Anda di halaman 1dari 5

PERAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH

Sejalan dengan diberlakukannya UU No 22 Tahun 1999 yang disempurnakan lagidengan UU


No 32 Tahun 2004, maka telah terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam kelembagaan
penyuluhan pertanian, sehingga masing-masing kabupaten mempunyai versi dan kebijakan
yang berbeda, dalam hal ini menangani para penyuluh pertanian dan kelembagaannnya.
Terjadinya perubahan dan keragaman bentuk kelembagaan penyuluhan pertanian tersebut,
merupakan gambaran respon pemerintah kabupaten/kota dalam menerjemahkan UU nomor
22 tahun 1999 dan UU nomor 32 tahun 2004, khususnya yang diatur dalam PP Nomor 25
tahun 2000 dan PP Nomor 8 tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.
Penafsiran yang berbeda terhadap peraturan tersebut melahirkan kebijakan berbeda-beda
disetiap kabupaten/kota.
Dengan berlakunya peraturan yang berkaitan dengan otonomi daerah maka semua urusan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian diserahkan kepada pemerintah Daerah Otonom.
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian menyangkut aspek-aspek perencanaan, kelembagaan
ketenagaan, program, menejemen, kerjasama dan anggaran. Penggunaan wewenang ini oleh
Pemerintah Daerah di lapangan ternyata banyak variasi dan pernik-perniknya.
Kebijakan yang diambil pemerintah kabupaten / kota terhadap kelembagaan penyuluhan di
era otonomi daerah saat ini ada yang berdiri sendiri bahkan dimekarkan kewenanngannya
dan ada yang menggabungkan Balai Informasi Penyuluhan Pertanian ke dalam Dinas Lingkup
Pertanian dalam berbagai bentuk seperti Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian,
UPTD, Sub Din dll.
Dengan adanya variasi kelembagaan ini, maka bentuk kelembagaan penyuluhan dan peran
penyuluh juga mengalami sedikit perubahan, namun masih dalam kerangka menunjang
kegiatan penyuluhan pertanian yang merupakan sitem pendidikan luar sekolah dibidang
pertanian untuk petani dan nelayan beserta keluarganya serta anggota masyarakat pertanian,
agar dinamika dan kemampuannya dalam memperbaiki kehidupan dan penghidupannya
dengan kekuatan sendiri dapat berkembang, sehingga dapat meningkatkan peranan dan
peran sertanya dalam pembangunan pertanian
Di era otonomi daerah penyelenggaraan penyuluhan pertanian menjadi tugas dan tanggung
jawab Pemerintah Daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan
penyuluhan pertanian dengan baik agar mampu memenuhi hak azasi bagian terbesar
penduduk Indonesia. Melalui penyuluhan pertanian masyarakat tani ditingkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilannya serta integritas moralnya untuk meningkatkan
kesejahteraannya dan meningkat derajadnya diantara masyarakat-masyarakat lainnya.
Pada masa desentralisasi peran masyarakat diharapkan menjadi dominan. Pemerintah
Daerah akan menjadi fasilitator dan motivator pembangunan pertanian. Masyarakatlah yang
akan berperan menggerakkan pembangunan, semua perencanaan, inisiatip, strategi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat yang didampingi dan
difasilitasi oleh pemerintah. Jadi masyarakatlah yang berperan menentukan terhadap
berhasil dan tidaknya, maju dan mundurnya pembangunan khususnya pembangunan
pertanian.
I. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
Penyelenggaraan penyuluhan diera reformasi dan otonomi dasarkan pada :
a. Prinsip otonomi dan desentralisasi
Memberikan kewenangan kepada kelembagaan penyuluhan pertanian untuk
menetapkan sendiri penyelenggaraan penyuluhan pertanian sesuai dengan kondisinya
masing-masing, dan membawa kebijaksanaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian
didasarkan atas kebutuhan spesifik lokalita serta dalam penyelenggaraannya menjadi
wewenang daerah otonom.
b. Prinsip kemitrasejajaran
Memberikan landasan bahwa penyuluhan pertanian diselenggarakan berdasarkan
atas kesetaraan kedududkan antara Penyuluh Pertanian dengan petani, Penyuluh
Pertanian dengan pelaku agribisnis lainnya, dan petani dengan pelaku agribisnis
lainnya.
c. Prinsip demokrasi
Memberikan landasan bahwa penyuluhan pertanian diselenggarakan dengan
menghargai dan mengakomodasi berbagai pendapat dan aspirasi semua pihak yang
terlibat dalam penyuluhan pertanian.
d. Prinsip keterbukaan
Memberikan landasan bahwa dalam penyuluhan pertanian semua pihak yang terlibat
memiliki akses yang sama untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna
tumbuhnya rasa saling percaya dan kepedulian yang besar.
e. Prinsip keswadayaan
Memberikan landasan bahwa penyelenggaraan penyuluhan pertanian
diselenggarakan atas dasar kemampuan menggali potensi diri sendiri baik dalam
bentuk tenaga, dana maupun material yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan.
f. Prinsip akuntabilitas
Memberikan landasan bahwa penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat
dipertanggung jawabkan kepada petani, pelaku agribisnis lainnya dan masyarakat.
g. Prinsip integrasi
Memberikan landasan bahwa penyelenggaraan penyuluhan pertanian merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembangunanlainnya, yang secara sinergi
diselenngarakan untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian yang telah
ditetapkan.
h. Prinsip keberpihakan
Memberikan landasan bahwa penyelenggaraan penyuluhan pertanian
memperjuangkan dan berpihak kepada kepentingan serta aspirasi petani.

II. KELEMBAGAAN PENYULUHAN


a. Kelembagaan tingkat Kabupaten
Eksistensi suatu Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di daerah otonom yang dapat
menfasilitasi sistem penyuluhan pertanian agar petani dan pelaku usaha lainnya dapat
bekerjasama secara produktif dengan fasilitasi dan pendampingan oleh penyuluh
dipandang sangat penting. Kelembagaan ini berfungsi sebagai home base dan unit yang
melakukan pembinaan karier penyuluh pertanian, serta unit menejemen yang menjamin
berlangsungnya proses penyuluhan pertanian terpadu yang effisien, efektif, produktif dan
bersifat sinergi dengan program pengembangan komoditas pertanian sesuai potensi
daerah.
Kelembagaan penyuluhan pertanian di kabupaten / kota ditetapkan oleh pemerintah
daerah berdasarkan perda dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi pelayanan
serta tugas fungsi penyuluhan. Sebagai pertimbangan dalam membentuk kelembagaan
penyuluhan pertanian di daerah otonom kabupaten / kota adalah :
 Terselenggaranya fungsi penyediaan dan penyebaran informasi teknologi bagi petani
dan pelaku agribisnis lainnya.
 Terselenggaranya administrasi dan pembinaan profesionalisme penyuluhan
apertanian
 Terselenggaranya kegiatan partisipatif dalam pengkajian, pengembangan dan
penerapan teknologi spesifik lokasi.
 Tersedianya fasilitas pertemuan dan forum-forum kegiatan kelompok tani-nelayan.
 Terjaminnya kepastian status organisasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Macam dan ragam bentuk kelembagaan penyuluhan pertanian yang sekarang ini ada
adalah :
- Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian
- Badan Informasi dan Penyuluhan Pertanian
- Kantor Informasi dan Penyuluhan Pertanian
- UPTD Penyuluhan Pertanian
- Sub Dinas Penyuluhan pada Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebuinan dan
Perikanan
- Seksi Penyuluhan pada Diasn Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Pertanian
- Kelompok Jabatan Fungsional pada Dinas Peternakan, Perkebunan, Pertanian
dan Perikanan
- Belum jelas bentuknya
Seiring dengan keluarnya kebijakan pemerintah yang termuat dalam UU No. 32 tahun
2004 semua urusan pemerintah dibidang pertanian termasuk didalamnya penyuluhan
pertanian merupakan ketenagaan yang bersifat opsional dan perlu diwujudkan dalam tata
hubungan yang serasi dan sinergis antara pengambil kebijakan nasional berada di pusat
dan pemerintah daerah. Dengan demikian diharapkan nantinya para petani dan pelaku
usaha pertanian lainnya dapat mengelola usaha mereka dalam suasana yang kondusif dan
dapat berperan serta secara optimal dalam upaya peningkatan ketahanan pangan
sekaligus pendapatan, kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
b. Kelembagaan Tingkat Kecamatan
Kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan adalah Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) atau lembaga sejenis lainnya yang mempunyai tugas dan fungsi yang
sama dan ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota atau telah diperdakan. Sebagai
pertimbangan pembentukan BPP adalah :
 Tersedianya fasilitas untuk tersusunnya programa penyuluhan pertanian yang
tertib.
 Tersedianya fasilitas penyebaran informasi teknoli dan pasar.
 Terselenggaranya kerjasama antara peneliti pertanian, penyuluh pertanian dan
kontak tani nelayan andalan.
 Tersedianya fasilitas untuk kegiatan belajar dan foruym-forum pertemuan
petani.
 Tersedianya fasilitas untuk percontohan usaha tani (model farm) dan
kemitraan agribisnis.
c. Kelembagaan Tingkat Desa/kelurahan
Kelembagaan tingkat Desa/kelurahan adalah organisasi-organisasi non formal berupa
kelompok tani, koperasi tani, asosiasi petani dan pelaku agribisnis lainnya. Bentuk
kelembagaan ini bisa dalam cakupan hamparan atau dalam kelompok komoditas.

IV. PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN


Dengan dilaksanakannya otonomi daerah, yang menyebabkan persepsi yang berbeda-beda
antar daerah, maka penyelenggaraan penyuluhan juga banyak terjadi variasi. Banyak Pemda
yang karena merasa penyuluhan menempati posisi strategis memberikan dukungan yang baik
dalam pelaksanaannya, namun ada juga yang mengabaikan sama sekali dukungan yang
diperlukan bagi penyuluh untuk dapat melakukan bimbingan pendamping kepada kelompok-
kelompok tani.
Hingar bingar otonomi daerah dengan segala pernik-perniknya bagi penyelenggaraan
penyuluhan harus tetap memberikan rasa optimisme kepada seluruh pelaku pemberdayaan
petani utamanya aparat penyuluh.
Penyuluhan pertanian ke depan diharapkan mampu mengubah citra petani sebagai alat
produksi menjadi petani sebagai manusia seutuhnya, oleh karena itu penyuluhan pertanian
bukannya proses transfer teknologi semata tetapi proses pemberdayaan dan pendidikan
petani, juga bukan mengajar bertani tetapi mengajar petani dimana fokusnya pada
pemberdayaan petani sebagai anggota masyarakat, bukan berfokus pada transfer teknologi.
Sebagai akibat dari penyelenggaraan penyuluhan semacam itu, maka penyelenggaraan
penyuluhan pertanian perlu melakukan reorientasi yang meliputi ;
- Materi
- Sasaran
- Budaya bisnis
- Metoda
- Dan programa
V. KETENAGAAN PENYULUH
Ketenagaan penyuluh adalah tenaga penyuluh yang berada di Kabupaten dan di Kecamatan.
Ketanagaan penyuluh di kabupaten adalah para penyuluh PNS dengan berbagai keahlian dan
ketrampilan tertentu untuk mendukung terselenggaranya penyuluhan pertanian yang
sistematis sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah. Sedangkan penyuluh yang berada di
kecamatan adalah para penyuluhan PNS, swakarsa dan swasta yang masing-masing memiliki
peran dan tempat tersendiri.
Penyuluh PNS berada di BPP sebagai home base penyuluh, sedang penyuluh swakarsa berada
diantara petani sebagai motovator dan dinamisator petani dan penyuluh swasta membimbing
petani sesuai dengan misi dan visi perusahaan. Kedepan karena kebanyakan para penyuluh
PNS makin berkurang, maka peran penyuluh swakarsa semakin dibutuhkan dan diharapkan
dapat berperan seperti dai, gembala dan pengembang masyarakat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Beragamnya bentuk lembaga penyuluhan di tingkat kabupaten/kota serta banyaknya
instansi yang menangani penyuluhan sangat berpengaruh terhadap efektifitas
penyuluhan pertanian untuk mendukung keberhasilan pembangunan daerah.
2. Kurangnya memahami tugas dan fungsi penyuluh pertanian oleh pemerintah daerah
mengakibatkan jalannya sistem penyelenggaraan penyuluhan yang berorientasi
agribisnis kurang lancar.
3. Kegiatan penyuluhan pertanian masih berdiri sendiri belum dianggap bagian integral
dari suatu sistem pemberdayaan .

B. Saran
1. Adanya bentuk keseragaman lembaga dan intasi yang menangani penyuluhan
sehingga memudahkan dalam melakukan koordinasi dan pembinaan.
2. Perlunya lebih banyak memberikan masukan terhadap pembuat kebijakan di
pemerintah daerah tentang peran, tugas dan fungsi penyuluhan pertanian sehingga
lambat laun sistem penyuluhan berorientasi agribisnis dapat diapat berjalan lancar.
3. Memberi kesadaran kepada semua pihak bahwa masyarakatlah sebagi penggerak
dan pelaksana pembangunan pertanian maka penyuluhan pertanian yang bertujuan
memberdayakan masyarakat semestinya merupakan bagian yang sangat penting
dalam pembangunan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai