PENDAHULUAN
1
2. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan berkualitas
3. Untuk meningkatkan sistem informasi surveilans, monitoring dan
kesehatan
4. Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan
Semua strategi di atas terkait dengan Primary Health Care, dua
yang pertama pada nomor 1 dan 2 erat terkait dengan perawatan kesehatan
primer. Hal itu menunjukkan peran pentingnya Primary Health Care dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan
kesehatan essensial yang dibuat dan bisa teeerjangkau secara universal
oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. Fokus dari pelayanan
kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum beerbagai aspek
masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian
pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi
mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang
lebih baik.
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
negara bertanggung jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di
dunia, termasuk Indonesia, pelayanan kesehatannya tumbuh menjadi
industri yang tak terkendali dan menjadi tidak manusiawi. Mengalami hal
yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the commercialization
of health care in unregulated health systems”. Kondisi ini ditandai dengan
maraknya komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh
pembiayaan kesehatan yang belum baik. Setelah deklarasi Alma Ata
(1978), program kesehatan menjadi gerakan politik universal. Deklarasi ini
telah menjadi tonggak sejarah peradaban manusia. Kesehatan diakui
sebagai hak asasi manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras
dan kewaranegaraan, agama serta gender.
Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus di
perjuangkan, serta meningkatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat
pembangunan sosial dan bukan sekadar hasil dari kemajuan pembangunan
2
ekonomi semata. Kesadaran ini melahirkan konsep primary health care
(PHC) yang intinya: pertama, menggalang potensi pemerintah – swasta –
masyarakat lintas sektor, mengingat kesehatan adalah tanggung jawab
bersama. Kedua, menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta
menolak dominasi elite dokter yang cenderungf mengutamakan pelayanan
rumah sakit, peralatan canggih dan mahal. Ketiga memanfaatkan
teknologi secara tepat guna pada setiap tingkat pelayanan. Berbagai negara
di belahan dunia, seperti Uni Eropa, Amerika Latin, serta di beberapa
negara Asia, berhasil menata kembali sistem kesehatannya dengan kembali
menerapkan primary health care (PHC) sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang dari Primary Health Care (PHC)
2. Apa pengertian dari Primary Health Care (PHC)
3. Apa tujuan PHC
4. Apa unsur utama dari PHC
5. Apa Prinsip dari PHC
6. Apa Program dari PHC
7. Apa tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC
8. Bagaimana Perkembangan PHC Di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Latar Belakang Dari PHC
2. Untuk Mengetahui Pengertian Dari PHC
3. Untuk mengetahui tujuan PHC
4. Untuk mengetahui unsur utama dari PHC
5. Untuk Mengetahui Prinsip Dari PHC
6. Untuk Mengetahui Program dari PHC
7. Untuk Mengetahui Tanggungjawab Tenaga Kesehatan dalam PHC
8. Untuk Mengetahui Perkembangan PHC Di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dilaksanakan dengan melibatkan kerjasama lintas sektoral dari instansi-
instansi yang berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk
semua dan strategi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat
indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat
untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah :
1. perkembangan sosial dan ekonomi
2. penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan
3. kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial
ekonomi.
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha
perawatan PHC adalah Dr. Amelia Maglacas pada tahun 1986.
5
2.3 Tujuan PHC
Tujuan umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat
yang menerima pelayanan.
Tujuan khusus
1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan
sumber sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.4 Unsur, Prinsip dan program PHC
2.4.1 Unsur PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai
berikut :
1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
2.4.2 Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-
prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna
mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut
:
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan
utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu
tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
6
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak
dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk
vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan
maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya.
Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga
bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di
sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi
kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau
tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan
atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya
dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan;
pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih
dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi
masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-
organisasi sukarela , dll).
7
2.4.3 Program PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 Program PHC yaitu :
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan
penyakit serta pengendaliannya
2. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial
2.5 Tanggungjawab Tenaga Kesehatan dalam PHC
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan
kesehatan
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri
pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
2.6 Perkembangan PHC di Indonesia
PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam
pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali dengan kampanye
massal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular,
karena pada waktu itu banyak negara yang tidak mampu mengatasi dan
menanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare dan sebagainya.
Pada tahun 1960 teknologi kuratif dan preventif dalam struktur
pelayanan kesehatan telah mengalami kemajuan. Sehingga timbulah
pemikiran untuk mengembangkan konsep “Upaya Dasar Kesehatan”.
Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan
mengungkapkan bahwa banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan
8
yang dijalankan dan banyak issue tentang kurangnya pemerataan
pelayanan kesehatan di daerah – daerah pedesaan. Akhirnya pada tahun
1977 dalam sidang kesehatan dunia (World Health Essembly) dihasilkan
kesepakatan “Health for All by The Year 2000 atau Kesehatan Bagi
Semua Tahun 2000 dengan sasaran semesta utamanya adalah :
“Tercapainya Derajat Kesehatan yang Memungkinkan Setiap Orang Hidup
Produktif Baik Secara Sosial Maupun Ekonomi”. Oleh karena itu untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan perubahan orientasi dalam
pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan-perubahan dari :
1. Pelayanan Kuratif ke promotif dan preventif
2. Daerah perkotaan ke pedesaan
3. Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah
4. Kampanye massal ke upaya kesehatan terpadu
2.7 Pengertian
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik
dalam bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan
dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat
dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
9
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem
pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu
atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang
tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas
dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif
dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas
program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan.
(Kanwil Depkes Jawa Timur)
Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD
tersebut diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan
operasional terpadu (comprehensive operational approach) yang meliputi
pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar
program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan multi displiner
(multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational approach), dsb.
Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan
edukatif, hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai
komplemen maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan
nasional ini.Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD
secara bertahap dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka
kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui
pemerataan akan peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih
nyata
Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan
kegiatan diluar gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “
di dalam memacu secara edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oleh
masyarakat dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan
prakarsa masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah
secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan desa
10
khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat
kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang
bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk
kegiatan PKMD.
11
Misalnya : Kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan pinjam
untuk meningkatkan pendapatan, atau usaha bersama untuk meningkatkan taraf
pendidikan masyarakat dengan bekerja sambil belajar, dan sebagainya.
Pengembangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan
tetapi juga meliputi masyarakat daerah perkotaan yanga berpenghasilan rendah.
Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu
(posyandu) 5 program, yaitu :
KIA
KB
Gizi
Imunisasi
Penanggulangan Diare juga merupakan salah satu bentuk dari kegiatan
PKMD.
12
Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur, Bupati,
atau Camat.
Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.
Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang
efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat
desa.
Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kesehatan
berfungsi sebagai dinamisator.
Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD adalah :
1. Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang
kesehatan dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah
2. Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan
sumber daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina
kemampuan dan keberaniannya untuk berperan secara aktif dan
berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka
3. Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan
terlebih dahulu agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak
dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan mereka
4. Harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang
tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat
5. Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan
berkesinambungan baik antara para pembina maupun antara pembina
dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung
kegiatan PKMD
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Primary Health Care (PHC) merupakan hasil pengkajian,
pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara
yang diawali dengan kampanye massal pada tahun 1950-an dalam
pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara
tidak mampu mengatasi dan meenanggulangi wabah penyakit TBC,
campak, diare dan sebagainya.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (Self
determination).
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum
dilaksanakan melalui pusat kesehatan dan di bawahnya (termsuk sub-pusat
kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis
kesehatan masyarakat seperti Rumah BersalinDesa dan Pelayanan
Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara
administratif, indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91
Kotamadya, 5.263 Kecamatan dan 62.806 Desa.
Di Indonesia, PHC memiliki tiga strategi utama, yaitu kerjassama
multisektoral, partisipasi masyarakat dan penerapan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat. Sampai saat ini
semua penerapan itu telah berjalan meskipun ada beberapa hambatan
dalam pelaksanaannya.
14
3.2 Saran
Makalah Kesehatan Masyarakat tentang “Konsep PHC” ini masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu diharapkan kepada dosen
pembimbing dan para teman- teman pembaca agar dapat memberi
masukan berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
15
DAFTAR PUSTAKA
16