Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Kandungan Air Tanah

A.  Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menentukan kapasitas
lapang dan persentase layu permanen pada berbagai jenis tanah.
B.     Dasar Teori
Kadar air biasanya dinyatakan dalam banyaknya air yang hilang bila massa tanah
dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C sampai diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan
kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh. Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan
atas dasar berat atau isi (Pairunan, 1997).
Titik Layu Permanen adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai
tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan
tetap layu baik pada siang ataupun malam hari. Kandungan air pada titik layu permanen
adalah pada tegangan 15 bar. Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat pada
tegangan antara 1/3 bar sampai dengan 15 bar (Hakim, 1986).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-
tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur
halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah
kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun
kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah
dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka
air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan
kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Indrananda, 1994).
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen
volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan
kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran
neutron.  Daya pengikat butir-butir tanah Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat
menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah
Inceptisol dan Vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh
tumbuhan (Hardjowigeno, S., 1993)
Faktor-faktor yang mempemgaruhi kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta
bahan organik. Tanah yang berlempung misalnya mempunyai kandungan air yang labih
banyak dibandingkan tanah berpasir. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi
keberadaan air disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah basah akan lebih cepat daripada
gerakan keatas maupun kesamping (Mulyani, 1991).
C.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/ tanggal : Senin / 05 Mei 2014
Pukul : 10.00 – 12.00 WITA
Tempat : Laboratorium Tumbuhan Lantai Dasar
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa.

D.    Alat dan Bahan


1.   Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu wadah, timbangan, kaleng susu,
dan pipet kecil, oven.
2.   Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tanah pasir, tanah liat, tanah
gambut, tanah lempung air, tanaman spesies A dan kertas saring.
E.     Cara kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :
1.   Kandungan air tanah dalam persentase berat kering
a.    Merasakan tekstur pada keadaan kering, kemudian mengambil beberapa gram tanah dari
masing-masing jenis, basahi, dan mencatat teksturnya.
b.   Menentukan kandungan air tanah dengan cara berikut: menimbang wadah kosong yang
mempunyai lubang-lubang di dasarnya. Kemudian mengisi wadah tersebut dengan tanah
hingga setinggi 4 cm dari dasar wadah. Memadatkan tanah tersebut dengan menekan secara
perlahan-lahan.
c.    Membiarkan wadah beserta tanah di dalamnya itu terendam dalam air dangkal yang tertutup
selama 2 sampai 5 hari.
d.   Kemudian meletakkan wadah tersebut di atas saringan kawat dan membiarkan agar tanah
mengeluarkan kelebihan air, selama 48 jam, kemudian menimbang wadah tersebut.
e.    Mengeringkan tanah dalam wdah itu pada suhu 105oC selama 48 jam atau lebih, lalu
mendinginkan dan menimbang wadah tersebut.
f.    Menghitung berat air per berat kering.
2.   Persentase layu permanen dari tanah
a.    Menimbang wadah kaleng kosong tanpa tutup sampai ketelitian 0,01 g.
b.   Mengisi tanah dengan tanah lempung berpasir yang lembab sampai ketinggian 2 cm dari atas.
c.    Menutup kaleng dengan rapat, tetapi sebelumnya di tengah-tengah tutup kaleng dibuat satu
lubang bergaris tengah ± 1 cm dan 1 lubang kecil agak ke tepi.
d.   Menanam tanaman spesies A pada lubang tengah yang telah disediakan. Memasukkan
dengan hati-hati agar tanaman tidak rusak. Untuk mencegah terjadinya evaporasi melalui
lubang tengah, berilah vaselin disekitar batang tanaman agar seluruh lubang tertutup.
e.    Menambahkan sedikit air, lalu menutup lubang kecil dengan sumbat dan letakkan wadah
kaleng tersebut dalam ruangan/rumah kaca.
f.    Menambahkan sedikit air melalui pipa pada lubang kecil sampai tanaman terlihat tumbuh
baik dan memiliki empat pasang daun yang terbuka.
g.   Setelah keadaan tersebut tercapai, hentikan pemberian air. Amati keadaan setiap hari,
tandailah kapan tanaman tersebut mulai agak layu sampai tanaman menunjukkan gejala
kelayuan permanen. Lalu pindahkan kaleng berisi tanaman ke dalam ruang yang lembab
selama 1 malam. Jika tanaman tetap layu berarti ia telah mencapai layu permanen.
h.   Bila keadaan layu permanen telah tercapai, bukalah tutup wadah bersam-sama dengan
tanamannya. Bersihkan akar tanaman dari tanah yang melekat.
i.     Timbanglah kaleng tersebut berikut tanahnya dalam keadaan basah. Keringkan tanah di
dalam wadah tersebut dengan memanaskannya dalam oven pada suhu 105 oC selama 48 jam
dan timbang kembali.
j.     Menghitung berat air per berat kering tanah dan nyatakan sebagai persentase layu permanen.
F.     Hasil Pengamatan
1.    Hasil Pengamatan
a.    Tekstur Tanah

Tekstur tanah dalam Tekstur tanah dalam


No Jenis tanah
keadaan kering keadaan basah
1 Tanah gambut Kasar dan berongga Kasar dan lembek
Tanah
2 Kasar dan berongga Kasar dan lembek
lempung
3 Tanah liat Lembek dan padat Lembut dan padat
4 Pasir Kasar berongga Kasar dan lembek

b.    Kandungan Air Tanah


Berat
Berat Berat Berat Berat Berat air %Air dari
N Jenis kaleng kaleng kaleng air yang kering gram/ berat
o tanah + kertas + tanah + tanah hilang tanah tanah kering
saring kering basah (gr) (gr) yang tanah
kering
Tanah
1 20 gr 240 gr 300 gr 60 gr 260 gr 0,25 gr 0,0025 %
gambut
Tanah
2 20 gr 340 gr 400 gr 60 gr 260 gr 0,17 gr 0,0017 %
lempung
3 Tanah liat 20 gr 320 gr 340 gr 20 gr 340 gr 0,06 gr 0,0006 %
0,125 0,00125
4 Pasir 20 gr 320 gr 360 gr 40 gr 340 gr
gr %

c.    Layu permanen


No Jenis Berat awal Berat Berat Berat % Layu Kondisi
tanaman (Tanah+ basah kering air permanen Tanaman
Tanaman)
Spesies
1 220 gr 260 gr 220 gr 40 gr Layu
A 0,0018

G.    Pembahasan
Tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan tumbuhan karena
tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup di atasnya, sumber nutrisi dan tempat
melekatnya tumbuhan dengan akarnya Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup
lembab yang menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar tanaman
atau menguap sehingga tanah makin lama makin mengering. Pada suatu saat akar tanaman
tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu
permanen).
Pada hasil pengamatan tekstur tanah jenis tanah gambut dalam keadaan kering kasar
dan berongga dan dalam keadaan basah kasar dan lembek, jenis tanah lempung dalam
keadaan kering kasar dan berongga, dalam keadaan basah kasar dan lembek, jenis tanah liat
tekstur tanah dalam keadaan kering adalah lembek dan padat, dalam keadaan basah tanah
lembut dan padat, jenis tanah pasir dalam keadaan kering adalah kasar berongga, dalam
keadaan basah kasar dan lembek.
Persentase layu permanen adalah kandungan air tanah pada keadaan dimana
tumbuhan menjadi layu karena air pada tanah. Untuk persentase layu permanen merupakan
pengukuran secara fisiologi karena parameter yang digunakan adalah tumbuhan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kandungan air tanah berat kaleng + kertas saring
pada tanah gambut, tanah lempung, tanah liat dan pasir adalah 20 gram, berat kaleng + tanah
kering pada tanah gambut adalah 240 gr, tanah lempung adalah 340 gr, tanah liat dan pasir
adalah 320 gr, berat kaleng + tanah basah pada tanah gambut 300 gr, tanah lempung 400 gr,
tanah liat adalah 340 gr, tpasir adalah 360 gr, berat air yang hilang pada tanah gambut dan
tanah lempung adalah 60 gr, pada tanah liat adalah 20 gr, pada pasir adalah 40 gr, berat
kering tanah pada tanah gambut dan tanah lempung adalah 260 gr, pada tanah liat dan oasir
adalah 340 gr, berat air gram tanah yang kering pada tanah gambut adalah 0, 25, pada tanah
lempung adalah 0,17 gr, pada tanah liat adalah 0,06 gr, pada pasir adalah 0,125 gr, % air dari
berat kering pada tanah gambut adalah 0,0025 %, pada tanah lempung adalah 0,0017 %, pada
tanah liat adalah 0,0006 %, pada pasir 0,00125 %. Pada percobaan layu permanen pada
tanaman spesies A % layu permanennya adalah 0,0018 %
H.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum ini yaitu Jumlah air dalam
tanah pada keadaan kapasitas lapang (air yang tersisa setelah pengeringan) sangat
bergantung pada tekstur tanah, struktur tanah dan jumlah serta jenis bahan organik yang ada
di tanah tersebut. Makin halus terkstur tanah dan makin kecil partikelnya maka
kemampuannya dalam menyimpan air lebih besar. . Untuk persentase layu permanen
merupakan pengukuran secara fisiologi
karena parameter yang digunakan adalah tumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung, 1986.

Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta, 2003.

Indranada, Henry . 1994 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Bumi Aksara :Semarang, 1994.
Mulyani, M. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta, 1991.
Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin. S.R.Samosir, R.Tangkai Sari, J.R.Lalopouo, B.Ibrahim,
H.Asmadi., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur, Ujung Pandang, 1997.

Anda mungkin juga menyukai