Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MASA PERSALINAN

Disusun oleh :

1. Julia Khadarsih
2. Resty Nadiah
3. Siti Zahara

Dosen Pembimbing : Evi Zahara, SST, M. keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES ACEH JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV MEULABOH
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas kelompok
mata kuliah Psikologi Kebidanan dengan judul “ Masa Persalinan”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita hantarkan untuk junjungan Nabi kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Kami menyampaikan
rasa terimakasih kepada dosen mata kuliah Psikologi Kebidanan ibu Evi Zahara, SST, M. keb.
Penulis berharap agar makalah ini berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak lagi
kekurangan dalam laporan ini, Oleh kasrena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini untuk lebih baik lagi. Demikian
dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf .

Meulaboh, 24 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan...........................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................1
TINAJAUAN KASUS.......................................................................................................................................1
A. Adat Kebiasaan Melahirkan.............................................................................................................1
B. Emosi Pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan...............................................................................5
C. Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran Bayi..................................................................13
D. Reaksi Wanita Hiper Maskulin dalam menghadapi Kelahiran........................................................18
BAB III........................................................................................................................................................20
PENUTUP...................................................................................................................................................20
G. Kesimpulan....................................................................................................................................20
H. Saran..............................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan

wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum

adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama

proses persalinan. Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan.

Pada ibu yang pertama kali menjalani proses persalinan akan takut, cemas,

khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama proses persalinan dan dapat

menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar. Sehingga dalam suatu persalinan

seorang istri membutuhkan dukungan fisik maupun psikis agar dapat meringankan

kondisi psikologis ibuyang tidak stabil, peran suami sangat dibutuhkan selama proses

persalinan. (Wijaya dkk, 2014)

Pada masa kehamilan dan persalinan sering kita temui berbagai kondisi seperti

adat kebiasaan melahirkan, emosi pada saat hamil dan saat proses melahirkan, Somatic

dan Psikis yang mempengaruhi kelahiran, kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran

bayi, reaksi wanita hiper maskulin dalam menghadapi kelahiran.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang adat kebiasaan

melahirkan, emosi pada saat hamil dan saat proses melahirkan, Somatic dan Psikis yang

mempengaruhi kelahiran, kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi, reaksi

wanita hiper maskulin dalam menghadapi kelahiran

1
C. Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang adat kebiasaan melahirkan

2. Untuk mengetahui emosi pada saat hamil dan saat proses melahirkan

3. Untuk mengetahui Somatic dan Psikis yang mempengaruhi kelahiran

4. Untuk mengetahui kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi

5. Untuk mengetahui reaksi wanita hiper maskulin dalam menghadapi kelahiran

2
BAB II

TINAJAUAN KASUS

A. Adat Kebiasaan Melahirkan

Di Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos

(larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan, keseharian,

tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu hamil ataupun

si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan

dipercaya sebagai amanat / pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan

menimbulkan dampak / karma yang tidak menyenangkan

Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi

aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek

moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan kehamilan

yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya

berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada kenyataannya

Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-

macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat

menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat.

Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan

dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.

Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan

kehamilan:

1
1. Tradisi pra kehamilan / sebelum hamil :

a. Mintalah bedak (talk) sisa pakai dari yang dioleskan ke jabang bayi, dan oleskan

ke perut wanita yang belum diberi keturunan, mitosnya agar cepat mendapat

keturunan

Fakta: sebenarnya ini hanya sebatas  sugesti saja agar wanita yang belum hamil

tidak merasa terlalu cemas dan masih memiliki harapan untuk memiliki anak.

b. Agar segera hamil, sepasang suami istri disarankan untuk mengambil pancingan,

yaitu mengambil bayi atau balita tetangga untuk diasuh seolah anaknya sendiri

Fakta: Secara psikologis, saat menunggu kehamilan adalah saat dimana

komunikasi suami istri sangat intensif, konsentrasi ikhtiar sangat difokuskan dan

doa dikhusyukkan. Kehadiran anak pancingan justru dapat memecah konsentrasi

tersebut dan membatasi kebebasan hubungan antara suami istri. Pancingan justru

dapat memecah konsentrasi tersebut dan membatasi kebebasan hubungan antara

suami istri.

Secara Medis-Biologis, Tidak ada faktor lain yang menjadikan janin terbentuk

kecuali bertemunya sel telur sang ibu dan sel sperma sang ayah. Konsepsi hanya

akan terjadi jika sel telur yang matang bertemu dengan sel sperma yang sehat.

2. Tradisi masa kehamilan

a. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan,

bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.

Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh

kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi.

Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan

2
ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis

(misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau

menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan

b. Membawa gunting kecil/pisau/benda tajam lainnya dikantung baju si Ibu agar

janin terhindar dari marabahaya

Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu

c. Ibu hamil tidak boleh keluar malam,  karena banyak roh jahat yang akan

mengganggu janin.

Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga

pada malam hari tidak dianjurkan bepergian.

            Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam terlalu lama,

apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam

kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).

d.  Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak

terlilit tali pusat.

Fakta:    Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher

dengan bayi yang berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi,

diduga dapat menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya terlalu aktif

e. Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya

jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut

Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya

agar tidak membenci seseorang berlebihan.

3
f. Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar

siam.

Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak

dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini

hanyalah sebuah mitos.

g.  “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya

orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan,

mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari

kejadian tersebut.

Fakta: Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada

ketakutan yang tidak bermanfaat.

3. Tradisi pasca kehamilan/perlakuan terhadap anak yang baru lahir

a. Dipakaikan gurita agar tidak kembung.

Fakta: Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan

kekurangan ruangan. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk

pertumbuhan organ-organ seperti rongga dada dan perut serta organ lain

akan terhambat.  Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal

ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa

berkembang.

b. Tak boleh memotong kuku bayi sebelum usia 40 hari.

Fakta: Tentu ini tak tepat. Karena kalau tidak dipotong, kuku yang

panjang itu bisa berisiko melukai wajah bayi. Bahkan, bisa melukai kornea

4
mata. Larangan ini mungkin lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai

kulit jari tangan/kaki si bayi saat ibu mengguntingi kuku-kukunya

c. Pusar ditindih koin agar tidak bodong

Fakta: Secara ilmiah memang ada betulnya. Koin itu hanya alat untuk

menekan, karena jendela rongga perut ke pusar belum menutup sempurna,

jadi menonjol (bodong)

d. Hidung ditarik agar mancung

Fakta:     Ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk

hidung dengan mancung-tidaknya hidung. Mancung-tidaknya hidung

seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung yang sifatnya bawaan.

e. Dengan mengoleskan air embun di lutut bayi setiap pagi maka ia akan

cepat bisa berjalan.

Fakta: Secara medis biologis, bayi bisa berjalan bila tulang dan otot-otot

betis dan pahanya telah tumbuh kuat. Kekuatan ini ditentukan oleh faktor

genetika dan nutrisi. Faktor nutrisi yang terpenting adalah kalsium, energi

dan protein. Air embun jelas tidak mengandung unsur tersebut.

D. Emosi Pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan

Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat mempengaruhi

suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun maka demikian juga suasana hati. Oleh

karena itu adalah hal yang normal bila ibu hamil merasa sedih, menangis, panik, sedikit

tidak yakin atau merasa senang luar biasa.

5
Perubahan ini harus dihadapi sekalipun agak membingungkan untuk sementara

waktu. Akan tetapi, apabila anda pernah mengalami depresi atau merasa sedih atau marah

lebih dari 3 minggu , temuilah dokter pribadi anda. Dengan hadirnya janin di dalam

rahim, maka hal itu akan mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak

didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal

yang kondusif, maka hal ini akan mengakibatkan stres pada ibu hamil. Demikian

diungkapkan Eko Handayani MPsi dari bagian psikologi klinis Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia. Ibu hamil yang kurang waktu tidurnya akan mempengaruhi

kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh. Karena waktu untuk beristirahat pun berkurang.

Dan apabila stres yang muncul mempengaruhi nafsu makan ibu yang berkurang,

akibatnya bisa berbahaya. Pasokan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin

tentu berkurang pula. Karena pasokan makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan

pertumbuhan janin akan terganggu.

Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan, sambung

Eko. Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat usia kehamilan satu

hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan

keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu,

sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang

mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah.

Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga

enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah

terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas,

termasuk aktifitas hubungan suami istri.

6
Selanjutnya pada tahap ketiga yakni trimester ketiga, stres pada ibu hamil akan

meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin

membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang

kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu

persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul

bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan

dilahirkan.

Untuk menghindari stres yang berkelanjutan selama masa kehamilan, sudah

selayaknya pasangan memberikan semangat dan perhatian kepada istri. Dengan begitu,

istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal di masa kehamilannya.

Tugas pasangan yang paling penting lainnya adalah membina hubungan baik dengan

pasangan. Karena dengan membina hubungan yang baik, maka istri dapat

mengkonsultasikannya setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam

menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya selama masa kehamilan.

Saat hamil merupakan saat sensitif bagi seorang wanita. Jadi, sebisa mungkin suami

menciptakan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya mengajak jalan-jalan

ringan sambil ngobrol, bicara halus dan positif dan sebagainya. Ini akan membuat istri

merasa nyaman, selain juga semakin mempererat hubungan suami-istri.

Menemani istri ke dokter untuk pemeriksaan kehamilan juga tak kalah penting.

Suami juga akan mendapat informasi, sehingga akan lebih siap menghadapi kehamilan

7
dan persalinan istrinya. Ada baiknya suami juga membaca literatur tentang kehamilan

dan bukan bersikap masa bodoh.

Suami akan belajar banyak tentang kehamilan istrinya. Istri juga akan merasa

lebih aman dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya. Sebagai orang yang paling

dekat, suami tentu dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil, seorang wanita

mengalami perubahan, baik fisik maupun mental. “Suami sebaiknya memahami

perubahan ini. Kebiasaan-kebiasaan istri juga mungkin berubah akibat perubahan fisik

tadi, sehingga suami harus lebih sabar, juga jangan terlalu cemas. Kecemasan akan

terlihat dan dirasakan istri, sehingga akan mempengaruhi kondisi emosi istri.

Rasa cemas dan bingung yang timbul pada suami, apalagi jika kehamilan sang

istri merupakan pengalaman pertama. Namun jangan sampai ini diperlihatkan.

Sebaliknya, jangan terlalu tidak perhatian. Mungkin maksud suami untuk menguatkan

istri, tapi bisa jadi istri akan mempersepsikan suami tidak perhatian.

Dalam hal perubahan fisik, kebanyakan calon ibu merasakan ia jadi makin gemuk

dan makin jelek. Image jelek ini kadang berubah jadi negatif, sehingga membuat istri tak

percaya diri. Di sinilah peran suami dibutuhkan. Pasangan harus mengerti dan mau

menambah pujian serta perhatian. Misalnya, dengan mengatakan istri makin cantik.

Tentu, jangan kelihatan dibuat-buat atau berlebihan. Harus tulus, sehingga istri tidak

merasa dibohongi. Cara ini akan membuat istri merasa diperhatikan dan berkaitan dengan

self image istri.

8
karena kehamilan ini secara sadar atas kemauan dari kedua pasangan.. yang

ingin mempunyai beberapa anak, jadi harus siap, dengan segala perubahan istri pada saat

hamil dan setelah melahirkan.

C. Somatic dan Psikis Yang Mempengaruhi Kelahiran

  Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kehamilan terus menerus saling

mempengaruhi, yaitu :

1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)

a. Neroanatomi

b. Nerofisiologi

c. Nerokimia

d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic

e. Faktor-faktor pre dan peri – natal

2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)

a. Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal

berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya

dan kebimbangan

b. Peranan ayah

c. Persaingan antara saudara kandung

d. Inteligensi

e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

9
f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah

g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu

h. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya

i. Tingkat perkembangan emosi

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor

psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi.

1. Faktor fisik

Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.

Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke

pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik

kebidanan.  Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante

Natal Care (ANC) tersebut adalah :

a. Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun

dapat dipastikan keadaannya

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam

melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan

selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan

janinnya

d. Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali

kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan

10
persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan

lancar, seperti yang diharapkan semua pihak

e. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan

dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapar berjalan

dengan lancar

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu

faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah

melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun

Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada

ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan

kesehatan terdekat.

Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh

selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang

buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah

yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga

janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak

kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan

janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan

saat proses persalinan.

Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan

kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein

11
nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih

dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.

2. Faktor Psikologis 

Faktor psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :

a. Stressor.

Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin.

Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir

nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status

kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan

memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih

percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa

nifas.

3. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi.

Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas

kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan

ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu

menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus

diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang

dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi.

Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil

harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa

12
lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap

keringat.

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat.

Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,

merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan

baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan

bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.

Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan

patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami

oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan

harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.

D. Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran Bayi

Pada setiap wanita, baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, apabila

dirinya jadi hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu rasa kuat dan berani

menanggung segala cobaan, dan rasa-rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci,

keragu-raguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang  bahagia, harapan penuh

kabahagiaan dan kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat

mendekati masa kelahiran bayinya.

Penyebab kegelisahan dan ketakutan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Takut mati

2. Trauma kelahiran

13
3. Perasaan bersalah/berdosa

4. Ketakutan riil

1. Takut mati

Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah satu fenomena fisiologis yang

normal, namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan

pada proses yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan

hebat peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan khususnya takut

mati baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan dilahirkan. Inilah

penyabab pertama.

Pada saat sekarang perasaan takut mati itu tidak perlu ada atau tidak perlu dilebih-

lebihkan, berkat adanya metode-metode yang efektif untuk mengatasi macam-

macam bahaya pada proses kelahiran. Dan berkat adanya kemajuan ilmu

kebidanan serta pembedahan untuk mengatasi anormali-anormali anatomi

anatomis.

2. Trauma kelahiran

Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat

melahirkan bayinya, adapula ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini)pada

anak bayi, yang kita kenal sebagai “trauma kelahiran”. Trauma kelahiran ini

berupa ketakutan kan berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Yaitu merupakan

ketakutan “hipotesis” untuk dilahirkan di dunia, dan takut terpisah dari ibunya.

Ketakutan berpisah ini ada kalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat

takut kalau-kalau bayinya bayinya akan terpisah dengan dirinya. Seolah-olah ibu

14
tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya. Trauma

genetal tadi tampak dalam bentuk ketakutan untuk melahirkan bayinya.

Analog dengan ketakutan semacam ini adalah bentuk gangguan seksual yang

neurotis sifatnya, yaitu; ketakutan kehilangan spermanya pada diri laki-laki; atau

berpisah dengan spermanya sendiri, karena ia terlalu “kikir” da selalu mau

berhemat, yang disebut dengan ejaculation tarda. Kaum pria yang menderita

ejaculation tarda pada umumnya dihinggapi ketakutan-ketakutan obsesif untuk

membuang atau menghamburan spermanya dimanapun.

3. Perasaan bersalah/berdoa

Sebab lain yang menimbulkan ketakutan akan kematian pada proses

melahirkan bayinya ialah Perasaan bersalah atau berdosa terhadap ibunya.

Pada setiap fase perkembangan menuju pada feminitas sejati, yaitu sejak masa

kanak-kanak, masa gadis cilik, periode pubertas, sampai pada usia adolesensi,

selau saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi-emosi cinta-kasih pada ibu yang

kadangkala juga diikuti rasa kebencian, iri hati dan dendam; bahkan juga disertai

keinginan untuk membunuh adik-adik atau saudara sekandungnya yang dinanggap

sebagi saingannya. Peristiwa “ingin membunuh” itu kelak kemudian hari diubah

menjadi hasrat untuk memusnahkan janin atau bayinya sendiri, sehingga

berlangsung keguguran kandungannya.

Dalam semua aktivitas reproduksinya, wanita itu banyak melakukan identifikasi

terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah bentuk, dan wanita tadi banyak

mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya,

15
maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu

yang bahagia, sebab selalu saja ia dibebani atau dikejar-kejar oleh rasa berdosa.

Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati

pada saat wanita tersebut melahirkan bayinya. Oleh karena itu sering kita lihat

adat kebiasaan sejak zaman dahulu sampai masa sekarang berupa:

a. Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalu ibunya (nenek sang bayi)

menunggui dikala ia melahirkan bayinya.

b. Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat anaknya

melahirkan bayinya.

4. Ketakutan Riil

Pada saat wanita hamil, ketkutan untuk melahirkan bayinya itu saat bisa diperkuat

oleh sebab-sebab konkret lainya. Misalnya:

a. Takut kalau-kalau bayinya akan lahir cacad, atau lahir dalam kondisi yang

patologis

b. Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu

itu sendiri di masa silam

c. Takut kalau beban hidupnya akan hidupnya akan menjadi semakin berat

oleh lahirnya sang bayi

d. Muncunya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari,

kalau ia akan dipisahkan dari bayinya

e. Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan

sampai waktu melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh rasa-

rasa berdoa atau bersalah

16
5. Ketakutan mati 

Ketakutan mati yang sangat mendalam di kala melahirkan bayinya itu

disebut ketakutan primer; biasanya diberangi dengan kekuatan-kekuatan

superfisial (buatan, dibuat-buat) lainnya yang berkaitan dengan kesulitan hidup,

disebut sebagai kekuatan sekunder.

Kekutan primer dari wanita hamil itu bisa menjadi semakin intensif, jika

ibunya, suaminya dan semua orang yang bersimpati pada dirinya ikut-ikutan

menjadi panik dan resah memikirkan nasib keadaaanya. Oleh karena itu, sikap

mengartinya, karena bisa membrikan dan melindungi dari suami dan ibunya itu

sangat besar artinya, karena bisa memberikan support moril pada setiap konflik

batin, keresahan hati dan ketakuan, baik yang riil maupun yang iriil sifatnya.

Segala macam ketakutan tadi menyebabkan timbulnya rasa-rasa pesimistis dan

beriklim “hawa kematian”. Namun dibalik semua ketakutan tersebut, selalu saja 

terselip harapan-harapan yang menyenangkan untuk bisa dengan segera dengan

menimmang dan membelai bayi kesayangan yang bakal lahir. Harapan ini

menimbulkan rasa-rasa optimistis, dan beriklim “hawa kehidupan”, spirit dan

gairah hidup. Perasaan positif ini biasanya dilandasi oleh pengetahuan intelektual,

bahwa sebenarnya memang tidak ada bahaya-bahaya riil pada masa kehamilan

dan saat melahirkan bayinya. Dan bahwa dirinya pasti selamat hidup (survive),

sekalipun melalui banyak kesakitan dan dera-derita lahir dan batin. Karena itu

pada calon ibu-ibu muda dipersiapkan, diantaranya:

a. Kesiapan mental menghadapai tugas menjadi hamil dan melahirkan

bayinya

17
b. Tanpa konflik-konflik batin yang serius dan rasa ketakutan

Banyak wanita dan anak gadis pada usia jauh sebelum saat kedewasaannya

dihinggapi rasa takut mati, kalau nantinya dia melahirkan bayi. Akibatnya, fungsi

keibuannya menjadi korban dari ketakutan-ketakutan yang tidak disadari ini

(haitu akibat dari takut mati sewaktu melahirka itu). Mereka kemudian

menghidari perkawinan atau menghindari mempunyai anak.

E. Reaksi Wanita Hiper Maskulin dalam menghadapi Kelahiran.

1. Pengertian Wanita Hipermaskulin

Wanita hipermaskulin adalah wanita yang memiliki sifat yang aktif dan

kejantanan. Pada wanita ini, sejak awal kehamilan dihadapkan pada perasaan enggan

untuk melahirkan tetapi dia ingin memiliki anak. Dia menganggap bahwa anak dapat

menghambat pekerjaan dan karirnya.

2. Reaksi Wanita Hipermaskulin

Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti perasaan

bahwa dia sangat berharap dan mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa

dia juga tidak suka mendapatkan keturunan akibatnya dapat timbul ketidakpercayaan

diri pada wanita tersebut, bahkan dapat mengalami gangguan saraf seperti sakit

kepala hebat pada satu sisi saja atau migraine. Ketika wanita hipermaskulin

mengetahui dirinya hamil, pertama kali akan timbul konflik batin. Dia merasa seperti

bermimpi. Emosi-emosi negatif akan mengikuti wanita ini. Akibatnya timbul rasa

khawatir dan kecemasan yang berlebihan.

3. Kecemasan yang Dirasakan Wanita Hipermaskulin

Kecemasan-kecemasan yang dirasakan diantaranya, yaitu:

18
a. Bayi yang lahir nanti dapat menghalangi kebahagiaannya

b. Bayi itu akan menghambat karier dan mengurangi eksistensinya dalam

pekerjaan.

c. Tidak percaya diri apakah dia mampu menjadi ibu dan bisa merawat bayi

d. Bakat dan kemampuan ibu dapat mati setelah bayi lahir

e. Nanti dia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri setelah kelahiran bayinya

f. Takut tidak dapat membagi waktu antara anak, karier dan keluarga

Kecemasan-kecemasan tersebut sebenarnya bersumber dari dirinya sendiri

yang mengalami konflik batin antara dorongan feminitas dan maskulinitasnya.

Disatu sisi dorongan feminitas mendambakan keturunan sendiri dan secara naluri

ingin menjadi ibu tetapi disisi lain ada dorongan maskulinitas yang lebih

mengutamakan karier, jabatan, prestasi dan eksistensi diri.

Pada proses persalinan, wanita hipermaskulin akan berjuang mengatasi

kecemasan dan ketakutannya tersebut. Kesakitan fisik yang dialami saat proses

persalinan misal pada saat timbulnya kontraksi, akan diatasi oleh wanita

hipermaskulin dengan usahanya sendiri. Dia akan menganggap bahwa kelahiran

bayinya adalah prestasi bagi dirinya sendiri. Tapi kadang kala usaha tersebut

muncul secara ekstrim dan cenderung bersifat masculine-agresif. Pada proses

persalinan normal hal ini malah berakibat menghambat jalannya persalinan dan

dapat mempersulit kelahiran bayi. Pada keadaan selanjutnya wanita ini akan

bersifat hiper-pasive, cenderung kurang peduli dan akhirnya membiarkan dokter

untuk melakukan operasi untuk melahirkan bayinya.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-

macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat

menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat.

Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan

dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.

Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat mempengaruhi

suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun maka demikian juga suasana hati. Oleh

karena itu adalah hal yang normal bila ibu hamil merasa sedih, menangis, panik, sedikit

tidak yakin atau merasa senang luar biasa.

Kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan

merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah

berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan

sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.

Banyak wanita dan anak gadis pada usia jauh sebelum saat kedewasaannya

dihinggapi rasa takut mati, kalau nantinya dia melahirkan bayi. Akibatnya, fungsi

keibuannya menjadi korban dari ketakutan-ketakutan yang tidak disadari ini (haitu akibat

dari takut mati sewaktu melahirka itu). Mereka kemudian menghidari perkawinan atau

menghindari mempunyai anak.

20
Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti perasaan

bahwa dia sangat berharap dan mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa dia

juga tidak suka mendapatkan keturunan akibatnya dapat timbul ketidakpercayaan diri

pada wanita tersebut, bahkan dapat mengalami gangguan saraf seperti sakit kepala hebat

pada satu sisi saja atau migraine. Ketika wanita hipermaskulin mengetahui dirinya hamil,

pertama kali akan timbul konflik batin. Dia merasa seperti bermimpi. Emosi-emosi

negatif akan mengikuti wanita ini. Akibatnya timbul rasa khawatir dan kecemasan yang

berlebihan.

B. Saran

Keluarga terutama suami berperan penting dalam mendampingi seorang ibu hamil.

Dukungan dan motivasi dari suami sangat berpengaruh pada kondisi psiologis ibu dalam

menjalani kehamilan dan persalinannya,

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya, dkk. 2015. Pengaruh Pendamping Suami Terhadap Lamanya Persalinan Kala II.
Lampung : Jurnal Keprawatan

2. Adat Kebiasaan Melahirkan. Diakses pada


http://psikologidianhusada.blogspot.com/p/adat-kebiasaan-melahirkan.html?m=1
3. Emosi Pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan. Diakses pada
http://dianhusadaichaa.blogspot.com/p/emosi-pada-saat-hamil-dan-proses.html?m=1

4. Somatic dan Psikis Yang Mempengaruhi Kelahiran


http://dianhusadaichaa.blogspot.com/p/somatic-dan-psikis-yang-mempengaruhi.html?
m=1

5. Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran Bayi. Diakse pada


http://dianhusadaichaa.blogspot.com/p/kegelisahan-dan-ketakutan-menjelang.html?m=1

6. Reaksi Wanita Hiper Maskulin dalam menghadapi Kelahiran.


http://zuliaajayanty.blogspot.com/2015/05/reaksi-wanita-hipermaskulin-total-pasif.htm

  

22
23

Anda mungkin juga menyukai