Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BIOGAS

DAN ENERGI TERBARUKAN SEBAGAI SOLUSI PENYELESAIAN MASALAH


PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Jenjang Sekolah : Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Kelas / Semester : VII / I & II

B. Kompetensi Dasar (KD) :


4.1 Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri sendiri,
makhluk hidup lain, dan benda-benda di sekitar dengan menggunakan satuan tak baku
dan satuan baku
4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda
serta perpindahan kalor
4.5 Menyajikan hasil percobaan tentang perubahan bentuk energi, termasuk fotosintesis
4.8 Membuat tulisan tentang gagasan penyelesaian masalah pencemaran di lingkungannya
berdasarkan hasil pengamatan

C. Peta Hubungan

Peta hubungan antar KD

MAKHLUK HIDUP
ALAT UKUR
TUMBUHAN, HEWAN,
MANUSIA (SAMPAH)

PENYELESAIAN SUHU DAN KALOR


MASALAH
LINGKUNGAN

ENERGI DAN
PERUBAHANNYA
D. KETERPADUAN ANTAR KONSEP BIOLOGI-FISIKA-KIMIA

KIMIA
BIOLOGI
1. Hidrolisis
1. Fermentasi
2. Asidogenesis
2. Anaerobik Digestion
(Bakteri-bakteri 3. Asetogenesis
Anaerobik yang berperan
4. Metanogenesis
3. Bioteknologi
5. Perubahan Kimia

6. pH
BIOGAS

FISIKA
1. Pengukuran Fisika

2. Suhu

3. Tekanan

4. Energi
I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sampah merupan sisa aktivitas makhluk hidup. Sampah sayur-sayuran dan buah-buahan
merupakan bahan buangan yang biasanya dibuang secara open dumping tanpa pengelolaan lebih
lanjut sehingga akan meninggalkan gangguan lingkungan dan bau tidak sedap. Limbah sayuran
dan buah-buahan mempunyai kandungan gizi rendah, yaitu protein kasar sebesar 1-15% dan
serat kasar 5-38%. Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional.
Sampah pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan, dan lainlain, sebagian besar (95%) berupa
sampah organik sehingga lebih mudah untuk ditangani dan bisa diurai oleh mikroba. Sedangkan
sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal
75% terdir dari sampah organik dan sisanya anorganik (Sudradjat, 2006).
Sampah organik yang berasal dari pasar maupun sampah rumah tangga jika tidak diolah
akan menimbulkan pembusukan pada TPA. Pembusukan ini akan mengganggu lingkungan
sekitar tempat tinggal dari segi bau dan estetika lingkungan hidup. Tidak hanya estetika, sampah
organik juga akan memicu berbagai macam penyakit seperti gangguan pernapasan dan gangguan
pada kulit. Gangguann pernapas disebabkan bau busuk dari bahan kimia yang dihasilkan dari
penguraian bahan-bahan organik dari tanaman. Tanaman diuraikan mikroorganisme
menghasilkan gas seperti amnoia (NH3), gas metana (CH4) dan gas H2S. Bahan-bahan kimia ini
memiliki sifat bau menusuk (Zaitun, 1999 dan Hanifah et al.,1999). Terhirupnya bahan kimia ini
akan menimbulkan gangguan pernapasan dalam jangka panjang. Adapun gangguan kulit
disebabkan hujan asam di daerah sekitar sampah organik. Hujan asam terjadi akibat dari hasil
pembakaran atau penguraian bahan organik oleh mikroba. Penguarain bahan organik
menghasilkan sulfur, nitrogen dan karbondioksida. Bahan-bahan ini bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Sulfur oksida dam nitrogen oksida berdifusi ke
atmosfer bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang jatuh melalui
air hujan. Bahan ini bersifat asam kuat sehingga apabila terkena kulit akan menyebabkan iritasi
dan gangguan kulit.
Hasil lain dari pengurain sampah organik ini adalah banyak dijadikan sebagai bahan
bakar (biogas) dan pembangkit energi listrik untuk keperluan rumah tangga. Metode perombakan
anaerob juga menghasilkan biogas (metana) yang berguna sebagai bahan bakar, mampu
mereduksi energi terkandung dalam limbah untuk pengelolaan lingkungan dan mampu
mendegradasi senyawa-senyawa xenobiotik maupun rekalsitran (Bitton, 1999). Bahan bakar
memanfaatkan hasil penguraian yang menghasilkan bahan kimia yang bersifat sangat volatil
(mudah terbakar). Sifat volatil dari bahan dimanfaatkan oleh masyakat sebagai bahan bakar
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagai solusi penyelesaian masalah pencemaran
lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, peran sampah organik sangat penting bagi kehidupan sehari-
hari. Sampah tidak selamanya menjadi pengganggu aktivitas kehidupan lingkungan sekitar.
Sampah organik bisa dimanfaatkan dalam berbagai hal yang sangat perguna bagi kehidupan
manusia. Sampah melalui serangkaian proses alamiah sehingga menghasilkan suatu bahan atau
materi berharga dan dapat menjadi solusi penyelesaian masalah pencemaran lingkungan. Proses
ini meliputi proses biologis, proses kimiawi dan proses periiubahan fisika zat. Oleh karena itu,
makalah ini akan mengurain lebih rinci terkait proses pembuatan sampah organik yang meliputi
3 bidang kajian ilmu pengetahuan yaitu, aspek biologi, aspek kimia, dan aspek fisika.
1.2.Rumusan Maslah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah peran mikroorganisme sangat penting dalam proses degradasi atau pengurain matari
organik dalam tanaman (bahan alam)?
2. Proses reaksi kimia apa saja yang terjadi dalam proses pembuatan pupuk organik dan
pemanfaatan sebagai biogas dan energi listrik?
3. Apakah perubahan materi dalam proses degradasi menghasilkan bahan kimia yang bersifat
mudah terbakar dan perannya dalam biogas dan energi listrik sehingga dapat dijadikan
sebagai solusi penyelesaian masalah pencemaran lingkungan?

1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Peran mikroorganisme dalam proses degradasi bahan organik.
2. Proses reaksi kimia yang terjadi dalam proses degradasi untuk menghasilkan pupuk organik,
bahan kimia yang dihasilkan untuk biogas dan sebagai sumber energi.
3. Perubahan materi yang terjadi sehingga bahan organik bisa dimanfaatkan sebagai sumber
energy sebagai solusi penyelesaian masalah pencemaran lingkungan.
1.4.Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian kajian puustaka ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan proses biologi, kimia dan fisika yang terjadi dalam proses degradasi
bahan organik menjadi pupuk organik, biogas dan energi listrik.
2. Bagi Masyarakat
Dapat mengembanggkan pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik dan menfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan mengurasi jumlah sampah dan meminimalis
penggunaan energi listrik sebagai solusi penyelesaian masalah pencemaran lingkungan.
1.5.Battasan Masalah
Pembatasan masalah penelitian ini bertujuan untuk membatasi penelitian yang akan
dilakukan guna memperlancar proses pelaksanaan penelitian, ruang lingkup tersebut mencakup:
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah sampah organik (sayuran atau limbah sampah hijau dedaunan
pada masyarakat)
2. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah mengkaji proses pengolahan sampah organik menjadi bigas dan
sebagai sumber energi dilihat dari 3 aspek bidang ilmu biologi, kimia dan fisika.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang berasal dari alam dan dapat terdegradasi oleh mikroorganisme/mudah diuraikan
melalui proses alami dan dapat dijadikan sebagai pupuk Organik baik berupa padatan maupun
cair yang dapat berguna serta dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam bentuk pemanfaatan
lainnya (Ikhsan:2014).
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan
hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan
No.2/Pert/Hk. 060/2/2006, tentang pupuk organik dikemukakan bahwa pupuk organik adalah
pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman
dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Berdasarkan syarat mutu yang ditetapkan dalam Permentan No 28/Permentan/SR.130/5/2009
tentang persyaratan teknis minimal pupuk organik, indikator yang digunakan adalah pH,
kandungan C-organik (Walkley & Black), N-total (Kjeldahl), C/N rasio, unsur makro dan mikro.
C/N rasio sudah memenuhi standar pupuk organik yang telah dipersyaratkan yakni <25,0, sedang
C-organik dalam pupuk padat minimal 15% (Jabeen, M., 2015).
Dari hasil analisis telah diketahui status pH, kandungan C-organik, C/N rasio, unsur
makro dan mikro lainnya. Tolok ukur kualitas pupuk organik yang dihasilkan adalah kandungan
C-organik, C/N rasio dan N-total. Hasil analisis dari kompos sampah rumah tangga yang
diproduksi oleh BPTP Jawa Timur menunjukkan kandungan C-organik berkisar 15,41 - 18,89,
C/N- rasio berkisar 11,8812,04 - 18,29, dan N-total berkisar 0,58 - 1,57%.
Unsur hara makro dari sisa tanaman berkisar antara 0,7 – 2 persen nitogen, 0,07 – 0,2%
fosfor dan 0,9 – 1,9 persen kalium, sedang pupuk kandang 1,7 – 4 persen nitrogen, 0,5 – 2,3
persen fosfor dan 1,5 – 2,9 persen kalium. Secara kimiawi meningkatkan daya sangga tanah
terhadap perubahan pH, meningkatkan kapasitas tukar kation, menurunkan fiksasi P dan sebagai
reservoir unsur hara sekunder dan unsur mikro. Secara biologi, merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam proses dekomposisi dan pelepasan unsur
hara dalam ekosistem tanah (Sanchez, 1976).
Menurut Zainal et al. (2008), zat arang atau karbon yang terdapat dalam bahan organik
merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Dalam proses pencernaan oleh mikroorganisme
terjadi reaksi pembakaran antara unsur karbon dan oksigen menjadi kalori dan karbon dioksida
(CO2). Karbon dioksida ini dilepas menjadi gas, kemudian unsur nitrogen yang terurai ditangkap
mikroorganisme untuk membangun tubuhnya. Pada waktu mikroorganisme ini mati, unsur
nitrogen akan tinggal bersama kompos dan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman.

2.2.Proses Pembentukan Biogas


Gas methan (CH4) dapat terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik oleh
bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak E01-3
mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas methan yang apabila dibakar dapat
menghasilkan energi panas. Secara umum kandungan senyawa karbon yang termasuk dalam
Volatile Solid (VS) dalam sampah organik dapat dikonversi menjadi biogas (gas metan dan
karbon dioksida), sedangkan kandungan bahan organik lain dapat digunakan sebagai pupuk
organik.
Proses proses degradasi bahan organik menjadi biogas melalui proses Pengomposan
tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan adalah bakteri obligate anaerobik.
Keuntungan pemilihan proses secara anaerobik adalah proses anaerobik tidak membutuhkan
energi untuk aerasi, lumpur atau sludge yang dihasilkan sedikit, polutan yang berupa
bahan organik hampir semuanya dikonversi ke bentuk biogas (gas metana) yang
mempunyai nilai kalor cukup tinggi. Kelemahan proses degradasi ini adalah kemampuan
pertumbuhan bakteri metan sangat rendah, membutuhkan waktu dua sampai lima hari
untuk penggandaanya, sehingga membutuhkan reaktor yang bervolume cukup besar
(Mahajoeno, 2008). Methan dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada
batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang
lebih sedikit. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh
fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah
jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Tabel 2.1 Komponen Biogas dari berbagai sumber
Komponen Biogas dari Berbagai Sumber
SENYAWA
Sampah kota Kotoran hewan Residu pertanian
(%) (%) (%)
Methan (CH4) 54-74 57,7 50-70
Karbon dioksida (CO2) 25-45 32,8 48,2
Oksigen (O2) 0,1 1,5 0,1
Nitrogen (N2) 0,5-3 7,8 1,34
Sumber: Harahap 1978 dalam Mariana 2002
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi methan. Semakin
tinggi kandungan methan maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas,
dan sebaliknya semakin kecil kandungan methan semakin kecil nilai kalor.

2.3.Digester
Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbarukan karena kandungan methane yang
cukup tinggi. Potensi biogas di Indonesia sangat besar mulai dari proses pengomposan kotoran
ternak dan limbah pertanian, pengolahan limbah cair dan residu proses produksi CPO. Untuk
memperoleh biogas dari bahan organik tersebut diperlukan suatu peralatan yang disebut digester
anaerob (tanpa udara). Untuk menghasilkan biogas, dibutuhkan pembangkit biogas yang disebut
digester. Pada digester terjadi proses penguraian material organik yang terjadi secara anaerob
(tanpa oksigen). Pada umumnya, biogas dapat terbentuk pada hari ke 4–5 setelah digester diisi
dan mencapai puncak pada hari ke 20– 25.
2.3.1. Jenis Digester
Dari segi konstruksi, digester dibedakan menjadi: Fixed dome. Digester ini memiliki volume
tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reaktor (digester). Karena itu,
dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor.
Floating dome. Pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak untuk
menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi
tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul
gas berada dalam satu kesatuan dengan reaktor tersebut.
Dari segi aliran bahan baku reaktor biogas, biodigester dibedakan menjadi : Bak (batch).
Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu) dari awal hingga
selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui
potensi gas dari limbah organik. Mengalir (continuous). Untuk tipe ini, aliran bahan baku masuk
dan residu keluar pada selang waktu tertentu. Lama bahan baku selama dalam reaktor disebut
waktu retensi hidrolik (hydraulic retention time/HRT).
Sementara dari segi tata letak penempatan digester, dibedakan menjadi: Seluruh digester di
permukaan tanah. Biasanya berasal dari tong-tong bekas minyak tanah atau aspal. Kelemahan
tipe ini adalah volume yang kecil, sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan sebuah rumah
tangga (keluarga). Kelemahan lain adalah kemampuan material yang rendah untuk menahan
korosi dari biogas yang dihasilkan. Sebagian tangki biodigester di bawah permukaan tanah.
Biasanya digester ini terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil, dan kapur yang dibentuk
seperti sumuran dan ditutup dari plat baja. Volume tangki dapat diperbesar atau diperkecil sesuai
dengan kebutuhan. Kelemahan pada sistem ini adalah jika ditempatkan pada daerah yang
memiliki suhu rendah (dingin), dingin yang diterima oleh plat baja merambat ke dalam bahan
isian, sehingga menghambat proses produksi. Seluruh tangki digester di bawah permukaan tanah.
Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia, dimana seluruh instalasi
biodigester ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang permanen, yang membuat suhu
biodigester stabil dan mendukung perkembangan bakteri methanogen.
2.3.2. Komponen Digester
Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis digester yang
digunakan. Tetapi, secara umum biodigester terdiri dari komponen-komponen utama sebagai
berikut : Saluran masuk slurry (kotoran segar). Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry
(campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk
memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan
pada saluran masuk. Saluran keluar residu. Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran
yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan
tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama
setelah waktu retensi. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar
nutrisi yang tinggi. Katup pengaman tekanan (control valve). Katup pengaman ini digunakan
sebagai pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T.
Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa
T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun. Sistem pengaduk. Pengadukan dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya: Pengadukan mekanis, Sirkulasi substrat biodigester, atau
Sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan pompa. Pengadukan ini
bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas digester karena kondisi
substrat yang seragam. Saluran gas. Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk
menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung
dengan pipa baja antikarat. Tangki penyimpan gas. Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu
tangki bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan reaktor (fixed dome).
Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat
dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S Removal untuk mencegah korosi.

Gambar 2.1. Digester yang sederhana. Model floating-drum (A), fixed- dome (B), fixed-dome
dengan tabung gas terpisah (C), balloon (D), jenis saluran (channel-type) dengan selubung
plastik dan peneduh matahari (E) (Werner Kossmann, 1999).
Gambar 2.2. Digester jenis fixed dome yang lebih detail. 1. Tangki pecampur dengan pipa masukan
dan penjebak pasir. 2. Digester. 3. Kompensator dan tangki buangan. 4. Tempat gas (gasholder).
5. Pipa gas. 6. Entry hatch with gastight seal. 7. Akumulasi sludge yang tebal. 8. Pipa outlet. 9.
Referensi ketinggian. 10. Buih. (Werner Kossmann, 1999).

2.4.Kerangka Berpikir
Melimpahnya sampah sayur-sayuran rumah tanggga setiap hari di lingkungan
masyarakat. Sampah sayuran (organik) akan mengalami pembusukan dalam waktu singkat.
Pembusukan akan menimbulkan bau busuk sehingga mengganggu kesehatan masyarakat. Agar
tidak menggunggu lingkungan, perlu dilakukan pengolahan sampah organik menjadi bahan yang
bermanfaat bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuatan pupuk organik
untuk penyuburan tanah, biogas untuk bahan bahar dan pembangkit tenaga listrik rumah tangga.

Sampah sayur-sayuran Menimbulkan bau


masyarakat melimpah menusuk

Sampah (organik) diolah Mengganggu aktivitas dan


dengan metode anaerob kesehatan masyarakat
(fermentasi)

Produk:
HIDUP SEHAT & KAYA
 Pupuk organik
SUMBER ENERGI
(kompos)
 Biogas
2.5. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Pengaruh pentingnya kajian ilmu bidang biologi,
kimia dan fisika dalam pengolahan sampah organik sebagai bahan bakar (biogas) dan sumber
energi listrik “.

Anda mungkin juga menyukai