Anda di halaman 1dari 16

Laporan Kasus IGD

RHINOSINUSITIS

Oleh:

dr. Annanda rimasari

Pendamping:

dr. Novieka Dessy M.

RS Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso Banjarmasin

Program Internship Dokter Indonesia

Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan

2019
Kasus

Topik : Rhinosinusitis

Tanggal Kasus : 10 juli 2019

Presenter : dr. Yuli Rakhmawati

Tanggal Presentasi : 23 agustus 2019

Pendamping : dr. Novieka Dessy M.

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan Diagnostik, Tatalaksana

Deskripsi : : Pasien datang ke igd rs bhayangkara rujukan dari poli

THT dengan keluhan hidung tersumbat dikedua hidung sejak 5 bulan

yang lalu. Selain itu pasien juga sering mengeluh bersin-bersin dipagi hari

dan juga mengeluh nyeri di bagian pipi kiri dan kanan dan berlanjut ke

bagian kepala, keluhan dirasakan hilang timbul dan semakin memberat

rasa nyeri sangat terasa memberat bila kepala ditundukkan. Pasien juga

mengaku ada gangguan pada hidung seperti sulit bernafas terutama saat

tidur dan mengeluarkan cairan kental jernih yang hilang timbul, keluhan

sering timbul di pagi hari atau dipicu oleh debu. Pasien juga pernah

merasa seperti tertelan ingus. Demam (-) batuk (-), nyeri menelan (-),

gangguan pada telinga (-).

Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana

2
Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Data Pasien : Nama Pasien : NN. MLS

Umur : 18 thn

Data untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis

Rhinosinusitis

2. Riwayat Kesehatan/Penyakit

Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara rujukan poli THT dengan keluhan

hidung tersumbat dikedua hidung sejak 5 bulan yang lalu. Selain itu

pasien juga sering mengeluh bersin-bersin dipagi hari dan juga mengeluh

nyeri di bagian pipi kiri dan kanan dan berlanjut ke bagian kepala,

keluhan dirasakan hilang timbul dan semakin memberat rasa nyeri sangat

terasa memberat bila kepala ditundukkan. Pasien juga mengaku ada

gangguan pada hidung seperti sulit bernafas terutama saat tidur dan

mengeluarkan cairan kental jernih yang hilang timbul, keluhan sering

timbul di pagi hari atau dipicu oleh debu. Pasien juga pernah merasa

seperti tertelan ingus. Demam (-) batuk (-), nyeri menelan (-), gangguan

pada telinga (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Alergi(+)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

3
Keluhan serupa (-)

5. Lain-lain :

a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

TD: 110/70 mmHg HR : 80x/menit, Suhu: 36,7⁰C, RR: 20x/menit

SpO2 99%

Kulit : Ikterik (-) anemis (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Mulut : mukosa basah (+)

Thorax :

Jantung : S1-S2 tunggal, Bising (-)

Paru : suara nafas bronkovesikuler (+/+) Retraksi(-/-) wheezing (-/-)

rhonki (-/-)

Abdomen : supel, hepar/lien tidak teraba, defans muscular (-), timpani,

bising usus(+) normal, nyeri tekan (-) seluruh lapang

Ekstremitas : edema -/-, CRT < 2”, akral hangat

Status lokalis

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, telinga dan tenggorok

tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat mukosa di

kavum nasi kiri dan kanan, krusta (-), sekret (-), massa (-), konka inferior

hipertropi, septum deviasi ke kanan. Pada pemeriksaan rinoskopi posterior

terdapat post nasal drip. Pada pemeriksaan cavum oris dalam batas normal, tonsil

4
palatina T1/T1, mukosa faring hiperemis. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan foto

polos posisi water’s, didapatkan perselubungan (radio opak) di kedua sinus

maksila.

Hasil Pembelajaran

1. Diagnosis Kerja

RHINOSINUSITIS

2. Subyektif

Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara rujukan poli THT dengan keluhan hidung

tersumbat dikedua hidung sejak 5 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga sering

mengeluh bersin-bersin dipagi hari dan juga mengeluh nyeri di bagian pipi kiri

5
dan kanan dan berlanjut ke bagian kepala, keluhan dirasakan hilang timbul dan

semakin memberat rasa nyeri sangat terasa memberat bila kepala ditundukkan.

Pasien juga mengaku ada gangguan pada hidung seperti sulit bernafas terutama

saat tidur dan mengeluarkan cairan kental jernih yang hilang timbul, keluhan

sering timbul di pagi hari atau dipicu oleh debu. Pasien juga pernah merasa seperti

tertelan ingus. Demam (-) batuk (-), nyeri menelan (-), gangguan pada telinga (-).

3. Objektif / Dasar Diagnosis

Rinosinusitis adalah penyakit peradangan mukosa yang melapisi hidung

dan sinus paranasalis. Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering

ditemukan dalam praktek dokter sehari-sehari, bahkan dianggap sebagai

salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering seluruh dunia.

Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan

infeksi virus, alergi dan gangguan anatomi yang selanjutnya dapat di ikuti

infeksi bakteri.

Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila

mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering

terkena ialah sinus maksila dan etmoid, sedangkan sinus frontal lebih

jarang dan sinus sphenoid lebih jarang lagi. Sinusitis dapat menjadi

berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intra kranial,

serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit di obati.

Rinosinusitis diklasifikasikan dalam 3 kriteria, yaitu rinosinusitis akut,

rinosinusitis subakut dan rinosinusitis kronik. Insiden rinosinusitis di

6
Amerika Serikat diperkirakan sebesar 14,1 % dari populasi orang dewasa.

Kasus rinosinusitis kronis itu sendiri sudah masuk data rumah sakit

berjumlah 18 sampai 22 juta pasien setiap tahunnya dan kira-kira sejumlah

200.000 orang dewasa Amerika menjalankan operasi rinosinusitis per tiap

tahunnya

Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung

dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama

atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Survei

Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh

Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan Bagian THT RSCM

mendapatkan data penyakit hidung dari 7 propinsi. Data dari Divisi

Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan

jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien,

69%nya adalah sinusitis. Dari jumlah tersebut 30% mempunyai indikasi

operasi BSEF (Bedah sinus endoskopik fungsional). Sinusitis pada anak

lebih banyak ditemukan karena anak-anak mengalami infeksi saluran nafas

atas 6 – 8 kali per tahun dan diperkirakan 5%– 10% infeksi saluran nafas

atas akan menimbulkan sinusitis.1

4. Gambaran Klinis

1. Gejala Subjektif

a. Nyeri

7
Sesuai dengan daerah sinus yang terkena dapat ada atau mungkin tidak.

Secara anatomi, apeks gigi-gigi depan atas (kecuali gigi insisivus)

dipisahkan dari lumen sinus hanya oleh lapisan tipis tulang atau mungkin

tanpa tulang hanya oleh mukosa, karenanya sinusitis maksila sering

menimbulkan nyeri hebat pada gigi-gigi ini.10

b. Sakit kepala

Merupakan tanda yang paling umum dan paling penting pada sinusitis.

Wolff menyatakan bahwa nyeri kepala yang timbul merupakan akibat

adanya kongesti dan udema di ostium sinus dan sekitarnya.

Penyebab sakit kepala bermacam-macam, oleh karena itu bukanlah suatu

tanda khas dari peradangan atau penyakit pada sinus. Jika sakit kepala

akibat kelelahan dari mata, maka biasanya bilateral dan makin berat pada

sore hari, sedangkan pada penyakit sinus sakit kepala lebih sering

unilateral dan meluas kesisi lainnya. Sakit kepala yang bersumber di sinus

akan meningkat jika membungkukkan badan kedepan dan jika badan tiba-

tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat

istirahat ataupun saat berada dikamar gelap. Nyeri kepala pada sinusitis

kronis biasanya terasa pada pagi hari, dan akan berkurang atau hilang

setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi

mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga

hidung dan sinus serta adanya statis vena.11

c. Nyeri pada penekanan

8
Nyeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada

penyakit di sinus-sinus yang berhubungan dengan permukaan wajah.

d. Gangguan penghidu

Indra penghidu dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang

tidak tercium oleh hidung normal. Keluhan yang lebih sering adalah

hilangnya penghidu (anosmia). Hal ini disebabkan adanya sumbatan pada

fisura olfaktorius didaerah konka media. Oleh karena itu ventilasi pada

meatus superior hidung terhalang, sehingga menyebabkan hilangnya indra

penghidu.

Pada kasus kronis, hal ini dapat terjadi akibat degenerasi filament terminal

nervus olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus, indra penghindu

dapat kembali normal setelah infeksi hilang.12

5. Tatalaksana

Terapi di rumah sakit Bhayangkara:

Konsul spesialis THT

Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr (st)

IVFD RL 20 tpm

Rencana sinustomi dengan General anestesi

9
a. Medikamentosa

1. Antibiotika

Meskipun tidak memegang peran penting, antibiotika dapat diberikan

sebagai terapi awal. Pilihan antibiotika harus mencakup β-laktamase seperti pada

terapi sinusitis akut lini ke II, yaitu amoksisillin klavulanat atau ampisillin

sulbaktam, sefalosporin generasi kedua, makrolid, klindamisin. Jika ada perbaikan

antibiotik diteruskan mencukupi 10 – 14 atau lebih jika diperlukan.

Jika tidak ada perbaikan dapat dipilih antibiotika alternatif seperti

siprofloksasin, golongan kuinolon atau yang sesuai dengan kultur. Jika diduga ada

bakteri anaerob, dapat diberi metronidazol.

Jika dengan antibiotika alternatif tidak ada perbaikan, maka eveluasi

kembali apakah ada faktor predisposisi yang belum terdiagnosis dengan

pemeriksaan nasoendoskopi maupun.16

2. Terapi Medik Tambahan

Dekongestan, Dekongestan berperan penting sebagai terapi awal

mendampingi antibiotik. Dekongestan oral menstimulasi reseptor α-adrenergik

dimukosa hidung dengan efek vasokontriksi yang dapat mengurang keluhan

sumbatan hidung, meningkatkan diameter ostium dan meningkatkan ventilasi.

Preparat yang umum adalah pseudoefedrine dan phenyl-propanolamine.

Karena efek peningkatan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung harus

dilakukan dengan hati-hati.

10
Dekongestan topikal mempunyai efek yang lebih cepat terhadap sumbatan

hidung, namun efeknya ini sebetulnya tidak fisiologik dan pemakaian jangka lama

(lebih dari 7 hari) akan menyebabkan rinitis medika mentosa.

Antihistamin, Alergi berperan sebagai penyebab sinusitis kronis pada lebih

dari 50% kasus, karenanya penggunaan antihistamin justru dianjurkan, demikian

juga kemungkinan imunoterapi.

Karena antihistamin generasi pertama mempunyai efek antikolinergik

yang tinggi, generasi kedua lebih disukai seperti azelastine, acrivastine, cetirizine,

fexofenadine dan loratadine.

Kortikosteroid, ada 2 jenis kortikosteroid, yaitu kortikosteroid topikal dan

kortikosteroid oral, kortikosteroid topikal mempunyai efek lokal terhadap bersin,

sekresi lendir, sumbatan hidung dan hipo/anosmia. Penemuannya merupakan

perkembangan besar dalam pengobatan rinitis dan sinusitis.

Penggunaannya kortikosteroid topikal meluas pada kelainan alergi dan

non-alergi. Meskipun obat semprot ini tidak mencapai komplek osteomeatal,

keluhan pasien berkurang karena udema di rongga hidung dan meatus medius

hilang .

Sedangkan kortikosteroid oral dapat mencapai seluruh rongga sinus.

Terapi singkat selama dua minggu sudah efektif menghilangkan beberapa

keluhan. Preparat oral dapat diberikan mendahului yang topikal, obat oral dapat

membuka sumbatan hidung terlebih dahulu sehingga distribusi obat semprot

merata.16

b. Penatalaksanaan Operatif

11
Sinusitis kronis yang tidak sembuh dengan pengobatan medik adekuat dan

optimal serta adanya kelainan mukosa menetap merupakan indikasi tindakan

bedah.

Beberapa macam tindakan bedah mulai dari antrostomi meatus inferior,

Caldwel-Luc, trepanasi sinus frontal, dan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional

(BSEF) dapat dilaksanakan Bedah sinus konvensional tidak memperlihatkan

usaha pemulihan drainase dan ventilasi sinus melalui ostium alami.17

Namun dengan berkembangnya pengetahuan patogenesis sinusitis, maka

berkembang pula modifikasi bedah sinus konvensional misalnya operasi Caldwel-

Luc yang hanya mengangkat jaringan patologik dan meninggalkan jaringan

normal agar tetap berfungsi dan melakukan antrostomi meatus medius sehingga

drainase dapat sembuh kembali.

Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF) merupakan kemajuan pesat

dalam bedah sinus. Jenis operasi ini lebih dipilih karena merupakan tindakan

konservatif yang lebih efektif dan fungsional.

Keuntungan BSEF adalah penggunaan endoskop dengan pencahayaan yang

sangat terang, sehingga saat operasi kita dapat melihat lebih jelas dan rinci adanya

kelainan patologi dirongga-rongga sinus.

Dengan ini ventilasi sinus lancar secara alami, jaringan normal tetap berfungsi dan

kelainan didalam sinus maksila dan frontal akan sembuh sendiri

12
Kesimpulan

Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek

dokter sehari sehari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan

kesehatan tersering seluruh dunia. Penyebab utamanya adalah selesma (common

cold) yang merupakan infeksi virus, alergi dan gangguan anatomi yang

selanjutnya dapat di ikuti infeksi bakteri.

13
Gejala yang paling sering di keluhkan ialah nyeri kepala, obstruksi hidung

dan adanya sekret hidung berupa serosa, dan pada pemeriksaan fisik di dapatkan

nyeri tekan pada sinus yang terkena. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior di

temukan mukosa livide, dan konka hipertropi. Dan pada pemeriksaan rontgen

SPN tampak gambaran radio opak pada sinus yang terkena. Penatalaksanaan

untuk rinosinusitis bisa secara konservatif dan operatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Darmawan, S., dkk, 2005. Gambaran Klinis Pasien Sinusitis di


Departemen FKUI RSCM 1998-2004. Media Medika Indonesia Volume
40 Nomor 3.

2. Ballenger jj, 1997. Infeksi Sinus Paranasal Penyakit Hidung Tenggorok


Kepala Dan Leher. Jakarta: Bina Aksara.
3. Suejipto D, Mangkusumo,. 2010. Anatomi hidung dan sinus paranasal
Jakarta: EGC.

14
4. 4. Stammberger, H., Lund, V.J., 2008. Anatomy of the nose and paranasal
sinuses. In: Browning G.G., et al. Scott-Brown's Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery. 7th ed. Great Britain: Hodder Arnold, 1318-
1320.

5. Broek, P.V.D, Feenstra L., 2010. Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasal.
Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga. Edisi 12.
Jakarta: EGC, 99-100.
6. Soepardi EA., Iskndar N., Baharuddin., Restuti 2010 Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
7. Benninger, M.S., 2008. Rhinosinusitis. In: Browning G.G., et al. Scott-
Brown's Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed. Great
Britain: Hodder Arnold, 1439-1445.
8. Fokkens W, et al, 2007. European Position Paper on Rhinosinusitis and
Nasal Polyps. Rhinology 45 Supplement 20.

9. Hedayati, et al, 2010. Prevalence of Fungal Rhinosinusitis Among Patients


with Chronic Rhinosinusitis From Iran. Journal de Mycologie Medicale
261.

10. Lane., A.P. and Kennedy, D.W., 2003. Sinusitis and Polyposis. In:

Snow.,J.B.

11. Manor, Y. et al., 2010. Late signs and symptoms of maxillary sinusitis
after sinus augmentation, School of Dental Medicine, Tel-Aviv
University

12. Triolit Z, 2004. Hubungan Kelainan anatomi Hidung dan Sinus Paranasal
Dengan Gejala Klinis Rinosinusitis Kronis Berdasarkan Gambaran CT-
Scan Sinus Paranasal dan Temuan Durante Bedah Sinus Endoskopi
Fungsional. Dalam: Tesis Bagian THT-KL FK Universitas Sumatera Utara
Medan.

13. BECKER W, at all, Inflamation Of Sinuses Clinical As Pects Of Desease


Of Thenose An Throar, A Pocket Reference Second Edition, Thiem.
14. Hilger, peter. A 1997, Penyakit Sinus Paranasal Boeis Buku Ajar Penyakit
THT Jakarta: EGC.
15. HTA Indonesia, 2006. Functional Endoscopic Sinus Surgery di Indonesia.

16. Varonen, H., 2003. Acute rhinosinusitis in primary care: a comparison of


symptoms, signs, ultrasound, and radiography. Rhinology Journal.
17. Lund, V.J. and Jones, J.R., 2008. Surgical management of rhinosinusitis.
In: Browning G.G., et al. Scott-Brown's Otorhinolaryngology, Head and
Neck Surgery. 7th ed. Great Britain: Hodder Arnold, 1481-1495.

15
18. Giannoni, C.M. and Weinberger D.G., 2006. Complications of
Rhinosinusitis. In: Bailey, B.J., et al. Head & Neck Surgery -
Otolaryngology. 4th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 495-504.

16

Anda mungkin juga menyukai