Sop Askep Anak
Sop Askep Anak
RSUD KABUPATEN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
TASIKMALAYA
No. Dokumen Tanggal Revisi Halaman
1/2
Masuk alveoli
Peningkatan suhu
tubuh
Gg pertukaran
SDM dan Lekosit PMN gas
Gg fungsi otak mengisi alveoli
Keringat berlebihan
kejang
Lekosit dan fibrin mengalami
Resti kekurangan konsolidasi dalam paru
vol. cairan
Resti
injury
Bersihan jalan
Gangguan pola nafas
nafas
Manifestasi Klinik Pneumonia bakteri
Gejala awal :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
Berlanjut sampai :
- Demam
- Malaise
- Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
- Ekspirasi bebunyi
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan
kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lobar
Pneumonia virus
Gejala awal :
- Batuk
- Rinitis
Berkembang sampai
- Demam ringan, batuk ringan, dan malaise
sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah
- Penurunan leukosit
Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
- Demam
- Mengigil
- Sakit kepala
- Anoreksia
- Mialgia
Berkembang menjadi :
- Rinitis
- Sakit tenggorokan
- Batuk kering berdarah
- Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian - Kaji status pernafasan
- Kaji tanda- tanda distress pernafasan
- Kaji adanya demam, tachicardia, malaise,
anoreksia, kegeisahan
-
Intervensi:
- Kaji status pernafasan tiap 2 jam
meliputi respiratory rate, penggunaan
otot bantu nafas, warna kulit
- Lakukan suction jika terdapat sekret di
jalan nafas
- Posisikan kepala lebih tinggi
- Lakukan postural drainage
- Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk
melaakukan fisiotherapi dada
- Jaga humidifasi oksigen yang masuk
- Gunakan tehnik aseptik dalam
penghisapan lendir
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
adanya penumpukan cairan di alveoli paru
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam
pertukaran gas dalam alveoli
adekuat.
Kriteria:
- Akral hangat
- Tidak ada tanda sianosis
- Tidak ada hipoksia jaringan
- Saturasi oksigen perifer 90%
Intervensi:
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Keluarkan lendir jika ada dalam jalan
nafas
- Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter
per menit
- Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/
sianosis
- Awasi tingkat kesadaran klien
Referensi
1. Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jakarta: CV Sagung Seto;2001
2. Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku
Kuliah 3. Jakarta:
3. Infomedika;2000
RSUD
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
KABUPATEN No. Dokumen Tanggal Revisi Halaman
TASIKMALAYA 1/2
DHF
Pengkajian a. IDENTITAS
DHF dapat terjadi pada siapa saja dari anak-anak sampai
orang dewasa dan pada semua jenis kelamin, kebanyakan
penyakit ini ditemukan pada anak perempuan daripada anak
laki-laki (Rampengan, 1997). Tempat atau daerah yang bisa
terjangkit adalah disemua tempat baik dikota ataupun didesa,
biasanya nyamuk pembawa vector banyak ditemukan pada
daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang
lembab.
b. RIWAYAT KEPERAWATAN
2. Keluhan Utama :
Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi
mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari,
terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi,
neyri epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi.
RSUD
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
KABUPATEN
TASIKMALAYA No. Dokumen Tanggal Revisi Halaman
1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Kab. Tasikmalaya
DIARE
Patofisiologi
PATOFISIOLOGI
Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
kembang dlm tik diserap
usus
DIARE
Gangg. Tumbang
Manifestasi Klinis 1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair
atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi
dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam
laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas
(elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung
membran mukosa kering dan disertai penurunan berat
badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat
tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien
sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat
dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
Pengkajian 1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi
pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling
tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif
mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi
usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar
terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat
dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan
darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi
lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih
dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan
seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3
kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan
cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
a. Minggu I
b. Minggu II
Komplikasi
c. Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2. Perporasi usus
3. Ilius paralitik
d. Komplikasi extra intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler :
kegagalan sirkulasi (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis
2. Komplikasi darah : anemia
hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
3. Komplikasi paru : pneumonia,
empiema, dan pleuritis
4. Komplikasi pada hepar dan
kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal : glomerulus
nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang :
osteomyolitis, osteoporosis,
spondilitis dan arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik :
delirium, meningiusmus,
meningitis, polineuritis perifer,
sindroma Guillain bare dan
sidroma katatonia.
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Penunjang Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula
leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan
kembali normal setelah sembuh. Peningkatan
SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya
antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji
Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid.
Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka
penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
Aglutinin O: karena rangsangan antigen O
yang berasal dari tubuh bakteri
Aglutinin H: karena rangsangan antigen H
yang berasal dari flagela bakteri
Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi
yang berasal dari simpai
bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O
dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam
Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan menderita Demam Tifoid.
(Widiastuti Samekto, 2001)
PATHWAY
M. Tuberculosis terhirup
Menempel
bronkhiolus/a
penyebaran infeksi
Lesi primer
Panas menimbulkan
kerusakan jaringan
Hipertermi paru
Produksi sekret
Mengalami
meningkat
perkejuan
Meningkatkan Tidak efektifnya
bersihan jalan Difuse O2
rangsang batuk menurun
Gangguan
Anoreksia
pertukaran
dari kebutuhan
RSUD
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
KABUPATEN
TASIKMALAYA No. Dokumen Tanggal Revisi Halaman
1/2
Astma
Keluhan utama
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu
rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora
jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi,
obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang
dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan
asma.
Riwayat imunisasi
Riwayat nutrisi
Perencanaan Pemulangan
Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan
gambar-gambar atau phantom.
Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-
debu, karpet, bulu binatang dan lainnya.
Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
Ajarkan penggunaan nebulizer.
Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama
obat, dosis, efek samping, waktu pemberian.
Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk
latihan nafas.
Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang
adekuat.
PATHWAY
Etiologi :
- autoimun Glomerulus
- pembagian secara
umum Permiabilitas
Sistem imun glomerulus
menurun
Porteinuria masif
Resiko tinggi infeksi
Hipoproteinemia
Hipoalbumin
Hospitalisasi Penatalaksanaan
Tirah baring
Diet
Kecemasan Kurang Intoleransi
anak dan pengetahuan : Ketidapatuhan aktivitas
orang tua kondisi,
prognosa dan Resti gangguan pemeliharaan
2. program kesehatan
perawatan
Manifestasi - Edema, sembab pada kelopak mata
Klinis - Rentan terhadap infeksi sekunder
- Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
- Kadang-kadang sesak karena ascites
Produksi urine berkurang
Pemeriksaan - BJ urine meninggi
Penunjang - Hipoalbuminemia
- Kadar urine normal
- Anemia defisiensi besi
- LED meninggi
- Kalsium dalam darah sering merendah
- Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.
Pengkajian a. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio
laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria
banyak mengalami komplikasi nefrotic syndrome.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
2) Riwayat penyakit dahulu.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar
bahan kimia.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi,
diare, urine menurun.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Tidak ada hubungan.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
f. Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan
ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus
kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk
anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs
rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru.
Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi
anak peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru,
menggunakan alat-alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang
dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-
jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal
empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan,
keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari
orang tua, teman.
h. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam
keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur
dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi :< 60 % (gizi buruk),
< 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
i. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura
karena distensi abdomen
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg,
hipertensi ringan bisa dijumpai.
c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri
daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f) Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h) Sistem endokrin
Dalam batas normal
i) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
j. Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output Evaluasi harian keberhasilan terapi
secara akurat dan dasar penentuan tindakan
Tekanan darah dan BJ urine dapat
2. Kaji dan catat tekanan menjadi indikator regimen terapi
darah, pembesaran Estimasi penurunan edema tubuh
abdomen, BJ urine
3. Timbang berat badan Mencegah edema bertambah berat
tiap hari dalam skala yang
sama Pembatasan protein bertujuan untuk
4. Berikan cairan secara meringankan beban kerja hepar dan
hati-hati dan diet rendah mencegah bertamabah rusaknya
garam. hemdinamik ginjal.
5. Diet protein 1-2 gr/kg
BB/hari.
Intervensi Rasional
1. Monitoring asupan nutrisi bagi
secara akurat tubuh
2.
hipoproteinemia, diare. Gangguan nuirisi dapat terjadi
secara perlahan. Diare
3. sebagai reaksi edema
dengan diet yang cukup intestinal
Mencegah status nutrisi
menjadi lebih buruk
Intervensi Rasional
4. Meminimalkan masuknya
yang terkena infeksi melalui organisme
pembatasan pengunjung.
5.
infeksi Mencegah terjadinya infeksi
6. nosokomial
tindakan. Mencegah terjadinya infeksi
7. nosokomial
aseptik Membatasi masuknya bakteri
ke dalam tubuh. Deteksi dini
adanya infeksi dapat
mencegah sepsis.
Intervensi Rasional
8. Perasaan adalah nyata dan
cemas membantu pasien untuk tebuka
sehingga dapat menghadapinya.
Memantapkan hubungan,
9. meningkatan ekspresi perasaan
Dukungan yang terus menerus
10. mengurangi ketakutan atau
menunggu kecemasan yang dihadapi.
Meminimalkan dampak
hospitalisasi terpisah dari
11. anggota keluarga.
membawakan mainan atau foto
keluarga.
Referensi
Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders,
Philadelphia.
Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made
Kariasa, EGC, Jakarta
Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta
Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
RSUD
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
KABUPATEN
TASIKMALAYA No. Dokumen Tanggal Revisi Halaman
1/2
KEJANG DEMAM
Patofisiologi 1. Intrakranial
2. Ekstra kranial
3. Idiopatik
Patofisiologi
Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ
otak diperlukan energi yang didapat dari
metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu
adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru
dan diteruskan keotak melalui system
kardiovaskuler.
Manifestasi Klinis Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf
pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis,
serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat
bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.
Kejang mioklonik
a. Kedutan – kedutan involunter pada
otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
b. Sering terlihat pada orang sehat
selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan keduatn sinkron dari
bahu, leher, lengan atas dan kaki.
c. Umumnya berlangsung kurang dari 5
detik dan terjadi dalam kelompok
d. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
Kejang atonik
a. Hilngnya tonus secara mendadak
sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala
menunduk,atau jatuh ke tanah.
b. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
B. KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
3) Rencana Tindakan
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang
mudah menyerap keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh
pakaian yang ketat dan tidak menyerap
keringat.
2. Berikan kompres dingin
Rasional : perpindahan panas secara konduksi
3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat.
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan
tindakan yang akan dilakukan.
5. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan
metabolisme dan meningkatkan panas.
6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
Rasional : Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus dan sebagai propilaksis
b. Diagnosa Keperawatan 2
Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
1) Tujuan: Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan
2) Kriteria Hasil
a) Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
b) Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas
kejang.
c) Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika
terjadi kejang.
3) Rencana Tindakan
1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan
penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
4. Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik
pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter
berkurang.
5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area
cerebral yang terganggu.
6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang
abnormal
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
1) Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
2) Kriteria Hasil
Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak
rewel.
3) Rencana Tindakan
1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya
hiperthermi karena penambahan
pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh.
2. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur
dapat menentukan perkembangan
keperawatan yang selanjutnya.
3. Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional : suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh
tingkat aktivitas, suhu lingkungan,
kelembaban tinggiakan mempengaruhi
panas atau dinginnya tubuh.
4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin
pada kepala / ketiak .
Rasional : proses konduksi/perpindahan panas
dengan suatu bahan perantara.
5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari
kain katun
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi
oleh pakaian tebal dan tidak dapat
menyerap keringat.
6. Atur sirkulasi udara ruangan.
Rasional : Penyediaan udara bersih.
7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak
minum
Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena
penguapan tubuh meningkat.
8. Batasi aktivitas fisik
Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan
meningkatkan panas.
d. Diagnosa Keperawatan 4
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan
informasi.
1) Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang
penyakit anaknya
2) Kriteria Hasil
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit
anaknya.
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses
keperawatan.
3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
3) Rencana Tindakan
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat.
2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat
kejang demam
Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami
dapat membantu menambah wawasan
keluarga
3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan
dilakukan.
Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap
tindakan perawatan
4. Berikan Health Education tentang cara menolong
anak kejang dan mencegah kejang demam, antara
lain :
1. Jangan panik saat kejang
2. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
3. Kepala dimiringkan.
4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus
kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera
minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres
dingin dan beri banyak minum
7. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Rasional : sebagai upaya alih informasi dan
mendidik keluarga agar
mandiri dalam mengatasi masalah
kesehatan.
5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat
penurun panas, bila anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi
dan serangan kejang ulang.
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena
penyakit infeksi dengan menghindari orang atau
teman yang menderita penyakit menular sehingga
tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang
7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan
imunisasi agar memberitahukan kepada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang
demam.
Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi
panas yang dapat menyebabkan
kejang demam
RSUD
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
KABUPATEN
TASIKMALAYA No. Dokumen Tanggal Revisi Halaman
1/2
Berisi M. Tuberculosis
Penyebaran Hematogen
3-10 Minggu
95% 5%
Respon Imun Selular
Sel T Spesifik
Gagal & Inadekuat
Makrofag Aktif TB Aktif/Penyakit
Membunuh/Menghambat (Limfadenitis TB)
Basil TB
Reaktifitas
Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan
Keperawatan
sekresi yang kental/darah.
3) Rencana Keperawatan
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan
mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
b. Diagnosa Keperawatan 2
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
membran alveolar-kapiler.
3) Rencana Keperawatan
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian
kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien
untuk duduk sebanyak mungkin.
c. Diagnosa Keperwatan 3
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk,
dyspnea atau anoreksia
3) Rencana Keperawatan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
Patofisiologi
Cepat lelah
Gg perfusi jaringan
Intoleransi
aktifitas
Pengkajian
Diagnosa 1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
Keperawatan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk
menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan
tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai
oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya selera makan.
Dermatitis
d. Dermatitis Statis
Suatu peradangan menahun pada tungkai bawah yang sering
meninggalkan bekas, yang disebabkan penimbunan darah dan
cairan dibawah kulit, sehingga cenderung terjadi varises dan
edema.
Patofisiologi Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada
bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa
zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian
menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut.
Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi
setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan
dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas
dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya
penyakit kulit lain
Manifestasi Klinis a. Dermatitis Kontak
Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna coklat
dan menebal.
b. Dermatitis Atopik
Gatal-gatal , muncul pada beberapa bula pertama setelah bayi
lahir, yang mengenai wajah, daerah yang tertutup popok,
tangan, lengan dan kaki.
c. Dermatitis Perioral
Gatal-gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak beruntus-
beruntus kecil kemerahan.
d. Dermatitis Statis
Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu /
bulan , warna menjadi coklat.
Pemeriksaan
Penunjang
Pengkajian - Kaji faktor penyebab terjadinya gangguan.
- Kaji pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.
- Kaji adanya pruritas, pain dan burning.
- Kaji peningkatan stress yang diketahui pasien.
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Riwayat infeksi yang berulang-ulang.
- Kaji faktor yang memperparah.
- Pada reaksi ringan kulit terlihat merah dan terdapat vesicle.
- Pada reaksi berat terdapat ulceration, bulla buosion.
RSUD
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
KABUPATEN
No. Dokumen Tanggal Revisi Halaman
TASIKMALAYA 1/2
Meningitis
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema
cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal,
kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Kriteria hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasa sakit kepala berkurang
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya
tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
INTERVENSI
1. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa
bantal
Rasional: Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat
meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
2. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
Rasional: Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut
3. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi
dan hati-hati pada hipertensi sistolik
Rasional: Pada keadaan normal autoregulasi
mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik
berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan
diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan
peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan
infeksi.
4. Monitor intake dan output
Rasional : hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL
dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
5. Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan
pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau
berbalik di tempat tidur.
Rasional: Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial
dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
6. Kolaborasi Berikan cairan perinfus dengan
perhatian ketat.
Rasional : Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan
tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral
7. Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
Rasional: Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan
pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan
terjadinya iskhemik serebral
8. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid,
Aminofel, Antibiotika.
Rasional: Terapi yang diberikan dapat menurunkan
permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang.
Kriteria evaluasi
Pasien dapat tidur dengan tenang
Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
INTERVENSI
Independent
1. Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang
Rasional : Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal
atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan
pasien untuk beristirahat