Anda di halaman 1dari 10

akar batang daun

rambutan

lengkeng

Cocor bebek

genjer

No Nama Spesies Penampang anatomi daun Deskripsi Karakteristik


Hidrofit
Rambutan a. Penampang transfersal  Epidermis pada rambutan
pada rambutan membentuk poligonal
dengan sisi rata
 Letak stomata rambutan
bertipe hipostomata dan
mempunyai tipe siklositik
 Berdasarkan susunan
b. Stomata pada daun
parenkim palisadenya
rambutan
merupakan daun bifasial.
 Parenkim palisade pada
berjumlah dua lapis

lengkeng a. Penampang melintang  Epidermis pada lengkeng


pada daun lengkeng membentuk poligonal
dengan sisi berlekuk.
 Letak stomata rambutan
bertipe hipostomata dan
mempunyai tipe stomata
yang dikelilingi oleh dua
b. Stomata pada daun
sel tetangga
lengkeng
 Berdasarkan susunan
parenkim palisadenya
merupakan daun bifasial

Cocor bebek a. Sayatan melintang pada  Epidermis tersusun secara


cocor bebek rapih dan hanya tersusun
1 lapisan epidermis
 Mempunyai tipe stomata
kriptor
 tipe penyebarannya
adalah amphistomatic
 terdapat lapisan kutikula

b. Sayatan membujur pada


cocor bebek bagian atas

c. sayatan membujur pada


cocor bebek bagian
bawah

 Sel-sel penyusun
Penampang melintang daun epidermis berbentuk tidak
genjer seragam, tidak beraturan,
tersusun rapat membentuk
satu lapisan padat
 Jaringan epidermis daun
genjer memiliki derivat
berupa stomata daun
 Daun genjer memiliki
stomata pada kedua sisi
atas dan bawah daun,
dikategorikan
amphistomatous
 Daun genjer berkutikula
tipis. Mesofil daun genjer
terdiri atas parenkim
palisade dan parenkim
spons

1. Rambutan

Rambutan (Nephelium lappaceum L.) terma suk suku Sapindaceae, memiliki ciri khas yaitu
adanya rambut-rambut pada kulit buahnya. Sebagi an besar anggota suku ini berbentuk pohon
atau perdu, dan sebagian kecil semak yang tersebar di daerah-daerah tropis, meskipun
beberapa di an taranya juga terdapat di daerah-daerah beriklim sedang (Xia & Gadek 2007).

Penelitian tentang suku Sapindaceae dan anak sukunya telah menjadi tantangan yang sangat
luas sejak pertama kali diusulkan (Radlkofer 1890). Suku Sapindaceae terbagi menjadi empat
anak suku, yaitu Sapindoideae, Hippocastanoide ae, Dodonaeoideae, dan Xanthoceroideae
(Har rington et al. 2009). Beberapa marga anggota Sa pindoideae diketahui secara morfologi
merupakan transisi dari beberapa suku (Radlkofer 1933). Hal tersebut diketahui berdasarkan
jumlah dan tipe ov ul per ruang, morfologi buah, ada atau tidaknya arilus, tipe daun, dan
bentuk kotiledon. Ciri anato mi umumnya memiliki peranan penting dalam tak sonomi
tumbuhan, namun pada Ketiga jenis ini be lum diketahui apakah ciri anatominya memiliki
nilai taksonomi. Pengamatan tentang anatomi da un Sapindaceae masih jarang dilakukan,
sehingga informasinya pun belum banyak diketahui. Pene litian ini bertujuan
menginformasikan ciri anatomi yang dimiliki oleh rambutan dan kultivarnya, serta leci dan
lengkeng yang memiliki nilai taksonomi.

Berdasarkan keberadaan sel tetangga, stomata pada daun rambutan, Stomata pada permukaan
daun rambutan adalah stomata dengan sel tetangga yang membentuk formasi seperti cincin
rapat yang melingkari stomata. Stomata dengan formasi sel te tangga seperti ini disebut
stomata tipe siklositik (Metcalfe 1979). Empat kultivar rambutan yang diamati memiliki tipe
stomata sama. Pertulangan daun pada rambutan, lengkeng, dan leci adalah pertulangan daun
men jala. Stomata pada epidermis pertulangan daun se perti ini menyebar tidak teratur.
Umumnya antara satu stomata dengan stomata lainnya terdapat jarak tertentu yang tidak
berdekatan. Hal ini karena dis tribusi stomata memiliki hubungan sangat erat dengan
kecepatan dan intensitas transpirasi daun. Jarak antar stomata yang terlalu dekat dapat meng
hambat penguapan dari stomata lainnya (Haryanti 2010).

Rambutan memiliki parenkim palisade dengan ukuran sel yang lebar dan pendek. Daun
rambutan memiliki lapisan palisade berjumlah dua lapis. Secara umum, parenkima palisade
adalah jaringan dengan bentuk kolumnar dan tersusun rapat. Sel pada parenkima palisade
berbentuk pipih dan memanjang ke arah epidermis atas dan dapat tersusun dari satu atau lebih
lapisan (Dickison 2000). Susunan ini memaksimalkan efisiensi foto sintesis, karena
penempatan sel berada pada sudut optimum kedatangan cahaya. Parenkima palisade
merupakan zona fotosintesis terpenting bagi ke banyakan daun, karena sejumlah kloroplas
terdis tribusi di dalamnya dan di celah-celah kosong di antaranya.

Parenkima bunga karang pada daun rambut an memiliki ukuran sel yang cenderung lebar dan
pendek. Parenkima bunga karang pada daun leng keng dan leci lebih pipih dan panjang
dibanding kan dengan parenkima bunga karang pada daun rambutan. Parenkima bunga
karang tidak rapat seperti pada parenkima palisade. Banyaknya rongga pada parenkima bunga
karang menyebabkan sel parenkim tidak memiliki bentuk tetap.

2. Lengkeng

Lengkeng (Dimocarpus longan) merupakan salah satu tanaman asli dari Asia Tenggara yang
termasuk dalam famili Sapindaceae.Tanaman lengkeng mempunyai habitus pohon dengan
ketinggian mencapai 40 m (Sunanto, 1990) Daun lengkeng mempunyai daun majemuk
dengan 3-6 pasang helai daun. Bunga berbentuk malai. Buah lengkeng berbentuk kerucut,
ada pula yang bulat, diameter buah mencapai 1-13 cm, berat buah lengkeng mencapai 6-19
gram, berwarna kekuningan pada saat muda dan coklat muda pada saat buah matang. Kulit
buah tipis, permukaan kulit luar buahnya ada yang kasar atau halus. Buah lengkeng memiliki
satu biji yang berbentuk bulat, mengkilap dan berwarna coklat tua sampai hitam (Chiang Mai
University, 2007).

Secara morfologi dan anatomi, dan merupakan organ tumbuhan yang paling bervariasi (Fahn,
1991). Daun merupakan organ penting pada proses fotosintesis Secara morfologi daun
mempunyai keragaman struktur, pada famili yang sama tetapi spesies berbeda struktur
daunnya kemungkinan berbeda. Bahkan pada spesies yang sama tetapi kultivar berbeda juga
mempunyai struktur morfologi yang berbeda. Hal ini juga terlihat pada beberapa kultivar
lengkeng. Secara umum struktur anatomi daun terdiri dari epidermis, mesofil, serta sistem
pembuluh. Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun yang umumnya tersusun atas
satu lapisan sel. Tetapi jumlah lapisan epidermis, ketebalan epidermis, dan ketebalan kutikula
dapa berbeda pada spesies yang sama. Sunarti et al. (2008) mengemukakan mengenai
anatomi pada keempat jenis Averrhoa menunjukkan bahwa pada penampang para dermal
keempat jenis Averrhoa tersebut terdapat perbedaan pada tipe sel epidermis, dinding sel
epidermis atas dan bawah.

Derivat epidermis daun antara lain: trikoma, sel kipas, dan stomata. Trikoma merupakan
salah satu derivat dari epidermis yang berfungsi sebagai rambut pelindung, banyak terdapat
di permukaan daun dan mempunyai bentuk yang bervariasi. Trikoma terdapat dua tipe yaitu
trikoma tanpa kelenjar dan trikoma berkelenjar. Trikoma berkelenjar berfungsi mencegah
penguapan sedangkan trikoma non kelenjar berfungsi sebagai sekresi berbagai bahan pelarut
seperti garam, gula, dan polisakarida lainnya (Syarif, 2009). Modifikasi epidermis yang lain
adalah sel kipas yang terdiri dari sederet sel yang lebih besar dari epidermis dengan dinding
tipis dan vakuola besar, terdapat di bagian permukaan atas daun dan berfungsi pada peristiwa
menggulungnya daun (Soerodikoesoemo dan Santoso, 1987).

3. Cocor bebek

Kalanchoe pinnata atau yang biasa dikenal dengan cocor bebek merupakan tanaman herbal
yang berumur panjang. Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) adalah jenis tanaman sukulen yang
mampu hidup didaerah kering. Tanaman ini dapat ditemukan di daerah tropis seperti
Asia,Australia, makaronesia, galapagos, Hawaii, selandia baru, Melanesia, india barat,
sampai ke polandia. Cocor bebek berasal dari madagaskar yang kemudian menyebar ke
daerah-daerah tropis.

Cocor bebek (Kalanchoe pinnata Lam)merupakan jenis tanaman herbal, dengan tinggi pohon
mencapai 30-100 meter.Cocor bebek merupakan tanaman asli dari Madagaskar. Kesamaan
iklim dan cuaca yang hampir sama dengan Indonesia, membuat cocor bebek tumbuh subur
dan semakin dikenal oleh masyarakat sebagai bahan obat alternatif. Cocor bebek termasuk
pada suku Crassulaceae, tanaman ini tersebar di daerah tropis, ditanam dihalaman rumah
sebagai tanaman hias yang berguna atau tumbuh liar di semak, tepi jalan, dan tempat-tempat
lain yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering.Tanaman cocor bebek tidak hanya
dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan karena
daun cocor bebek mengandung saponin, flavonoid, dan tanin.Daun cocor bebek berbentuk
memanjang atau bulat telur dengan ujung tumpul tepi bergerigi.Setiap helai daunnya tebal,
dan mengandung banyak air.Selain itu, tangkai daunnya bersayap dan dapat
dikembangbiakkan sebagai tanaman atau bibit baru. Jika daunnya dipetik akan membentuk
kuncup-kuncup anak tanaman dalam toreh-toreh pinggiran daunnya. Cocor bebek memiliki
batang yang tegak, dan pangkalnya berkayu dengan bentuk segi empat tumpul atau
membulat.

Tanaman cocor bebek ini berbatang basah, daun tebal di pinggir beringgit, daun banyak
mengandung air dan bentuk daunnya lonjong ataupun bundar panjang. Panjang dari daun
sekitar 5 – 20 cm, lebar 2,5-15 cm, ujung dari daun tumpul, pangkal daun membundar, dan
permukaan daun gundul. Warna daun hijau sampai hijau keabu-abuan. Daun tunggal ataupun
kelihatan seolah-olah seperti berbilang 3 ataupun menyirip berdaun 5. Daun ataupun tajunya
memanjang atau oval, dengan ujung daun yang terlihat tumpul, beringgit ataupun beringgit
rangkap, 5-20 kali 2,5-15 cm.

4. Genjer

Genjer (Limnocharis flava) merupakan tumbuhan darat liar sama seperti kangkung, semanggi
dan bopong yang termasuk pada jenis yang sama, tapi genjer hanya akan tumbuh subur di
lahan yang banyak tergenang air. Tumbuh di lembah sungai, genjer juga mudah ditemui pada
lapisan tanah gembur dan lapisan lumpur yang tergenang air dangkal. Selain itu lahan
persawahan yang digenangi air setelah masa panen atau disela tanaman padi yang masih
muda (Maria 2001). Genjer (L. flava) merupakan tanaman yang hidup di rawa atau kolam
berlumpur yang banyak airnya. Tanaman ini berasal dari Amerika, terutama bagian negara
beriklim tropis. Selain daunnya, bunga genjer muda juga enak dijadikan masakan. Genjer
cocok diolah menjadi tumisan, lalap, pecel, atau campuran gado-gado. Biasanya ditemukan
bersama-sama dengan eceng gondok (Nuarisma, 2012)

Anatomi Tanaman Genjer (Limnocharis flava) Deskripsi histologi daun. Daun genjer
tersusun atas jaringan epidermis, jaringan mesofil, jaringan pengangkut, dan jaringan
penguat. Permukaan atas dan bawah daun genjer dilapisi oleh jaringan epidermis. Sel-sel
penyusun epidermis berbentuk tidak seragam, tidak beraturan, tersusun rapat membentuk satu
lapisan padat. Panjang dinding satu sel epidermis mencapai ±10 m dan ketebalannya
mencapai ±2,5 m. Jaringan epidermis daun genjer memiliki derivat berupa stomata daun.
Stoma merupakan celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau,
dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup (Nugroho et al. 2006).
Penampang melintang daun genjer dapat dilihat pada Gambar 1. Daun genjer memiliki
stomata pada kedua sisi atas dan bawah daun, dikategorikan amphistomatous. Jenis stomata
daun tanaman genjer berdasarkan penampakan stomata dewasa adalah jenis parasit k, yaitu
stoma yang didampingi oleh satu atau lebih sel tetangga yang sejajar terhadap sumbu panjang
dari celah dan sel penjaga (Nugroho et al. 2006). Kerapatan stomata daun genjer pada bagian
epidermis atas dan bawah tidak jauh berbeda, yakni berkisar 90-107/mm2 . Panjang stomata
berkisar 3033 m dan lebar stomata berkisar 16-19 m.

Daun genjer berkutikula tipis. Mesofil daun genjer terdiri atas parenkim palisade dan
parenkim spons. Parenkim palisade terletak di bawah lapisan epidermis daun bagian atas,
tampak tegak lurus dan berbentuk seperti lobus yang bercabang, tersusun dalam deretan yang
rapat dan hanya selapis. Parenkim palisade ini banyak mengandung kloroplas. Ketebalan
parenkim palisade mencapai ±25 m. Parenkim spons berbentuk seperti lobus yang berongga.
Parenkim spons juga mengandung kloroplas namun tidak sebanyak kloroplas pada parenkim
palisade. Rongga-rongga yang terbentuk dari lobus-lobus palisade dan spons diduga
merupakan rongga udara pada daun genjer. Berkas pembuluh daun terdiri atas xilem dan
floem. Sel xilem tampak berukuran besar dan berbentuk tak beraturan. Sel floem tampak
berukuran kecil, tak beraturan, dan tersebar di bawah pembuluh xilem. Berkas pembuluh
dikelilingi oleh lapisan seludang pembuluh yang terdiri atas sel-sel parenkim.

Dokumentasi plot

proses pengukuran plot


Pengukuran kanopi sukun pengukuran kanopi pisang

lokasi plot 6
Hasil perhitungan kanopi
 Pisang 1 239
 Pisang 2 276
 Pisang 3 358
 Sukun 1 388
 Sukun 2 240
 Mahoni 764
 Kelapa 418

Anda mungkin juga menyukai