Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada NEONATUS MEGACOLON dengan

Masalah Keperawatan Konstipasi

Dosen Pembimbing :

Nurul Hidayah A, S.Kep., Ns, M.Kep

KELOMPOK 14

1. Renanda Angga Widrajatmiko (181301049)


2. Richa Dwiyana Andriani (181301050)
3. Risma Imroatun Nafisah (181301051)
4. Sekti Miranda Aliffiyanti (181301052)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN TATANAN NYATA

NamaKelompok : Kelompok 14

Anggota Kelompok :

1. Renanda Angga Widrajatmiko (181301049)


2. Richa Dwiyana Andriani (181301050)
3. Risma Imroatun Nafisah (181301051)
4. Sekti Miranda Aliffiyanti (181301052)

Asuhan keperawatan pada NEONATUS MEGACOLON dengan Masalah


Keperawatan Konstipasi dilaksanakan pada tanggal 27 November 2020 telah
disahkan sebagai Laporan tatanan nyata Semester IV pada prodi S1 Keperawatan
Stikes PEMKAB JOMBANG.

Jombang, 27 November 2020

Mengetahui
Pembimbing Pendidikan

Nurul Hidayah A, S.Kep., Ns, M.Kep


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonates.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital
dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di
kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat
berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian
dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion
dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald
Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863.
Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas.
Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa
megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan
peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung
di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000
kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay
kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi
dengan penyakit hisprung..
Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya
kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir,
muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung
diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui
pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema,
rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan
teraupetik yaitu dengan pembedahan dan colostomi.
B. TUJUAN
Asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah
pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu
keperawatan mengenai penyakit hisprung. Asuhan keperawatan ini juga dibuat
untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Hisprung
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari
anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus
menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-
beda untuk setiap individu.
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus.
(Ngastiyah, 1997 : 138).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan
obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus.
(Donna L. Wong, 2003 : 507).
2. Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
a. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan
70% dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada
anak laki-laki dibanding anak perempuan.
b. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun
prempuan.(Ngastiyah, 1997 : 138)
3. Etiologi Hisprung
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus
dan submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding
usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus
Auerbach di kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian
bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan
pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
a. Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”.
b. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding
pleksus. (Suriadi, 2001 : 242).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir
a. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
b. Muntah berwarna hijau
c. Distensi abdomen, konstipasi.
d. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja /
pengeluaran gas yang banyak.
Karena gejala tidak jelas. Gejala pada anak yang lebih besar  waktu lahir.
a. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
b. Distensi abdomen bertambah
c. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
d. Terganggu tumbang karena sering diare.
e. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
f. Perut besar dan membuncit.
5. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum
dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik )
dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat
berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz,
Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke
segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan
terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson )
.
6. PATHWAYS

Tidak ada segmen aganglionic

Peristaltik abnormal

Obstruksi pada kolon Spasme usus

Akumulasi mekonium (feses


Konstipasi pada kolon pertama bayi baru lahir, yang
kental, lengket dan berwarna
kehijauan) pada usus besar

Perut membesar Pembengkakan


dan distensi Distensi abdomen
pada kolon

Menganggu Pembedahan Gangguan rasa nyaman


pola nafas

Resiko infeksi Mual muntah

Resiko kekurangan nutrisi


7. Manifestasi Klinis
a. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
b. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat
tinja seperti pita.
c. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
d. Nyeri abdomen dan distensi.
e. Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi, 2001 : 242)
a. Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan
evaluai mekonium.
b. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang
membaik secara spontan maupun dengan edema.
c. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan
yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
d. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam. Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
e. Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer, 2000 : 380)
 Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen.
 Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh
(Betz, 2002 : 197)
8. Komplikasi
a. Gawat pernapasan (akut)
b. Enterokolitis (akut)
c. Striktura ani (pasca bedah)
d. Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz, 2002 : 197)
a. Obstruksi usus
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
c. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 241)
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat
penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
b. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada
penyakit ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
a) Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
kolon.
b) Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
kolon.
c) Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
d) Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter
interna dan eksterna.
e) (Betz, 2002 : 197).
10. Penatalaksanaan
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan
kolostomi loop atau double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3-4 bulan),
lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut :
a. Prosedur Duhamel : Penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik.
b. Prosedur Swenson : Dilakukan anastomosis end to end pada kolon
berganglion dengan saluran anal yang dibatasi.
c. Prosedur saave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap
utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus.
d. Intervensi bedah
Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang
mengalami obstruksi. Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan
teknik pull-through dapat dicapai dengan prosedur tahap pertama,
tahap kedua atau ketiga, rekto sigmoidoskopi di dahului oleh suatu
kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur kedua.
1) Persiapan prabedah
a) Lavase kolon
b) Antibiotika
c) Infuse intraven
d) Tuba nasogastrik
e) Perawatan prabedah rutin
f) Pelaksanaan pasca bedah
 Perawatan luka kolostomi
 Perawatan kolostomi
 Observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan
peningkatan suhu.
 Dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk
diterima. Orangtua harus belajar bagaimana menangani anak
dengan suatu kolostomi. Observasi apa yang perlu dilakukan
bagaimana membersihkan stoma dan bagaimana memakaikan
kantong kolostomi. (Betz, 2002 : 198)
B. ASUHAN TEORI KEPERAWATAN HIRSPRUNG
1. Pengkajian
a. Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam
setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan
bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
e. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
f. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
h. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
i. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
j. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihatcapilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus
dan tidak adanya daya dorong.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang inadekuat.
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
a. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan
perawatan kolostomi.
3. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis
usus dan tidak adanya daya dorong.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria
defekasi normal, tidak distensi abdomen.
Intervensi :
1) Monitor cairan yang keluar dari kolostomi.
2) Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan
rencana selanjutnya
3) Pantau jumlah cairan kolostomi.
4) Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk
penggantian cairan
5) Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi.
6) Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi
terganggu.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang inadekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi
diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral
Intervensi :
1) Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
2) Pantau pemasukan makanan selama perawatan.
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-
3400 kalori
3) Pantau atau timbang berat badan.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak
mengalami dehidrasi, turgor kulit normal.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah
selanjutnya
2) Monitor cairan yang masuk dan keluar.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
3) Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi
abdomen.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak
menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur.
Intervensi :
1) Kaji terhadap tanda nyeri.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah
selanjutnya
2) Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus,
ketenangan.
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
3) Kolaborsi dengan dokter pemberian obat analgesik sesuai program.
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada
sistem saraf pusat
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah.
Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan
buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air
besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak.
Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami
dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk
tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang
baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya
dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
B. SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U
Pendit. Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^.
Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 .
Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulap
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada NEONATUS MEGACOLON dengan

Masalah Keperawatan Konstipasi

KASUS

Bayi Z perempuan usia 10 hari datang dengan keluhan tidak bisa BAB 3 hari
sejak dilahirkan. Pasien lahir spontan dengan BB 2900 gr dibantu oleh dokter
Obgyn. Saat lahir bayi tidak menangis dan berwarna biru, setelah mulut
dibersihkan bayi kemudian menangis. Setelah stabil pasien dipulangkan setelah
dirumah pasien demam dan perutnya membesar, pasien tidak bisa BAB dan
ditemukan distensi abdomen. Riwayat meconium keluar pada hari ke-3 setelah
kelahiran. Saat hamil ibu pasien rutisn periksa ke bidan dan dokter kandungan.

TTV : S = 36,8 Derajat C

N = 110/70 mmHg

RR = 30x/Menit

Hasil Foto Colon Inloop :

Kesan : Menyokong gambaran megacolon congenital.

Terapi : Infus D5 ¼ NS 250 CC/24 Jam

ASI 12x30 CC

Pemeriksaan Laboratorium

HB : 13,3 mg/dl

HCT : 39%

Leukosit : 6,3 10^3/µL

Eritrosit : 3,83 10^3/µL

GDS : 59 gr/dl

Ca : 0,84 mEq/L

K : 5, 56 mEq/L

Na : 138,8 mEq/L

Clorida : 107,5 mEq/L


PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 25 November 2019

Tanggal Pengkajian : 27 November 2019

Jam Pengkajian : 10.00 WIB

1. IDENTITAS DATA
Biodata Klien :

Nama pasien : Bayi Z

Usia : 10 hari

Jenis kelamin : Perempuan

Diagnosa Medis : Megacolon Congenital

Nama Ayah : Tn. R

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu : Ny. R

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Temu giring, Batan krajan, Mojokerto

2. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama :
Ibu pasien mengatakan bayi tidak bisa BAB 3 Hari sejak
dilahirkan.
b. Riwayat penyakit sekarang :
3 hari setelah dilahirkan anak tidak BAB, Saat lahir bayi tidak
menangis dan berwarna biru, setelah mulut dibersihkan bayi
kemudian menangis. Setelah stabil pasien dipulangkan setelah
dirumah pasien demam dan perutnya membesar, pasien tidak bisa
BAB dan ditemukan distensi abdomen. Riwayat meconium keluar
pada hari ke-3 setelah kelahiran.
3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1) PRENATAL : Selama hamil ibu memeriksakan
kehamilannya secara teratur dibidan dan dokter kandungan.
2) INTRA NATAL : Pasien lahir spontan dengan dengan BB
2900 gr dibantu oleh dokter Obgyn. Saat lahir bayi tidak menangis
dan berwarna biru, setelah mulut dibersihkan bayi kemudian
menangis.
3) POST NATAL : Pemeriksaan bayi dan masa nifas
dilakukan di bidan.

4. RIWAYAT MASA LAMPAU


1) Penyakit waktu kecil :Riwayat tidak bisa BAB 3 hari sejak
dilahirkan.
2) Pernah dirawat dirumah sakit : Belum pernah sakit yang
mengakibatkan harus dirawat di RS.
3) Obat-obat yang digunakan : Anak belum pernah diberikan obat
sendiri selain petugas kesehatan.
4) Tindakan (Operasi) : Belum pernah.
5) Alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan
ataupun obat-obatan.
6) Kecelakaan : Bayi Z belum pernah mengalami
kecelakaan.
7) Imunisasi : Bayi Z belum pernah di imunisasi

5. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :

: Wanita : Garis
keturunan

: Pria : Garis
pernikahan

: Bayi.A Tinggal
serumah

X: Meninggal

Ibu bayi Z mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang


mengalami penyakit seperti yang bayi Z alami.

6. KESEHATAN FUNGSIONAL

1. Manajemen kesehatan dan presepsi kesehatan : Orang tua klien selalu


memeriksakan kesehatan dirinya saat hamil dan saat anaknya sakit pada
petugas kesehatan atau di Rumah Sakit.
2. Nutrisi :
Ibu klien mengatakan pada saat diberi ASI kekuatan menghisap ASI
melemah.
3. Aktivitas/pola latihan : Menangis, bayi Z biasa di mandikan oleh ibunya
dengan menggunakan waslap basah dan diganti pakaian bersih dan
nyaman.
4. Tidur dan istirahat :
 Pola tidur : Bayi tidur cukup 8-9 jam
 Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada kebiasaan khusus
biasanya menangis
5. Eliminasi :
 BAB : Tidak bisa BAB 3 Hari sejak dilahirkan
 BAK : Menurut ibu klien dalam sehari bisa mengganti popok
sebanyak 3 kali sehari.
6. Pola hubungan
 Yang mengasuh : Bayi diasuh sendiri oleh
orangtuanya
 Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
 Hubungan anak dengan keluarga : Baik
 Lingkungan rumah : Lingkungan rumah bersih,
rumah semi permanen milik sendiri ventilasi cukup sinar matahari
cukup, lantai tanah atap genteng.
7. Koping keluarga
Stresor pada keluarga : Anak dan keluarga cukup familiar dengan petugas
RS. Stresor yang paling dihadapi sekarang adalah kesehatan anaknya. Bapak
dan ibu mengatakan cemas dengan anaknya yang demam dan perut yang
membesar dikarenakan anak tidak bisa BAB dan ditemukan distensi
Abdomen.
8. Kognitif dan persepsi :
 Pendengaran : Bayi tidak mengalami gangguan pendengaran
 Penglihatan : Normal
 Penciuman : Normal
 Taktil : Anak bisa menghisap puting susu ibu dan mengenyut dot
susu formula.
9. Konsep diri : Ibu mengatakan bahwa saat lahir bayi tidak menangis dan
berwarna biru, setelah mulut dibersihkan bayi kemudian menangis.
10. Seksual : Bayi berjenis kelamin perempuan, saat dilakukan pemeriksaan
fisik tidak ada kelainan genetalia pada bayi.
11. Nilai dan kepercayaan : Bayi dilahirkan pada lingkungan keluarga
beragama Islam, rajin dan taat beribadah. Orang tua klien menyakini bahwa
anaknya bisa sembuh karena ia berharap dan percaya pada kuasa allah SWT.

7. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah, pasien tampak pucat
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,8 derajat celcius
TD : 110/70 mmHg
RR : 30x/menit
1) Kepala dan Rambut
I : Bentuk kepala simetri, kulit kepala bersih,
P : Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan
2) Mata
I :Simetris kiri dan kanan. Konjungtiva tidak anemis. Sclera tidak
icteric. Tidak buta warna, mata nampak cekung, gerakan mata
normal, pupil isokor.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan (+)
3) Hidung
I : Simetris kiri dan kanan, Reaksi alergi tidak ada, tidak ada
pembengkokan pada septum nasi. Tidak ada sumbatan benda
asing,tampak bersih
P : Tidak ada nyeri tekan di sinus maksilaris, tidak ada nyeri tekan
seputum
4) Mulut dan tenggorokan
I : Warna bibir pucat, tidak terdapat bibir sumbing, tidak terdapat
bau mulut, Tidak ada karies, Tidak ada pendarahan pada gusi,
Mukosa bibir kering, Lidah terlihat bersih, Tidak ada kesulitan
menelan.
P : Tidak ada nyeri tekan di pipi, tidak ada palatum
5) Dada dan axiala
I : Simetris kiri dan kanan, Tampak bersih, Areola hiperpigmentasi
P : Tidak ada nyeri tekan.
6) Pernafasan
Jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan atau tarikan intercostae, tidak ada suara tambahan seperti
ronchi.
7) Sirkulasi jantung
I :Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran jantung
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Redup
A : Suara iarama jantung teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung.
8) Abdomen
I : Abdomen nampak membesar, kembung.
P : Ada nyeri tekan dikuatdran kiri bawah, perkusi hipertimpani.
9) Genitourinary
Genetalia tidak ada kelainan
10) Ekstremitas (integument/muskuloskeletal)
Turgor kulit turun , wana kulit sawo matang (kecoklatan).
Kekuatan otot kaki tampak lemah bila gerak

8. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1) Diagnosa Medis : Megacolon Congenital
2) Terapi medis :

Infus D5 ¼ NS 250 CC/24 Jam

ASI 12x30 CC

3) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
HB : 13,3 mg/dl
HCT : 39%
Leukosit : 6,3 10^3/µL
Eritrosit : 3,83 10^3/µL
GDS : 59 gr/dl
Ca : 0,84 mEq/L
K : 5, 56 mEq/L
Na : 138,8 mEq/L
Clorida : 107,5 mEq/L

9. ANALISA DATA
Nama Klien :Bayi. Z
Tanggal : 27 November 2019
Diagnosa Medis : Megacolon Congenital
Usia : 10 Hari

DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH

1. Ds : ibu pasien mengatakan bayi Aganglionik Konstipasi


tidak bisa BAB 3 hari sejak (Hircsprung/
dilahirkan Megacolon)
Do :
- Distensi Abdomen

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Konstipasi berhubungan dengan Aganglionik
11. INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen Konstipasi
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi
aganglionik selama 1x24 jam - Periksa tanda dan
diharapkan gejala konstipasi
konstipasi dapat - Identifikasi factor
teratasi. risiko konstipasi
Kriteria Hasil : Terapeutik
1. Keluhan - Lakukan massase
defekasi lama abdomen
dan sulit Edukasi
menurun (5) - Anjurkan
2. Distensi peningkatan asupan
abdomen cairan, jika tidak
menurun (5) ada kontraindikasi
3. Konsistensi - Ajarkan cara
membaik (5) mengatasi
4. Frekuensi konstipasi
defekasi Kolaborasi
membaik (5) - Konsultasi dengan
5. Peristaltic usus tim medis tentang
membaik (5) penurunan/peningka
tan frekuensi suara
usus
12. IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

No Dx. KEP TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI/


RESPON KLIEN TTD
1. Konstipasi 27 Nov 2019
berhubungan 09.00 - Memeriksa tanda
dengan dan gejala
konstipasi
Aganglionik
- Mengidentifikasi
factor risiko
konstipasi

28 Nov 2019 - Melakukan


13.00 massase abdomen
- Menganjurkan
peningkatan asupan
cairan, jika tidak
ada kontraindikasi

29 Nov 2019 - Mengajarkan ibu


10.00 px cara mengatasi
konstipasi

Anda mungkin juga menyukai