Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGAWASAN MUTU PANGAN

PENGAN BERESIKO TIDAK AMAN

Disusun oleh

1. Lutfiah Hafida Zahra (P21341118033)


2. Satriani Ovianti (P21341118057)
3. Siti Nurhaliza (P21341118063)

DIII – 4A

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang pangan beresiko tidak aman. Adapun tujuan dari makalah ini untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah pengawasan mutu pangan mendapatkan nilai yang sempurna.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit bantuan yang
telah diterima dari berbagai pihak baik dari dukungan moril maupun materil, untuk itu sebagai
rasa hormat perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang membantu memberikan nasehat serta bimbingan mulai dari penyusunan sampai dapat
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua serta
keluarga yang telah memberikan dukungan dalam bentuk apapun. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada ibu Muntikah, S.P.,M.Pd.selaku dosen pengawasan mutu pangan di
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II yang sudah memberikan kepercayaan
menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa materi maupun cara penyajian makalah ini masih kurang
sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada makalah ini. Harapan penulis semoga
makalah ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca serta dapat menjadi pembelajaran
untuk makalah selanjutnya.

Jakarta, 22 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Pangan Tidak Aman Beresiko...............................................................................6
2.2 Identifikasi pangan beresiko tidak aman secara fisik.............................................................6
Kerusakan fisik yang dialami bahan pangan dapat disebabkan oleh perlakuan fisik, seperti terbanting,
tergencet, atau terluka. Perlakuan tersebut dapat menyebabkan terjadinya memar, luka, dan adanya
benda asing..............................................................................................................................................6
2.3 Identifikasi pangan beresiko tidak aman secara organoleptic...............................................7
2.4 Identifikasi pangan beresiko tidak aman secara label dan iklan pangan..............................8
A. Tujuan :..........................................................................................................................................8
1. Untuk mengetahui kesesuaian kemasan yang terdapat pada pasaran dengan Peraturan Pemerintah
No. 69 Tahun 1999..................................................................................................................................8
2. Untuk mengidentifikasi kemasan dan membandingkan dengan kemasan lainnya kesesuianya
dengan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999...................................................................................8
B. Dasar Teori.....................................................................................................................................8
Pengemasan berperan dalam memperpanjang usia bahan pangan. Pengemasan dapat mencegah
terjadinya kerusakan oleh faktor eksteral dan internal. Kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan
mekanis, perubahan kadar air, absorsi dan interaksi oksigen, kehilangan atau penambahan citarasa
dapat dicegah dengan pengemasan..........................................................................................................8
Dalam pengemasan pemerintah telah menerapkan peraturan yang jelas tentang kemasan yang meliputi
dari label dan iklan dalam kemasan. Dalam peraturan pemerintahan yang terdapat di Indonesia adalah
peraturan pemerintah no. 69 tahun 1999 yang memuat tentang label dan iklan yang lengkap dengan isi
yang harus dicantumkan pada kemasan. Peraturan pemerintahan tentang kemasan ini memiliki fungsi
sebagai acuan yang baik dalam penyusunan label dan iklan yang baik dan aman bagi produk dan dapat
pula diterima dengan baik oleh konsumen yang membeli produk...........................................................8
BAB III.....................................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................................18
Kesimpulan............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19

3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keamanan pangan merupakan salah satu isu sentral yang berkembang di masyarakat, baik
karena masih banyaknya kasus-kasus keracunan bahan pangan maupun semakin meningkatnya
kesadaran dan tuntutan masyarakat terhadap makanan yang sehat dan halal.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah melalui Undang-Undang Pangan No. 18 Tahun 2012 di
mana pada salah satu pasalnya mengatur tentang keamanan pangan. Keamanan pangan
diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu dan tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Keamanan pangan juga dimaksudkan untuk
mencegah cemaran biologis dan kimia yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap pangan yang beresiko tidak aman?
2. Bagaimana kerusakan pangan secara fisik dan organoleptik?
3. Bagaimana identifikasi pangan beresiko tidak aman secara label dan iklan pangan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian dari pangan beresiko tidak aman
2. Untuk mengetahui cara sederhana mengidentifikasi pangan beresiko tidak aman secara
fisik
3. Untuk mengetahui cara sederhana mengidentifikasi pangan beresiko tidak aman secara
organoleptic
4. Untuk mengetahui cara sederhana mengidentifikasi pangan beresiko tidak aman secara
label dan iklan

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pangan Tidak Aman Beresiko


Pangan tidak aman beresiko adalah makanan yang berpengaruh pada mutu sehingga tidak aman
dan memiliki resiko apabila dikonsumsi.

2.2 Identifikasi pangan beresiko tidak aman secara fisik


Kerusakan fisik yang dialami bahan pangan dapat disebabkan oleh perlakuan fisik,
seperti terbanting, tergencet, atau terluka. Perlakuan tersebut dapat menyebabkan terjadinya
memar, luka, dan adanya benda asing
1) Memar
Memar dialami oleh bahan pangan yang disebabkan karena dipukul terbanting atau
tergencet. Buah-buahan yang bergesekan selama pengangkutan atau terjatuh selama
pemindahan juga dapat menjadi penyebab terjadinya memar. Bahan pangan yang memar
akan mudah mengalami proses pembusukan. Pada buah-buahan dan sayuran, bagian yang
memar akan menjadi lunak dan berair. Pada ikan, bagian yang memar cenderung menjadi
lunak dan kemerahan. Pada bagian daging ikan yang mengalami memar aktivitas enzim
proteolitik meningkat sehingga akan mempercepat proses pembusukan. Enzim akan
merombak karbohidrat, protein dan lemak menjadi alkohol, amonia, dan keton.
2) Luka
Bahan pangan dapat mengalami luka yang diakibatkan tusukan atau sayatan oleh benda
tajam. Penggunaan pengait pada saat akan mengangkat ikan hasil tangkapan dapat
menyebabkan luka pada ikan. Apabila tidak segera ditangani dengan benar, luka tersebut
dapat menjadi jalan bagi mikroba pembusuk untuk memasuki bagian tubuh ikan dan
merombak komponen di dalamnya
3) Pemberian Perlakuan Perlakuan yang diberikan, baik selama penanganan dan pengolahan
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisik bahan pangan. Perlakuan pemanasan yang
diberikan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi, yaitu menguapnya cairan dari bahan
pangan. Pemanasan juga dapat menyebabkan komponen protein mengalami denaturasi

6
yaitu berubahnya struktur fisik dan struktur dimensi dari protein. Suhu pemanasan yang
dapat menyebabkan denaturasi protein adalah lebih besar dari 700 C.
4) Adanya Benda Asing Pasir. Isi hekter, rambut, kuku, patahan kaki serangga, ulat atau
pecahan gelas adalah beberapa contoh benda-benda asing yang sering dijumpai saat akan
menyantap makanan diwarung makan bahkan restauran.

2.3 Identifikasi pangan beresiko tidak aman secara organoleptic


Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan
kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Uji Organoleptik atau uji indera atau uji sensori
sendiri merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama
untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai
peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi
kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.

Dalam penilaian organoleptik seorang panelis membutuhkan indra yang berguna dalam
menilai sifat indrawi suatu produk yaitu :

 Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskoditas, ukuran dan bentuk,
volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.

  Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur
merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat
diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis
dan halus.

 Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya
kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah
mengalami kerusakan.

  Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat dengan mudah
dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada
pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah.

Tanda – tanda pangan beresiko tidak aman secara organoleptic

7
1. Perubahan kekenyalan pada produk produk daging dan ikan, disebabkan pemecahan
struktur daging oleh berbagai bakteri.
2. Pelunakan tekstur pada sayuran, terutama disebakan oleh Erwina corotovora,
pseudomonas marginal, dan sclerotinia sclerotium.
3. Pembentukan kekentalan pada susu, santan dan lain-lain, disebabkan oleh penggumpalan
protein dan pemisahan serum (skim)
4. Pembentukan asam, umumnya disebabkan oleh berbagai bakteri seperti lactobacillus,
clostridum, pseudomonas
5. Perubahan bau, misalnya timbulnya bau pada produk-produk ikan karena terbentuknya
trimetilamin (TMA) dan histamine
6. Pembentukan warna kuning pada produk-produk daging, disebabkan oleh Entrococcus
cassliflavus dan E.mundtii

2.4 Identifikasi pangan beresiko tidak aman secara label dan iklan pangan
A. Tujuan :
1. Untuk mengetahui kesesuaian kemasan yang terdapat pada pasaran dengan
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999
2. Untuk mengidentifikasi kemasan dan membandingkan dengan kemasan lainnya
kesesuianya dengan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999
B. Dasar Teori
Pengemasan berperan dalam memperpanjang usia bahan pangan. Pengemasan dapat
mencegah terjadinya kerusakan oleh faktor eksteral dan internal. Kerusakan yang
disebabkan oleh kerusakan mekanis, perubahan kadar air, absorsi dan interaksi oksigen,
kehilangan atau penambahan citarasa dapat dicegah dengan pengemasan.
Dalam pengemasan pemerintah telah menerapkan peraturan yang jelas tentang
kemasan yang meliputi dari label dan iklan dalam kemasan. Dalam peraturan
pemerintahan yang terdapat di Indonesia adalah peraturan pemerintah no. 69 tahun 1999
yang memuat tentang label dan iklan yang lengkap dengan isi yang harus dicantumkan
pada kemasan. Peraturan pemerintahan tentang kemasan ini memiliki fungsi sebagai
acuan yang baik dalam penyusunan label dan iklan yang baik dan aman bagi produk dan
dapat pula diterima dengan baik oleh konsumen yang membeli produk.
NO. FOTO PRODUK NAMA PRODUK

8
1. Mixed Vegetables Golden Farm

2.
Good Time

3.
Jungle Juice

4.
Susu Real Good

5.
Morin Fruit Jam

BAB I:Ketentuan Umun

 Pasal 1 ayat 1 sampai ayat 13


Pada kelima kemasan telah sesuai dengan ketentuan pasal 1 tersebut yang mana dalam
produk pangan adalah makanan yang terdiri dari olahan sayur , makanan ringan, susu dan
olahan buah, yang baik yakni pada kemasan 1 berasal dari olahan sayur yang telah
dibekukan sehingga praktis, kemasa dalam penggunaannya , kemasan 2 berasal dari
coklat yang telah diolah sehingga siap makan sebagai cemilan, kemasan 3 yaitu minuman
olahan buah yang siap dikonsumsi tanpa harus diolah lagi untuk mengkonsumsinya,

9
kemasan 4 adalah susu yang berasal dari sapi yang diternakkan dan dikemas dan dapat
langsung dikonsumsi tanpa ada olahan berikutnya dan kemasan 5 adalah olah dari buah
yang dilakukan dengan teknik penggulaan dan biasanya berperan sebagai toping pada roti
tawar.
Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan produk telah dicantumkan didalam
kemasan dengan jelas dan benar. Label, logo atau nama produk telah sesuai dengan
peraturan yang mana harus jelas penempatannya sehinga dapat dibaca dengan jelas dan
padat, pada kemasan 1 nama dari produk adalah Mixed Vegetables Golden Farm,
kemasan 2 dengan nama Good Time, kemasan 3 dengan nama Jungle juice, kemasan 4
dengan nama Susu Real Good dan terakhir kemasan 5 dengan nama Morin mixed fruit
jam. Pada kelima kemasan juga terdapat gambar “Halal” yang mana hal ini berarti dalam
islam makanan ini dapat dikonsumsi dengan aman untuk warga yang beragaman islam.
Pencantuman kata “Halal” ini dilakukan dengan meminta persetujuan dari menteri
agaman yang mana sebelumnya makanan di periksa terlebih dahulu oleh lab untuk
memastikan tidak adanya bahan yang haram. peletakan tanda “Halal” dalam kemasan
biasanya ditulis dalam lingkaran dengan bertuliskan kata “Halal” dalam bahasa arab dan
dikelilingi oleh kata-kata “Kementerian Agama Indonesia”. Kata-kata “Halal” biasanya
diletakkan pada cover kemasan produk didepan bagian bawah nama produk atau bagian
belakang produk bagian bawah dari komposisi bahan produk yang digunakan dengan
gambar yang jelas dan dapat dibaca dengan mudah oleh konsumen, dan dalam kemasan
ini telah sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut, yang mana dalam kemasan
terdapat kata “Halal” yang berarti produk tersebut telah melalui tahap pemeriksaan oleh
Kementrian Agama Indonesia.
BAB II: LABEL PANGAN
 Bagian Pertama, Umum pasal 2 sampai pasal 11
Pada kelima kemasan diatas telah sesuai dengan ketentuan pasal 2 sampai pasal 11 yang
mana semua produk berasal dari produksi Indonesia yang mana nama PT diletakkan pada
kemasan cover dengan jelas dan teliti. Berikut penjelasan yang sesuai dengan
contohditabel :
 Pada kemasan 1 diproduksi oleh PT. Sukanda Djaya, Kawasan MM 210, Cibitung
Bekasi Indonesia dengan nama produk Mixed Vegetables Golden Farm, bahan
wortel, jagung, kacang polong dan buncis, berat bersih 500 gram dan tanggal
kadaluarsa maret 2020.

10
 Pada kemasan 2 diproduksi oleh PT Arnotts Indonesia Bekasi, Indonesia, dengan
nama produk Good Time, bahan dari tepung dan coklat, berat bersih 76 gram dan
tanggal kadaluarsa 19 Januari 17.
 Pada kemasan 3 diproduksi oleh PT. Diamond Cold Storage, Bekasi Indonesia
dengan nama produk Jungle Juice, bahan dari konsetrat jeruk, asam dan BTP
lainnya, berat bersih 1000 ml dan tanggal kadaluarsa 20 Desember 2020.
 Pada kemasan 4 diproduksi oleh PT So Good Food Boyolali, Indonesia, dengan
nama Real Good, bahan dari susu sapi yang ditambah dengan seral cokelat, berat
bersih 150 ml dan tanggal kadaluarsanya 24 September 2016.
 Kemasan 5 diproduksi oleh PT. Astaguna Wisesa, Bekasi Indonesia, dengan nama
produk Morin Mixed Fruit Jam, berat bersih 330 gram, dan tanggal kadaluarsa 26
Februari 2021.
Penulisan pada kemasan telah dilakukan dengan baik, jelas dan diletakkan pada tempat
yang mudah untuk dilihat oleh konsumen yaitu diletakkan dicover kemasan bagian
bawah nama produk. Informasi lain cara penyajian dan hal-hal yang tidak diperbolehkn
telah dicantumkan pada kemasan bagian belakang cover dan ditulis dengan jelas dan
dapat dibaca dengan mudah oleh konsumen.
 Bagian Kedua ; Bagian Utama Label pasal 12 sampai pasal 16
Sebagai mana telah disebutkan diatas nama produk, berat bersih dan alamat produksi
telah dicantumkan dengan jelas dan tepat. Penggunaan dari bahasa yang digunakan terdiri
dari bahasa Indonesia yang jelasa dan mudah dipahami oleh konsumen. Pada kemasan
penulisan nama produk dan lain-lainnya ditulis dalm bentuk paling besar dibanding
dengan tulisan yang lain dan terlihat dengan jelas, hal ini telah sesuai dengan peraturan
pemerintah bagian kedua, bagian utama label pasal 12 sampai 16.
 Bagian Keempat ; Nama Produk Pangan pasal 17 sampai pasal 18
Nama produk pada kelima kemasan ini telah sangat jelas dan dapat dipahami dengan
mudah oleh konsumen dan tentu saja telah ditetapkan oleh Standar Indonesia yang mana
oleh BPOM Republik Indonesia dan telah melalui proses yang telah ditetapkan. Nama
dari kelima produk ini telah mencerminka produk tersebut yang mana kelima kemasan
tersebut terdiri dari :
 Kemasan 1 nama dari produk adalah Mixed vegetable
 Kemasan 2 dengan nama Good Time

11
 Kemasan 3 dengan nama Jungle Juice
 Kemasan 4 dengan nama Susu Real Good
 Kemasan 5 dengan nama Morin Mixed Fruit Jam.
 Bagian Kelima : Keterangan tentang Bahan yang Digunakan pasal 19 sampai pasal 22
Pada kelima produk diatas telah sesuai dengan peraturan pemerintah bagian kelima pasal
19 sampai pasal 22, yang mana dalam bagian kemasan bagian belakang dicantumkan
komposisi bahan dengan sangat jelas dan lengkap yang mana tulisan dari diletakkan pda
tempat yang mudah dilihat dan tidak ditumpuk dengan gambar yang dapat menyebabkan
informasi komposisi terhalangi. Pada kelima kemasan komposisi bahan diletakkan pada
bagian belakang kemasan yang berdampingan nilai gizi dari produk tersebut. komposisi
pada kemasan dapat dilihat digambar atas pada bagian belakang kemasan
 Bagian Keenam : Keterangan tentang Berat Bersih atau Isi Bersih Pangan pasal 23
sampai 25
Keterangan tentang berat bersih atau isi bersih pangan pada kelima kemasan sudah sangat
jelas dan dapat dibaca dengan mudah oleh konsumen. Keterangan ini diletakkan pada
cover kemasan yang pada kelima kemasan ini diletakkan diatas alamat produksi dari
produk tersebut. Pada kelima kemasan ini berat bersih ada yang dicantumkan dengan
bentuk ml yang mana itu adalah produk susu sapi sedangkan yang lain dalam bentuk
gram, yang mana berat bersih produk yaitu:
 Pada kemasan 1 dengan nama produk Mixed vegetables, dan berat bersihnya
adalah 500 gram.
 Pada kemasan 2 dengan nama produk Good Time dan berat bersih 76 gram.
 Pada kemasan 3 dengan nama Jungle Juice dan berat bersih 1000 ml.
 Pada kemasan 4 dengan nama Real Good dan berat bersih 150 ml.
 Pada kemasan 5 dengan nama Morin Mixed Fruit Jam dan berat bersih 330 gram.
 Bagian Ketujuh : Keterangan Tentang Nama dan Alamat pasal 26
Keterangan tentang nama dan alamat produksi produk telah dicantumkan dengan jelasa
dan dapat dilihat oleh konsumen dengan mudah. Peletaan nama dan alamat produk pada
kemasan dicantumkan pada cover kemasan bagian bawah yang tulisannya harus jelas dan
dapat dibaca dengan baik. Dalam kelima kemasan ini telah sesuai dengan peraturan
pemerintah tentang nama dan alamat produksi yang mana kelima kemasan ini telah

12
mencantumkan nama dan alamat dengan jelsa dan mudah dilihat oleh konsumen. Kelima
kemasan ini terdiri dari produksi :
 Pada kemasan 1 diproduksi PT. Sukanda Djaya
 Pada kemasan 2 diproduksi oleh PT Arnotts Indonesia
 Pada kemasan 3 diproduksi oleh PT. Diamond Cold Storage
 Pada kemasan 4 diproduksi oleh PT So Good Food Boyolali
 Pada kemasan 5 diproduksi oleh PT. Astaguna Wisesa.
 Bagian Kedelapan : Tanggal Kadaluarsa pasal 27 sampai pasal 29
Keterangan tanggal kadaluarsa terdiri dari tanggal, bulan dan tahun. Penulisan tanggal
kadaluarsa pada kemasan harus jelas dan tidak buat-buat, hal ini akan mempengaruhi
kualitas produk yang apabila sudah lewat dari mas kadaluarsa tidak boleh dikomsumsi
karena akan mengakibatkan efek samping pada pengguna. Pada kelima kemasan diatas
telah sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pencantuman tanggal kadaluarsa
namun terdapat kemasan yang hanya mencantumkan bulan dan tahunnya saja, padahal
dalam peraturan pemerintah harus dengan tanggalnya. Pada Kemasan 1 sampai 5 semua
lengkap mencantumkan tanggal kadaluarsa dari produk.
 Bagian Kesembilan : Nomor Pendaftaran Pangan pasal 30
Pada kemasan tentang nomor pendaftaran telah dicantumkan dengan jelas pada bagian
cover disamping penulisan nama dan alamat produk dengan dituliskan “BPOM MD ....” .
Pada keliam kemasan ini telah dicantumkan dengan jelas dan dapat langsung dilihat oleh
konsumen karena peletakkannya yang ditempatkan pada cover produk bagian bawah
yang ditulis dengan menggunakan bahasa indonesia. Pada setiap kemasan diatas memiliki
perbedaan nomor karena hal ini disebabkan oleh bahan produk dan produksi produk itu
sendiri.
 Bagian Kesepuluh : Keterangan tentang Kode Produksi Pangan pasal 31
Keterangan tentang kode produksi pangan pada kemasan telah dicantumkan dengan baik
dan jelas pada kelima kemasan diatas. Kode produksi pangan pda kelima kemasan dapat
dilihat pada bagian belakang cover kemasan dengan gambar barcode yang terdiri dari
garis-garis tegak warna hitam selang-seling. Barkode pada kemasan diatas memiliki
perbedaan yang mana tergantung dengan produk dan jenis kemasan yang digunakan pada
kemasan tersebut.
 Bagian Kesebelas : Keterangan Kandungan Gizi pasal 32 dan pasal 33

13
Keterangan tentang kandungan gizi pada produk diatas telah dicantumkan dengan jelas
dan dapat dengan mudah dipahami oleh konsumen. Peletakan keterangan tentang
kandungan gizi adalah pada bagian belakang cover produk dna bersebelahan dengan
komposisi dari produk tersebut. keterangan tentang kandungan gizi ini terdiri dari
vitamin, mineral, lemak, protein dan lain-lainnya, bahkan bahan tambahan harus
dicantumkan juga. Selain mencantumkan kandungan gizinya, keterangan kandungan gizi
ini harus disertakan dengan ukuran yang terdapat pada kemasan tersebut dan takaran
yang diperbolehkan untuk tubuh biasanya ditulisdengan “%AKG” pada samping persen
kandungan gizi pada bahanproduk. Pada kelima kemasan ini, telah dicantumkan dengan
benar dengan ukuran yang terdapat pada kemasan itu sendiri.
 Bagian Kedua Belas : Keterangan tentang Iradiasi Pangan dan Rekayasa Genetika pasal
34 dan pasal 35
Pada produk kelima diatas merupakan bukan dari Pangan Iradiasi dan Pangan Rekayasa
Genetika, sehingga dalam kemasan produk diatas tidak ditemukan adanya tulisan
“Pangan Iradiasi” dan “Pangan Rekayasa Genetika”. Jika dalam produk pangan yang
mengalami perlakuan iradiasi wajib dicantumkan tulisan "PANGAN IRADIASI", tujuan
iradiasi, dan apabila tidak boleh diiradiasi ulang, wajib dicantumkan tulisan TIDAK
BOLEH DIIRADIASI ULANG. Dan untuk produk yang hasil rekayasa genetika wajib
dicantumkan tulisan PANGAN REKAYASA GENETIKA.
 Bagian Ketiga Belas : Keterangan tentang Pangan yang Dibuat dari Bahan Baku Alamiah
pasal 36 dan pasal 37
Keterangan tentang pangan yang dibuat dari bahan aku alamiah pada produk diatas telah
dicantumkan dengan jelas dan dapat dipahami oleh konsumen yang mana terdiri dari
salah satunya seperti bahan pemanis buatan pada produk cemilan, bahan penstabil nabati
pada susu sapi, dan lain-lain. Pencantuman ini telah diletakkan pada komposisi bahan
yang mana ditulis dengan bahasa Indonesia yang jelas dan dapat dibaca oleh konsumen
dengan jelas.
 Bagian Keempat Belas : Keterangan Lain pada Label tentang Pangan Olahan Tertentu
pasal 38 sampai pasal 42
Pada kemasan tentang Keterangan pada Label tentang pangan olahan yang diperuntukkan
bagi bayi, anak berumur di bawah 5 tahun, ibu yang sedang hamil atau menyusui, orang
yang menjalani diet khusus, orang lanjut usia, dan orang yang berpenyakit tertentu, wajib
memuat keterangan tentang peruntukkan, cara peruntukkan, cara penggunaan, dan atau

14
keterangan lain yang perlu diketahui, termasuk mengenai dampak pangan tersebut
terhadap kesehatan manusia telah dicantumkan dengan jelas pada kemasan diatas yang
mana pada kemasan diatas yang diletakkan pada bagian belakang cover kemasan.
Sedangkan untuk cara penyajian telah ditulis juga dengan jelas dan mudah dipahami oleh
konsumen dan dapat ditiru dengan mudah.
Untuk penyimpanan khusus juga harus ditulis, pada kemasan diatas telah sesuai dengan
peraturan pemerintah yang mana pda kemasan telah dicantumkan penyimpanan yang baik
pada kemasan yang mana kemasan 1 dan 4 diletakkan pada suhu dingin karena
merupakan produk sayuran beku dan susu sapi. Sedangkan kemasan 2,3 dan 5 diletakkan
pada suhu ruang karena meruapakan produk yang tahan suhu ruang. Selain itu juga
dicantumkan apakah produk tersebut bahan setengah jadi atau bahan lansung makan,
pada kemasan yang setengah jadi dicantumkan bahwa produk harus disajikan dengan
diolah terlebih dahulu dengan dituliskan cara penyajian yang telah dibahas diatas. Pada
kelima kemasan diatas terdapat 1 produk yang harus dioleha terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi yakni kemasan 1 yakni dengan nama produk Mixed Vegetables , sedangkan
produk 2,3, 4 dan 5 langsung siap makan.
 Bagian Kelima Belas : Keterangan Tentang Bahan Tambahan Pangan  pasal 43
Keterangan tentang bahan tambahan pangan pada produk diatas telah dicantumkan
dengan jelas pada komposisi bahan yang mana bahan tambahan dapat berupa bahan
pemanis buatan pada produk siapa makan atau cemilan, penstabil nabati yang mana
terdapat pada produk susu yang berasal dari sapi dan lain-lain. Pencantuman ini harus
diletakkan dengan benar dan dapat dilihat dengan mudah konsumen yang akan
mengkonsumsi. Peletakan bahan tambahan makanan ini biasanya diletakkan pada bagian
belakang kemasan produk. Nama bahan tambahan harus ditulis dengan jelas dengan
dicantumkannya persentase penambahan bahan tambahan tersebut.

BAB III : IKLAN PANGAN

 Bagian Pertama : Umum pasal 44 sampai pasal 47


Pada kelima kemasan diatas telah sesuai dengan peraturah pemerintah tentang iklan yang
mana tidak menggunnakan kata-kata yang dapat menyesatkan konsumen, tidak
mendiskreditkan produk pangan lainnya, tidak menampilkan anak-anak berusia di bawah
5 (lima) tahun dalam bentuk apapun, kecuali apabila pangan tersebut diperuntukkan bagi
anak-anak yang berusia di bawah 5 (lima) tahun, tidak mengandung bahan-bahan yang

15
berkadar tinggi yang dapat membahayakan dan atau mengganggu pertumbuhan dan atau
perkembangan anak-anak dan lain-lain yang dapat merugikan konsumen.
 Bagian Kedua : Iklan Pangan yang Berkaitan dengan Gizi dan Kesehatan pasal 48 sampai
pasal 50
Pada kelima kemasan diatas tidak ditemukan adanya penyalahan pernyataan yang dapat
merugikan konsumen, semua kemasan hanya mencantumkan nilai gizi yang dapat
diperoleh dari konsumsi produk tersebut dan hal ini tidak melangar peraturan pemerinth
tentang iklan berkaitan dengan nila gizi bahan pangan.
 Bagian Ketiga : Iklan tentang Pangan untuk Kelompok Orang Tertentu pasal 51 sampai
pasal 53
Pada kelima kemasan tidak ditemukan adanya pernyataan tentang tidak bolehnya tentang
konsumen bayi atau orang tertentu yang mana tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
yang mewajibkan adanya cantuman tersebut. Pada kelima kemasan tersebut hanya
dituliskan seberapa baik mengkonsumsi produk tersebut tanpa ada pemberitahuan tentang
batasan-batasan tertentu bagi orang tertentu.
 Bagian Keempat : Iklan yang Berkaitan dengan Asal dan Sifat Bahan Pangan pasal 54
sampai pasal 57
Telah dibahas diatas bahwa pencantuaman tentang bahan alamiah yang digunakan dan
merupakan produk setengah jadi atau siap santap harus dicantumkan dengan jelas dan
benar sehingga mudah untuk dipahami oleh konsumen. Dilarang untuk mencantumkan
hal-hal yang tidak ada pada bahan pangan pada produk, dan hal ini tidak ditemukan pada
kemasan produk diatas.
 Bagian Kelima : Iklan tentang Minuman Beralkohol pasal 58
Pada kelima kemasan diatas tidak adanya kandungan beralkohol dan tidak ditemukan
adanya tulisan yang menyinggung tentang alkohol, yang mana berarti kelima kemasan
tersebut tidak mengandung alkohol sama sekali.

Bab IV : PENGAWASAN

 Bagian pertama : Kelembangan pasal 59 dan pasal 60


Pada kelima kemasan tersebut telah sesuai dengan ketentuan tersebut dengan adanya
cantuman tentang BPOM yang mana ini merupakan Standat Nasional Indonesia Pangan.

Bab V : TINDAKAN ADMINISTRASI

16
 Pasal 61
Pada kelima kemasan tersebut telah sesuai dengan ketentuan tersebut dengan adanya
cantuman tentang BPOM yang mana ini merupakan Standat Nasional Indonesia Pangan.

Bab VI : KETENTUAN PERALIHAN

 Pasal 62
Pada kelima kemasan tersebut telah sesuai dengan ketentuan tersebut dengan adanya
cantuman tentang BPOM yang mana ini merupakan Standat Nasional Indonesia Pangan.

Bab VII : KETENTUAN KHUSUS

 Pasal 63
Pada kelima kemasan tersebut telah sesuai dengan ketentuan tersebut dengan adanya
cantuman tentang BPOM yang mana ini merupakan Standat Nasional Indonesia Pangan.

Bab VIII : KETENTUAN PENUTUP

 Pasal 64
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia

UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

BAB VIII : LABEL DAN IKLAN PANGAN

 Bagian Kesatu : Label Pangan

Pasal 97

Tercantum pada pasal 97 yaitu pencantuman label memuat :

a. Nama Produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Berat bersih atau isi bersih
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor
e. Halal bagi yang dipersyaratkan

17
f. Tanggal dan kode produksi
g. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa
h. Nomor izin edar bagi Pangan olahan
i. Asal Usul bahan pangan tertentu
 Bagian Kedua : Iklan Pangan

Setiap iklan pangan yang diperdagangkan harus memuat keterangan atau pernyataan
mengenai pangan dan dilarang memuat keterangan atau pernyatan yang menyesatkan atau
tidak benar. Dijelaskan juga bahwa klaim yang terdapat dalam produk wajib
dipertanggungjawabkan atas kebenaran klaim tersebut. Apabila melanggar ketentuan, akan
dikenakan sanksi administratif.

Foto
Produk

Nama Mixed vegetables Good Time Jungle Susu Real Morin Fruit
Produk Golden Farm Juice Good Jam
Komposisi √ √ √ √ √

Berat √ √ √ √ √
Bersih
Nama dan √ √ √ √ √
Alamat
Produksi
Logo Halal √ √ √ √ √

Batas √ √ √ √ √
Waktu
Kadaluwar
sa
Nomor Izin √ √ √ √ √

18
Edar
Tanggal √ √ √ √ √
dan Kode
Produksi
Kandungan √ √ √ √ √
Gizi

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Kerusakan pangan beresiko tidak aman merupakan kerusakan yang diakibatkan


karena adanya kerusakan fisik maupun organoleptik. Kerusakan pangan sangat berpengaruh
dengan mutu pangan tersebut. Pemakaian label serta pengemasan juga penting pada suatu
produk pangan. Pengemasan berperan dalam memperpanjang usia bahan pangan.
Pengemasan dapat mencegah terjadinya kerusakan oleh faktor eksteral dan internal.
Kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan mekanis, perubahan kadar air, absorsi dan
interaksi oksigen, kehilangan atau penambahan citarasa dapat dicegah dengan pengemasan.

Dalam peraturan pemerintahan yang terdapat di Indonesia adalah peraturan


pemerintah no. 69 tahun 1999 yang memuat tentang label dan iklan yang lengkap dengan isi
yang harus dicantumkan pada kemasan. Peraturan pemerintahan tentang kemasan ini
memiliki fungsi sebagai acuan yang baik dalam penyusunan label dan iklan yang baik dan
aman bagi produk dan dapat pula diterima dengan baik oleh konsumen yang membeli
produk.

19
DAFTAR PUSTAKA
https://dhevyxx.blogspot.com/2016/05/identifikasi-kemasan-produk-pangan_2.html

http://traderulebook.ekon.go.id/assets/indonesia/4948_UU_18_2012_i.html

https://slideplayer.info/slide/11899670/

http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/7531/mod_resource/content/1/MODUL
%203%20KEGIATAN%20BELAJAR%20%201.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai