Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan
Kesehatan Utama (PHC), Indonesia telah mengembangkan berbagai
bentuk Puskesmas di beberapa daerah. Berdasarkan penelitian pada tahun
1976 diketahui bahwa 200 masyarakat kegiatan kesehatan berbasis
(CBHA) telah di terapkan dan di laksanakan dalam masyarakat.
Seiring waktu, Puskesmas telah berkembang pesat dalam berbagai
bentuk CBHA dan salah satu itu di catat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu). Aktivitas itu meliputi lima program utama, yaitu keluarga
perencanaan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, imunisasi dan diare
pencegahan. Selain posyandu, ada rumah sakit bersalin desa (VMH) yang
dikelola oleh bidan desa sebagai cara untuk membuat kesehatan ibu dan
anak dekat dengan masyarakat jasa.
CBHA dapat tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat
kesehatan. Namun, CBHA pergi ke penurunan ketika krisis moneter pada
tahun 2997 meledak yang mengakibatkan multi-dimensi krisis,
krisismenciptakan reformasi total dalam banyak aspek, termasuk di sektor
kesehatan. Meskipun penting, desentralisasi menguasasi aspek yang paling
pembangunan, termasuk sektor kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah
model perencanaan, yang sebelumnya adalah sentralisasi menjadi
tergantung pada masing-masing kabupaten. Ini memiliki implikasi pada
prioritas pengaturan masing-masing kabupaten. Banyak perhatian lebih
pada pemerintah daerah aspek kuratif daripada promotf dan tindakan
pencegahan. Setelah euforia demokrasi berakhir, semua sektor termasuk
kesehatan mulai menghidupkan kembali dan merevisi prioritas mereka
untuk skala yang lebih baik. Pada tingkat visi misi pusat dan nilai-nilai
DepKes dirumuskan dan dijelaskan ke empat strategi utama, yaitu:
1. Untuk mengaktifkan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat

1
2. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan berkualitas
3. Untuk meningkatkan sistem informasi surveilans, monitoring dan
kesehatan
4. Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan
Semua strategi di atas terkait dengan Primary Health Care, dua
yang pertama pada nomor 1 dan 2 erat terkait dengan perawatan kesehatan
primer. Hal itu menunjukkan peran pentingnya Primary Health Care dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan
kesehatan essensial yang dibuat dan bisa teeerjangkau secara universal
oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. Fokus dari pelayanan
kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum beerbagai aspek
masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian
pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi
mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang
lebih baik.
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
negara bertanggung jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di
dunia, termasuk Indonesia, pelayanan kesehatannya tumbuh menjadi
industri yang tak terkendali dan menjadi tidak manusiawi. Mengalami hal
yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the commercialization
of health care in unregulated health systems”. Kondisi ini ditandai dengan
maraknya komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh
pembiayaan kesehatan yang belum baik. Setelah deklarasi Alma Ata
(1978), program kesehatan menjadi gerakan politik universal. Deklarasi ini
telah menjadi tonggak sejarah peradaban manusia. Kesehatan diakui
sebagai hak asasi manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras
dan kewaranegaraan, agama serta gender.
Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus di
perjuangkan, serta meningkatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat
pembangunan sosial dan bukan sekadar hasil dari kemajuan pembangunan

2
ekonomi semata. Kesadaran ini melahirkan konsep primary health care
(PHC) yang intinya: pertama, menggalang potensi pemerintah – swasta –
masyarakat lintas sektor, mengingat kesehatan adalah tanggung jawab
bersama. Kedua, menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta
menolak dominasi elite dokter yang cenderungf mengutamakan pelayanan
rumah sakit, peralatan canggih dan mahal. Ketiga memanfaatkan
teknologi secara tepat guna pada setiap tingkat pelayanan. Berbagai negara
di belahan dunia, seperti Uni Eropa, Amerika Latin, serta di beberapa
negara Asia, berhasil menata kembali sistem kesehatannya dengan kembali
menerapkan primary health care (PHC) sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang dari Primary Health Care (PHC)
2. Apa pengertian dari Primary Health Care (PHC)
3. Apa tujuan PHC
4. Apa unsur utama dari PHC
5. Apa Prinsip dari PHC
6. Apa Program dari PHC
7. Apa tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC
8. Bagaimana Perkembangan PHC Di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Latar Belakang Dari PHC
2. Untuk Mengetahui Pengertian Dari PHC
3. Untuk mengetahui tujuan PHC
4. Untuk mengetahui unsur utama dari PHC
5. Untuk Mengetahui Prinsip Dari PHC
6. Untuk Mengetahui Program dari PHC
7. Untuk Mengetahui Tanggungjawab Tenaga Kesehatan dalam PHC
8. Untuk Mengetahui Perkembangan PHC Di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang PHC


World Health Essembly tahun 1977 telah menghasilkan
kesepakatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua atau Health
for All” . Pada tahun 2000 (KBS 2000 / HFA by The Year 2000), yaitu
tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
Selanjutnya pada tahun 1978, konferensi di Alma Ata menetapkan
Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global untuk
mencapai kesehatan bagi semua (KBS) atau Health for All by The Year
2000 (HFA 2000). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut
menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan
menyatakan bahwa untuk mencapai kesehatan bagi semua tahun 2000
(HFA 2000) kuncinya adalah PHC (Primary Health Care) dan bentuk
operasional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD (Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Desa).
Hal tersebut disadari bahwa kesehatan adalah kebutuhan dasar dan
modal utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan
memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau
mampu memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah
bersama secara global, diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang
buruk, sosial ekonomi yang rendah yang menyebabkan tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan gizi, pemeliharaan kese hatan, perididikan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya.Oleh karena itu Primary Health Care
merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai Kesehatan Bagi
Semua Pada Tahun 2000 sebagai tujuan pembangunan kesehatan semesta
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Di Indonesia bentuk
operasional PHC adalah PKMD dengan berlandasakan kepada Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan MPR untuk

4
dilaksanakan dengan melibatkan kerjasama lintas sektoral dari instansi-
instansi yang berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk
semua dan strategi PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat
indikator global untuk pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat
untuk semua pada tahun 1986. indikator tersebut adalah :
1. perkembangan sosial dan ekonomi
2. penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan
3. kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial
ekonomi.
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha
perawatan PHC adalah Dr. Amelia Maglacas pada tahun 1986.

2.2 Pengertian PHC


Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
Pelayanan kesehatan primer / PHC merupakan strategi yang dapat
dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk
semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa di
terima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial
bisa diraih dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang di
sertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyarakat dalam
menentukan sesuatu tentang kesehatan.

5
2.3 Tujuan PHC
Tujuan umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat
yang menerima pelayanan.
Tujuan khusus
1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan
sumber sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 
2.4 Unsur, Prinsip dan program PHC
2.4.1 Unsur PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai
berikut :
1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
2.4.2 Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-
prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna
mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut
:
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan
utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu
tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif

6
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak
dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk
vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan
maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya.
Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga
bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di
sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi
kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau
tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan
atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya
dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan;
pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih
dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi
masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-
organisasi sukarela , dll).

7
2.4.3 Program PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 Program PHC yaitu :
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan
penyakit serta pengendaliannya
2. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial
2.5 Tanggungjawab Tenaga Kesehatan dalam PHC
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan
kesehatan
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri
pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
2.6 Perkembangan PHC di Indonesia
PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam
pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali dengan kampanye
massal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular,
karena pada waktu itu banyak negara yang tidak mampu mengatasi dan
menanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare dan sebagainya.
Pada tahun 1960 teknologi kuratif dan preventif dalam struktur
pelayanan kesehatan telah mengalami kemajuan. Sehingga timbulah
pemikiran untuk mengembangkan konsep “Upaya Dasar Kesehatan”.
Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan
mengungkapkan bahwa banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan

8
yang dijalankan dan banyak issue tentang kurangnya pemerataan
pelayanan kesehatan di daerah – daerah pedesaan. Akhirnya pada tahun
1977 dalam sidang kesehatan dunia (World Health Essembly) dihasilkan
kesepakatan “Health for All by The Year 2000 atau Kesehatan Bagi
Semua Tahun 2000 dengan sasaran semesta utamanya adalah :
“Tercapainya Derajat Kesehatan yang Memungkinkan Setiap Orang Hidup
Produktif Baik Secara Sosial Maupun Ekonomi”. Oleh karena itu untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan perubahan orientasi dalam
pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan-perubahan dari :
1. Pelayanan Kuratif ke promotif dan preventif
2. Daerah perkotaan ke pedesaan
3. Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah
4. Kampanye massal ke upaya kesehatan terpadu

PENERAPAN PHC DI INDONESIA /PKMD

2.7 Pengertian
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik
dalam bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan
dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat
dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.

PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya


didasarkan melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga ini
diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di Pedusunan melalui segala
pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut
membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di
Desanya (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976)

9
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem
pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu
atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang
tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas
dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif
dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas
program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan.
(Kanwil Depkes Jawa Timur)
Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD
tersebut diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan
operasional terpadu (comprehensive operational approach) yang meliputi
pendekatan secara sistem (system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar
program (inter program and inter sektoral approach), pendekatan multi displiner
(multi displionary approach), pendekatan edukatif (educational approach), dsb.
Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan
edukatif, hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai
komplemen maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan
nasional ini.Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD
secara bertahap dan terus menerus harus mampu didorong untuk membuka
kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya melalui
pemerataan akan peranserta setiap individu di desa secara lebih luas dan lebih
nyata
Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan
kegiatan diluar gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “
di dalam memacu secara edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oleh
masyarakat dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan
prakarsa masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah
secara lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional umumnya dan pembangunan desa

10
khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan di tingkat
kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-sektor yang
bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk
kegiatan PKMD.

2.8 Tujuan PKMD


Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
Tujuan khusus
a.      Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b.      Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
c.       Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang
mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
d.      Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa
indikator :
-   Angka kesakitan menurun
-   Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
-   Angka kelahiran menurun
-   Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita

2.9    Ruang Lingkup PKMD


Tujuan PKMD adalah meningkatkan status kesehatan dalam rangka
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian status
kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama lingkungan dan faktor
perilaku masyarakat oleh karenanya kegiatan PKMD tidak terbatas dalam bidang
pelayanan kesehatan saja, akan tetapi menyangkut juga kegiatan diluar kesehatan
yang berkaitan dengan peningkatan status kesehatan dan perbaikan mutu hidup
masyarakat.

11
Misalnya : Kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan pinjam
untuk meningkatkan pendapatan, atau usaha bersama untuk meningkatkan taraf
pendidikan masyarakat dengan bekerja sambil belajar, dan sebagainya.
Pengembangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan
tetapi juga meliputi masyarakat daerah perkotaan yanga berpenghasilan rendah.
Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu
(posyandu) 5 program, yaitu :
         KIA
         KB
         Gizi
         Imunisasi
         Penanggulangan Diare juga merupakan salah satu bentuk dari kegiatan
PKMD.

2.10    Langkah-Langkah Pemetaan PKMD


Langkah- langkah pemetaan PKMD diantaranya :
a.      Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
yang dilakukan masyarakat minimal mencakup salah satu dari 8 unsur Primary
Haelath Care sebagai berikut:
  Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta perlindungannya.
  Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi.
  Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.
  Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana
  Imunisasi untuk penyakit yang utama
  Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat
  Pengobatan penyakit umum dan luka-luka
  Penyediaan obat esensial.
b.      Pengembangan dan Pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut:
  Berpedoman pada GBHN.
  Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor melalui
pendekatan edukatif.

12
  Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur, Bupati,
atau Camat.
  Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.
  Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang
efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat
desa.
  Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kesehatan
berfungsi sebagai dinamisator.
Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD adalah :
1.      Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang
kesehatan dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah
2.      Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan
sumber daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina
kemampuan dan keberaniannya untuk berperan secara aktif dan
berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka
3.      Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan
terlebih dahulu agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak
dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan mereka
4.      Harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang
tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat
5.      Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan
berkesinambungan baik antara para pembina maupun antara pembina
dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung
kegiatan PKMD

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Primary Health Care (PHC) merupakan hasil pengkajian,
pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara
yang diawali dengan kampanye massal pada tahun 1950-an dalam
pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara
tidak mampu mengatasi dan meenanggulangi wabah penyakit TBC,
campak, diare dan sebagainya.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (Self
determination).
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum
dilaksanakan melalui pusat kesehatan dan di bawahnya (termsuk sub-pusat
kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis
kesehatan masyarakat seperti Rumah BersalinDesa dan Pelayanan
Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara
administratif, indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91
Kotamadya, 5.263 Kecamatan dan 62.806 Desa.
Di Indonesia, PHC memiliki tiga strategi utama, yaitu kerjassama
multisektoral, partisipasi masyarakat dan penerapan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat. Sampai saat ini
semua penerapan itu telah berjalan meskipun ada beberapa hambatan
dalam pelaksanaannya.

14
3.2  Saran
Makalah Kesehatan Masyarakat tentang “Konsep PHC”  ini masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu diharapkan kepada dosen
pembimbing dan para teman- teman pembaca agar dapat memberi
masukan berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Safrudin,dkk.2009.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Trans Info Media:Jakarta


Sukidjo Notoatmojo.2001.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Rineka Cipta:Jakarta
Entjang, Indan.2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Citra Aditya Bakti:Bandung
Azrul Azwar.2001.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Binarupa:Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai