OLEH
KELOMPOK 5
AVISHA PUTRI SUNDAPA 20177002
TIFFANY MANTOVIANA 20177013
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. YUNI AHDA, S.Si, M.Si.
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya dalam menyelesaikan makalah yang
berjudul “Apoptosis (Program Kematian Sel)”, sehingga dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang, program
kematian sel diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita.
Selaku manusia biasa, makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan
dan kekeliruan yang tidak disengaja. Saran dan masukan sangat kami harapkan,
dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
dalam bidang pendidikan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kematian Sel yang diprogram (Apoptosis)................................... 3
B. Apoptosis di Mediasi oleh Cascade Proteolitik Intraseluler.......... 4
C. Procaspases Diaktifkan dengan Mengikat Protein Adapter........... 6
D. Regulator Intraseluler yang Berperan dalam Program
kematian Sel ................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Apoptosis diperkenalkan oleh Kerr, Wylie dan Currie. Istilah ini berasal
dari bahasa Yunani, yang artinya gugur dalam analogi pohon atau kelopak bunga.
Hal ini menekankan bahwa kematian merupakan bagian integral dan penting dari
siklus hidup organisme. Apoptosis memainkan peranan penting dalam
perkembangan organisme multiseluler dalam regulasi dan pemeliharaan sel dalam
jaringan.
Mekanisme pemicu kematian sel dapat berasal dari sinyal dalam sel (jalur
intrinsik) dan dari luar sel (jalur ekstrinsik) yang diregulasi berbagai protein yang
memegang perananan penting dalam mengaktifkan apoptosis. Disregulasi sinyal
apoptosis (terlalu sedikit atau terlalu banyak) menimbulkan gangguan bagi tubuh.
1
2
Gambar 1.
(A) Cakar pada embrio tikus telah diwarnai dengan pewarna yang secara
khusus memperlihatkan sel-sel yang telah mengalami apoptosis. Sel-sel
apoptosis ditandai sebagai titik hijau terang antara jari yang berkembang.
(B) Kematian sel interdigital menghilangkan jaringan antara jari yang
berkembang, seperti yang terlihat satu hari kemudian, sedikit atau ada sel
apoptosis yang dapat dilihat (Alberts B,dkk, 2008).
3
4
Pada banyak kasus lainnya, kematian sel membantu mengatur jumlah sel.
Dalam perkembangan sistem saraf misalnya, kematian sel menyesuaikan jumlah
sel saraf untuk menyesuaikan dengan jumlah sel target yang memerlukan inervasi.
Pada jaringan dewasa, kematian sel hampir menyeimbangkan pembelahan sel.
Jika tidak demikian, jaringan akan tumbuh atau menyusut (Albert, 2008).
Jika bagian dari hati akan dihapus dalam tikus dewasa, maka proliferasi sel
hati meningkat untuk menebus kehilangan sel tersebut. Sebaliknya, jika tikus
diobati dengan obat Fenobarbital yang merangsang pembelahan sel hati (dengan
demikian terjadi pembesaran hati) dan kemudian pengobatan fenobarital
dihentikan, apoptosis pada hati meningkat sampai hati telah kembali ke ukuran
aslinya, biasanya dalam seminggu atau lebih. Jadi, hati yang ada pada ukuran
konstan melalui regulasi tingkat kematian sel dan regulasi tingkat kelahiran sel
(Albert; 2008).
berupa sel akan mati dengan rapi, tanpa menimbulkan kerusakan pada sel
tetangga, sel akan menyusut dan memadat, sitoskeleton hilang, membran nukleus
terbongkar, DNA terpecah menjadi fragmen, permukaan sel berubah membentuk
lobus-lobus yang berupa badan apoptotik yang akhinya terpisah. Kemudian
permukaan sel akan diubah sehingga menampilkan sifat yang menyebabkan
kematian sel akan dipercepat oleh fagositosis, baik oleh sel tetangga atau oleh
makrofag (sel fagositik khusus) sebelum kebocoran isinya terjadi.
Perubahan morfologi adalah konsekuensi dari peristiwa molekuler dan
karakteristik biokimia yang terjadi dalam sel yang mengalami apoptosis, terutama
aktivasi enzim proteolitik yang akhirnya menyebabkan pembelahan DNA serta
pembelahan banyak substrat protein tertentu yang biasanya menentukan integritas
dan bentuk sitoplasma atau organel. Apoptosis berbeda dengan kematian sel yang
diakibatkan nekrosis (Albert, 2008).
Selama nekrosis, isi selular dilepaskan tidak terkendali ke lingkungan sel
yang mengakibatkan kerusakan sel-sel sekitarnya dan respon inflamasi yang kuat
dalam yang sesuai jaringan. Apoptosis berbeda dengan kematian sel akibat
nekrosis yang mengakibatkan hilangnya integritas membran, pembengkakan dan
disrupture dari sel-sel. Selama nekrosis, isi selular dilepaskan tidak terkendali ke
lingkungan sel yang mengakibatkan kerusakan sel-sel sekitarnya dan respon
inflamasi yang kuat dalam yang sesuai jaringan (Gewies, 2003).
Gambar 3. Memperlihatkan sel yang mengalami nekrosis, terlihat bagian isi sel
yang berhamburan ke luar, hal ini dapat merusak sel tetangga,
sedangkan apoptosis diperlihatkan pd gambar B dan C, terlihat sel
tetap rapi, dengan sitoplasma memadat, terdapatnya vakulola yg besar.
6
Gambar 4. (A) Setiap protease bunuh diri dibuat sebagai proenzim inaktif
(procaspase), yang biasanya diaktifkan oleh pembelahan proteolitik
oleh anggota kelompok caspase lainnya. Sebagaimana ditunjukkan,
dua fragmen pembelahan berasosiasi untuk membentuk situs aktif
caspase tersebut. Enzim aktif dianggap sebagai dua tetramer dari unit-
unit lainya (tidak ditampilkan). (B) Setia molekul caspase yang
diaktifkan bisa membelah banyak molekul procaspase, sehingga
menjadi aktif. Dengan cara ini, aktivasi awal dari sejumlah kecil
molekul procaspase (disebut caspase inisiator) dapat memimpin,
melalui memperkuat reaksi berantai (kaskade), untuk aktivasi
sejumlah besar molekul procaspase. Beberapa caspase yang diaktifkan
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada organisme multiseluler, sel-sel yang tidak lagi dibutuhkan atau
merupakan ancaman bagi organisme dihancurkan oleh proses bunuh diri sel yang
diatur secara ketat yang dikenal sebagai sel mati terprogram, atau apoptosis.
Apoptosis dimediasi oleh enzim proteolitik disebut caspases,
yang memicu kematian sel dengan membelah protein tertentu di dalam sitoplasma
dan inti sel (nukleus). Caspase terdapat pada semua sel sebagai prekursor yang
tidak aktif, atau disebut juga procaspases, yang biasanya diaktifkan oleh
pembelahan oleh caspase lainnya, menghasilkan kaskade caspase proteolitik.
Semua sel hewan bernukleus mengandung benih-benih kehancuran mereka
sendiri, dalam berbagai bentuk procaspases inaktif yang menunggu sinyal untuk
menghancurkan sel. Proses aktivasi dimulai oleh sinyal kematian ekstraseluler
atau intraselular, yang menyebabkan molekul adaptor intraselular untuk
berkumpul dan mengaktifkan procaspase. Aktivasi caspase diatur oleh keluarga
protein Bcl-2, p53 dan IAP.
DAFTAR PUSTAKA
Sharma HP, Amit P, Jain P. 2014. Apoptosis (Program Cell Death) A-Review.
Albert. Volume 3, issue 4, 1854-1872.