NPM : C1C019014
2. PORTOFOLIO PASAR
Seperti dijelaskan di atas, bahwa pada kondisi pasar yang seimbang, semua investor akan
memilih portofolio pasar, yaitu portofolio yang terdiri dari semua aset-aset berisiko yang juga
merupakan portofolio yang optimal. Berdasarkan teori Portofolio Markowitz, portofolio yang
efisien adalah portofolio yalng berada di sepanjang kurva efficient frontier, seperti terlihat dalam
Gambar 6.1 di bawah ini.
Titik M pada Gambar 2.1. di atas merupakan titik persinggungan antara garis yang ditarik
dari RI (tingkat return bebas risiko) dengan efficient frontier yang terdiri dari portofolio aset-aset
berisiko. Titik M ini merupakan titik yang memiliki sudut tangen tertinggi dibanding titik-titik
lainnya di sepanjang garis efficient frontier, sehingga jika garis RF-L dihubungkan dengan garis
efficient frontier, maka titik persinggungan akan berada di titik M. Dalam kondisi pasar yang
seimbang, semua investor akan memilih portofolio pada titik M sebagai portofolio yang optimal
(terdiri dari aset-aset berisiko). Seperti telah disebutkan di atas, dalam pasar yang seimbang,
terdapat asumsi bahwa semua investor menggunakan analisis Markowitz yang sama dalam
pemilihan portofolio, sehingga semua pilihan portofolio investor akan mengarah pada satu
portofolio aset berisiko yang sama (titik M), dan portofolio inilah yang disebut dengan portofolio
pasar.
Meskipun investor bisa saja memilih titik yang berbeda di sepanjang garis R F-L (terdiri
dari titik-titik portofolio yang merupakan gabungan aset berisiko dan aset bebas risiko), misalnya
di titik C, semua investor diasumsikan akan berinvestasi pada portofolio aset berisiko yang sama
yaitu titik M. Perbedaannya bahwa di titik M hanya terdiri dari portofolio pasar yang merupakan
gabungan aset-aset berisiko saja, sedangkan titik C merupakan kombinasi antara aset bebas
risiko dengan portofolio aset berisiko. Portofolio pada titik M akan selalu terdiri dari semua aset
berisiko, sehingga bisa disimpulkan bahwa pada CAPM, poitofolio pasar adalah portofolio aset
berisiko yang optimal. Karena portofolio pasar terdiri dari semua aset berisiko, maka portofolio
tersebut merupakan portofolio yang sudah terdiversifikasi dengan baik. Dengan demikian, risiko
portofolio pasar hanya akan terdiri dari risiko sistematis saja, yaitu risiko yang tidak dapat
dihilangkan oleh diversifikasi. Risiko sistematis ini terkait dengan faktor-faktor ekonomi makro
yang bisa mempengaruhi semua sekuritas yang ada.
Apa bisa dijadikan ukuran portofolio pasar? Berdasarkan model CAPM, portofolio pasar
seharusnya meliputi semua aset berisiko yang ada, baik itu aset finansial (obligasi, opsi, future
dan sebagainya) maupun aset riil (emas, real estat). Tetapi dalam kenyataannya hal itu sulit
dilakukan karena jumlahnya yang banyak sekali dan tidak mungkin diamati satu per satu. Untuk
itu, diperlukan suatu proksi portofolio pasar, yang bisa diwakili oleh portofolio yang terdiri dari
semua saham yang ada di pasar. Proksi ini bisa diwakili oleh nilai indeks pasar, seperti indeks
Pasar Gabungan (IHSG) ataupun LQ 45, untuk kasus di Indonesia. Untuk selanjutnya indeks
pasar inilah yang digunakan sebagai portofolio pasar. Portofolio tersebut merupakan portofolio
yang terdiri dari aset berisiko, dan risiko portofolio itu akan diukur dengan menggunakan nilai
standar deviasi pasar (m).
E (Rr) = tingkat return yang diharapkan untuk suatu portofolio yang efisien pada
(2v1L
RF= tingkat return pada aset yang bebas risiko
E(R•= tingkat return portofolio pasar (M)
am= standar deviasi return pada portofolio pasar
or= standar deviasi portofolio efisien yang ditentukan
Dari persamaan 2.2. tersebut, terlihat bahwa tingkat return yang diharapkrn dari setiap
portofolio yang efisien pada CML adalah penjumlahan tingkat return bebas risiko (R F)
dengan hasil perkalian antara harga pasar risiko (slope CML) dan risiko portofolio (p)
tersebut.
Dari uraian di atas, beberapa hal penting yang dapat disimpulkad dari pen jelasan
mengenai garis pasar modal (CML) adalah:
1. Garis pasar modal terdiri dari portofolio efisien yang merupakan kombinasi dari asetyang
berisiko dan aset yang bebas risiko. Portofolio M, merupakan portofolio yang terdiri dari aset
yang berisiko, atau disebut dengan portofolio pasar. Sedangkan titik R F, merupakan pilihan
aset yang bebas risiko. Kombinasi atau titik-titik portofolio di sepanjang garis R F— M ini,
selanjutnya merupakan portofolio yang efisien bagi investor.
2. Slope CML akan cenderung positif karena adanya asumsi bahwa investor bersifat risk
averse. Artinya, investor hanya akan mau berinvestasi pada aset yang berisiko, jika
mendapatkan kompensasi berupa return yang diharapkan yang lebih tinggi. Dengan
demikian, semakin besar risiko suatu investasi, semakin besar pula return yang diharapkan.
3. Berdasarkan data historis, adanya risiko akibat perbedaan return aktual dan
return yang diharapkan, akan bisa menyebabkan slope CML yang negatif. Slope negatif ini
terjadi bila tingkat return aktual portofolio pasar lebih kecil dari tingkat keuntungan
bebas risiko.
4. Garis pasar modal dapat digunakan untuk menentukan tingkat return yang diharapkan
untuk setiap risio portofolio yang berbeda.
Pada gambar di atas ditunjukkan adanya tiga sekuritas yang mempunyai beta yang
berbeda. Sekuritas A mempunyai beta sebesar 1,5 artinya setiap ada kenaikan (penurunan)
return pasar sebesar 1% maka return sekuritas akan mengalami kenaikan (penurunan)
sebesar 1,5%. Sedangkan sekuritas C dengan beta sebesar 0,5 berarti setiap ada perubahan
return pasar sebesar 1 % maka return B hanya berubah sebesar 0,5% dengan arah yang
sama. Untuk sekuritas M, perubahan return yang dialami sama besarnya dengan
perubahan return pasar yang terjadi. Mungkinkah beta suatu sekuritas benilai negatif?
Secara teoritis bisa saja terdapat beta sekuritas yang bernilai negatif, tetapi dalam praktek,
jarang ditemui adanya sekuritas yang mempunyai beta negatif (jika return pasar naik, return
sekuritas justru turun, dan sebaliknya)
Dalammodel keseirnbangan CAPM, nilai beta sangat rnempengaruhi tingkat return
yang diharapkan pada suatu sekuritas (seperti yang terlihat pada persamaan 6 8).
Semakin tinggi nilai beta dan return pasar maka akan semakin tinggi tingkat return yang
disyaratkan oleh investor.
Berdasarkan hubungan tingkat return dengan beta yang sudah dijelaskan di atas, maka
bisa disimpulkan bahwa return yang diharapkan dari sekuritas i terdiri dari dua komponen
utama peayusun tingkat return yang disyaratkan investor (required rate of return), yaitu:
tingkat return bebas risiko dan premi risiko. Tingkat return yang disyaratkan adalah jumlah
minimum return yang disyaratkan investor untuk berinvestasi pada suatu sekuritas
tertentu. Secara matematis, hubungan tersebut bisa digambarkan dalam persamaan berikut
ini.
k i = tingkat risiko aset bebas risiko + premi risiko
= RF+RJ[E(RM)-RFj (6.8)
di mana:
kJ= tingkat return yang disyaratkan investor pada sekuritas i
E(R M ) = return portofolio pasar yang diharapkan
13.= koeiisien beta sekuritas i
Rr= tingkat return bebas risiko
Dari persamaan 6.8 kita juga bisa mengetahui besamya premi risiko untuk sekuritas i
(risk premium). Premi risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalikan beta sekuritas
tersebut dengan premi risiko pasar (market risk premium). Sedangkan premi risiko pasar
adalah selisih antara return yang diharapkan pada portofolio pasar (E(RM)) dengan tingkat
return bebas risiko (RF).
Premi risiko sekuritas i = i (market trisk premium)
= I {E(RM) - RF )} (6.9)
Contoh: Diasumsikan beta saham PT Gudang Garam adalah 0,5 clan tingkat return bebas
risiko (RF) adalah 1,5%. Tingkat return pasar yang diharapkan diasumsikan sebesar 2%.
Dengan demikian, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan investor untuk saham PT
Gudang Garam adalah:
ki = 0,015 + 0,5 (0,02 - 0,015)
= 1,75 %
Sekuritas yang undervalued atau overvalued. Dari uraian di atas kita dapat me-
nyimpulkan bahwa pada kondisi pasar yang seimbang, harga sekuritas-sekuritas seharusnya
berada pada SML karena titik-titik pada SML menunjukkan tingkat re turn yang diharapkan
pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu. Tetapi terkadang bisa terjadi suatu sekuritas tidak
berada pada SML, karena sekuritas tersebut undervalued atau overvalued. Dengan mengetahui
besamya beta suatu sekuritas maka kita dapat menghitung tingkat return yang diharapkan pada
sekuritas tersebut. Jika tingkat return yang diharapkan tidak berada pada SML, maka sekuritas
tersebut undervalued atau overvalued.
Contoh: Seorang analis fundamentalis menganalisis tingkat return yang diharapkan
dari sekuritas A dan sekuritas B. Hasil analisis tersebut kemudian digambarkan pada SML
seperti pada Gambar 6.5. berikut
Pada gambar di atas, telihat bahwa sekuritas A terletak di atas SML dan dinilai sebagai
sekuritas yang undervalued karena tingkat return yang diharapkan E(R A') Iebih besar dari
return yang disyaratkan investor E(R A). Dari gambar tersebut, terlihat bahwa dengan beta A
sebesar (A), sehingga besamya return yang disyaratkan oleh investor adalah E(RA). Tetapi
ternyata menurut analis, sekuritas A akan memberikan return yang diharapkan sebesar E(R A').
Gambar 6.5. Menilai Sekuritas yang Undervalued atau Overvalueddengan Menggunakan
SML
Selanjutnya, investor yang mengetahui bahwa sekuritas A undervalued, akan tergerak untuk
melakukan pembelian sekuritas A tersebut. Dengan demikian, permintaan sekuritas A akar naik
dan sesuai dengan hukum permintaan-penawaran, selanjutnya harga sekuritas A juga akan
terdorong naik pula. Sebaliknya return sekuritas A akan turun sarnpai dengan tingkat yang
diindikasikan oleh SML yaitu E(RA).
Sedangkan sekuritas B menurut analis fundamental terletak di bawah SML, sehingga
sekuritas B dikatakan overvalued. Hal ini dikarenakan tingkat return yang diharapkan E(R B’)
Iebih kecil dari return yang disyaratkan oleh investor E(R B). Investor yang mengetahui bahwa
sekuritas B overdervalued akan berusaha untuk menjual, sehingga jumlah penawaran sekuritas B
akan naik dan menyebabkan harganya menjadi turun. Selanjutnya, return sekuritas B akan naik
sampai dengan return yang diisyaratkan oleh investor E(RB).
Dari gambaran situasi sekuritas yang undervalued atau overvalued seperti di atas, kita
bisa melihat bagaimana mekanisme penyesuaian return yang terjadi sehingga akhirnya dicapai
kembali posisi keseimbangan (terletak di garis SML).
Estimasi garis pasar sekuritas. Untuk membentuk persamaan SML, investor perlu
mengestimasi tiga variabel, yaitu: tingkat return bebas risiko, tingkat return yang diharapkan oleh
pasar (diwakili oleh indeks pasar) dan besarnya beta untuk masingmasing sekuritas. Umumnya
estimasi return bebas risiko menggunakan data return obligasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah, misalnya untuk Indonesia digunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sedangkan
estimasi return pasar umumnya menggunakan data indeks pasar, seperti Indeks Harga Saham
Cabungan (IHSG) ataupun LQ 45.
Beta sekuritas, sebagai komponen ketiga, merupakan variabel yang penting dalam
proses estimasi CAPM. Dalam teori CAPM, beta merupakan satu-satunya faktor risiko yang
relevan untuk mengukur risiko sekuritas. Estimasi terhadap beta perlu dilakukan untuk setiap
sekuritas. Sedangkan, untuk estimasi variabel return bebas risiko dan return pasar hanya perlu
dilakukan sekali saja dan bisa dipakai untuk mengestimasi SML setiap sekuritas.
Estimasi beta. Untuk mengestimasi besarnya koefisien beta, bisa digunakan market
model. Market model pada dasarnya hampir sama dengan single index model, hanya saja
market model tidak digunakan asumsi bahwa error term untuk setiap sekuritas tidak
berkorelasi satu dengan lainnya. Oleh karena itu, persamaan market model bisa dituliskan juga
seperti persamaan single index model seperti di bawah ini:
Ri = a; + {3,1ZI,/ e; (6.10)
di mana:
Pi = return sekuritas
Rta = return indeks pasar a; = interseja
Ri = slope
ei = random residual error
Persamaan market model di atas bisa digunakan untuk mengestimasi return sekuritas.
Lalu, bagaimana cara mengestimasi persamaan market model di atas? Persamaan market model
bisa diestimasi dengan melakukan regresi antara return sekuritas yang akan dinilai dengan
return indeks pasar. Regresi tersebut akan menghasilkan nilai i (merupakan ukuran return
sekuritas i yang tidak terkait dengan return pasar) dan i (menunjukkan besarnya slope yang
mengindikasikan peningkatan return yang diharapkan pada sekuritas i untuk setiap kenaikan
return pasar sebesar 1%). Persamaan regresi market model tersebut selanjutnya juga bisa
dipakai untuk membentuk garis karakteristik (characteristic line), yaitu garis yang meng-
hubungkan total return sekuritas dengan return pasar, dengan cara meletakkan (plottiny) titik-
titik return total suatu saham dalam suatu periode tertentu terhadap return total indeks pasar.
Garis karakteristik juga bisa dibentuk dengan menggunakan excess return, dengan
mengurangkan rnasing-masing return total sekuritas maupun return pasar dengan return bebas
risiko. Analisis terhadap garis karakteristik yang dibentuk dengan menggunakan excess return,
pada dasarnya akan sama dengan analisis persamaan regresi di atas. Dengan demikian, persamaan
regresi di atas dapat dimodifikasi menjadi:
( R , — R F ) = a , + 0 , ( R , , , ( 6 . 1 1 )
Dalam bentuk excess return, nilai akan menunjukkan besarnya excess return sekuritas pada
saat excess return pasar nol. Sedangkan ,atau slope dari garis karakteristik, akan menunjukkan
sensitivitas excess return sekuritas terhadap portofolio pasar.
Dariuraian estimasi persamaan regresi di atas, kemudian akan timbul satu pertanyaan
tentang sejauh manakah keakuratan hasil estimasi beta sebagai ukuran sensitivitas return suatu
saham terhadap return pasar. Hal ini terkait dengan adanya kemungkinan bahwa indeks pasar yang
digunakan dalam regresi tersebut tidak bisa menggambarkan portofolio pasar yang sebenarnya.
Selain itu, ada beberapa hal lainnya yang bisa membuat kita ragu terhadap keakuratan hasil
estimasi beta tersebut, yaitu:
1. Estimasi beta tersebut menggunakan data historis. Hal ini secara implisit berarti bahwa
kita menganggap apa yang terjadi pada beta masa lalu, akan sama dengan apa yang terjadi pada
beta masa datang. Padahal dalam kenyataannya, apa yang terjadi di masa lalu mungkin akan jauh
berbeda dengan apa yang teriadi masa depan.
2. Garis karakteristik dapat dibentuk oleh berbagai observasi dan periode waktu yang berbeda, dan
tidak ada satu pun periode dan observasi yang dianggap tepat. Dengan demikian, estimasi beta
untuk satu sekuritas dapat berbeda karena observasi dan periode waktunya yang digunakan
berbeda.
3. Nilai dan yang diperoleh dari hasil regresi tersebut tidak terlepas dari adanya error,
sehingga bisa jadi estimasi beta tidak akurat karena dan tidak menunjukkan nilai yang
sebenarnya.
4. Beta merupakan risiko sistematis yang juga bisa berkaitan dengan perubahan perusahaan
secara khusus. Jika terjadi perubahan pada kondisi perusahaan (misalnya adanya perubahan
pendapatan, utang) maka betanya pun akan berubah. Oleh karena itu beta tidak bersifat
stasioner sepanjang waktu.
APT didasari oleh pandangan bahwa return yang diharapkan untuk suatu sekuritas akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan kondisi
ekonomi secara umum, dan bukan merupakan karakteristik khusus perusahaan. Faktor-faktor
risiko tersebut harus mempunyai karakteristik seperti berikut ini:
1. Masing-masing faktor risiko harus mempunyai pengaruh luas terhadap return saham-saham di
pasar. Kejadian-kejadian khusus yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, bukan
merupakan faktor risiko APT.
2. Faktor-faktor risiko tersebut harus mempengaruhi return yang diharapkan. Untuk itu perlu
dilakukan pengujian secara empiris, dengan cara menganalisis return saham secara statistik,
untuk melihat bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berpengaruh secara luas terhadap return
saham.
3. Pada awal periode, faktor risiko tersebut tidak dapat diprediksikan oleh pasar karena faktor-
faktor risiko tersebut mengandung informasi yang tidak diharapkan atau bersifat
mengejutkan pasar (ada perbedaan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang sebenarnya).
Dengan demikian, hal penting yang perlu diamati adalah besarnya penyimpangan (deviasi)
nilai aktual faktor risiko tersebut dari yang diharapkan. Sebagai contoh, jika suku bunga
diperkirakan naik 19% pertahun, dan temyata kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi
adalah 30%, maka penyimpangan sebesar 11% inilah yang akan mempengaruhi return aktual
selama periode tersebut.
Model APT. Dari uraian di atas, diketahui bahwa APT mengasumsikan investor percaya
bahwa return sekuritas akan ditentukan oleh sebuah model faktorial dengan n•faktor risiko.
Dengan demikian, kita dapat menentukan return aktual untuk sekuritas i dengan
menggunakan rumus 6.13 berikut ini.
Ri = E(R ;) + b tft + la i2f2 +...+ b infn + e i (6.13)
di mana: R, =
E(Ri ) = f bi tingkat return aktual sekuritas i
return yang diharapkan untuk sekuritas i
deviasi faktor sistarn atis F dari nilai yang dTharapkan sensitivitas sekuritas i terhadap faktor i
random error
ei
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa nilai yang diharapkan pada masingmasing faktor
risiko (F) adalah nol, sehingga tingkat return aktual suatu sekuritas i akan sama dengan return
yang diharapkan, jika faktor risiko berada pada tingkat yang diharapkan.
Model faktorial di atas tidak memberikan penjelasan mengenai kondisi keseimbangan.
Untuk itu kita perlu mengubah persamaan 6.13 ke dalam model keseimbangan, sehingga return
yang diharapkan untuk suatu sekuritas adalah:
E(RI) = a o + b a F, + b i2 F 2 (6.14)
di retti. n yang dil.arapkan Jai: seKuntas :
mana: return yang diharapkan dari sekuritas bila risiko
as sisternatis sebesar nol koefisien yang menujukkan
ba, = besarnya pengmh faktor n terhadap return sekuritas i
Kesimpulan
Sebelum melakukan transaksi, investror harus terlebih dahulu menjadi nasabah di salah satu
perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Setelah nasabah membuka deposit di sebuah
perusahaan efek dan mendapatkan persetujuan dari perusahaan efek tersebut baru dapat
dilakukan transaksi saham. Transaksi efek diawali dengan pemesanan (order) untuk harga
tertentu. Pesanan tersebut dapat berupa surat maupun melalui telepon yang disampaikan kepada
perusahaan efek melalui sales (dealer). Pesan tersebut harus menyebutkan jumlah yang akan
dibeli atau dijual dengan menyertakan harga yang ingin diinginkan.
Scripless Trading adalah suatu mekanisme perdagangan di pasar modal, dimana saham-
saham yang biasanya diperdagangkan dalam bentuk kertas-kertas saham dan dilakukan dalam
bentuk manual, maka dengan sistem ini perdagangan ini dilakukan secara elektronik seperti yang
ada pada rekening perbankan.
Pasar modal merupakan pasar bagi instrumen finansial jangka panjang (lebih dari satu tahun
jatuh temponya). Yang dimaksud instrumen dalam pasar modal ini, yaitu semua surat-surat
berharga (sekuritas) yang diperdagangkan di bursa.