Pre Anestesi:
Seorang anak benama An. MY berumur 9 tahun, 6 bulan, jenis kelamin laki- laki, beragama
Islam, datang ke rumah sakit dan keluarga mengatakan bahwa klien jatuh terpleset dari
pinggir kolam yang tidak beisi air dan tangan kirinya menumpu badan saat jatuh dan tampak
pergeseran tulang di tangan kirinya, hari itu juga klien dibawa ke RSUD Ambarawa, yaitu
tanggal 31 Desember 2019 dan didiagnosa mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3
distal, lalu klien direncanakan untuk operasi tanggal 2 Januari 2020 yang sebelumnya klien
harus dirawat di ruang Anggrek RSUD Ambarawa untuk persiapan operasi ORIF dengan
anestesi GA dengan LMA. Klien mengatakan takut jika dioperasi, klien tampak menangis.
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak penah mengalami kejadian seperti ini
sebelumnya. Keluarga mengatakan bahwa klien belum pernah di rawat di tumah sakit
sebelumnya. Keluarga juga mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami penyakit parah,
seperti kelainan jantung bawaan atau asma. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai penyakit menular dan keturunan seperti TBC dan asma, kelainan jantung
bawaan, dll. Keadaan pasien compos mentis (E4,V5,M6) TD: 110/65 mmHg; N: 90 x/mnt;
RR 23 x/mnt. Pemeriksaan paruparu simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan
otot pernafasan tambahan, ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
ketinggalan gerak antara taktil fremitus kanan dan kiri, suara perkusi paru resonan, suara paru
vesikuler. Pemeriksaan jantung ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra, tidak ada pergeseran ictus cordis, tidak ada pelebaran batas jantung,
suara redup, suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan. Terpasang infus RL 16
tpm pada tangan kanan, tidak ada edema pada area tusukan, terdapat balutan bidai pada
tangan kiri. Keluarga klien mengatakan bahwa klien belum pernah menjalani pembedahan
sebelumnya, klien tampak menangis karena takut dioperasi. Status fisik ASA II. Pemeriksaan
Penunjang hemoglobin 15,3 g/dL, leukosit 19,8 Ribu, hematokrit 43%, trombosit
392.000/uL. Foto Rotgen Close fraktur complete o/s ulnae e.t radius sinistra 1/3 distal. Obat
propofol 50 mg IV, fentanyl 50 mcg IV, rukurorium 5 mg IV, ondansetron 4mg IV,
dexametason 5mg IV, efedrin, atropine.
Intra Anestesi
Pasien dilakukan ORIF dengan General anestesi, dengan teknik LMA, ukuran kuran LMA
2,5, posisi operasi pasien supine, cairan durante 500 ml, perdarahan 200 ml. Jam 11.40 klien
masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja operasi, pemasangan monitoring tekanan
darah dan saturasi oksigen dan loading cairan infus RL sudah terpasang pada tangan kanan,
aliran lancar TD: 103/100 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.40 pasien diberikan
Ondansentron 4 12 mg rute IV, paracetamol 400 mg rute IV, dexametason 5 mg, dengan TD:
102/90mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.41 pemberian obat Fentanil 50 mcg,
Propofol 50 mg, Rukurorium mg secara IV, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 90 x/mnt,
SpO293%. Jam 11.42 klien tertidur, reflek bulu mata tidak ada dengan TD: 101/53 mmHg,
N: 90 x/mnt, SpO2 93%. Jam 11.43 pasien diberikan ventilasi dengan N2O 1 lpm. O2 2 lpm,
sevoflurant 2 vol % melalui face mask mengikuti nafas klien, hingga 3-5 menit atau saturasi
klien 100 %, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 93 x/mnt, SpO2: 99%. Jam 11.44 pemasangan
LMA TD: 110/55mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 11.45 menyambungkan LMA dan
mesin anestesi TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 11.45 operasi dimulai TD:
110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 12.20 pemberian N2O dan sevofluran
dihentikan, naikkan O2 menjadi 3 lpm, pernapasan spontan TD: 129/73mmHg, N: 85 x/mnt,
SpO2: 99% dan operasi selesai dan O2 100% diberikan dengan kecepatan 3 lpm hingga nafas
klien adekuat. Klien dipindahkan ke ruang RR.
Post Anestesi
Klien keluar dari ruang RR pukul 12.50 WIB. Kesadaran pasien compos mentis. Pasien
diobservasi tanda- tanda vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%. Pasien
mengatakan nyeri, penilaian nyeri menggunakan skala wong baker adalah 10 (nyeri berat),
klien tampak menangis. Pasien diberikan obat analgetik: drip tramadol 50mg dalam futrolit
500ml. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, Posisi klien pasca anestesi: supinasi.
Steward skor (>5 dapat dipindah ke ruang rawat).
A. Pengkajian
1) IdentitasPasien
Nama : An.MY
Umur : 9,6 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jalan Mojo
No RM : 0011944
Diagosa Preoperasi : Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal
Tindakan operasi : ORIF dengan anestesi GA dengan
teknik LMA,ukuran LMA 2,5
b. Status Generalis
Kepala : Simetris, warna rambut hitam , tidak terdapat nyeri tekan dan
tidak ada benjolan
Thoraks :
Inspeksi: simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot
pernafasan tambahan
Palpasi: ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
ketinggalan gerak antara taktil fremitus kanan dan kiri
Jantung :
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra
Palpasi: tidak ada pergeseran ictus cordis, tidak ada pelebaran batas
jantung
Auskultasi: suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan
c. Genetalia
Pasien berjenis kelamin laki laki,tidak ada kelainan pada alat kelamin dan
tidak ada penyakit.
d. Ekstremitas :
Atas : Pasien Terpasang infus RL 16 Tpm pada ekstremitas atas di bagian
dekstra dan mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal
4) Psikologis : klien tampak menangis karena takut dioperasi. Status fisik ASA II.
5) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium 12 oktober 2019
6) Diagnosis Anestesi
Seorang anak benama An. MY berumur 9 tahun, 6 bulan, jenis kelamin laki- laki,
beragama Islam, didiagnosa mengalami Close Fraktur Radius e.t Ulna 1/3 distal,
lalu klien direncanakan untuk operasi tanggal 2 Januari 2020 yang sebelumnya
klien harus dirawat di ruang Anggrek RSUD Ambarawa untuk persiapan operasi
ORIF dengan anestesi GA dengan LMA.
B. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi
1) Persiapan Alat
S : Stetoskop, Laringoskop
T : LMA 2,5
A : Aliran udara, nasofaringeal, dan orofaringeal
T : Tape/plester
I : Inducer (stilet/ forceps Magil)
C : Conector ( penghubung antara ETT dengan mesin anestesi)
S : Suction
2) Persiapan obat
a. Obat Premedikasi
Ondansentron 4 12 mg rute IV
paracetamol 400 mg rute IV
dexametason 5 mg
Fentanil 50 mcg
b. Obat Induksi
Propofol 50 mg,
Rukurorium mg secara IV
c. Obat Analgetik
sevoflurant 2 vol %
Tramadol 50mg
1) Persiapan obat
a. Obat Premedikasi
Ondansentron 4 12 mg rute IV
paracetamol 400 mg rute IV
dexametason 5 mg
Fentanil 50 mg
b. Obat Induksi
Propofol 50 mg,
Rukurorium mg secara IV
c. Obat Analgetik
sevoflurant 2 vol %
Tramadol 50mg
2) Persiapan Pasien
Pada jam 11:30 Pasien dipindahkan ke ruang operasi dan kemudian dipindahkan ke
meja operasi,status pasien termasuk informed concent, hasil lab, hasil pemeriksaan
penunjang dan obat obatan diserahkan.
3) Penatalaksanaan anestesi
Jam 11.40 klien masuk ke kamar operasi, dan dipindahkan ke meja operasi,
pemasangan monitoring tekanan darah dan saturasi oksigen dan loading cairan infus
RL sudah terpasang pada tangan kanan, aliran lancar TD: 103/100 mmHg, N: 90
x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.40 pasien diberikan Ondansentron 4 mg rute IV,
paracetamol 400 mg rute IV, dexametason 5 mg, dengan TD: 102/90mmHg, N: 90
x/mnt, SpO2: 100%. Jam 11.41 pemberian obat Fentanil 50 mcg, Propofol 50 mg,
Rukurorium mg secara IV, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO293%. Jam
11.42 klien tertidur, reflek bulu mata tidak ada dengan TD: 101/53 mmHg, N: 90
x/mnt, SpO2 93%. Jam 11.43 pasien diberikan ventilasi dengan N2O 1 lpm. O2 2 lpm,
sevoflurant 2 vol % melalui face mask mengikuti nafas klien, hingga 3-5 menit atau
saturasi klien 100 %, dengan TD: 100/57 mmHg, N: 93 x/mnt, SpO2: 99%. Jam 11.44
pemasangan LMA TD: 110/55mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%. Jam 11.45
menyambungkan LMA dan mesin anestesi TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2:
98%. Jam 11.45 operasi dimulai TD: 110/55 mmHg, N: 90 x/mnt, SpO2: 98%.
Jam 12.20 pemberian N2O dan sevofluran dihentikan, naikkan O2 menjadi 3 lpm,
pernapasan spontan TD: 129/73mmHg, N: 85 x/mnt, SpO2: 99% dan operasi selesai
dan O2 100% diberikan dengan kecepatan 3 lpm hingga nafas klien adekuat. Klien
dipindahkan ke ruang RR.
4) Pengakhiran Anestesi
Klien keluar dari ruang RR pukul 12.50 WIB. Kesadaran pasien compos mentis.
Pasien diobservasi tanda- tanda vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%.
Pasien mengatakan nyeri, penilaian nyeri menggunakan skala wong baker adalah 10
(nyeri berat), klien tampak menangis. Pasien diberikan obat analgetik: drip tramadol
50mg dalam futrolit 500ml. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, Posisi klien
pasca anestesi: supinasi. Steward skor (>5 dapat dipindah ke ruang rawat).
C. Maintanance menggunakan:
- O2 : lt/mnt, N2O: dengan sevoflurant 2% Vol
- Balance cairan:
Kebutuhan cairan basal (M) = 2 x BB = 2 x 45 = 90 cc
Pengganti Puasa (PP) = Lama puasa x BB = 8 (misal) x 45= 360cc
Stress operasi (SO)= 4/6/8 x BB = 4 x 45 = 180 cc
Kebutuhan Cairan=
Jam I: M + 1/2PP + SO = 90 + ½360 x + 180 = 450 cc
Jam II: M + 1/4PP + SO = 90 + ¼ 360+ 180 = 270cc
Jam III: M + 1/4PP + SO = 90 + ¼ 360 + 180 = 360 cc
Jam IV: M + SO = 270 cc
E. Pengakhiran Anestesi
Klien keluar dari ruang RR pukul 12.50 WIB. Kesadaran pasien compos mentis. Pasien
diobservasi tanda- tanda vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99%. Pasien
mengatakan nyeri, penilaian nyeri menggunakan skala wong baker adalah 10 (nyeri
berat), klien tampak menangis. Pasien diberikan obat analgetik: drip tramadol 50mg
dalam futrolit 500ml. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, Posisi klien pasca
anestesi: supinasi. Steward skor (>5 dapat dipindah ke ruang rawat)
Jam N SpO2 TD 02 Aldert/ RR Tindakan
Bromage
Score
12.50 85x/menit 99% 129/73mmHg 2lpm 10 nyeri
berat
DATA PENGKAJIAN
A. Analisis Data
Pre Anestesi
1. DS:
Pasien mengatakan takut jika Ansietas Invasive
dioperasi Procedure
Keluarga klien mengatakan
bahwa klien belum pernah
menjalani pembedahan
sebelumnya
DO:
Pasien tampak menangis
Tanda Tanda Vital :
TD: 110/65 mmHg;
N: 90 x/mnt;
RR 23 x/mnt.
Intra Anestesi
1. DS : - - -
2. DO:
Pasien menjalani pembedahan Resiko Trauma
dengan perdarahan sebanyak Perdarahan Pembedahan
200 ml
NO DIAGNOSA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : - - -
2. DO:
Dilakukan pembedahan ORIF Resiko cidera Disfungsi sensori
dengan General anestesi,
dengan teknik LMA, ukuran
LMA 2,5
Post Anestesi
NO DIAGNOSA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS :
Pasien mengatakan nyeri Nyeri Akut Related to injury :
dengan score nyeri tulang/ tendon/
menggunakan skala wong otot
baker adalah 10 (nyeri berat)
DO:
Tanda Tanda Vital
TD: 129/73 mmHg,
N: 85 x/mnt
SpO2: 99%
Pasien Tampak Menangis
Pasien diberikan obat analgetik
: drip tramadol 50mg dalam
futrolit 500 ml
B. Prioritas Diagnosa
No Prioritas Diagnosa
1 Pre Anestesi: Ansietas berhubungan dengan Invasive Procedure ditandai dengan
takut dan tampak menangis serta belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya
dan Tanda Tanda Vital TD: 110/65 mmHg; N: 90 x/mnt; RR 23 x/mnt. ( aktual)
2 Intra Anestesi : Resiko Pendarahan berhubungan dengan Trauma Pembedahan yang
ditandai dengan pasien menjalani pembedahan dengan perdarahan sebanyak 200 ml. (
(Resiko )
3 Intra Anestesi : Resiko cidera berhubungan dengan disfungsi sensori ditantai
dengan Dilakukan pembedahan ORIF dengan General anestesi, teknik LMA,
ukuran LMA 2,5
4 Post Anestesi : Nyeri Akut yang berhubungan dengan injury pada bagian tulang/
tendon/ muscle ditandai Pasien mengatakan nyeri dengan score nyeri menggunakan
skala wong baker adalah 10 (nyeri berat) dan tampak menangis dan Tanda Tanda
Vital TD: 129/73 mmHg, N: 85 x/mnt SpO2: 99% ( aktual)
Rencana dan Implementasi Keperawatan
Pre Anestesi
PERENCANAAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Ansietas NOC : Anxiety Level NIC : Anxiety Reduction 1. Terdapat 4 klasifikasi
berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji Tingkat Ansietas tingkat ansietas yaitu
dengan tindakan keperawatan pasien. ansietas ringan, ansietas
Invasive anestesi selama 2x 24 2. Berikan tindakan fisik sedang, ansietas berat,
Procedure jam diharapkan yang dapat membantu dan panic (Halter,2014)
masalah Ansietas relaksasi seperti mandi 2. Teknik relaksasi
berkurang / teratasi air hangat, pijat membantu klien
dengan kriteria : punggung, aromaterapi, mengubah sistem
1. Terjadi dan musik. otonom dari respons
peningkatan 3. Instruksikan kepada klien fight or flight ke respon
kenyamanan teknik relaksasi yang lebih rileks
psikologis dan (aromaterapi,hydrotherap (Varcarolis, 2011)
fisiologis y,terapi music,terapi 3. Terapi seperti pijat,
2. Tingkat ansietas pijat,control breathing) aromaterapi, dan
ringan 4. Edukasi klien dan hidroterapi berguna
3. Edukasi Prosedur keluarga tentang dalam mengelola stres
Pembedahan prosedur operasi yang dan kecemasan
akan dilakukan. (Lehrner, Marwinski,
5. Kolaborasi dan Lehr, Johren, &
konsultasikan dengan Deecke, 2005; Mok &
dokter untuk Woo, 2004; Wong,
kemungkinan terapi Lopez-Nahas,
farmakologi(obat anti & Molassiotis, 2001;
cemas),jika dapat Yilmaz et al., 2003).
diindikasikan 4. Edukasi yang diberikan
pada fase pre operasi
berguna untuk
menyingkirkan
kecemasan (Smeltzer &
Bare, 2012)
5. Interprofesional
kolaborasi merupakan
strategi umum untuk
mencapai kualitas
hasil yang
diinginkan secara
efektif dan efisien
dalam kesatuan
kompleks pelayanan
kesehatan. Komunikasi
dalam kolaborasi
merupakan unsur
penting untuk
kualitas perawatan
dan keselamatan
pasien (Reni,et al,2010)
INTRA ANESTESI
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
N DIAGNOSA PERENCANAAN
O
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri Akut NOC : Pain Control NIC : Pain management 1.Relaksasi dan imajinasi
yang Setelah dilakukan 1. Kaji Tingkat Nyeri Pasien terbimbing secara efektif
berhubungan tindakan keperawatan dengan pengkajian mengelola rasa sakit dengan
dengan injury anestesi selama 1 x 5 jam PQRST meningkatkan rasa kontrol,
pada bagian diharapkan masalah nyeri 2. Kolaborasikan dengan mengurangi perasaan
tulang/ akut berkurang / teratasi dokter untuk pemberian Ketidakberdayaan dan
tendon/ dengan kriteria : obat pereda nyeri yang keputusasaan, memberikan
muscle 1. Meningkatkan optimal dengan analgesik pengalihan yang
ditandai partisipasi pasien 3. Kaji Pengalaman Nyeri menenangkan, dan
dengan dalam kegiatan Pasien mengganggu siklus nyeri-
pasien pemulihan nyeri 4. Kaji Pasien apa yang kecemasan-ketegangan
tampak 2. Skala nyeri pasien membuat rasa sakitnya (Sloman, 1995).
menangis dan turun dari 10 menjadi mereda dan apa yang 2.Analgetik memblokade
penilaian 3 membuatnya semakin lintasan nyeri, sehingga
nyeri 3. Menyatakan rasa parah. nyeri akan berkurang
nyaman setelah nyeri 5. Ajari klien untuk (Sudrajat 2016)
berkurang menghindari pikiran 3.Nyeri merupakaan respons
negatif tentang subjektif yang bisa dikaji
kemampuan mengatasi dengan menggunakan skala
rasa sakit. . nyeri. Klien melaporkan
6. Sertakan penilaian orang nyeri biasanya di atas tingkat
tua tentang rasa sakit cidera.
anak mereka dalam (Haloho, 2014)
penilaian. Orang tua dan 4. Intervensi nonfarmakologi
perawat dapat menilai rasa menyediakan pendekatan
sakit anak berbeda. pengobatan utama untuk
Pengamatan orang tua nyeri. Karena dapat memberi
seringkali lebih akurat. klien rasa kontrol yang
7. Kaji rasa takut, kesepian, meningkat, berpromosi
atau kecemasan apakah keterlibatan aktif,
berkontribusi terhadap mengurangi stres dan
rasa sakit. kecemasan, meningkatkan
8. Ajarkan teknik suasana hati, dan
nonfarmakologi: napas meningkatkan ambang rasa
dalam ketika nyeri sakit ( Amirah, 2015)
5. Terapi farmakologis dan
non farmakologis. Untuk
menurunkan nyeri secara
farmakologi meliputi
analgesik dengan
penggunaan opioid. Obat
opioid ini berfungsi untuk
penghilang rasa sakit yang
bekerja dengan reseptor
opioid di dalam sel tubuh,
obat ini dibuat dari tanaman
opium seperti morfin.
Dengan efek samping seperti
memperlambat pernapasan
dan detak jantung
(Rahayuwati et al., 2018).
Sedangkan untuk terapi non
farmakologi ialah terapi
musik (Faridah, 2016).
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu Keperawatan
Pre Operasi
1.Mengkaji tingkat Ansietas
31 Desember Ansietas berhubungan
Klien
2019 Pukul dengan invasive
procedure,ditandai
9.00
dengan klien belum
pernah di rawat di
tumah sakit sebelumnya
dan klien mengatakan
takut jika dioperasi
31 Desember Ansietas berhubungan 2.Memberikan tindakan fisik
2019 Pukul dengan invasive yang dapat membantu relaksasi
11.00 procedure,ditandai seperti mandi air hangat, pijat
dengan klien belum punggung, aromaterapi, dan
pernah di rawat di musik.
tumah sakit sebelumnya
dan klien mengatakan
takut jika dioperasi
3. Menginstruksikan kepada
31 desember klien teknik relaksasi
Ansietas berhubungan
2019 pukul (aromaterapi,hydrotherapy,terapi
dengan invasive
13.00 procedure,ditandai music,terapi pijit,control
dengan klien belum breathing)
pernah di rawat di 4. Memberikan edukasi klien
tumah sakit sebelumnya tentang prosedur operasi yang
dan klien mengatakan akan dilakukan.
takut jika dioperasi
5. Menkolaborasikan dan
berkonsultasi dengan dokter
untuk kemungkinan terapi
farmakologi(obat anti
cemas),jika dapat diindikasikan.
Tanggal waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Intra Operasi
1. Memantau tanda tanda
2 Januari 2020 Resiko pendarahan
pendarahan dari alat akses
pukul 11.40 berhubungan dengan vena (seperti,IV,alat akses
efek pembedahan vena jangka
WIB
ditandai dengan klien panjang):hematoma di
mangalami pendarahan situs,pendarahan di situs
200ml
2 Januari 2020
2. Memantau adanya tanda dan
pukul 11.43 Resiko pendarahan gejala syok: Peningkatan
berhubungan dengan denyut nadi dengan tekanan
WIB
efek pembedahan darah normal atau sedikit
ditandai dengan klien menurun, tekanan nadi
mangalami pendarahan menyempit, penurunan mean
200ml atau mean arterial pressure
(MAP),Output urin 3 detik
(menunjukkan perfusi
jaringan yang buruk),Dingin,
pucat, lembab , atau kulit
sianotik ,Penurunan saturasi
oksigenasi (SaO2,
SvO2),Penurunan
hemoglobin / hematokrit •
Penurunan tekanan vena
sentral.
3. Melakukan pemberian
2 Januari 2020 oksigen yang sesuai
Resiko pendarahan 4. Mengkonsultasikan dengan
pukul 12.20 dokter atau perawat praktik
berhubungan dengan
WIB tingkat lanjut untuk data
efek pembedahan penilaian yang dapat
ditandai dengan klien mengindikasikan perdarahan
mangalami pendarahan dan untuk mengganti
200ml kehilangan cairan pada
kecepatan yang cukup untuk
mempertahankan haluaran
urin> 0,5 mL / kg / jam
(misalnya, saline atau
Ringer's lactate).