Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS BEDAH MINOR

EKSTRAKSI KOMPLIKASI GANGREN RADIX GIGI 44

Oleh: Fransiska Kardinal


(041.216.066)

Pembimbing:
drg. Wiwiek Poedjiastoeti,M.Kes,SpBM

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2019
PENDAHULUAN

Ekstraksi Komplikasi adalah pencabutan sisa akar yang tidak dapat diekstraksi
dengan teknik biasa dan harus dilakukan pembedahan gusi.1,2
Pencabutan gigi dengan pembedahan dilakukan dengan membuat
flapmukoperiosteal terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan penghilangan
tulang yang mengganggu pengambilan gigi, selanjutnya dilakukan pemotongan gigi
secara terencana untuk mempermudah pengambilan gigi dan diakhiri dengan
pengembalian jaringan lunak ke tempat semula dan stabilisasi dengan jahitan. 3
Sebelum melakukan ekstraksi komplikasi perlu dilakukan pemeriksaan klinis
dan radiografis untuk memperoleh informasi mengenai kondisi gigi dan tingkat
kesulitan dari pencabutan yang akan dilakukan. Secara klinis, dilakukan evaluasi
mengenai mahkota, jaringan pendukung, dan struktur-struktur penting yang
berdekatan, sedangkan dalam pemeriksaan radiologi dapat diperoleh informasi
mengenai kondisi akar gigi dan tulang yang tidak terlihat dalam pemeriksaan klinis. 4
Pemeriksaan radiografis yang sering digunakan adalah radiografi periapikal.

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekstraksi Komplikasi
Gigi dalam posisi terpendam dalam gusi bisa menginfeksi gusi karena
bakteri pada gigi akan menjalar ke gusi. Jika dibiarkan akan menimbulkan
berbagai keluhan mulai dari terasa bengkak dan dapat menyebabkan kista atau
tumor.5,6
Gejala subjektif yang biasa terjadi adalah bengkak pada gusi yang terdapat
pada gigi yang terpendam. Bila masalah gigi terpendam ini mengganggu, maka
perlu dilakukan pencabutan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut untuk
dilakukan pencabutan gigi, yang dalam istilah kedokteran gigi disebut
dengan ekstraksi komplikasi.7
Ekstraksi komplikasi merupakan operasi kecil untuk mengangkat gigi
yang tidak dapat dicabut dengan teknik biasa. Sebelum dilakukan pencabutan,
gigi yang terpendam perlu dilakukan foto rontgen terlebih dahulu untuk
memeriksa posisi gigi pada tulang rahang. Lamanya pembedahan dan bentuk flap
mukoperiosteal mempengaruhi intensitas dan frekuensi keluhan post operasi. 7

B. Gigi Terpendam
Gigi terpendam adalah gigi yang tertutup oleh gusi sehingga tidak dapat
dicabut dengan teknik ekstraksi biasa. Gigi yang terpendam merupakan akibat
lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal. Karena gigi secara
klinis terpendam dalam gusi, maka akan tertahan seumur hidup pasien, kecuali
dilakukan pembedaan untuk mengeluarkannya.

PEMBAHASAN

3
Gigi yang terpendam gusi dapat diakibatkan oleh lubang besar yang akhirnya
merusak struktur gigi secara luas dan menyisakan sisa akar gigi yang akan terpendam
dalam gusi atau pencabutan yang tidak berhasil dan menyisakan sisa akar gigi yang
tertimbun dalam gusi.
Gigi yang terpendam, dapat terjadi tanpa gejala atau hanya menimbulkan rasa
nyeri tumpul pada rahang, yang menyebar sampai ke leher, telinga dan daerah
temporal (migrain). Hal ini terjadi akibat penekanan gigi pada nervusalveolaris
superior yang terletak didekatnya. Gigi terpendam yang tidak ditangani, dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti infeksi, pembentukan kista atau bahkan
tumor.
Komplikasi dapat timbul pada saat dan setelah pembedahan, misalnya akibat
faktor iatrogenik. Saat pembedahan, dapat terjadi fraktur akar, gigi tetangga goyang,
terdorong ke ruang sinus, bahkan fraktur maksila, walaupun hal ini sangat jarang
terjadi. Komplikasi lain adalah cedera nervusalveolaris superior yang mengakibatkan
parestesia labial superior.

LAPORAN KASUS
4
Mahasiswa : Fransiska Kardinal
NIM / NIP : 041.216.066
Kasus ke : Kasus ke-1 untuk CST dan LK Modul 5.
(Gangren Radix gigi 44)
Pembimbing : drg. Wiwiek Poedjiastoeti,M.Kes,SpBM

Identitas Pasien
Nama Pasien : Dewi
Nama Orang Tua :
Ayah : Rahmat Suku : Jawa Pekerjaan : Karyawan swasta
Ibu : Yuyun Suku : Jawa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Wanita
Tanggal Lahir : 09 Juli 1980
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Berat Badan : 69 kg Tinggi Badan : 170 cm
Keinginan Pasien : Pasien ingin mencabut gigi belakang bawah kanan yang terasa
kasar

Laporan tindakan dan perawatan:


1. Temuan kasus:
Seorang pasien wanita usia 39 tahun datang ke RSGM Usakti dengan keluhan
gigi belakang bawah kanan terasa mengganggu saat makan dan ingin dicabut.
Gigi sebelumnya pernah sakit 2 tahun yang lalu dan lama kelamaan gigi patah
karena tidak dirawat. Gigi sekarang sudah tidak sakit lagi.
Riwawat kesehatan pasien: pasien tidak sedang dalam
perawatan dokter, pasien tidak pernah menderita penyakit seperti
diabetes, hipertensi, rheumatic fever, inflammatory rheumatism,
jaundice, hepatitis, HIV, TBC, veneral disease, serangan jantung, dan
gastric ulcer. Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat aspirin,
5
penicillin, dan anastetikum. Pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan. Pasien pernah mengalami sakit gigi, gusi sering berdarah
saat menyikat gigi, dan pernah mencabut gigi sebelumnya.
Pada pemeriksaan umum pasien: tekanan darah 110/80mmHg,
frekuensi nadi 72X/menit, dan frekuensi respirasi 16x/menit. Wajah
pasien simetris. Pemeriksaan sistemik tidak dilakukan
Pemeriksaan ekstraoral meliputi inspeksi, palpasi tidak ada
kelainan. Kelenjar limfe tidak teraba, tidak sakit. Kelenjar saliva tidak
ada kelainan.
Pada pemeriksaan intra oral: pergerakan sendi rahang tidak ada
kelainan. Gingiva pasien tampak kemerahan, oedem dan hilangnya
stippling. Mukosa alveolar, mukosa labial, bibir, mukosa bukal, palatum
keras dan lunak, lidah, dan dasar mulut tidak ada kelainan.
Pemeriksaan klinis gigi 21 sondasi (-), perkusi (+), palpasi (-),
dan kloretil (-). (Gambar 1)

Gambar 1. Foto klinis gigi 44

Pada pemeriksaan rontgen foto: Gigi 44 terdapat gambaran


radiolusen pada 1/3 oklusal – 1/3 servikal mahkota yang merupakan
karies mencapai pulpa, terlihat 1 akar klinis dan 1 saluran akar,
ligament periodontal menghilang pada 1/3 apikal, lamina dura
menghilang 1/3 tengah – 1/3 apikal, pada bagian periapikal terdapat
gambaran radiolusen berbatas tidak jelas, tidak tegas yang
menyerupai abses periapikal. Radiodiagnosis rontgen foto gig 44
adalah gangrene radix gigi 44 disertai abses periapikal.

6
Gambar 2. Foto rontgen gigi 44

Tabel 1. Hasilpemeriksaandarah
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Hematologi lengkap
Hemoglobin 11.9 11.7-15.5 g/dL Perempuan, dewasa
Hematokrit 36.7 35-47 % Perempuan, dewasa
Eritrosit 4.58 3.8-5.2 10^6/µL Perempuan, dewasa
Nillainilai MC
- MCV 80.1 80-100 fL Dewasa

- MCH 26 26-34 pg Dewasa


- MCHC 32.4 32-36 g/dL 5 tahun -dewasa
RDW-CV 13.3 11.5-14.5 % Dewasa
Trombosit 339 150-440 10^3/µL Dewasa
Leukosit 9 3.6-11 10^3/µL Perempuan, dewasa
Hematologi
Waktu pendarahan 2 1-6 Menit
Waktu pembekuan 9 5-15 Menit

Tahapan Ekstraksi Komplikasi Gigi 44


1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis ekstraoral dan intraoral.
3. Foto klinis & foto rontgen periapikal sebelum tindakan

4. Pengukuran tekanan darah pasien (mmHg), frekuensi nadi, dan frekuensi


pernapasan.

7
5. Sterilisasi, universal precaution, dan persiapan seluruh armamentarium
ekstraksi

6. Persiapan posisi pasien, tinggi kursi unit, dan posisi operator.


7. Isolasi pasien dengan kain operasi dan asepsis ekstraoral serta intraoral
menggunakan povidone iodine

8. Anestesi topikal precaine dioleskan dengan cotton roll pada area mukosa bukal
dan palatal

9. Anestesi infiltrasi pada mukosa bukal gigi 25 untuk membius n. Alveolaris


superior medialissebanyak 1,5 cc dan palatal untuk n. palatinus majus. Dan
dilakukan pengecekan pada bagian yang telah teranastesi.

8
10. Melakukan insisi pada area mukosa gigi 25menggunakan pisau blade
sesuai dengan design flap yang telah ditentukan sehingga tulang alveolar
tampak terlihat.

11. Membuang tulang pada bagian bukal menggunakan bur fissure sehingga
hambatan yang menjadi penghalang bagi gigi 25 hilang,lalu ungkit gigi 25
menggunakan bein pada sisi mesial dan ekstraksi menggunakan forcep
sisa akar rahang atas.

9
12. Setelah gigi 25 berhasil diekstraksi, soket diperiksa kembali apakah
terdapat pecahan akar yang tertinggal dan apakah terdapat tulang yang
tajam agar dihaluskan dengan bone file. Selanjutnya lakukan debridement:
soket dikuretase sampai bersih dan diirigasi / di-spooling dengan
povidone iodin.

13. Aplikasikan dental gel oxyfresh pada soket bekas pencabutan sebelum
dilakukan penjahitan.

14. Mengembalikan flap dan lakukan penjahitan

10
15. Pasien diberi instruksi paska bedah:
 Area paska bedah tidak boleh disentuh jari maupun dimainkan dengan
lidah
 Tidak boleh makan dan minum terlalu panas dan pedas
 Tidak boleh berkumur terlalu keras
 Tidak boleh minum menggunakan sedotan
 Jangan menghisap-hisap area paska bedah
 Jangan menggigit-gigit bibir maupun pipi yang masih dalam keadaan
terbius
 Jangan menyikat area pencabutan sewaktu menggosok gigi

16. Kontrol kedua (1 minggu paska bedah):

KESIMPULAN

11
Gigi terpendam adalah gigi yang tertutup oleh gusi sehingga tidak dapat
dicabut dengan teknik ekstraksi biasa. Suatu gigi mengalami terpendam akibat lapisan
tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal. Pengambilan gigi tersebut harus
dilakukan pembedahan yang disebut ekstraksi komplikasi.
Pada kasus ini, gigi 25 dengan diagnosis gangren radiks akan dilakukan
ekstraksi komplikasi yang diawali dengan asepsis ekstraoral dan intraoral, anestesi,
pengeburan tulang, penggunaan bein dan forceps untuk mengambil gigi, penggunaan
bone file dan kuret, debridement dengan spooling menggunakan povidone iodin dan
terakhir dilakukan penjahitan untuk mengembalikan flap.

DAFTAR PUSTAKA
12
1. Archer H. Oral and maxillofacial surgery. WB. Saunders Company.
2. Jude R, Hororwitz J. A case report ectopic molars that cause osteometal complex
obstruction. JADA. 1995.
3. Savitri E, Alhamid A. Teknikpenentuanlokasigigi molar tigarahangbawahimpaksi.
4. Wang Chun-Cheng, Kok Sang-Heng, Hou Lien-Tuan. Ectopic mandibular third
molar in the ramus region: report of a case and literatur review. Oral Surg Oral
Med Oral Pathol Oral RadiolEndod. 2008
5. Faculty of Dental Surgery RCS. Current clinical practice and parameters of care:
the management of patient with third molar (syn: wisdom) teeth. Lincoln’s Inn
fields; 1997.
6. Shivashankara C, Manjunatha BS, Tanveer A. Ectopic mandibular third molar in
subcondylar region: Report of a rare case. Oral Maxillofac Surg. 2012;
7. Anderson JO, Peterson JK, Laskin DM, editors. Textbook and color atlas of tooth
impactions 1 st ed. St. Louis: Mosby Year Book. 1997.

13

Anda mungkin juga menyukai