Dosen Pengampu :
Di susun Oleh :
Ruri Ispamungkassiwi
Nim : FG07019020
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul
“Glikosida” tepat pada waktunya. Tanpa berkat dan rahmat-Nya mustahil makalah ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen Farmakognosi , apt. Septian Maulid Wicahyo, M. Farm. yang telah memberikan
bimbingan dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan
tugas makalah ini. Makalah ini disusun secara sistematis dalam memaparkan pengertian obat
tradisional, pengertian simplisia, dan simplisia yang mengandung glikosida. Tentu, isi makalah
ini sudah kami kaji dari sumber-sumber yang terpercaya. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar
nantinya bermanfaat bagi mahasiswa program studi Farmasi pada khususnya untuk lebih mudah
memahami mata kuliah Farmakognosi dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, besar harapan
penulis kepada pembaca untuk dapat memberikan saran dan kritik yang membangun mengenai
makalah ini. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat berguna sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan bisa bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………. i
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
B Simplisia
B.1 Definisi……………………………………………………………….
C Glikosida
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat yang
berasal dari tanaman dan zat-zat aktif lainnya, termasuk yang berasal dari mineral dan hewan.
Saat ini, peranan ilmu farmakognosi sangat banyak diperlukan terutama dalam sintesis obat.
Tidak semua tanaman dapat dijadikan sebagai bahan obat. Tanaman-tanaman yang dijadikan
obat tentu saja adalah tanaman yang memiliki kandungan zat-zat yang dapat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat tradisional ?
2. Apa yang dimaksud dengan simplisia ?
3. Apa yang dimaksud dengan glikosida ?
4. Apa saja contoh simplisia yang mengandung glikosida ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat tradisional
2. Untuk mengetahui pengertian simplisia
3. Untuk mengetahui pengertian glikosida
4. Untuk mengetahui simplisia apa saja yang mengandung glikosida
BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM, 2014). Ciri
dari obat tradisional yaitu bahan bakunya masih berupa simplisia yang sebagian besar belum
mengalami standardisasi dan belum pernah diteliti. Bentuk sediaan masih sederhana berupa
serbuk, pil, seduhan atau rajangan simplisia, klaim kahsiatnya masih berdasarkan data empiris.
Obat tradisional sendiri dibagi menjadi tiga yaitu, jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
(Anggraeni dkk, 2015).
Di bumi ini diperkirakan terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar
30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia dan sekurang-kurangnya 9.600 spesies diketahui
berkhasiat obat, tetapi baru 300 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat
tradisional dan industri obat tradisional (Kemenkes RI, 2007). Keragaman zat kimia penyusun
tumbuh-tumbuhan atau zat yang dihasilkan tumbuhan merupakan kelebihan tanaman, sehingga
sebagai tanaman obat dapat menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki sisi positif pada
tubuh karena tidak memiliki efek samping seperti halnya obatobat kimiawi (Mills, 1996). Obat-
obat kimiawi seringkali dapat membahayakan kesehatan dan tidak berhubungan langsung dengan
hasil pengobatan yang diharapkan (Mills, 1996). Itulah salah satu alasan Menteri Kesehatan
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.381/MENKES/SK/III /2007
menetapkan kebijakan obat tradisional nasional (Kotranas) yang antara lain bertujuan untuk
mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan
(sustainable use) untuk digunakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Sebagai
implementasi dari kebijakan tersebut Menteri Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan
No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan
kesehatan. Menurut peraturan tersebut pada pasal 1 diterangkan bahwa saintifikasi jamu adalah
pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan, sedangkan jamu
diartikan sebagai obat tradisional Indonesia. Sementara itu obat tradisional adalah bahan atau
ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang ada.
A.2.1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang
Registrasi Obat Tradisional
Permenkes ini mengatur tentang registrasi obat tradisional yang mencakup industri :
- IOT (Industri Obat Tradisional) adalah industri yang dapat membuat semua bentuk sediaan
obat tradisional
- UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional ) adalah usaha yang dapat membuat semua bentuk
sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan effervescent
- UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat
tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan.
A.2.2 Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun 2019 tentang Persyaratan
Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional
Peraturan BPOM dalam pasal 3 menyebutkan bahwa :
1. Pelaku usaha wajib menjamin keamanan dan mutu obat tradisional yang dibuat, diimpor,
dan/atau diedarkan di wilayah Indonesia sebelum dan selama beredar.
2. Untuk menjamin keamanan dan mutu obat tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pelaku usaha wajib memenuhi persyaratan keamanan dan mutu.
3. Persyaratan keamanan dan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
persyaratan untuk bahan baku dan produk jadi.
1. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu
harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat
dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Contoh : Tolak Angin® , Antangin® , Woods’ Herbal® , Diapet Anak® , dan Kuku
Bima Gingseng® .
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern
karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada
hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan
baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno® , Tensigard® ,
Rheumaneer® , X-gra® dan Nodiar® .
B. Simplisia
B.1 Definisi
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan
simplisia tidak lebih dari 600C (Ditjen POM, 2008). Istilah simplisia dipakai untuk menyebut
bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk (Gunawan, 2010). Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia mineral (Melinda, 2014).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman (Nurhayati, 2008). Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau
zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya (Melinda, 2014).
Simplisia hewani yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan (Meilisa, 2009) dan belum berupa zat kimia murni (Nurhayati Tutik,
2008). Contohnya adalah minyak ikan dan madu (Gunawan, 2010).
Simplisia mineral Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Meilisa, 2009).
Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan, 2010).
C. Glikosida
C.1 Definisi glikosida
Glikosida merupakan salah satu senyawa jenis alkaloid. Alkaloid adalah senyawa
metabolit sekunder pada jaringan tumbuhan dan hewan yang memiliki atom nitrogen (Hartati,
2010). Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula yang disebut dengan gliko
dan bukan gula biasa disebut aglikon. Glikosida yang menghubungkan glikon dan aglikon ini
sangat mudah terurai oleh pengaruh asam, basa, enzim, air, dan panas (Rahayu dan Hastuti,
2008). Struktur kimia glikosida dapat dilihat pada gambar 4.
Glikosida merupakan senyawa yang mengandung komponen gula dan bukan gula.
Komponen gula dikenal dengan nama glikon dan komponen bukan gula dikenal sebagai aglikon.
Dari segi biologi, glikosida memiliki peranan penting di dalam kehidupan tumbuhan dan terlibat
di dalam pertumbuhan dan perlindungan tumbuhan tersebut. Beberapa glikosida mengandung
lebih dari satu jenis gula dalam bentuk disakarida atau trisakarida. Semua glikosida alam dapat
terhidrolisis menjadi gula dan bukan gula dengan cara mendidihkannya bersama asam mineral.
Biasanya, glikosida juga dapat terhidrolisis dengan mudah oleh enzim yang terdapat dalam
jaringan tumbuhan yang sama. Pengelompokan glikosida berdasarkan struktur bukan gula
terbagi atas : glikosida jantung, glikosida antrakinon, glikosida saponin, glikosida sianogenik,
glikosida isotiosianat, glikosida flavonol, glikosida alkohol, glikosida alkohol, glikosida
aldehida, glikosida lakton, glikosida fenol dan tanin (Tyler et al, 1988).
Pengelompokan glikosida berdasarkan ikatan antara glikon dan aglikon dapat dibagi
menjadi empat, yaitu:
1. O-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom O, contohnya : salisin.
2. S-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom S, contohnya sinigrin.
3. N-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom N, contohnya
kronotosida.
4. C-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom C, contohnya : barbaloin
(Farnsworth, 1966).
Bogoriani, N. W., Sri Rahayu Santi, dan I. A. R. Astiti Asih, 2007, Isolasi Senyawa Sitotoksik
dari Daun Andong (Cordyline terminalis Kunth), Jurnal Kimia, 1 (1) : 1-6
BPOM RI, 2019. Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun 2019, Indonesia
BPOM RI, 2004. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia,
Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan
Obat Bahan Alam Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta; p.1-4.
Gunawan, D. dan Mulyani, S. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penebar Swadaya.
Jakarta
Harlia., Rusdiyansyah, dan Siti Nurhajar Sukmawati, 2017, Karakterisasi Struktur Senyawa
Kumarin Glikosida Dari Biji Buah Rambutan (Nephelium lappeceum L.), JKK, Vol 6(3) :
1-5
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. ITB,
Bandung.
Hariana, A., 2006, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Jilid ke-3, Penebar Swadaya, Hlm:7.
Hostettmann, K. and Marston, A., 1995, Chemistry and Pharmacology of Natural Products :
Saponins, Cambridge University Press, Sydney
Indah,P,L., 2012. Uji aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun antidesma neurocarpium dengan
Metode DPPH dan Identifikasi Golongan senyawa Kimia dari Fraksi Teraktif. Pdf.
Diakses 26 Januari 2021
Kemenkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Mahato, S. B., Ganguly, A. N., and Sahu, N. P., 1982, Review: steroid saponins, Phytochemistry,
21 (5) : 959-978
Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang
Registrasi Obat Tradisional.
Mills, Simon., 1996. Pengobatan Alternatif (Alternative in Healing). Dialih bahasakan oleh P.
Boentaran. Jakarta. Dian Rakyat
Silverstein, R. M., Bassler, G. C., Morrill, T. C., 1991, Spectroscopic Identification of Organic
Coumpound, John Wiley & Sons, Inc, New York
Tyler, V.E, et al. 1988. Pharmacognosy. Ninth Edition. Lea and Febiger. Philadelpia.