Anda di halaman 1dari 26

Kasus A2

Pre Anestesi:

Seorang anak benama An. MY berumur 9 tahun, 6 bulan, jenis kelamin laki- laki, beragama
Islam, datang ke rumah sakit dan keluarga mengatakan bahwa klien jatuh terpleset dari
pinggir kolam yang tidak beisi air dan tangan kirinya menumpu badan saat jatuh dan tampak
pergeseran tulang di tangan kirinya, hari itu juga klien dibawa ke RSUD Ambarawa, yaitu
tanggal 31 Desember 2019 dan didiagnosa mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3
distal, lalu klien direncanakan untuk operasi tanggal 2 Januari 2020 yang sebelumnya klien
harus dirawat di ruang Anggrek RSUD Ambarawa untuk persiapan operasi ORIF dengan
anestesi GA dengan LMA. Klien mengatakan takut jika dioperasi, klien tampak menangis.
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak penah mengalami kejadian seperti ini
sebelumnya. Keluarga mengatakan bahwa klien belum pernah di rawat di tumah sakit
sebelumnya. Keluarga juga mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami penyakit parah,
seperti kelainan jantung bawaan atau asma. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai penyakit menular dan keturunan seperti TBC dan asma, kelainan jantung
bawaan, dll. Keadaan pasien compos mentis (E4,V5,M6) TD: 110/65 mmHg; N: 90 x/mnt;
RR 23 x/mnt. Pemeriksaan paruparu simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan
otot pernafasan tambahan, ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
ketinggalan gerak antara taktil fremitus kanan dan kiri, suara perkusi paru resonan, suara paru
vesikuler. Pemeriksaan jantung ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra, tidak ada pergeseran ictus cordis, tidak ada pelebaran batas jantung,
suara redup, suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan. Terpasang infus RL 16
tpm pada tangan kanan, tidak ada edema pada area tusukan, terdapat balutan bidai pada
tangan kiri. Keluarga klien mengatakan bahwa klien belum pernah menjalani pembedahan
sebelumnya, klien tampak menangis karena takut dioperasi. Status fisik ASA II. Pemeriksaan
Penunjang hemoglobin 15,3 g/dL, leukosit 19,8 Ribu, hematokrit 43%, trombosit
392.000/uL. Foto Rotgen Close fraktur complete o/s ulnae e.t radius sinistra 1/3 distal. Obat
propofol 50 mg IV, fentanyl 50 mcg IV, rukurorium 5 mg IV, ondansetron 4mg IV,
dexametason 5mg IV, efedrin, atropine.
Intra Anestesi

Pasien dilakukan ORIF dengan General anestesi, dengan teknik LMA, ukuran kuran LMA
2,5, posisi operasi pasien supine, cairan durante 500 ml, perdarahan 200 ml. Jam 11.40 klien
masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja operasi, pemasangan monitoring tekanan
darah dan saturasi oksigen dan loading cairan infus RL sudah terpasang pada tangan kanan,
aliran lancar TD: 103/100 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.40 pasien diberikan
Ondansentron 4 12 mg rute IV, paracetamol 400 mg rute IV, dexametason 5 mg, dengan TD:
102/90mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.41 pemberian obat Fentanil 50 mcg,
Propofol 50 mg, Rukurorium mg secara IV, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 90 x/mnt,
SpO293%. Jam 11.42 klien tertidur, reflek bulu mata tidak ada dengan TD: 101/53 mmHg,
N: 90 x/mnt, SpO2 93%. Jam 11.43 pasien diberikan ventilasi dengan N2O 1 lpm. O2 2 lpm,
sevoflurant 2 vol % melalui face mask mengikuti nafas klien, hingga 3-5 menit atau saturasi
klien 100 %, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 93 x/mnt, SpO2: 99%. Jam 11.44 pemasangan
LMA TD: 110/55mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 11.45 menyambungkan LMA dan
mesin anestesi TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 11.45 operasi dimulai TD:
110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 12.20 pemberian N2O dan sevofluran
dihentikan, naikkan O2 menjadi 3 lpm, pernapasan spontan TD: 129/73mmHg, N: 85 x/mnt,
SpO2: 99% dan operasi selesai dan O2 100% diberikan dengan kecepatan 3 lpm hingga nafas
klien adekuat. Klien dipindahkan ke ruang RR.

Post Anestesi

Klien keluar dari ruang RR pukul 12.50 WIB. Kesadaran pasien compos mentis. Pasien
diobservasi tanda- tanda vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%. Pasien
mengatakan nyeri, penilaian nyeri menggunakan skala wong baker adalah 10 (nyeri berat),
klien tampak menangis. Pasien diberikan obat analgetik: drip tramadol 50mg dalam futrolit
500ml. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, Posisi klien pasca anestesi: supinasi.
Steward skor (>5 dapat dipindah ke ruang rawat).
A. Pengkajian
1) IdentitasPasien
Nama : An.MY
Umur : 9,6 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jalan Mojo
No RM : 0011944
Diagosa Preoperasi : Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal
Tindakan operasi : ORIF dengan anestesi GA dengan
teknik LMA,ukuran LMA 2,5

Tanggal Operasi : 2 Januari 2020


Dokter Bedah : Dr.Upin Sp.B
Dokter Anestesi : Dr. Ipin Sp.An
2) Anamnesa
a. Keluhan utama :
keluarga mengatakan bahwa klien jatuh terpleset dari pinggir kolam yang
tidak beisi air dan tangan kirinya menumpu badan saat jatuh dan tampak
pergeseran tulang di tangan kirinya.
b. Riwayat penyakit sekarang :
Alasan masuk RS :
Keluarga pasien mengatakan An.MY terpeleset dari pinggir kolam yang tidak
berisi air dan tangan kirinya menjadi tumpuan badan saat jatuh dan dibawa
kerumah sakit pada tanggal 31 Desember 2019 kemudian didiagnosa oleh
dokter mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal, lalu klien
direncanakan untuk operasi tanggal 2 Januari 2020.
c. Riwayat penyakit dahulu :
Klien tidak pernah mengalami kejadian yang sama sebelumnya dan belum
pernah dirawat Di Rumah sakit
d. Riwayat penyakit keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular dan keturunan seperti TBC dan asma, kelainan jantung bawaan, dll
3) PemerikasaanFisik
a. Kesadaran dan tanda tanda Vital
Kesadaran : Compas metis
GCS : E4,V5,M6
TD : 110/65 Mmhg TB : 120
N : 90x/mnt RR : 23x/mnt
BB : 45 IMT:

b. Status Generalis

 Kepala : Simetris, warna rambut hitam , tidak terdapat nyeri tekan dan
tidak ada benjolan

 Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat membuka mata


secara spontan

 Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret

 Mulut : Tidak ada sariawan,mukosa bibir kering,

 Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada


pembengkakan vena jugularis

 Thoraks :

 Inspeksi: simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot
pernafasan tambahan

 Palpasi: ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
ketinggalan gerak antara taktil fremitus kanan dan kiri

 Perkusi: suara perkusi paru resonan

 Auskultasi: suara paru vesikuler

 Jantung :

 Inspeksi: ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra

 Palpasi: tidak ada pergeseran ictus cordis, tidak ada pelebaran batas
jantung

 Perkusi: suara redup.

 Auskultasi: suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan

c. Genetalia
Pasien berjenis kelamin laki laki,tidak ada kelainan pada alat kelamin dan
tidak ada penyakit.
d. Ekstremitas :
Atas : Pasien Terpasang infus RL 16 Tpm pada ekstremitas atas di bagian
dekstra dan mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal
4) Psikologis : klien tampak menangis karena takut dioperasi. Status fisik ASA II.

5) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium 12 oktober 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 15,3 11,0 - 17,0 g/dl
Hematokrit 43% 35 – 47 %
Leukosit 19,8 3,6 – 11,0 10^3/uL
Trombosit 392.000 150– 440 10^3/uL

6) Diagnosis Anestesi
Seorang anak benama An. MY berumur 9 tahun, 6 bulan, jenis kelamin laki- laki,
beragama Islam, didiagnosa mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal,
lalu klien direncanakan untuk operasi tanggal 2 Januari 2020 yang sebelumnya
klien harus dirawat di ruang Anggrek RSUD Ambarawa untuk persiapan operasi
ORIF dengan anestesi GA dengan LMA.
B. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi
1) Persiapan Alat
 S : Stetoskop, Laringoskop
 T : LMA 2,5
 A : Aliran udara, nasofaringeal, dan orofaringeal
 T : Tape/plester
 I : Inducer (stilet/ forceps Magil)
 C : Conector ( penghubung antara ETT dengan mesin anestesi)
 S : Suction
2) Persiapan obat
a. Obat Premedikasi
 Ondansentron 4 12 mg rute IV
 paracetamol 400 mg rute IV
 dexametason 5 mg
 Fentanil 50 mcg
b. Obat Induksi
 Propofol 50 mg,
 Rukurorium mg secara IV
c. Obat Analgetik
 sevoflurant 2 vol %
 Tramadol 50mg
1) Persiapan obat

a. Obat Premedikasi
 Ondansentron 4 12 mg rute IV
 paracetamol 400 mg rute IV
 dexametason 5 mg
 Fentanil 50 mg
b. Obat Induksi
 Propofol 50 mg,
 Rukurorium mg secara IV
c. Obat Analgetik
 sevoflurant 2 vol %
 Tramadol 50mg
2) Persiapan Pasien
Pada jam 11:30 Pasien dipindahkan ke ruang operasi dan kemudian dipindahkan ke
meja operasi,status pasien termasuk informed concent, hasil lab, hasil pemeriksaan
penunjang dan obat obatan diserahkan.
3) Penatalaksanaan anestesi
Jam 11.40 klien masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja operasi,
pemasangan monitoring tekanan darah dan saturasi oksigen dan loading cairan infus
RL sudah terpasang pada tangan kanan, aliran lancar TD: 103/100 mmHg, N: 90
x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.40 pasien diberikan Ondansentron 4 mg rute IV,
paracetamol 400 mg rute IV, dexametason 5 mg, dengan TD: 102/90mmHg, N: 90
x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.41 pemberian obat Fentanil 50 mcg, Propofol 50 mg,
Rukurorium mg secara IV, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO293%. Jam
11.42 klien tertidur, reflek bulu mata tidak ada dengan TD: 101/53 mmHg, N: 90
x/mnt, SpO2 93%. Jam 11.43 pasien diberikan ventilasi dengan N2O 1 lpm. O2 2 lpm,
sevoflurant 2 vol % melalui face mask mengikuti nafas klien, hingga 3-5 menit atau
saturasi klien 100 %, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 93 x/mnt, SpO2: 99%. Jam 11.44
pemasangan LMA TD: 110/55mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 11.45
menyambungkan LMA dan mesin anestesi TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2:
98%. Jam 11.45 operasi dimulai TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%.
Jam 12.20 pemberian N2O dan sevofluran dihentikan, naikkan O2 menjadi 3 lpm,
pernapasan spontan TD: 129/73mmHg, N: 85 x/mnt, SpO2: 99% dan operasi selesai
dan O2 100% diberikan dengan kecepatan 3 lpm hingga nafas klien adekuat. Klien
dipindahkan ke ruang RR.
4) Pengakhiran Anestesi
Klien keluar dari ruang RR pukul 12.50 WIB. Kesadaran pasien compos mentis.
Pasien diobservasi tanda- tanda vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%.
Pasien mengatakan nyeri, penilaian nyeri menggunakan skala wong baker adalah 10
(nyeri berat), klien tampak menangis. Pasien diberikan obat analgetik: drip tramadol
50mg dalam futrolit 500ml. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, Posisi klien
pasca anestesi: supinasi. Steward skor (>5 dapat dipindah ke ruang rawat).

C. Maintanance menggunakan:
- O2 : lt/mnt, N2O: dengan sevoflurant 2% Vol
- Balance cairan:
Kebutuhan cairan basal (M) = 2 x BB = 2 x 45 = 90 cc
Pengganti Puasa (PP) = Lama puasa x BB = 8 (misal) x 45= 360cc
Stress operasi (SO)= 4/6/8 x BB = 4 x 45 = 180 cc
Kebutuhan Cairan=
Jam I: M + 1/2PP + SO = 90 + ½360 x + 180 = 450 cc
Jam II: M + 1/4PP + SO = 90 + ¼ 360+ 180 = 270cc
Jam III: M + 1/4PP + SO = 90 + ¼ 360 + 180 = 360 cc
Jam IV: M + SO = 270 cc

D. Monitoring selama operasi (monitoring per 1 menit)

Jam N SpO2 TD N20+02 Sevo RR Tindakan


11.40 100% 102/90mmHg
90x/menit
11.41 93% 100/57mmHg
90x/menit
11.42 93% 101/53mmHg
90x/menit
11.43 99% 100/57mmHg 3lpm 2%
93x/menit
11.44 98% 110/55mmHg
90x/menit
11.45 98% 110/55mmHg
90x/menit
12.20 99% 129/73mmHg 3lpm
85x/menit

E. Pengakhiran Anestesi
Klien keluar dari ruang RR pukul 12.50 WIB. Kesadaran pasien compos mentis. Pasien
diobservasi tanda- tanda vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%. Pasien
mengatakan nyeri, penilaian nyeri menggunakan skala wong baker adalah 10 (nyeri
berat), klien tampak menangis. Pasien diberikan obat analgetik: drip tramadol 50mg
dalam futrolit 500ml. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, Posisi klien pasca
anestesi: supinasi. Steward skor (>5 dapat dipindah ke ruang rawat)
Jam N SpO2 TD 02 Aldert/ RR Tindakan
Bromage
Score
12.50 85x/menit 99% 129/73mmHg 2lpm 10 nyeri
berat
DATA PENGKAJIAN

DATA SUBJEKTIF ( DS ) DATA OBJEKTIF ( DO )


1. Pre Anestesi 1. Pre Anestesi
 Pasien mengatakan takut jika  Didiagnosa mengalami Close
dioperasi, Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal
 Keluarga klien mengatakan  Pasien tampak menangis
bahwa klien tidak penah  Keadaan pasien compos mentis
mengalami kejadian seperti ini (E4,V5,M6)
sebelumnya. Keluarga  Tanda Tanda Vital :
mengatakan bahwa klien belum TD: 110/65 mmHg;
pernah di rawat di tumah sakit N: 90 x/mnt;
sebelumnya. RR 23 x/mnt.
 Keluarga juga mengatakan bahwa  Pemeriksaan paruparu simetris,
klien tidak pernah mengalami tidak ada retraksi dada, tidak ada
penyakit parah, seperti kelainan penggunaan otot pernafasan
jantung bawaan atau asma. tambahan, ekspansi dada maksimal,
 Pasien mengatakan tidak ada tidak ada nyeri tekan, tidak ada
anggota keluarga yang ketinggalan gerak antara taktil
mempunyai penyakit menular dan fremitus kanan dan kiri, suara
keturunan seperti TBC dan asma, perkusi paru resonan, suara paru
kelainan jantung bawaan, dll vesikuler.
 Keluarga klien mengatakan  Pemeriksaan jantung ictus cordis
bahwa klien belum pernah tidak tampak pada ICS ke-5 medial
menjalani pembedahan linea midclavicularis sinistra, tidak
sebelumnya ada pergeseran ictus cordis, tidak
ada pelebaran batas jantung, suara
redup, suara jantung S1, S2, regular
tidak ada suara tambahan.
 Pada pasien Terpasang infus RL 16
tpm pada tangan kanan, tidak ada
edema pada area tusukan, terdapat
balutan bidai pada tangan kiri.
 Status fisik ASA II
 Pemeriksaan Penunjang
- hemoglobin 15,3 g/dL,
- leukosit 19,8 Ribu,
- hematokrit 43%,
- trombosit 392.000/uL.
- Foto Rotgen Close fraktur complete
o/s ulnae e.t radius sinistra 1/3
distal.
2. - 2. Intra Anestesi
 Pemeriksaan pulmo dan airway
pasien :Jalan napas paten, tidak
ada obstruksi jalan napas.
 Pukul 11. 40 pasien masuk ke
kamar operasi, dan dipindahkan ke
meja operasi, pemasangan
monitoring tekanan darah dan
saturasi oksigen dan loading cairan
infus RL sudah terpasang pada
tangan kanan, aliran lancar TD:
103/100 mmHg, N: 90 x/mnt,
SpO2: 100%.
 Prosedur anestesi umum dilakukan
dengan pemantauan dokter
spesialis anestesi meliputi:
pemberian obat premedikasi pada
pukul 11.40 berupa Ondansentron
4 12 mg rute IV, paracetamol 400
mg rute IV, dexametason 5 mg,
dengan
TD: 102/90mmHg, N: 90 x/mnt,
SpO2: 100%. Lalu Obat induksi
pada pukul 11.41 Fentanil 50
mcg, Propofol 50 mg, serta obat
pelumpuh otot Rukurorium mg
secara IV, dengan TD: 100/57
mmHg, N: 90 x/mnt, SpO293%.
Agen anestesi sevoflurane diatur
2% vol, ventilasi dengan N2O 1
lpm. O2 2 lpm, melalui face mask
mengikuti nafas klien, hingga 3-5
menit atau saturasi klien 100 %,
dengan TD: 100/57 mmHg, N: 93
x/mnt, SpO2: 99%.
 Pukul 11.42 Pasien Tidur dan
reflek bulu mata tidak ada dengan
TD: 101/53 mmHg, N: 90 x/mnt,
SpO2 93%
 Pukul 11. 43 pasien diberikan
ventilasi dengan N2O 1 lpm. O2 2
lpm, sevoflurant 2 vol % melalui
face mask mengikuti nafas klien,
hingga 3-5 menit atau saturasi
klien 100 %, dengan TD: 100/57
mmHg, N: 93 x/mnt, SpO2: 99%.
 Mengintubasi pasien dengan
teknik LMA Ukuran 2.5 pukul
11.44
TD: 110/55mmHg, N: 90 x/mnt,
SpO2: 98%.
 Pukul 11.45 menyambungkan
LMA dan mesin anestesi TD:
110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2:
98%
 Pukul 11. 45 operasi dimulai TD:
110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2:
98%.
 Pukul 12.20 Pasien diberikan N2O
dan sevofluran dihentikan, naikkan
O2 menjadi 3 lpm, pernapasan
spontan TD: 129/73mmHg, N: 85
x/mnt, SpO2: 99% dan operasi
selesai dan O2 100% diberikan
dengan kecepatan 3 lpm hingga
nafas klien adekuat. Klien
dipindahkan ke ruang RR
3. Post Anestesi 3. Post Anestesi
 Pasien mengatakan nyeri  Pasien keluar dari RR pukul 12.50
dengan skore nyeri  Kesadaran pasien compos mentis
menggunakan skala wong  Tanda Tanda Vital
baker adalah 10 (nyeri berat) TD: 129/73 mmHg,
N: 85 x/mnt
SpO2: 99%
 Pasien Tampak Menangis
 Pasien diberikan obat analgetik:
drip tramadol 50mg dalam futrolit
500ml
 Pasien dipasang nasal kanul 2 lpm
 Steward skor (>5 dapat dipindah ke
ruang rawat)
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

A. Analisis Data

Pre Anestesi

NO DIAGNOSA PROBLEM ETIOLOGI

1. DS:
 Pasien mengatakan takut jika Ansietas Invasive
dioperasi Procedure
 Keluarga klien mengatakan
bahwa klien belum pernah
menjalani pembedahan
sebelumnya
DO:
 Pasien tampak menangis
 Tanda Tanda Vital :
TD: 110/65 mmHg;
N: 90 x/mnt;
RR 23 x/mnt.

Intra Anestesi

NO DIAGNOSA PROBLEM ETIOLOGI

1. DS : - - -

2. DO:
 Pasien menjalani pembedahan Resiko Trauma
dengan perdarahan sebanyak Perdarahan Pembedahan
200 ml
NO DIAGNOSA PROBLEM ETIOLOGI

1. DS : - - -

2. DO:
Dilakukan pembedahan ORIF Resiko cidera Disfungsi sensori
dengan General anestesi,
dengan teknik LMA, ukuran
LMA 2,5

Post Anestesi
NO DIAGNOSA PROBLEM ETIOLOGI

1. DS :
 Pasien mengatakan nyeri Nyeri Akut Related to injury :
dengan score nyeri tulang/ tendon/
menggunakan skala wong otot
baker adalah 10 (nyeri berat)
DO:
 Tanda Tanda Vital
TD: 129/73 mmHg,
N: 85 x/mnt
SpO2: 99%
 Pasien Tampak Menangis
 Pasien diberikan obat analgetik
: drip tramadol 50mg dalam
futrolit 500 ml
B. Prioritas Diagnosa

No Prioritas Diagnosa
1 Pre Anestesi: Ansietas berhubungan dengan Invasive Procedure ditandai dengan
takut dan tampak menangis serta belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya
dan Tanda Tanda Vital TD: 110/65 mmHg; N: 90 x/mnt; RR 23 x/mnt. ( aktual)
2 Intra Anestesi : Resiko Pendarahan berhubungan dengan Trauma Pembedahan yang
ditandai dengan pasien menjalani pembedahan dengan perdarahan sebanyak 200 ml. (
(Resiko )
3 Intra Anestesi : Resiko cidera berhubungan dengan disfungsi sensori ditantai
dengan Dilakukan pembedahan ORIF dengan General anestesi, teknik LMA,
ukuran LMA 2,5
4 Post Anestesi : Nyeri Akut yang berhubungan dengan injury pada bagian tulang/
tendon/ muscle ditandai Pasien mengatakan nyeri dengan score nyeri menggunakan
skala wong baker adalah 10 (nyeri berat) dan tampak menangis dan Tanda Tanda
Vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99% ( aktual)
Rencana dan Implementasi Keperawatan
Pre Anestesi

PERENCANAAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Ansietas NOC : Anxiety Level NIC : Anxiety Reduction 1. Terdapat 4 klasifikasi
berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji Tingkat Ansietas tingkat ansietas yaitu
dengan tindakan keperawatan pasien. ansietas ringan, ansietas
Invasive anestesi selama 2x 24 2. Berikan tindakan fisik sedang, ansietas berat,
Procedure jam diharapkan yang dapat membantu dan panic (Halter,2014)
masalah Ansietas relaksasi seperti mandi 2. Teknik relaksasi
berkurang / teratasi air hangat, pijat membantu klien
dengan kriteria : punggung, aromaterapi, mengubah sistem
1. Terjadi dan musik. otonom dari respons
peningkatan 3. Instruksikan kepada klien fight or flight ke respon
kenyamanan teknik relaksasi yang lebih rileks
psikologis dan (aromaterapi,hydrotherap (Varcarolis, 2011)
fisiologis y,terapi music,terapi 3. Terapi seperti pijat,
2. Tingkat ansietas pijat,control breathing) aromaterapi, dan
ringan 4. Edukasi klien dan hidroterapi berguna
3. Edukasi Prosedur keluarga tentang dalam mengelola stres
Pembedahan prosedur operasi yang dan kecemasan
akan dilakukan. (Lehrner, Marwinski,
5. Kolaborasi dan Lehr, Johren, &
konsultasikan dengan Deecke, 2005; Mok &
dokter untuk Woo, 2004; Wong,
kemungkinan terapi Lopez-Nahas,
farmakologi(obat anti & Molassiotis, 2001;
cemas),jika dapat Yilmaz et al., 2003).
diindikasikan 4. Edukasi yang diberikan
pada fase pre operasi
berguna untuk
menyingkirkan
kecemasan (Smeltzer &
Bare, 2012)
5. Interprofesional
kolaborasi merupakan
strategi umum untuk
mencapai kualitas
hasil yang
diinginkan secara
efektif dan efisien
dalam kesatuan
kompleks pelayanan
kesehatan. Komunikasi
dalam kolaborasi
merupakan unsur
penting untuk
kualitas perawatan
dan keselamatan
pasien (Reni,et al,2010)
INTRA ANESTESI

NO DIAGNOSA PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Resiko NOC : NIC : Risk For 1. Memantau perdarahan
Perdarahan Complications of Bleeding 2. Deteksi dini perubahan
berhubunga Setelah dilakukan 1. Pantau lokasi pembedahan tanda vital dan MAP (
n dengan tindakan keperawatan untuk mencari perdarahan, Carren, 2017)
Trauma anestesi selama 1 x 5 dehiscence, dan pengeluaran 3. Pemantauan yang cermat
Pembedahan jam diharapkan masalah isi. memungkinkan sejak dini
perdarahan tidak terjadi 2. Pantau tanda-tanda deteksi komplikasi
dengan kriteria : perdarahan dari perangkat ( Capernito, 2014)
1.Perawat akan akses vena (misalkan IV, 4. Respon kompensasi untuk
mengelola dan perangkat akses vena jangka menurunkan volume
meminimalkan episode panjang) sirkulasi bertujuan untuk
perdarahan. • Hematoma di situs meningkatkan pengiriman
2.Lihat Penurunan • Pendarahan di situs oksigen peningkatan detak
Output Jantung untuk 3.Sisipkan baris IV; gunakan jantung dan pernapasan dan
indikator kateter lubang besar jika penurunan sirkulasi perifer
darah atau volume cairan (dimanifestasikan dengan
diantisipasi.Mulai protokol berkurangnya perifer pulsa
yang tepat untuk syok dan kulit dingin). Penurunan
(misalnya, terapi oksigen ke otak mengubah
vasopressor). mentalitas. Penurunan
4. Hubungi dokter atau sirkulasi ke ginjal mengarah
perawat praktik tingkat lanjut untuk penurunan keluaran
dengan data penilaian yang urin. Nilai hemoglobin dan
mungkin mengindikasikan hematokrit menurun jika
perdarahan dan untuk perdarahan signifikan(
mengganti Kehilangan cairan Capernito, 2014)
dengan kecepatan yang cukup 5. Deteksi dini defisit cairan
untuk mempertahankan memungkinkan intervensi
keluaran urin> 0,5 mL / kg / untuk mencegah syok. (
jam (misalnya, saline atau Capernito, 2014 )
Ringer's lactate) 6. Pendarahan dapat terjadi
5. Pantau tanda dan gejala beberapa jam setelah
syok: pemasangan setelah tekanan
• Peningkatan denyut nadi darah kembali normal dan
dengan tekanan darah normal menempatkan peningkatan
atau sedikit menurun, tekanan tekanan pada bekuan yang
nadi menyempit, penurunan baru terbentuk di tempat
mean atau mean arterial penyisipan. Bisa juga
pressure (MAP) berkembang kemudian,
• Peningkatan frekuensi akibat erosi pembuluh darah
pernapasan, sekunder
•Denyut nadi perifer infeksi ( Capernito, 2014)
berkurang
• Kulit dingin, pucat, lembab,
atau sianotik
•Penurunan saturasi
oksigenasi (SaO2, SvO2);
tekanan arteri pulmonalis,
tekanan atrium kanan,
baji / tekanan oklusi, curah
jantung / indeks
• Penurunan hemoglobin /
hematokrit
• Penurunan tekanan vena
sentral
• Capillary refill> 3 detik
(menunjukkan perfusi
jaringan yang buruk)
2. Resiko cidera Setelah dilakukan NIC: Surveillance: Safety, R/:
1. Pencegahan cedera
berhubungan tindakan keperawatan Risk
membutuhkan
dengan anestesi 1x5 jam di  Monitoring klien dengan
antisipasi dan
disfungsi ruangan intra operasi, cermat selama beberapa
pengenalan di mana
sensori diharapkan resiko malam pertama untuk
tindakan untuk
cedera klien berkurang. menilai keamanan.
menghindari tindakan
Kriteria hasil:  Ajarkan tentang efek
resiko cedera (Eko
NOC: Risk Control samping obat tertentu
Sudarmanto, 2018).
- Melakukan tindakan (misalnya pusing,
2. Meningkatkan
pencegahan potensi kelelahan)
pemahaman tentang
resiko jatuh  Pertimbangkan
efek samping obat
- Tingkatkan aktivitas penggunaan monitor
pada klien yang
harian deteksi gerakan (alarm
mengalami resiko
berbasis tempat tidur atau
cedera (Atik Bolank,
alarm pribadi)
2016).
3. Menghindari adanya
kecemasan akibat
terkejut dengan
penggunaan monitor
gerakan (Atik Bolank,
2016)
POST ANESTESI

N DIAGNOSA PERENCANAAN
O
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri Akut NOC : Pain Control NIC : Pain management 1.Relaksasi dan imajinasi
yang Setelah dilakukan 1. Kaji Tingkat Nyeri Pasien terbimbing secara efektif
berhubungan tindakan keperawatan dengan pengkajian mengelola rasa sakit dengan
dengan injury anestesi selama 1 x 5 jam PQRST meningkatkan rasa kontrol,
pada bagian diharapkan masalah nyeri 2. Kolaborasikan dengan mengurangi perasaan
tulang/ akut berkurang / teratasi dokter untuk pemberian Ketidakberdayaan dan
tendon/ dengan kriteria : obat pereda nyeri yang keputusasaan, memberikan
muscle 1. Meningkatkan optimal dengan analgesik pengalihan yang
ditandai partisipasi pasien 3. Kaji Pengalaman Nyeri menenangkan, dan
dengan dalam kegiatan Pasien mengganggu siklus nyeri-
pasien pemulihan nyeri 4. Kaji Pasien apa yang kecemasan-ketegangan
tampak 2. Skala nyeri pasien membuat rasa sakitnya (Sloman, 1995).
menangis dan turun dari 10 menjadi mereda dan apa yang 2.Analgetik memblokade
penilaian 3 membuatnya semakin lintasan nyeri, sehingga
nyeri 3. Menyatakan rasa parah. nyeri akan berkurang
nyaman setelah nyeri 5. Ajari klien untuk (Sudrajat 2016)
berkurang menghindari pikiran 3.Nyeri merupakaan respons
negatif tentang subjektif yang bisa dikaji
kemampuan mengatasi dengan menggunakan skala
rasa sakit. . nyeri. Klien melaporkan
6. Sertakan penilaian orang nyeri biasanya di atas tingkat
tua tentang rasa sakit cidera.
anak mereka dalam (Haloho, 2014)
penilaian. Orang tua dan 4. Intervensi nonfarmakologi
perawat dapat menilai rasa menyediakan pendekatan
sakit anak berbeda. pengobatan utama untuk
Pengamatan orang tua nyeri. Karena dapat memberi
seringkali lebih akurat. klien rasa kontrol yang
7. Kaji rasa takut, kesepian, meningkat, berpromosi
atau kecemasan apakah keterlibatan aktif,
berkontribusi terhadap mengurangi stres dan
rasa sakit. kecemasan, meningkatkan
8. Ajarkan teknik suasana hati, dan
nonfarmakologi: napas meningkatkan ambang rasa
dalam ketika nyeri sakit ( Amirah, 2015)
5. Terapi farmakologis dan
non farmakologis. Untuk
menurunkan nyeri secara
farmakologi meliputi
analgesik dengan
penggunaan opioid. Obat
opioid ini berfungsi untuk
penghilang rasa sakit yang
bekerja dengan reseptor
opioid di dalam sel tubuh,
obat ini dibuat dari tanaman
opium seperti morfin.
Dengan efek samping seperti
memperlambat pernapasan
dan detak jantung
(Rahayuwati et al., 2018).
Sedangkan untuk terapi non
farmakologi ialah terapi
musik (Faridah, 2016).
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu Keperawatan

Pre Operasi
1.Mengkaji tingkat Ansietas
31 Desember Ansietas berhubungan
Klien
2019 Pukul dengan invasive
procedure,ditandai
9.00
dengan klien belum
pernah di rawat di
tumah sakit sebelumnya
dan klien mengatakan
takut jika dioperasi
31 Desember Ansietas berhubungan 2.Memberikan tindakan fisik
2019 Pukul dengan invasive yang dapat membantu relaksasi
11.00 procedure,ditandai seperti mandi air hangat, pijat
dengan klien belum punggung, aromaterapi, dan
pernah di rawat di musik.
tumah sakit sebelumnya
dan klien mengatakan
takut jika dioperasi

3. Menginstruksikan kepada
31 desember klien teknik relaksasi
Ansietas berhubungan
2019 pukul (aromaterapi,hydrotherapy,terapi
dengan invasive
13.00 procedure,ditandai music,terapi pijit,control
dengan klien belum breathing)
pernah di rawat di 4. Memberikan edukasi klien
tumah sakit sebelumnya tentang prosedur operasi yang
dan klien mengatakan akan dilakukan.
takut jika dioperasi
5. Menkolaborasikan dan
berkonsultasi dengan dokter
untuk kemungkinan terapi
farmakologi(obat anti
cemas),jika dapat diindikasikan.
Tanggal waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan

Intra Operasi
1. Memantau tanda tanda
2 Januari 2020 Resiko pendarahan
pendarahan dari alat akses
pukul 11.40 berhubungan dengan vena (seperti,IV,alat akses
efek pembedahan vena jangka
WIB
ditandai dengan klien panjang):hematoma di
mangalami pendarahan situs,pendarahan di situs
200ml
2 Januari 2020
2. Memantau adanya tanda dan
pukul 11.43 Resiko pendarahan gejala syok: Peningkatan
berhubungan dengan denyut nadi dengan tekanan
WIB
efek pembedahan darah normal atau sedikit
ditandai dengan klien menurun, tekanan nadi
mangalami pendarahan menyempit, penurunan mean
200ml atau mean arterial pressure
(MAP),Output urin 3 detik
(menunjukkan perfusi
jaringan yang buruk),Dingin,
pucat, lembab , atau kulit
sianotik ,Penurunan saturasi
oksigenasi (SaO2,
SvO2),Penurunan
hemoglobin / hematokrit •
Penurunan tekanan vena
sentral.
3. Melakukan pemberian
2 Januari 2020 oksigen yang sesuai
Resiko pendarahan 4. Mengkonsultasikan dengan
pukul 12.20 dokter atau perawat praktik
berhubungan dengan
WIB tingkat lanjut untuk data
efek pembedahan penilaian yang dapat
ditandai dengan klien mengindikasikan perdarahan
mangalami pendarahan dan untuk mengganti
200ml kehilangan cairan pada
kecepatan yang cukup untuk
mempertahankan haluaran
urin> 0,5 mL / kg / jam
(misalnya, saline atau
Ringer's lactate).

1. Memonitoring klien dengan


2 januari 2020 Resiko Cedera
cermat selama beberapa
pukul 12.30 berhubungan dengan malam pertama untuk
menilai keamanan.
adanya factor resiko
2. Mengajarkan tentang efek
kelemahan fisik dan samping obat tertentu
(misalnya pusing, kelelahan)
efek anestesi
3. Mempertimbangkan
penggunaan monitor deteksi
gerakan (alarm berbasis
tempat tidur atau alarm
pribadi).
Post Operasi

Tanggal,waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1.Mengkaji tingkat nyeri klien
2 januari 2020 Nyeri akut berhubungan
menggunakan skala wong
,pukul 12.50 dengan injury pada baker(WBPS)
bagian
WIB
tulang/tendon/muscle
ditandai dengan klien
mengatakan nyeri,
penilaian nyeri
menggunakan skala
wong baker adalah 10
(nyeri berat), klien
tampak menangis.

2. Berikan pereda nyeri berupa


2 januari 2020 Nyeri akut berhubungan aplikasi dingin(ice bag,ice
dengan injury pada massage,peredaman dengan air
,pukul 14.00
bagian dingin,cold gel pack) atau
WIB tulang/tendon/muscle aplikasi hangat (bantalan
ditandai dengan klien hangat,kompres hangat,warm
mengatakan nyeri, tub)
penilaian nyeri 3.Memberikan edukasi teknik
menggunakan skala relaksasi untuk mengurangi rasa
wong baker adalah 10 nyeri
(nyeri berat), klien
tampak menangis.
Nyeri akut berhubungan
4.Memberikan penjelasan
dengan injury pada
2 Januari 2020 tentang sumber rasa sakit
bagian
kepada anak menggunakan
,pukul 15.00 tulang/tendon/muscle
penjelasan verbal dan sensoris
WIB ditandai dengan klien
(visual, taktil)
mengatakan nyeri,
penilaian nyeri
menggunakan skala
wong baker adalah 10
(nyeri berat), klien
tampak menangis.

2 Januari 2020 Nyeri akut berhubungan 5. Menyertakan penilaian orang


dengan injury pada tua tentang rasa sakit anak
,pukul 17.00
bagian mereka dalam penilaian. Orang
WIB tua dan perawat dapat menilai
tulang/tendon/muscle
ditandai dengan klien rasa sakit anak seacara berbeda.
mengatakan nyeri, Pengamatan orang tua seringkali
penilaian nyeri lebih akurat.
menggunakan skala 6. Memberikan kesempatan
wong baker adalah 10 kepada orang tua untuk
(nyeri berat), klien membagikan perasaan mereka
tampak menangis. tentang menyaksikan rasa sakit
anak mereka .

2 januari 2020 7. Mengkonsultasikan intervensi


,pukul 18.00 untuk toleransi obat dengan
dokter (misalnya, mengganti
WIB obat, meningkatkan dosis,
mengurangi interval,
menambahkan terapi tambahan).

Anda mungkin juga menyukai