Seorang anak benama An. MY berumur 9 tahun, 6 bulan, jenis kelamin laki- laki, beragama
Islam, datang ke rumah sakit dan keluarga mengatakan bahwa klien jatuh terpleset dari pinggir
kolam yang tidak beisi air dan tangan kirinya menumpu badan saat jatuh dan tampak pergeseran
tulang di tangan kirinya, hari itu juga klien dibawa ke RSUD Ambarawa, yaitu tanggal 31
Desember 2019 dan didiagnosa mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal, lalu klien
direncanakan untuk operasi tanggal 2 Januari 2020 yang sebelumnya klien harus dirawat di
ruang Anggrek RSUD Ambarawa untuk persiapan operasi ORIF dengan anestesi GA dengan
LMA. Klien mengatakan takut jika dioperasi, klien tampak menangis. Keluarga klien
mengatakan bahwa klien tidak penah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Keluarga
mengatakan bahwa klien belum pernah di rawat di tumah sakit sebelumnya. Keluarga juga
mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami penyakit parah, seperti kelainan jantung
bawaan atau asma. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular dan keturunan seperti TBC dan asma, kelainan jantung bawaan, dll. Keadaan pasien
compos mentis (E4,V5,M6) TD: 110/65 mmHg; N: 90 x/mnt; RR 23 x/mnt. Pemeriksaan
paruparu simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot pernafasan tambahan,
ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada ketinggalan gerak antara taktil fremitus
kanan dan kiri, suara perkusi paru resonan, suara paru vesikuler. Pemeriksaan jantung ictus
cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea midclavicularis sinistra, tidak ada pergeseran
ictus cordis, tidak ada pelebaran batas jantung, suara redup, suara jantung S1, S2, regular tidak
ada suara tambahan. Terpasang infus RL 16 tpm pada tangan kanan, tidak ada edema pada area
tusukan, terdapat balutan bidai pada tangan kiri. Keluarga klien mengatakan bahwa klien belum
pernah menjalani pembedahan sebelumnya, klien tampak menangis karena takut dioperasi.
Status fisik ASA II. Pemeriksaan Penunjang hemoglobin 15,3 g/dL, leukosit 19,8 Ribu,
hematokrit 43%, trombosit 392.000/uL. Foto Rotgen Close fraktur complete o/s ulnae e.t radius
sinistra 1/3 distal. Obat propofol 50 mg IV, fentanyl 50 mcg IV, rukurorium 5 mg IV,
ondansetron 4mg IV, dexametason 5mg IV, efedrin, atropine
Intra Anestesi
Pasien dilakukan ORIF dengan General anestesi, dengan teknik LMA, ukuran kuran LMA 2,5,
posisi operasi pasien supine, cairan durante 500 ml, perdarahan 200 ml. Jam 11.40 klien masuk
ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja operasi, pemasangan monitoring tekanan darah dan
saturasi oksigen dan loading cairan infus RL sudah terpasang pada tangan kanan, aliran lancar
TD: 103/100 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.40 pasien diberikan Ondansentron 4 mg
rute IV, paracetamol 400 mg rute IV, dexametason 5 mg, dengan TD: 102/90mmHg, N: 90
x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.41 pemberian obat Fentanil 50 mcg, Propofol 50 mg, Rukurorium
mg secara IV, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO293%. Jam 11.42 klien tertidur,
reflek bulu mata tidak ada dengan TD: 101/53 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2 93%. Jam 11.43
pasien diberikan ventilasi dengan N2O 1 lpm. O2 2 lpm, sevoflurant 2 vol % melalui face mask
mengikuti nafas klien, hingga 3-5 menit atau saturasi klien 100 %, dengan TD: 100/57 mmHg,
N: 93 x/mnt, SpO2: 99%. Jam 11.44 pemasangan LMA TD: 110/55mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2:
98%. Jam 11.45 menyambungkan LMA dan mesin anestesi TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt,
SpO2: 98%. Jam 11.45 operasi dimulai TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 12.20
pemberian N2O dan sevofluran dihentikan, naikkan O2 menjadi 3 lpm, pernapasan spontan TD:
129/73mmHg, N: 85 x/mnt, SpO2: 99% dan operasi selesai dan O2 100% diberikan dengan
kecepatan 3 lpm hingga nafas klien adekuat. Klien dipindahkan ke ruang RR
Post Anestesi
Klien keluar dari ruang RR pukul 12.50 WIB. Kesadaran pasien compos mentis. Pasien
diobservasi tanda- tanda vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%. Pasien mengatakan
nyeri, penilaian nyeri menggunakan skala wong baker adalah 10 (nyeri berat), klien tampak
menangis. Pasien diberikan obat analgetik: drip tramadol 50mg dalam futrolit 500ml. Pasien
terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, Posisi klien pasca anestesi: supinasi. Steward skor (>5
dapat dipindah ke ruang rawat)
Pengkajian Keperawatan Anestesi
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An.MY
Agama : Islam
No RM : 11.12.13
Diagnosa pre operasi : Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal,
Tindakan operasi : ORIF dengan general anestesi ,dengan teknik LMA,ukuran LMA 2,5
2. Anamnesa
klien dibawa ke RSUD Ambarawa, yaitu tanggal 31 Desember 2019 dan didiagnosa
mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal
Pasien mengalami kecemasan karena takut akan dioperasi
3. Pemeriksaan Fisik
b. Status Generalis
-Kepala :Normal
-Mata :Normal
- Hidung : Normal
- Telinga : Normal
- Leher : Normal
- Thoraks :
Pulmo
Inspeksi: paruparu simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot pernafasan
tambahan,
Palpasi: tidak ada ketinggalan gerak antara taktil fremitus kanan dan kiri, tidak ada nyeri
tekan, ekspansi dada maksimal,
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea midclavicularis sinistra,
Auskultasi: suara redup, suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan.
Abdomen
Inspeksi: Tidak terdapat benjolan,Pertumbuhan rambut merata,Tidak ada luka
Perkusi: -
- Genetalia: -
- Ekstremitas:
Atas: Terpasang infus RL 16 tpm pada tangan kanan, tidak ada edema pada area tusukan,
terdapat balutan bidai pada tangan kiri, tampak pergeseran tulang di tangan kirinya
Bawah: tidak ada keterbatasan gerak,tidak ada kelemahan otot dan tidak ada edema
Kekuatan otot : -
- Pemeriksaan Vertebrata
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: tanggal
Seorang anak benama An. MY berumur 9 tahun 6 bulan, didiagnosa mengalami Close
Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal, lalu direncanakan untuk operasi tanggal 2 Januari
2019,persiapan operasi ORIF dengan General Anestesi dengan LMA. Status fisik ASA II.
B. Persiapan penatalaksanaan anestesi
1. Persiapan Alat :
2. Persiapan obat
a. Obat Premedikasi:
fentanyl 50 mcg IV, ondansetron 4mg IV, dexametason 5mg IV, efedrin, atropine
b. Obat Induksi
Obat propofol 50 mg IV
Rukurorium 5 mg IV
Fentanyl 50mcg
rukurorium 5 mg IV
d. Obat Analgetik :
Obat propofol 50 mg IV
fentanyl 50 mcg IV
f. Obat anti perdarahan
g. Obat emergency
h. Cairan infuse
Durante 500ml
Cairan Ringer laktat
Kristaloid
Koloid Darah
3. Persiapan pasien
4. Penatalaksanaan anestesi
Penatalaksanaan anestesi di mulai dari memasang alat pelindung diri (APD), alat monitor,
finger sensor, Pasien dipindahkan di meja operasi dilakukan pemasangan monitor tekanan
darah , saturasi oksigen, dan loading cairan infus RL sudah terpasang pada tangan kanan.
Jam 11.40 pasien diberikan Ondansentron 4 mg rute IV, paracetamol 400 mg rute IV,
dexametason 5 mg, dengan TD: 102/90mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.41
pemberian obat Fentanil 50 mcg, Propofol 50 mg, Rukurorium mg secara IV, dengan TD:
100/57 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO293%. Jam 11.42 klien tertidur, reflek bulu mata tidak ada
dengan TD: 101/53 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2 93%. Jam 11.43 pasien diberikan ventilasi
dengan N2O 1 lpm. O2 2 lpm, sevoflurant 2 vol % melalui face mask mengikuti nafas klien,
hingga 3-5 menit atau saturasi klien 100 %, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 93 x/mnt, SpO2:
99%. Jam 11.44 pemasangan LMA TD: 110/55mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 11.45
menyambungkan LMA dan mesin anestesi TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%.
Jam 11.45 operasi dimulai TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 12.20
pemberian N2O dan sevofluran dihentikan, naikkan O2 menjadi 3 lpm, pernapasan spontan
TD: 129/73mmHg, N: 85 x/mnt, SpO2: 99% dan operasi selesai dan O2 100% diberikan
dengan kecepatan 3 lpm hingga nafas klien adekuat.
C. Maintanance
Maintanance menggunakan:
- Balance cairan:
Kebutuhan Cairan =
Jam II =60cc+45cc+120cc=225cc
Jam IV=60cc+120cc=180cc
E. Pengakhiran Anestesi
Operasi selesai pukul 12.50
TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%.
skala wong baker : 10 (nyeri berat)
diberikan obat analgetik: drip tramadol 50mg dalam futrolit 500ml
Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm
Posisi klien pasca anestesi: supinasi
Steward skor (>5 dapat dipindah ke ruang rawat)
Aldert/
Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan
Bromage
Score
12.50 129/73 85 99%. Steward score: diberikan obat
mmHg x/mn >5 analgetik: drip
t tramadol 50mg
dalam futrolit
500ml. Pasien
terpasang
oksigen nasal
kanul 2 lpm
DATA PENGKAJIAN
1. PreAnestesi 1. PreAnestesi
Keluarga klien mengatakan bahwa klien Di diagnosa mengalami Close Fraktur
jatuh terpleset dari pinggir kolam yang Radius e.t Ulna 1/3 distal,
tidak beisi air dan tangan kirinya Keadaan pasien compos mentis
menumpu badan saat jatuh dan tampak CGS:E4,V5,M6
pergeseran tulang di tangan kirinya,
TD: 110/65 mmHg;
Klien mengatakan takut jika dioperasi
Keluarga klien mengatakan bahwa klien N: 90 x/mnt;
tidak penah mengalami kejadian seperti RR 23 x/mnt
ini sebelumnya.
Status Fisik ASA II
Keluarga mengatakan bahwa klien
belum pernah di rawat di tumah sakit BB: 30 kg
sebelumnya. klien tampak menangis
Keluarga mengatakan bahwa klien tidak Pemeriksaan paruparu simetris, tidak
pernah mengalami penyakit parah, ada retraksi dada, tidak ada
seperti kelainan jantung bawaan atau
penggunaan otot pernafasan tambahan,
asma.
Klien mengatakan tidak ada anggota ekspansi dada maksimal, tidak ada
keluarga yang mempunyai penyakit nyeri tekan, tidak ada ketinggalan
menular dan keturunan seperti TBC dan gerak antara taktil fremitus kanan dan
asma, kelainan jantung bawaan, dll kiri, suara perkusi paru resonan, suara
Keluarga klien mengatakan bahwa klien paru vesikuler.
belum pernah menjalani pembedahan
Pemeriksaan jantung ictus cordis tidak
sebelumnya.
tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra, tidak ada
pergeseran ictus cordis, tidak ada
pelebaran batas jantung, suara redup,
suara jantung S1, S2, regular tidak ada
suara tambahan
Terpasang infus RL 16 tpm pada
tangan kanan,
tidak ada edema pada area tusukan,
terdapat balutan bidai pada tangan kiri.
Penunjang :hemoglobin 15,3 g/dL,
leukosit 19,8 Ribu, hematokrit 43%,
trombosit 392.000/uL.
Foto Rotgen Close fraktur complete
o/s ulnae e.t radius sinistra 1/3 distal.
Obat propofol 50 mg IV, fentanyl 50
mcg IV, rukurorium 5 mg IV,
ondansetron 4mg IV, dexametason
5mg IV, efedrin, atropine
2. IntraAnestesi
2. IntraAnestesi
TD: 103/100 mmHg,
N: 90 x/mnt,
SpO2: 100%.
3. Post Anestesi
Pasien mengatakan nyeri(penilaian nyeri
menggunakan skala wong baker adalah 10,yaitu 3. Post Anestesi
nyeri berat) Kesadaran pasien compos mentis.
TD: 129/73 mmHg,
N: 85 x/mnt
SpO2: 99%.
DO:
Di diagnosa mengalami Close
Fraktur Radius e.t Ulna 1/3
distal,
Keadaan pasien compos
mentis
CGS:E4,V5,M6
TD: 110/65 mmHg;
N: 90 x/mnt;
RR 23 x/mnt
Status Fisik ASA II
BB: 30 kg
klien tampak menangis
Pemeriksaan paruparu
simetris, tidak ada retraksi
dada, tidak ada penggunaan
otot pernafasan tambahan,
ekspansi dada maksimal, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada
ketinggalan gerak antara taktil
fremitus kanan dan kiri, suara
perkusi paru resonan, suara
paru vesikuler.
Pemeriksaan jantung ictus
cordis tidak tampak pada ICS
ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra, tidak
ada pergeseran ictus cordis,
tidak ada pelebaran batas
jantung, suara redup, suara
jantung S1, S2, regular tidak
ada suara tambahan
Terpasang infus RL 16 tpm
pada tangan kanan,
tidak ada edema pada area
tusukan, terdapat balutan bidai
pada tangan kiri.
Penunjang :hemoglobin 15,3
g/dL, leukosit 19,8 Ribu,
hematokrit 43%, trombosit
392.000/uL.
Foto Rotgen Close fraktur
complete o/s ulnae e.t radius
sinistra 1/3 distal.
Obat propofol 50 mg IV,
fentanyl 50 mcg IV,
rukurorium 5 mg IV,
ondansetron 4mg IV,
dexametason 5mg IV, efedrin,
atropine
Intra Anestesi
1 Ds :- Resiko Pendarahan Pembedahan dan pendarahan
DO: masif.
TD: 103/100 mmHg,
N: 90 x/mnt,
SpO2: 100%
cairan durante 500 ml
perdarahan 200 ml
Post Anestesi
1 Ds: Pasien mengatakan nyeri, Acute pain Related to injury
penilaian nyeri menggunakan skala :tulang/tendon/otot
wong baker adalah 10 (nyeri berat)
DO:
Kesadaran pasien compos
mentis.
TD: 129/73 mmHg,
N: 85 x/mnt
SpO2: 99%
Steward skor (>5 dapat
dipindah ke ruang rawat)
klien tampak menangis
Pasien diberikan obat
analgetik: drip tramadol 50mg
dalam futrolit 500ml
B. Prioritas Diagnosa
No Prioritas Diagnosa
C. Intervensi
N Perencanaan
o Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
.
NOC: Anxiety Level NIC:Anxiety Reduction 1.Menurut Halter
Setelah diberikan Observasi: (2014) ada 4 klasifikasi
tindakan asuhan 1.Kaji tingkat Ansietas Klien tingkat ansietas yaitu
Ansietas keperawatan anestesi 2.Berikan tindakan fisik yang ansietas ringan, ansietas
berhubungan selama 1x 7 jam, dapat membantu relaksasi seperti sedang, ansietas berat,
1
dengan penata dapat mandi air hangat, pijat dan panik.
.
invasive meminimalkan punggung, aromaterapi, dan 2.Teknik relaksasi
procedure komplikasi yang terjadi musik. membantu klien
dengan kriteria hasil : 3.Instruksikan kepada klien mengubah sistem
teknik relaksasi
Meningkatkan (aromaterapi,hydrotherapy,terapi otonom dari respons
tingkat kenyamanan music,terapi pijit,control fight or flight ke respon
fisiologi dan breathing) yang lebih rileks
psikologi 4.Edukasi klien tentang prosedur (Varcarolis, 2011)
Level ansietas
operasi yang akan dilakukan. 3.Terapi seperti pijat,
dapat berkurang
5.Kolaborasi dan konsultasikan aromaterapi, dan
Dapat
dengan dokter untuk hidroterapi berguna
meningkatkan self
kemungkinan terapi dalam mengelola stres
control klien,dapat
farmakologi(obat anti
mengendalikan dan kecemasan
cemas),jika dapat diindikasikan.
kecemasannya (Lehrner, Marwinski,
Lehr, Johren, &
Deecke, 2005; Mok &
Woo, 2004; Wong,
Lopez-Nahas,
& Molassiotis, 2001;
Yilmaz et al., 2003).
4.Edukasi yang
diberikan pada fase pre
operasi berguna untuk
menyingkirkan
kecemasan (Smeltzer &
Bare, 2012)
5. Interprofesional
kolaborasi merupakan
strategi umum untuk
mencapai kualitas
hasil yang
diinginkan secara
efektif dan efisien
dalam kesatuan
kompleks pelayanan
kesehatan. Komunikasi
dalam kolaborasi
merupakan unsur
penting untuk
kualitas perawatan
dan keselamatan
pasien (Reni,et al,2010)
Setelah diberikan NIC Rasional:
tindakan asuhan 1. Pantau tanda tanda
keperawatan anestesi pendarahan dari alat 1. Penanganan yang
selama 1x 7 jam, akses vena tepat dan sedini
penata dapat (seperti,IV,alat akses
mungkin terhadap
meminimalkan vena jangka
komplikasi yang terjadi panjang):hematoma di pasien prasyok dan
dengan kriteria hasil : situs,pendarahan di situs syok merupakan
2. Pantau adanya tanda dan faktor penting yang
NOC gejala syok: Peningkatan menentukan hasil
Perawat akan denyut nadi dengan pengobatan. Oleh
mengelola dan tekanan darah normal karena itu penilaian
meminimalkan atau sedikit menurun,
yang akurat terhadap
episode tekanan nadi menyempit,
pendarahan. penurunan mean atau resiko syok
Melihat mean arterial pressure merupakan hal
penurunan (MAP),Output urin 3 penting menuju
output jantung detik (menunjukkan tatalaksana yang
sebagai perfusi jaringan yang edekuat dalam
indikator buruk),Dingin, pucat, mencegah terjadinya
Resiko lembab , atau kulit
pendarahan syok dan
2 sianotik ,Penurunan
berhubungan saturasi oksigenasi perdarahan.
.
dengan efek (SaO2, SvO2),Penurunan (Raihan,dkk,2010)
pembedahan hemoglobin / hematokrit 2. syok dimulai dengan
• Penurunan tekanan vena tanda tanda
sentral. kegagalan sirkulasi
3. Berikan oksigen yang yaitu kulit lembab,
sesuai
4. Kolaborasikan dengan dingin pada ujung
dokter atau perawat hidung, jari tangan
praktik tingkat lanjut dan jari kaki serta
dengan data penilaian sianosis di sekitar
yang dapat mulut. Hal ini
mengindikasikan diakibatkan karena
perdarahan dan untuk
adanya pengurangan
mengganti kehilangan
cairan pada kecepatan volume plasma dan
yang cukup untuk penurunan tekanan
mempertahankan darah,
haluaran urin> 0,5 mL / hemokosentrasi
kg / jam (misalnya, saline (Yuliana,2014).
atau Ringer's lactate). Nadi menjadi lembut
dan cepat, kecil
bahkan sering tidak
teraba
(Misbakh,2015).
3. Pemberian
oksigen pada klien
dengan pendarahan
harus sesuai karena
terjadinya penurunan
hebat volume
intravaskuler apakah
akibat perdarahan
atau sebab lain maka
darah yang balik ke
jantung (venous
return) juga berkurang
dengan hebat,
sehingga curah
jantungpun menurun.
Pada akhirnya
ambilan oksigen di
paru juga menurun
dan asupan oksigen ke
jaringan atau sel
(perfusi) juga tidak
dapatdipenuhi
(Hardisman,2013)
4. Interprofesional
kolaborasi
merupakan strategi
umum untuk
mencapai kualitas
hasil yang
diinginkan secara
efektif dan efisien
dalam kesatuan
kompleks pelayanan
kesehatan.
Komunikasi dalam
kolaborasi
merupakan unsur
penting untuk
kualitas perawatan
dan keselamatan
pasien (Reni,et
al,2010)
5. Mengganti
kehilangan cairan
pada kecepatan
yang cukup dapat
meningkatkan
perfusi jaringan
ginjal yang
optimal(Syamsul
Hilal,2016)
NOC:Pain control NIC:Pain Management
Setelah diberikan 1.Kaji tingkat nyeri klien 1. Skala WBPS
tindakan asuhan menggunakan skala wong merupakan skala nyeri
keperawatan anestesi baker(WBPS) dengan penilaian mimik
selama 1x 7 jam, 2.Edukasi teknik relaksasi untuk wajah. Subyek
penata dapat mengurangi rasa nyeri melaporkan nyeri yang
meminimalkan 3.Sertakan penilaian orang tua diterima dengan
komplikasi yang terjadi tentang rasa sakit anak mereka menunjuk gambar pada
dengan kriteria hasil : skala. Rentang skala 0-
dalam penilaian. Orang tua dan
10.(Wati, Pudjiadi, &
perawat dapat menilai rasa sakit Latief, 2016)
Klien akan mengalami
anak seacara berbeda. 2. Manajemen nyeri
tindakan pemulihan
Nyeri akut Pengamatan orang tua seringkali dengan tindakan
yang memuaskan yang
berhubungan lebih akurat. relaksasi mencakup
dibuktikan dengan : latihan pernafasan
dengan injury 4.Berikan kesempatan kepada
pada bagian • Peningkatan
3 diafragma, teknik
orang tua untuk membagikan
tulang/tendon partisipasi klien dalam perasaan mereka tentang
relaksasi progresif,
/muscle aktivitas pemulihan guided imagery, dan
menyaksikan rasa sakit anak meditasi, beberapa
• Penurunan skala
mereka . penelitian telah
nyeri dari 10 menjadi 3
5.Jelaskan sumber rasa sakit menunjukkan bahwa
• Klien merasa nyaman
kepada anak menggunakan relaksasi nafas dalam
setelah skala nyeri sangat efektif dalam
penjelasan verbal dan sensoris
berkurang menurunkan nyeri pasca
(visual, taktil)
operasi (Brunner &
6.Kolaborasikan intervensi untuk
Suddart, 2011)
toleransi obat dengan dokter Penggunaan tindakan
(misalnya, mengganti obat, pereda nyeri non-invasif
meningkatkan dosis, mengurangi (misalnya, relaksasi,
interval, menambahkan terapi pijat, gangguan) dapat
tambahan). meningkatkan efek
terapeutik obat pereda
nyeri (Cepeda et al.,
2006).
3. Metode VAKT
(visual, auditori,
kinestetik dan taktil)
berdasarkan pada
optimalisasi
penggunaan modalitas
alat indra yang dimiliki
oleh setiap individu
secara terpadu sehingga
anak mendapat
pengalaman atau kesan
kesan melalui perabaan,
penglihatan dan
pendengaran(
Abdurrachman, 2005)
Mengedukasi sumber
rasa sakit kepada anak
menggunakan metode
VAKT (visual, auditori,
kinestetik dan
taktil)Meningkatkan
pengertian terhadap
persepsi dan
pemahaman yang
berasal dari pengalaman
dan stimulasi sensori
lingkungan.(Gunadi
,2005)
4.Teknik farmakologi
adalah cara yang paling
efektif untuk
menghilangkan nyeri
terutama untuk nyeri
yang sangat hebat yang
berlangsung selama
berjam-jam atau bahkan
berhari-hari (Smeltzer
and Bare, 2002).
Pemberian analgesik
biasanya dilakukan
untuk mengurangi
nyeri.
5. Salah satu cara yang
dapat dilakukan dalam
mengatasi nyeri ini
adalah dengan
pemberian obat
analgetika. AINS(anti
inflamasi non-sterid)
banyak digunakan pada
pasien pediatric. Obat
ini merupakan bahan
aktif yang secara
farmakologi tidak
homogen dan terutama
bekerja menghambat
produksi prostaglandin
serta digunakan untuk
perawatan nyeri akut
dan
kronik(Fajriani,2010)
- -
- -
Pre Operasi
1.Mengkaji tingkat Ansietas
31 Desember Ansietas berhubungan
Klien
2019 Pukul dengan invasive 2.Memberikan tindakan fisik
procedure,ditandai yang dapat membantu relaksasi
9.00
dengan klien belum seperti mandi air hangat, pijat
pernah di rawat di tumah punggung, aromaterapi, dan
sakit sebelumnya dan musik.
klien mengatakan takut 3.Menginstruksikan kepada
jika dioperasi klien teknik relaksasi
(aromaterapi,hydrotherapy,terapi
music,terapi pijit,control
breathing)
4.Memberikan edukasi klien
tentang prosedur operasi yang
akan dilakukan.
5.Menkolaborasikan dan
berkonsultasi dengan dokter
untuk kemungkinan terapi
farmakologi(obat anti
cemas),jika dapat diindikasikan.
Tanggal waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Intra Operasi
1. Memantau tanda tanda
2 Januari 2020 Resiko pendarahan
pendarahan dari alat akses
pukul 11.40 berhubungan dengan efek vena (seperti,IV,alat akses
pembedahan ditandai vena jangka
WIB
dengan klien mangalami panjang):hematoma di
pendarahan 200ml situs,pendarahan di situs
2. Memantau adanya tanda dan
gejala syok: Peningkatan
denyut nadi dengan tekanan
darah normal atau sedikit
menurun, tekanan nadi
menyempit, penurunan mean
atau mean arterial pressure
(MAP),Output urin 3 detik
(menunjukkan perfusi
jaringan yang buruk),Dingin,
pucat, lembab , atau kulit
sianotik ,Penurunan saturasi
oksigenasi (SaO2,
SvO2),Penurunan
hemoglobin / hematokrit •
Penurunan tekanan vena
sentral.
3. Melakukan pemberian
oksigen yang sesuai
4. Mengkonsultasikan dengan
dokter atau perawat praktik
tingkat lanjut untuk data
penilaian yang dapat
mengindikasikan perdarahan
dan untuk mengganti
kehilangan cairan pada
kecepatan yang cukup untuk
mempertahankan haluaran
urin> 0,5 mL / kg / jam
(misalnya, saline atau
Ringer's lactate).
Post Operasi