Disusun Oleh :
NIM : 19613293
PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 19613293
Telah diterima dan disahkan oleh pembimbing Institusi atas Asuhan Keperawatan Dasar
yang telah diikuti selama Praktik Klinik Keperawatan Dasar yakni pada tanggal 4-9 Januari
2021.
1. KONSEP DASAR
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting
dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi adalah pelepasan sisa-sisa
metabolisme tubuh. Secara umum sisa-sisa metabolisme dibagi menjadi dua yaitu
eliminasi fekal (buang air besar/defekasi) dan eliminasi urine (buang air kecil / BAK )
(Haryono, 2012).
Eliminasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolime berupa feses
atau urine yang berasal dari saluran pencernaan dan kencing melalui anus atau uretra
(Tarwoto & Wartonah, 2004).
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolime tubuh baik berupa urine atau
bowel (feses) (Dianawuri,2009).
Jadi, eliminasi adalah sisa metabolisme yang disaring melalui saluran pencernaan atau
saluran kencing yang berupa feses dan urine.
Sedangkan eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi
dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk
difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine. Sebagian besar hasil filtrasi akan
diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
Dalam kondisi normal urine yang dikeluarkan sebanyak 1400-1500cc/24 jam atau
sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa, bayi 60-400 ml/ hari, anak-anak 500-1000ml/
hari.
1.2. Etiologi
- Obstruksi
- Batuk
- Infeksi
a. Retensi Urine
1. Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan diri
2. Pembengkakan perineal
4. Rektokel
b. Inkontinensia Urine
3. Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia sampai
inkontinensia sebagian penyebab inkontinensi :
- Proses ketuaan
- Menurunya kesadaran
c. Urgency
e. Urinary Suppresi
2. Secara normal urine diproduksi ginjal pada kecepatan 60-12- ml/jam (720-1440
ml/hari) dewasa
3. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oelh ginjal disebut oliguria
misalnya 100-500 ml/hari
4. Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar
1.3. Klasifikasi
a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi output
urine atau defekasi. Seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine
yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari
kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
b. Aktivitas
d. Infeksi
e. Kehamilan
f. Penyakit ; pembesaran kelenjar ptostat
Cedera pada sumsum tulang belakang dan kepala dapat menurunkan stimulus
sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien
untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya,klien bisa mengalami konstipasi. Atau
seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya
fungsi dari spinkter ani.
h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic
dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama
dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras. Obat-obatan
beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal.
i. Umur
b. Makanan
a. Pemeriksaan USG
a. Eliminasi Urine
• Bayi dan balita belum mampu mengeluarkan urine secara efektif. Warna
urine kuning muda atau jenrih. Anak-anak memgeluarkan urine lebih
banyak dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang lebih kecil.
• Dewasa atau remaja volume urine normal sekitar 1600 ml/hr. ginjal
telah mampu mengolah urine secara efektif sehingga urine yang
dihasilkan berwarna normal. Saat malam hari normalnya produksi
urine menurun karena terjadi penurunan aliran darah selama istirahat.
- Sosiokultural
- Psikologis
Kecemasan dan sress emosi tidak merubah karakteristik urine dan feses tapi
merubah pola, misanya menjadi lebih sering
- Kebiasaan seseorang
- Tonus otot
Semakin banyak cairan yang masuk maka semakin banyak urine yang
diproduksi. Kopi, tea, coklat dan soft drik yang mengandung kafein
meningkatkan diuresis sehingga meningkatkan frekuensi kencing begitu juga
dengan sayur dan buah-buahan
- Kondisi penyakit
Gagal ginjal kronik atau akut menurunkan volume urine. Infeksi pada vesika
urinaria dapat berakibat kecing tidak tuntas. Pembesaran kelenjar prostat
berakibat terhambatnya atau obstruksi aliran urine.
- Pembedahan
- Pemeriksaan diagnostic
b. Eliminasi fekal
- Usia
- Diet
- Intake cairan
- Aktivitas
- Fisiologis
- Pengobatan
- Gaya hidup
- Prosedur diagnostic
- Penyakit
- Nyeri
Subjektif
Mayor :
1. Desakan berkemih
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis
Objektif :
Mayor :
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIAGNOSA KEPERAWATAN
GANGGUAN ELIMINASI URINE
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama
Usia berhubungan dengan perkembangan
Alamat
Agama
Pekerjaan berhubungan dengan social ekonomi
Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan
Penanggung jawab :
Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama
Keluhan utama diambil saat pasien belum masuk rumah sakit dan setelah masuk
rumah sakit. Keluhan utama merupakan pernyataan pasien mengenai masalah atau
penyakit yang mendorong pasien memeriksakan diri atau keluhan yang paling
dirasakan klien saat sebelum masuk rumah sakit dan sesudah masuk rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mengkaji status kesehatan klien saat dilakukan pengkajian pada gangguan
eliminasi urine
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit dulu yang pernah diderita oleh pasien
e. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga baik itu penyakit menular, dan
menurun
f. Anamnesa
Kebiasaan berkemih
1. Bagaimana kebiasaan berkemih?
2. Adakah hambatan?
3. Apakah frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan atau kesempatan?
Pola berkemih
1. Frekuensi, berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam?
2. Urgensi, sering ke toilet karena takut mengalami inkontinensia jika tidak
berkemih?
3. Disruria, adakah rasa sakit saat berkemih atau kesulitan untuk berkemih?
4. Poliuria, apakah urine yang keluar berlebihan, tanpa ada peningkatan masukan
cairan?
5. Urinaria supresi, apakah saat berkemih keadaan produksi urine yang berhenti
mendadak?
6. Volume urine, berapa banyak jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24
jam?
7. Keadaan urine, bagaimana warna, bau, kejernihan dan adakah darah yang
keluar saat berkemih?
g. Pola kesehatan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Pola asupan makanan pasien meliputi, pola makan, minum, dan kecukupan
gizi pasien
2. Pola eliminasi
Pola pasien dalam BAK dan BAB yang meliputi, warna, frekuensi,
konsistensi.
3. Pola aktivitas
Gerakan pasien meliputi, pekerjaan pasien yang dapat mengendorkan otot,
kebiasaan tidur dan istirahat pasien
4. Personal hygiene
Kebiasaan pasien menjaga kebersihan tubuh, kulit kepala, rambut, gigi, dan
genetalia, dengan cara mandi, keramas, menggosok gigi, dan lain-lain.
h. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan pasien saat datang ke RS meliputi kesadaran, keadaan emosional,
tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.
2. Pemeriksaan kepala
- Inspeksi
Bentuk kepala, kulit kepala, rambut pasien (peryebaran, keadaan rambut,
warna rambut, tekstur rambut ), wajah pasien (warna kulit, struktur wajah)
- Palpasi
Ubun-ubun (datar / cekung / cembung), nyeri tekan
3. Pemeriksaan mata
- Inspeksi dan Palpasi
Kesimetrisan mata, pertumbuhan alis dan bulu mata, warna konjungtiva,
reflek pupil terhadap cahaya
4. Pemeriksaan telinga
- Inspeksi dan palpasi
Bentuk telinga, amati lubang telinga dengan otoskop, identifikasi
ketajaman pendengaran
5. Pemeriksaan hidung
- Inspeksi
Bentuk hidung, amati lubang hidung dengan spekulum hidung
6. Pemeriksaan mulut
- Inspeksi
Amati mukosa bibir, rongga mulut, gusi dan kelengkapan gigi, periksa
ketajaman indra perasa,
7. Pemeriksaan leher
- Inspeksi dan palpasi
Bentuk leher, pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
a. Pemeriksaan paru-paru
Inspeksi :
1. Perhatikan secara keseluruhan : Bentuk thorax, Ukuran dinding
dada, kesimetrisan, Keadaan kulit, Klavikula, fossa supra dan
infraklavikula, lokasi costa dan intercosta pada kedua sisi, Ada
bendungan vena atau tidak, Pemeriksaan dari belakang perhatikan
bentuk atau jalannya vertebra, bentuk scapula
2. Amati pernafasan pasien : Frekuensi pernafasan, dan gangguan
frekuensi pernafasan, Ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasan (tanda sesak nafas) : Retraksi intercosta, Retraksi
suprasternal, pernafasan cuping hidung(pada bayi), Adanya nyeri
dada, Adanya batuk atau tidak. Suara batuk produktif atau kering.
Sputum mengandung darah / tidak, Amati adanya gangguan irama
pernafasan
Palpasi :
Memeriksa gerakan diafragma dan sensasi rasa nyeri dada, Palpasi
posisi costa, Palpasi Vertebra, Palpasi getaran suara paru (Traktil /
Vokal Fremitus)
Perkusi :
Perkusi paru-paru anterior, perkuri paru-paru posterior,
Auskultasi :
Dengarkan suara nafas pasien, identifikasi adanya nafas tambahan
b. Pemeriksaan jantung
Inspeksi dan palpasi :
1. Letakkan tangan pada ruang intercostae II (area aorta dan
pulmonal), lalu amati ada tidaknya pulsasi
2. Geser tangan ke ruang intercostae V parasternal sinister (area
ventrikel kanan/tricuspid). Amati adanya pulsasi,
Palpasi :
Untuk memeriksa batas jantung :
1. ICS II (area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah
kiri)
2. ICS V Mid Sternalis kiri (area katup trikuspid atau ventrikel
kanan)
3. ICS V Mid Clavikula kiri (area katup mitral)
4. Untuk mengetahui batas, ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
Batas-batas jantung normaladalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Midclavikula Kiri
Batas Kanan: ICS IV MidSternalis Kanan
Auskultasi :
Dengarkan BJ I pada :
1. ICS V garis midsternalis kiri (area katup trikuspid)
2. ICS V garis midklavicula kiri (area katup mitral): terdengar
LUB lebih keras akibat penutupan katub mitral dan trikuspid
Dengarkan BJ II pada :
1. ICS II garis sternalis kanan (area katup aorta)
2. ICS II garis sternalis kiri (area katup pulmonal): terdengar DUB
akibat penutupan katup aorta dan pulmonal.
Dengarkan adanya Murmur (bising jantung)
c. Pemeriksaan abdomen
Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area pinggang.
Kandung kemih tidak teraba
Inspeksi :
Permukaan perut, bentuk perut, gerakan dinding perut
Auskultasi :
Suara abdomen, Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama
1 menit dan perhatikan : intensitas, frekuensi, dan nada. Normal
frekuensi peristaltik 5-35 x/menit, Dengarkan suara vaskuler dari :
aorta (di epigastrium), arteri hepatika (di hipokondrium kanan), arteri
lienalis : di hipokondrium kiri
Perkusi :
Identifikasi adanya, pembesaran organ, adanya udara bebas, cairan
bebas di dalam rongga perut, perkusi hepar, perkusi limpa
Rasakan : adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri tekan atau tidak,
periksa adanya massa abdomen, palpasi hepar, palpasi limpa, palpasi
ginjal
8. Pemeriksaan neurologis
Periksa tingkat kesadaran, periksa respon verbal dan non verbal
9. Pemeriksaan sistem intergumen
Identifikasi warna kulit, adanya lesi, dan tekstur kulit
10. Pemeriksaan ekstermitas
Pergerakan ekstermitas atas dan bawah, kekuatan otot
11. Pemeriksaan genetalia
Amati rambut pubis, adanya nyeri tekan, adanya massa
i. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan IVP (Intravenous pyelogram)
Dengan membatasi jumlah asupan dapat memengaruhi produksi urine
- Pemeriksaan urine (urinalisis)
Warna (N : jernih kekuningan)
Penampilan (N : jernih)
Bau (N : beraroma)
PH (N : 4,5 – 8,0)
Berat jenis (N : 1,005 – 1.030)
Glukosa (N : negatif)
Keton (N : negatif)
- Kultur urine (N : kuman patogen negatif)
j. Penatalaksanaan
Sebuah proses menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu keputusan dan
memberi perawatan, yang telah berakar pada tindakan keperawatan.
2. Analisa Data
Subjektif Objektif
- Mengajark
an tanda
dan gejala
infeksi
saluran
kemih
- Mengajark
an
mengurang
i minum
menjelang
tidur
- Mengajark
an
mengukur
asupan
cairan
danhaluara
n urine
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian obat
supositora uretra
5. Perumusan Masalah
Melambat laju filtrasi Otot sfingter tidak Otot sfingter tidak Mencegah
glomelurus merespon keinginan merespon keinginan reabsorbsi
berkemih berkemih air
Mengurangi haluan
urine Urine keluar tanpa Urine
disadari menumpuk
dikandung
Retensi Urine kemih
Inkontinensia Urine
Fungsional
Inkontinensia Urine
Refleks
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria
hasil NOC. Jakarta : EGC.
Hidayat, AAA., Musifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia,
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8, Jakarta: EGC.
Nanda 2005-2006. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC.
Kircher & Callanan (2003),Near Death Experiences and DeathAwareness in the Terminally.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Andre, Terence & Eugene. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Karisma Publising
Group.
Carpenito & Linda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: ECG.
Nursalam & Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.