayat 13).
Babel akhir zaman mengarahkan hujatan dan kebenci-
annya terhadap Alllah, terhadap KristusNya, dan terhadap
umatNya yang setia (Wahyu 12:5-12). Babel menyerang dan
memperbudak gereja universal dan menyelewengkan ajaran-
nya tentang jalan keselamatan dan perbaktian yang benar
(Wahyu 14:6, 7; 17:4; 14:8).

Kebinasaan Babel
Intisari pekabaran Yohanes dalam Wahyu adalah bahwa
Kristus akan menghakimi Babel akhir zaman untuk sekali dan se-
lamanya, dan akan meneguhkan Israel akhir zaman dengan pe-
nyelamatan yang penuh kemuliaan. Kejatuhan Babel yang tiba-
tiba akan menyerupai kejatuhan Babel zaman dahulu. Intisari
teologisnya masih tetap sama. Namun, pembatasan etnis dan
geografis tidak berlaku lagi. Tandingan modernnya adalah
dalam proporsi kosmis dan universal.
Seperti halnya penghakiman menimpa secara tiba-tiba ter-
hadap Babel zaman dahulu (Yesaya 47:9, 11; Yeremia 51:8),
demikianlah juga penghakiman datang tiba-tiba ke atas kerajaan
Babel modern yang anti-Kristen (Wahyu 18:8, 10, 19). Selanjut-
nya, kejatuhan Babel akhir zaman akan lebih mengerikan dan
lebih spektakuler dibandingkan dengan Babel zaman dahulu.
Perlu dilihat bahwa ketika Yohanes menggambarkan perte-
muan kekuatan-kekuatan politik menuju Armagedon pada bala
ke-enam, yang mengumumkan pengeringan sungai besar Efrat
secara tiba-tiba (Wahyu 16:12-16), ia menggambarkan di bawah
bala ke-tujuh tidak lain daripada kehancuran final atas Babel (ayat
17-21). Ini secara jelas menunjukkan bahwa Armagedon dan ke-
binasaan Babel akhir zaman adalah identik.
42
Pengeringan sungai-sungai Efrat
Dalam Perjanjian Lama, kapanpun Tuhan mengeringkan
sebuah sungai secara harafiah atau “membanjiri” musuh-seperti
Laut Merah atau Sungai Yordan, atau membanjiri musuh penyer-
bu (Yesaya 8:7-8)—itu selalu menunjukkan hukuman takdir bagi
musuh-musuh umat Tuhan. Pengeringan sungai besar Babel da-
lam bala ke-enam (Wahyu 16:12) bukanlah suatu perkecualian.
Penghukuman ini terjadi ketika, di awal penghukuman
ilahi, bangsa-bangsa dan pemimpin-pemimpin politik tiba-
tiba dan secara bersatu menarik persekutuan dan dukungan
mereka terhadap Babel. Mereka bahkan akan membenci dan
menghinakan Babel. Inilah pemutusan tiba-tiba terhadap Babel,
sehingga, dalam kemurahan Tuhan, akan menghancurkannya.
Wahyu 17, yang menjelaskan bala ke-enam dan ke-tujuh,
menyatakan perpindahan yang mengejutkan dari dukungan pe-
nuh kesetiaan kepada Babel oleh para pengikut politiknya menjadi
kebencian mutlak terhadap kepemimpinan rohaninya sebagai aki-
bat dari penerangan dari Tuhan sendiri (ayat 17). Sungai-sungai
Efrat (kerumunan orang banyak yang menganiaya) (ayat 15) tiba-
tiba akan mengering. Ini mengacu kepada penarikan perseku-
tuan, ketaatan, dan dukungan. Kekasih si pelacur sebelumnya,
binatang dengan sepuluh tanduk, tiba-tiba akan menjadi musuh-
nya, dan akan menghancurkan dia sama sekali (ayat 16). Pem-
balikan yang tidak terduga dari persekutuan yang tidak ku-
dus ini akan terjadi hanya pada jam ketika Babel menyerang
umat yang sisa dari Mesias di akhir zaman (lihat Wahyu
17:14; 12:17; 13:15).
Ketika Koresh mengeringkan sungai-sungai Efrat, jalan te-
lah disiapkan bagi semua raja dari timur untuk memasuki ibukota
Babel dan mengambil alih pemerintahan duniawinya. Maka tulisan
pada dinding dalam pesta Belzasar digenapi. “Kerajaan tuanku
dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia." (Daniel
5:28).
Namun, nubuatan-nubuatan tentang kejatuhan Babel
tidak terjadi secara lengkap dan menyeluruh ketika Koresh
menaklukkan Babel zaman dahulu atau ketika bangsa Israel
(kemudian) kembali ke Yerusalem (Ezra 1:1-5). Tanda-tanda
kosmis yang spektakuler dan kebinasaan Babel secara kekal
akan digenapi hanya ketika Mesias secara pribadi terlibat dalam
peristiwa itu sebagai prajurit kudus untuk menaklukkan Babel,
karena kejahatan-kejahatannya melawan Israel milik Tuhan telah
“bertimbun-timbun sampai ke langit” (Wahyu 18:5).
Kenyataan bahwa Kristus akan menurunkan penghukuman
ilahi dari bait suci surgawi atas Babel rohani (Wahyu 15-19) ada-
43
lah lebih dari sekedar analogi yang tepat terhadap penaklukan
Koresh yang penuh kemenangan terhadap Babel zaman dahulu.
Misi terakhir Kristus adalah untuk menggenapi tipe/lambang-lam-
bang dan nubuatan-nubuatan itu yang berhubungan dengan pem-
bebasan “Israel” dari tangan “Babel” dalam skala universal atau
kosmik. Kedatangan Kristus tidak akan berasal dari suatu tempat
di dunia ini, melainkan langsung dari takhta Tuhan di surga—dari
arah timur kosmik. Ini adalah kemuliaan kedatangan yang ter-
agung yang pernah dinyatakan kepada dunia, pembebasan umat
perjanjian Tuhan yang paling spektakuler yang pernah terjadi.
“Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor
kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia
dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil...
Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka me-
nunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih”
(Wahyu 19:11-14).
Ketika Kristus raja kita akan muncul di langit sebelah timur,
dengan awan putih besar sebagai kereta perangNya, Ia akan di-
kawal oleh ―serombongan malaikat-malaikat kudus, dengan
mahkota-mahkota yang terang dan berkilauan di atas kepala
mereka,‖ semuanya mengendarai kuda putih.[84] Kejatuhan
Babel telah mempersiapkan jalan bagiNya untuk turun dan meng-
ambil alih pemerintahan Planet Bumi sebagai raja yang sah. Maka
pernyataan wahyu, "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh
Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah
sebagai raja sampai selama-lamanya." (Wahyu 11:15).

Mahkotailah Dia dengan banyak mahkota


Anak Domba di atas takhtaNya;
Dengarlah! Bagaimana nyanyian surga menenggelamkan
Semua nyanyian kecuali nyanyiannya!
Bangunlah, jiwaku dan bernyanyilah
Tentang Dia yang mati bagimu;
Dan pujilah Dia Rajamu yang taktertandingi
Sepanjang kekekalan.[85]

Bagian 8: Jalan menuju Pembenaran

Segera setelah kemunculan umat Advent pemelihara Sabat,


beberapa ciri yang mengganggu tentang Babel rohani mulai
berkembang di kalangan mereka (GEREJA MASEHI ADVENT
HARI KETUJUH). Mereka mulai semakin memantulkan roh
jemaat Laodikea dalam Wahyu 3. Kasih dan semangat bagi
Tuhan dikalahkan oleh peninggian diri dan pembenaran diri.
44
Belum Siap
Keadaan ini memberikan bukti yang pasti bahwa umat
yang sisa secara keseluruhan belum siap bagi pemeteraian
terakhir dari perkenan ilahi yang diperlukan untuk melindungi
mereka terhadap penghakiman penghukuman dalam bala-
bala terakhir.
Di tahun 1851 Ellen G. White menyatakan dengan terbu-
ka bahwa SEBAGIAN BESAR umat Advent pemelihara Sabat
tidak siap bagi peristiwa-peristiwa terakhir. Mereka terlalu
banyak mengurusi ―pencobaan-pencobaan kecil,‖ memu-
nguti jerami,‖ katanya, dan terlalu dimotivasi oleh pembenar-
an diri. Ia mendengar teguran surga terhadap umat Tuhan:
―Para pemelihara Sabat harus mati bagi dirinya sendiri, mati
bagi keangkuhan dan kesukaan akan persetujuan... Orang-
orang yang mengaku namaNya tidak siap.‖[86]
James White, menambahkan suara istrinya, memperi-
ngatkan bahwa banyak orang(dalam GEREJA MASEHI AD-
VENT HARI KETUJUH) yang mengakui kebenaran adalah bu-
kan orang-orang Kristen Alkitab yang sesungguhnya. Dengan
menyaksikan pengalihan yang signifikan dalam pemahaman pri-
badi dari gerakan yang semakin bertumbuh ini, ia menyebut
umat Advent pemelihara Sabat sebagai gereja Laodikea da-
lam Wahyu 3. Ia mendorong agar gereja yang sisa ―dilucuti
dari pandangan-pandangan dan perasaan-perasaan benar
diri,‖[87] sehingga ia menyadari kebutuhannya sendiri akan
pertobatan. Seperti Daniel di zaman dahulu, James White me-
ngakui: ―Kita sebagai satu umat (MASEHI ADVENT HARI
KETUJUH), telah berhenti sepenuhnya pada teori kebenaran,
dan telah lalai untuk mencari kerendahan hati Alkitab, kesa-
baran Alkitab, penyangkalan diri Alkitab, dan kewaspadaan
Alkitab, dan mengorbankan, kekudusan Alkitab, dan kuasa
dan karunia-karunia Roh Kudus...Maka dikatakan, ‗engkau
tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta
dan telanjang‘ (Wahyu 3:17). Betapa sebuah keadaan yang
malang!‖[88]
Ellen White bahkan mengumumkan kenyataan yang me-
ngejutkan, yang baru dalam eskatologi Advent, bahwa umat
pemelihara Sabat modern pada dasarnya mengulangi sejarah
Israel di padang belantara: ―Umat Israel modern (MASEHI AD-
VENT HARI KETUJUH) berada dalam bahaya yang lebih besar
karena melupakan Tuhan dan digiring kepada penyembahan
berhala dibandingkan dengan umatNya di zaman dahulu. Ba-
nyak berhala-berhala disembah, bahkan oleh orang-orang
yang mengaku pemelihara Sabat.‖[89]
45
Umat sisa yang kudus akan menjadi jelas hanya dalam
―penggoncangan‖ gereja yang terakhir melalui penyampaian
pekabaran Kristus secara lurus dalam Wahyu 3 kepada jema-
at Laodikea. Semuanya bergantung kepada ―kesaksian yang
lurus‘ dari Kristus yang telah bangkit kepada gereja akhir za-
man: ―Saya melihat bahwa kesaksian Saksi Yang Setiawan
(ROH NUBUAT) TIDAK SEPARUHPUHPUN DIPERHATIKAN.
Kesaksian yang khidmat di atas mana nasib gereja bergan-
tung TELAH DIANGGAP ENTENG, kalau tidak SELURUHNYA
DIREMEHKAN. Kesaksian ini harus bekerja mendatangkan
pertobatan yang dalam; semua orang yang sungguh-sung-
guh menerimanya akan menurutinya dan akan disucikan.‖[90]
Umat sisa yang rendah hati ini akan menerima hujan
akhir dari Roh Kudus untuk menyiarkan kebenaran dengan
kuasa pentakosta yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebagai akibatnya, banyak jiwa akan dituai.[91]
Pekabaran Laodikea haruslah menjadi semakin penting ba-
gi Gereja MAHK. Satu tanda dan titik balik yang signifikan terjadi
dalam pekabaran-pekabaran Alkitab oleh Saudara Jones dan
Waggoner, ketika menerangkan tentang pembenaran oleh
iman di dalam Kristus dalam Pertemuan General Konferens
di tahun 1888.[92] Mereka mengubah khotbah ajaran tradisio-
nal ke dalam khotbah Injil yang berpusat pada Kristus dan
dipenuhi oleh Roh Kudus.
Penekanan ini memperoleh dukungan moral Ellen
White, karena seperti yang dikatakannya, ‗banyak yang telah
kehilangan pandangan kepada Yesus.‖[93] Ketika memprotes
kecenderungan mencari rasa aman dalam kekudusan, ia me-
ngatakan dengan keras: ―Kita tidak boleh khawatir akan apa
yang dipikirkan Kristus atau Tuhan tentang diri kita, melain-
kan khawatirlah tentang apa yang dipikirkan Tuhan tentang
Kristus, Pengganti kita. Kamu diterima di dalam Dia Yang
Kekasih.‖[94]
Akan tetapi, beberapa pemimpin takut bahwa penekanan
keras tentang pembenaran oleh iman seperti itu akan mengabur-
kan ajaran dalam “doktrin-doktrin lama yang baik” dari pekabaran
malaikat ketiga. Namun Nyonya White menolak anggapan ten-
tang pertarungan antara hukum dan Injil sebagai sebuah di-
lema yang palsu. Dalam sebuah artikel yang penuh wawasan
tentang pekabaran Laodikea, yang berjudul ―Repentance, the
Gift of God,‖ ia menulis, ―Beberapa orang telah menulis ke-
pada saya, menanyakan apakah pekabaran tentang pembe-
naran oleh iman adalah pekabaran malaikat ketiga, dan saya
telah menjawab, ‗Pekabaran itu adalah pekabaran malaikat
ketiga yang sesungguhnya.‘[95]
46
Dalam pengumuman yang mengejutkan pikiran ini ia me-
nyatukan pekabaran malaikat ketiga dalam Wahyu 14 dengan
pekabaran Kristus kepada jemaat Laodikea. Ini adalah sebuah
wawasan yang amat dalam, yang memiliki implikasi yang luas ba-
gi fokus utama pekabaran-pekabaran tiga malaikat.
Arthur G. Daniells menjelaskannya sebagai berikut: ―Se-
mua orang yang menerima pekabaran malaikat ketiga harus-
lah mengalami pembenaran oleh iman...Mereka harus menge-
tahui melalui pengalaman pribadi tentang perbuatan regene-
rasi ... Mereka harus mengetahui bahwa kesalahan mereka te-
lah dibatalkan, bahwa mereka telah dibebaskan dari tuntutan
hukuman, dan oleh karenanya siap berdiri di hadapan kursi
pengadilan Kristus. Mereka harus mengetahui melalui penga-
laman yang menang bahwa mereka telah memegang teguh,
dan telah dipelihara, oleh ‗iman kepada Yesus,‘ dan bahwa
melalui iman ini mereka diberi kuasa untuk memelihara hu-
kum-hukum Tuhan.‖[96]
Dapatkah seruan Injil yang mendasar ini menjadi
usang? Pengalaman iman yang menang di dalam Kristus se-
perti itu akan nyata pada kecurahan Roh Tuhan dalam hujan
akhir.[97] Hasil dari penyampaian Injil dalam kepenuhannya
yang berpusatkan kepada Kristus dan yang dipenuhi Roh
Kudus akan menjadi sebuah kebangunan yang sejati: Seruan
nyaring malaikat ketiga telah dimulai di dalam wahyu dan
pembenaran oleh Kristus, Penebus yang mengampuni dosa.
Inilah awal dari terang malaikat yang kemuliaannya akan me-
menuhi seluruh bumi.‖[98]
Jadi, baik kita mengkhotbahkan tentang Sabat, atau Ar-
magedon, atau pertobatan dan kerendahan hati, Kristus ha-
ruslah ditinggikan selalu sebagai Tuhan dan Juruselamat ki-
ta. Ellen White menyatakan: ―Dari seluruh orang yang menga-
ku Kristen, umat MAHK haruslah yang terkemuka dalam me-
ninggikan Kristus di hadapan dunia.‖[99]

Memelihara Terobosan
Sebuah teori tentang kebenaran tidaklah cukup. Setiap
pengkhotbah perlu mengetahui secara pribadi tentang kuasa
Kristus yang menyelamatkan dan menguduskan.
William W. Prescott (1855-1944) berusaha melindungi ke-
bangunan Minneapolis dengan restrukturisasi seluruh sistem dok-
trin kita menjadi pekabaran Injil yang berpusatkan pada Kristus. Ia
menyadari bahwa jikalau Adventisme hendak memiliki peka-
baran yang berpusatkan pada Kristus, ia perlu menjadi lebih
berpusatkan kepada Alkitab dibandingkan kepada doktrin.
Inilah tujuan dari Doctrine of Christ[100] (Doktrin Kristus), yaitu
47
sebuah buku yang ditulisnya untuk digunakan dalam kurikulum
Battle Creek College.
Menurut Prescott, pembenaran oleh iman adalah kebe-
naran Injil yang mendasar dalam Alkitab dan Protestantisme:
―itu adalah pekabaran Paulus, dan juga adalah kebenaran
yang berada dalam inti pekabaran-pekabaran dalam tulisan-
tulisan (surat-surat) yang ditulis selain oleh Paulus, dan ... itu
adalah kebenaran dalam Reformasi besar Gereja Barat.‖[101]
Terpikat oleh pekabaran tentang kebangunan dan reformasi
ini, Arthur G. Daniells (1858-1935) menulis buku Christ Our
Righteousness. Penekanannya adalah bahwa Kekristenan pa-
da dasarnya adalah sebuah hubungan pribadi dengan Satu
Orang, yaitu Yesus Kristus. Yesus haruslah menjadi kuasa
yang memikat, intisari dari pekabaran Advent yang hidup.
Penekanan Daniells mendorong LeRoy Froom (1890-1974)
kepada sebuah pengakuan pencarian jiwa: ―Saya melihat bahwa
saya terlalu sering percaya dan mempercayai pekabaran dari-
pada Seorang Pribadi... Saya telah menempatkan perhatian
dan persekutuan saya dalam sebuah gerakan yang diurapi
oleh Tuhan daripada kepada Kristus yang hidup dari gerakan
itu.‖[102]
Beban ini dihidupkan kembali selama pertemuan awal da-
lam Ministerial Association di San Fransico di tahun 1950.
Arthur S. Maxwell menggarisbawahi poin ini: ―Apakah yang sa-
ya dengar ini? Pengajaran Kristus lebih penting daripada pe-
ngajaran doktrin? Meninggikan Yesus adalah lebih manjur
daripada penafsiran nubuatan? Apakah mungkin, bahwa kita
pada akhirnya telah tersandung pada tujuan utama Tuhan
bagi gerejaNya, rahasia mendasar bagi pekabaran Injil yang
berhasil?‖[103] Maxwell kemudian menjelaskan: ―Terima kasih
Tuhan atas penekanan baru kepada Yesus!‖[104]

Jaminan Kemenangan Akhir


Nasihat-nasihat Kristus kepada umatNya untuk membeli da-
ripadaNya—dengan harga penyerahan diri—“emas yang dimurni-
kan dalam api”, “pakaian putih supaya engkau memakainya” dan
“minyak untuk melumas matamu” (Wahyu 3:18). Kristus mena-
warkan kepada kita kebenaranNya—dipertalikan dan ditanamkan
—di dalam seluruh kepenuhannya. Tersungkur setiap hari pada
Batu Karang penyangkalan diri, bergumul dengan Tuhan seperti
Yakub di sungai Yabok, bersembunyi di balik Manusia Kalvari,
menurut seluruh perintahNya hanya dengan iman semata, me-
nyatakan kasih kepada semua orang—semuanya ini adalah
pembenaran kita.

48
―Kepada mereka yang tiba pada titik itu, dan ber-
diri pada setiap ujian, dan menang, apapun imbalannya,
telah mendengarkan nasihat dari Saksi Yang Benar, dan
mereka akan menerima hujan akhir, dan oleh karenanya
menjadi layak bagi pengubahan.‖[105]

Kristus menjanjikan kepada semua muridNya yang percaya


sebuah kehidupan ―kemenangan yang tiada putus-putusnya,
yang tidak pernah tampak di sini, melainkan dikenali di dalam
kehidupan besar kemudian.‖[106] Ke-144.000 menyatakan ke-
benaran Kristus dalam kemenangan mereka atas ―binatang
dan patungnya‖ (Wahyu 15:2).
Meskipun pernyataan ilahi ini telah digenapi di dalam Israel
yang sejati sejak hari Pentakosta, kitab Wahyu menunjuk kepa-
da satu kegenapan puncak dalam 144.000.

Persiapan Vital
Tanggung jawab kita hari ini adalah membuat persiapan
yang diperlukan untuk menerima hujan akhir. ―Kelegaan‖ ini
melayakkan kita untuk hidup di hadapan Tuhan yang kudus
selama masa kesesakan dan untuk berdiri dalam peperangan
pada hari Tuhan.[107] Kita membutuhkan kuasaNya untuk da-
pat mengalahkan segala kecenderungan yang diwariskan dan
yang tertanam kepada kejahatan, dan ―menyatakan tabiatNya
sendiri ke atas gerejaNya.‖[108]
Hujan akhir tidak akan membawa benih menuju kesem-
purnaan ―kecuali jika sebelumnya hujan awal telah melaku-
kan pekerjaannya.‖[109] Berharap bahwa kuasa hujan akhir
akan melengkapi kekurangan pertumbuhan tabiat yang ber-
langsung terus adalah ―sebuah kesalahan besar.‖[110] Seka-
rang ini, setiap hari, adalah hak istimewa dan kewajiban kita
untuk dibaptiskan oleh Roh Kudus, terus menerus ―meneri-
ma dalam kelimpahan yang tak terbatas.‖[111]

Catatan
1. Lihat William Miller, Evidence from Scripture and History of the Se-
cond Coming of Christ, About the Year of 1843 (Boston: B.B. Mussey,
1840), 8. Di tahun 1833 Miller menerima surat izin dari gereja Baptis
untuk berkhotbah.
2. Miller menyatakan “sesuai dengan pendapat-pendapat seluruh ko-
mentator Protestan yang standar” tentang perlambangan hari-tahun.
Lihat L.E. Froom, Prophetic Faith of our Fathers 4 (Washington DC;
Review and Herald Pub. Assn., 1946-1954):472-73.
3. Tahun 457 seb. Masehi adalah waktu perintah Raja Artasastra untuk
membangun kembali Yerusalem, peristiwa yang dinyatakan dalam
Daniel 9:25.
4. Lihat Miller, 39-58.
49
5. Froom, 473.
6. Lihat ibid., 3:256.
7. W.L. Emmerson, The Reformation and the Advent Movement (Hag-
erstown, MD: Review and Herald Pub. Assn., 1983), 197.
8. Kelima ajaran dasar ini dikutip dari A.L. White, Ellen G. White: Mes-
senger to the Remnant (Washington, DC: Board of Trustees of E.G.
White Publs., 1954), 40.
9. Lihat Early Writings, 258-61; Ellen G.. White, Counsels to Writers and
Editors, 30-31.
10. Lihat Review and Herald 1, No. 1, 7-8.
11. Uriah Smith, The Sanctuary and the Twenty-three Hundred Days of
Daniel VIII 14 (Battle Creek, MI: SDA Pub. Assn, 1877), 102.
12. Ellen G. White Comments, The SDA Bible Commentary 7:971.
13. Ellen G. White, The Great Controversy, 368.
14. Ibid., 405.
15. Ellen G. White, Testimonies 1:37.
16. Ibid., 43.
17. The Great Controversy, 389 (cetak miring ditambahkan); cf. J.N.
Andrews, The Three Messages of Revelation XIV, 6-12 (Battle Creek,
MI: SDA Pub. Assn., 1872), 48-50.
18. The Great Controversy, 390.
19. Testimonies 1:337.
20. Ellen G. White, Spiritual Gifts 1:168.
21. Ibid., 169.
22. Lihat dokumentasi dalam P.G. Damsteegt, Foundations of the Se-
venth-day Adventist Message and Mission (Grand Rapids: William B.
Eerds,ans Pub. Co, 1977), 243.
23. Lihat Damsteegt, bab 2.
24. A. Pieters, Studies in Revelation of Saint John, 43; seperti dikutip da-
lam D.F. Neufeld, “Biblical Interpretation in the Advent Movement,” da-
lam G. M. Hyde, ed., A Symposium on Biblical Hermeneutics (Wash-
ington, DC: Review and Herald Pub. Assn., 1974), 112.
25. Lihat LeRoy Froom, The Prophetic Faith of Our Fathers.
26. Lihat Ibid.
27. Ibid., 3:11..
28. Lihat ibid., vol. 4, charts no. 393, 397.
29. Ibid., bab 9.
30. Ibid., 389-90.
31. Lihat ibid., 4:1209-1210, Appendix A.
32. Ibid., 1209.
33. James White, Signs of the Times, 22 Juli 1880, 330. Lihat James
White, Bible Adventism (Battle Creek, MI: SDA Pub. Assn., tanpa ta-
hun, cetak ulang, Nashville: Southern Pub.. Assn., 1972), 70-72.
34. Hiram Edson, “An Appeal to the Laodicean Church,” Adventist Review
Extra, September 1850, seperti dikutip dalam P.G. Damsteegt, Found-
ations of the Seventh-day Adventist Message and Mission (Grand Ra-
pids: William B. Eerdmans Pub. Co., 1977), 249.
35. Ibid.
36. Augustin C. Bourdeau, “Our Present Position, in the Waiting, Tarrying
Time,” Review and Herald, 28 Mei 1867, seperti ditulis oleh Dam-
steegt, 249.

50
37. Testimonies 1:609. Joseph Bates, The Seventh Day Sabbath a Per-
petual Sign (New Bedford, MA, 1846), 2, seperti dikutip dalam Dam-
steegt, 138.
38. Ibid.
39. Ellen G. White, Life Sketches, 96.
40. Ellen G. White, Comments, The SDA Bible Commentary, 4:1184.
41. Testimonies 3:62.
42. Ellen G. White, Temperance, 238.
43. Testimonies 7:75.
44. Ellen G. White, Prophets and Kings, 170.
45. Ibid., 187-88.
46. Kecuali disebutkan khusus, semua ayat Alkitab diambil dari versi NIV.
47. Lihat P. Lassiter, Once Saved, Always Saved (Nashville: Broadman
Press, 1975).
48. Lihat John Calvin, Institutes of the Christian Religion, Library of Christ-
ian Classics (Philadelphia: Westminster Press, 1967) vol. 20, 21, buku
3, bab 23, bagian 7.
49. Lihat sumbangan penting Ivan T. Blazen, “Justification and Judgment,”
dalam F.B. Holbrook, ed., 70 Weeks, Leviticus, Nature of Prophecy
(Washington DC: Biblical Research Institute, 1986), 339-88.
50. A. Sproule, “‟Judgment Seat‟ or „Award podium‟?” Spire, Spring 1984,
3-5. Ia menekankan, atas dasar 1 Korintus 3:15, “bahwa keselamatan
seorang beriman dan nasib kekalnya adalah sama sekali tidak dalam
bahaya.”
51. H. Travis, Christ and the Judgment of God (Southampton, England:
Marshall, Morgan, and Scott, 1986), 62-64.
52. K. Stendahl, Paul Among Jews and Gentiles (Philadelphia: Fortress
Press, 1983), 103.
53. William Cunningham, A Dissertation of the Seals and Trumpets of the
Apocalypse, edisi 2 (London; T. Cadell, 1817), 280 (edisi ke-3, 1849),
255). Cunningham mengatakan, ―Begitu jauh mereka [para Refor-
mator] dari menyampaikan kepada seluruh penghuni bumi bah-
kan mereka tidak menyampaikan ke seluruh Eropa Kristen. Re-
formasi tidak diizinkan masuk ke dalam beberapa kerajaan yang
berada di bawah kekuasaan Roma. Reformasi sama sekali dike-
luarkan dari Spanyol, Portugal dan Italia.‖
54. Seventh-day Adventists Answer Questions on Doctrine, 617.
55. Ellen G. White, The Desire of Ages, 762.
56. Dikutip dalam Ellen G. White, Historical Sketches (Basel: Imprimerie
Polyglotte, 1886), 189 (cetak miring ditambahkan).
57. Ellen G. White, The Acts of the Apostles, 585.
58. Lihat L.F. Were, The Certainty of the Third Angel’s Message (Berrien
Springs, MI: Cetakan Pertama, 1979), bab 9, tentang pembahasan
mendalam tentang perlambangan Ibrani dalam Wahyu.
59. lihat L.F. Were. The Fall of Babylon in Type and Antitype (Melbourne,
Australia: 1952), 14.
60. J.N. Andrews, The Three Messages of Revelation 14 (Battle Creek,
MI: Review and Herald Pub. Assn., 1892), 51; The Great Controversy,
388-89, 536.
61. The Great Controversy, 50.
62. Andrews, 68.

51
63. Philip Schaff, History of the Christian Church 6 (New York: Charles
Scribner‟s Sons, 1898): 51. Lihat tuduhannya yang lebih besar tentang
gereja-gereja negara Protestan sebagai penganiaya pada hlm. 50-
86.
64. Andrews, 51, 54, 65, 67.
65. p.G. Damsteegt, Foundations of the Seventh-day Adventist Message
and Mission (Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans Pub. Co., 1981),
180.
66. Ibid. 181.
67. Spiritual Gifts 1:140.
68. Ibid, 172.
69. Ellen G. White Comments, The SDA Bible Commentary 7: 985.
70. The Great Controversy, 611.
71. Ellen G. White, Selected Messages, Buku 2, 392.
72. Ellen G. White, Gospel Workers, 148.
73. G.E. Ladd, A Theology of the New Testament (Grand Rapids: Wm. B.
Eerdmans Pub. Co., 1974), 425.
74. Ellen G. White Comments, The SDA Bible Commentary 5:1107.
75. Dokumentasi dalam P.G. Damsteegt, Foundations of the Seventh-day
Adventist Message and Mission (Grand Rapids, MI: William B. Eerd-
mans Pub. Co., 1981), 214.
76. Ibid., 214, 215.
77. The Great Controversy, 609.
78. Spiritual Gifts 1:168. James White telah menuliskan di tahun 1850
bahwa pekabaran tiga bagian dalam Wahyu 14 akan menentukan na-
sib kekal generasi ini (lihat Damsteegt, 217).
79. J.M. Ford, Revelation (Garden City, NY: Doubleday, 1975), 255, men-
catat secara tepat tujuh penghukuman dalam Imamat 26:18-34 (jika
tanpa pertobatan).
80. Die Offenbarung des Johannes, Hb.z.N.T. 16a (Tubingen: 1974), 207.
81. Herodotus Buku 1, dalam Herodotus, A.D. Godley, terj., Loeb Class-
ical Library, vol. 1 (Cambridge, MA: Harvard University Press, 1946):
239-40; Xenophon Cyropaedia 7.5.7-34, dalam Xerophon‟s Cyropae-
dia, W. Miller, Terj. Loeb Classical Library, vol. 2 (Cambridge, MA:
Harvard University Press, 1943): 265-75. H.W.F. Saggs. The Great-
ness That Was Babylon. New York: Hawthorn Books, 1962), 152, ber-
komentar, “Tidak ada alasan untuk menolak kisah itu.”
82. J.B. Pritchard, ed., Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old
Testament, edisi ke-3 (Princeton, NJ: Princeton University Press,
1969). 315 menyatakan, “Tanpa satu peperangan, ia (Marduk) mem-
bawa dia memasuki kotanya, Babel, menghindarkan Babel dari mala-
petaka.”
83. lihat H.K. LaRondelle, The Israel of God in Prophecy: Principles of
Prophetic Interpretation, Andrews University Monograph Series, vol.
13 (Berrien Springs, MI: Andrews University Press, 1987), bab 5, 7.
84. Early Writings, 286.
85. Matthew Bridges, 1851.
86. Early Writings, 119-21.
87. James White, Review and Herald, 13 November 1856, 13.
88. Ibid., 16 Oktober 1856, 189.
89. Testimonies 1:609, dalam 1867.
90. Early Writings, 270.

52
91. Ibid., 271.
92. Ellen G. White, Testimonies to Ministers, 91-92.
93. Ibid., 92.
94. Selected Messages, Buku 2. 32-33.
95. Review and Herald, 1 April 1890, 193.
96. A.G. Daniels, Christ Our Righteousness (Washington DC: Review and
Herald Pub. Assn., 1926), 84-85.
97. Lihat Early Writings, 71.
98. Ellen G. White, Review and Herald, 22 November 1892, 722.
99. Gospel Workers, 156.
100. William W. Prescott, The Doctrine of Christ (Washington, DC: Review
and Herald Pub. Assn., 1920).
101. The Doctrine of Christ, 120.
102. LeRoy Froom, Movement of Destiny (Washington, DC: Review and
Herald Pub. Assn.,1971), 397-98. Lihat juga G. Land, ed. Adventism in
America (Grand Rapids: Eerdmans, 1986), 164-67.
103. Arthur Maxwell, Aflame for God ((Washington, DC: Review and Herald
Pub. Assn.,1951), 111.
104. Ibid., 113.
105. Testimonies 1:187.
106. The Desire of Ages, 679.
107. Lihat Early Writings, 71.
108. The Desire of Ages, 671.
109. Testimonies to Ministers, 506.
110. Ibid., 507.
111. Ellen G. White, The Acts of the Apostles, 50

53

Anda mungkin juga menyukai