Pengujian pengendalian dan prosedur audit pengujian substantif transaksi penerimaan kas
dikembangkan dengan menggunakan kerangka yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan,
namun tentu saja tujuan spesifikasinya untuk penerimaan kas. Berlandaskan tujuan audit transaksi,
auditor mengikuti proses berikut:
1) Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
2) Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian guna mendukung
pengurangan risiko pengendalian.
3) Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji kesalahan penyajian moneter
untuk setiap tujuan.
Pengujian pengendalian tergantung pada pengendalian yang diidentifikasi oleh auditor,
seberapa jauh pengendalian dapat diandalkan untuk menurunkan risiko pengendalian ditetapkan,
dan apakah perusahaan yang diaudit merupakan perusahaan publik atau bukan.
Berikut gambar yang menyajikan matrix pengujian pengendalian penerimaan kas pada PT
ABC. Matrix ini didasarkan pada informasi dalam bagan alir penjualan dan penerimaan kas dalam
gambar selanjutnya.
Gambar Matrix untuk Risiko Pengendalian-Penerimaan Kas
Tujuan Audit Transaksi - Penerimaan Kas
Pengendalian Keterj Kelengkap Keteliti Posting dan Penggolo
Saat
Internal adian an an Peringkasan ngan
Akuntan secara
independen
P P
merekonsiliasi akun
kas di bank (PI)
Dibuat daftar
penerimaan kas yang
P
dilakukan per pos
(P2)
Check segera
P
diendorsmen (P3)
Total penerimaan kas
per batch
dibandingkan dengan
P P P
laporan yang
dihasilkan computer
(P4)
Laporan dikirimkan P P P
kepada para
1
pelanggan setiap
bulan (P5)
Transaksi penerimaan
kas diverifikasi secara P
internal (P6)
Prosedur mewajibkan
pencatatan kas setiap P
hari (P7)
Komputer secara
otomatis
membukukan ke
P
dalam master file
piutang usaha dan ke
buku besar (P8)
Master file piutang
usaha direkonsiliasi
P
dengan buku besar
setiap bulan (P9)
Kekurangan
Daftar penerimaan
kas melalui pos tidak
digunakan untuk D
memeriksa pencatatan
penerimaan kas (D1)
Penilaian
Penetapan risiko
Rendah Medium Rendah Rendah Rendah Rendah
pengendalian
Berikut tabel yang memuat pengendalian internal kunci, pengujian pengendalian yang biasa
dilakukan, pengujian substantif transaksi yang biasa dilakukan untuk memenuhi setiap tujuan audit
transaksi untuk penerimaan kas pada PT ABC. Tabel berikut mengikuti format yang sama seperti
yang digunakan untuk penjualan sebagaimana terlihat pada table sebelumnya.
Tabel Tujuan Audit Transaksi, Pengendalian Kunci, Pengujian Pengendalian, Defisiensi, dan
Pengujian Substantif Transaksi untuk Penerimaan Kas
Pengujian
Tujuan Audit Pengendalian Pengujian
Defisiensi Substantif
Transaksi Kunci+ Pengendalian+
Transaksi+
Penerimaan kas Akuntan Memeriksa Review jurnal
terbukukan merekonsiliasi apakah akuntan penerimaan kas
adalah akun kas di bank merekonsiliasi dan master file
penerimaan dana secara rekening kas di untuk melihat ada
yang sungguh- independen (P1) bank (3) tidaknya transaksi
sungguh diterima dan jumlah yang
perusahaan tidak biasa (1)
(keterjadian) Total penerimaan Memeriksa ada Telusur ayat-ayat
kas per batch tidaknya paraf jurnal dari jurnal
2
dibandingkan pegawai penerimaan kas
dengan laporan pengontrol data ke laporan bank
yang dibuat pada total per (19)
computer (P4) batch (8) Buatlah pengujian
penerimaan kas
(18)
Kas yang Dibuat daftar Memeriksa Daftar Dapatkan daftar
diterima dicatat penerimaan kas pembuatan daftar penerimaan kas penerimaan kas
dalam jurnal (P2) penerimaan kas tidak digunakan dan telusur
penerimaan kas Check segera di (4) untuk verifikasi jumlah-jumlah ke
(kelengkapan) endorsmen (P3) Memeriksa catatan jurnal penerimaan
pembubuhan penerimaan kas kas, periksalah
endorsemen atas (D1) kebenaran nama,
check yang jumlah, dan
diterima (5) tanggal (15)
Total penerimaan Memeriksa ada Bandingkan
kas per batch tidaknya paraf daftar penerimaan
dibandingkan pegawai kas dengan
dengan laporan pengontrol data duplikat slip
yang dibuat pada total per setoran(16)
computer (P4) batch (8)
Laporan Memeriksa
dikirimkan setiap apakah laporan
bulan kepada para piutang benar-
pelanggan (P5) benar dikirimkan
(6)
Kas yang Akuntan Memeriksa Dapatkan daftar
diterima merekonsiliasi apakah akuntan penerimaan kas
disetorkan setiap rekening kas di merekonsiliasi dan telusur
hari ke bank dan bank secara rekening kas di jumlah-jumlah ke
dicatat sebesar independen (P1) bank (3) jurnal penerimaan
kas yag diterima kas, periksalah
(ketelitian) Total penerimaan Memeriksa paraf kebenaran nama,
kas per batch pegawai jumlah, dan
dibandingkan pengontrol data tanggal (15)
dengan laporan pada total per Buatlah pengujian
yang dibuat batch (8) penerimaan kas
computer (P4) (18)
Gambar Program Audit untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
untuk Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT ABC (Format untuk Dilaksanakan)
PT ABC
Prosedur Audit untuk Pengujian Pengendalian dan
4 Pengujian Substantif
Transaksi untuk Penjualan dan Penerimaan Kas
(Ukuran sampel dan unsur-unsur sampel tidak disertakan )
Umum
Salah satu bagian penting dari tanggung jawab auditor dalam pengauditan penerimaan kas
adalah mengidentifikasi defisiensi dalam pengendalian internal yang dapat meningkatkan
5
kemungkinan terjadinya penyelewengan. Berikut prosedur-prosedur audit yang dirancang terutama
untuk menemukan penyelewengan:
1) Menentukan Apakah Penerimaan Kas Telah Dicatat
Apabila sebelum kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau daftar kas lainnya, terutama
bila penjualan dan penerimaan kas dicatat secara bersamaan, maka penggelapan kas akan sulit
untuk dideteksi. Praktik yang lazim dilakukan auditor adalah menelusur dari pengantar
pembayaran bernomor urut tercetak atau daftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan kas dan
buku pembantu piutang usaha sebagai pengujian substantif atas pencatatan penerimaan kas yang
terjadi dan akan efektif bila pita pencatat dalam register kas atau daftar penerimaan kas lainnya
dibuat pada saat kas diterima.
2) Pengujian Penerimaan Kas
Prosedur ini sangat bermanfaat untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas telah
disetorkan ke dalam rekening di bank. Dalam pengujian ini jumlah penerimaan kas sebagaimana
tercantum dalam jurnal penerimaan kas untuk suatu periode, misalnya satu bulan, direkonsiliasi
dengan setoran yang sesungguhnya dilakukan ke bank pada periode yang sama. Prosedur ini
tidak dapat digunakan untuk menemukan penerimaan kas yang belum dicatat dalam jurnal
penerimaan kas atau ada kesenjangan waktu dalam melakukan penyetoran ke bank, tetapi bisa
mengungkapkan penerimaan kas yang telah dicatat tetapi belum disetor ke bank, setoran yang
belum dicatat, pinjaman yang tidak atau belum dicatat, pinjaman dari bank yang disetor
langsung ke rekening perusahaan di bank, dan kesalahan penyajian semacam itu.
3) Pengujian untuk Menemukan Lapping Piutang Usaha
Lapping piutang usaha adalah pengunduran waktu pencatatan penerimaan pengumpulan
piutang dengan maksud untuk menutupi kekurangan kas. Penggelapan dilakukan oleh orang
melakukan penerimaan kas dan selanjutnya yang juga mencatat di sistem komputer.
Penggelapan tersebut dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah rupiah dan tanggal
yang tercantum dalam pengantar pembayaran dengan ayat jurnal penerimaan kas yang
bersangkutan serta duplikat slip setoran ke bank.
Apabila pengendalian internal untuk transaksi-transaksi tersebut telah dinilai efektif dan
pengujian substantif transaksi transaksi yang bersangkutan mendukung kesimpulan tersebut, maka
kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat dikurangi.
Pengendalian internal yang berkaitan langsung dengan pengendalian internal serta penyajian dan
pengungkapan bisa juga diadakan, bahkan bila belum teridentifikasi atau diuji sebagai bagian dari
pengujian pengendalian atau pengujian substantftransaksi. Untuk sirklus pengumpulan dan
penjualan piutang, hal ini mungkin sekalimempengaruhi nilai bersih bisa direalisasi dan tujuan audit
saldo tentang hak dan kewajiban serta tujuan audit penyajian dan pengungkapan.
Nilai bersih bisa direalisasi adalah tujuan audit saldo untuk piutang usaha yangpenting sekali
karena kolektibilitas piutang seiring mencerminkan bagian yang cukupbesar dalam laporan
keuangan. Oleh karena itu, auditor sering kali menetapkan risikoinheren pada tingkat yang tinggi
untuk tujuan nilai bersih bisa direalisasi. Idealnya,klien tidak tertagihnya piutang. Kita telah
membahas tentang pemberian otorisasi olehpejabat yang tepat. Dua pengendalian lainnya adalah:
1) Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan ditindaklanjuti oleh personil
manajemen yang tepat.
2) Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada kemungkinan
untuk ditagih.
8
9