Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di SMF Saraf
Rumah Sakit Umum Jayapura
Oleh:
Riska Ruli Djitmau, S.Ked
2019086016346
PEMBIMBING:
dr. Nelly Y. Tan Rumpaisum, Sp.S
SMF SARAF
RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara anatomis Batang otak meliputi seluruh struktur diatas Medulla spinalis kecuali
Cerebrum, Cerebellum, dan Substansia Alba. Jadi, Batang otak terdiri dari Medulla
Oblongata, Pons, Mesencephalon, Thalamus, dan Ganglia Basalis lebih menjurus pada fungsi
cerebral dan hubungan antara cerebellum dan cerebrum. Fungsi motoris dari batang otak
terutama mengontrol tonus otot dan sikap tubuh. Batang otak juga penting dalam reaksi
keseimbangan. Batang otak merupakan sumber energy motoris yang sangat kuat yang
dikontrol oleh pusat-pusat yang lebih tinggi selama aktivitas motoriknya. Bilamana control
dari pusat-pusat yang lebih tinggi terhadap aktivitas motoris batang otak dihilangkan maka
energy motorik dari batang otak tak terbendung dan menjadi manifestasi sebagai kekakuan
(decerebrate rigidity).
Segala jenis lesi yang melibatkan batang otak, bisa berupa gangguan vaskuler (infark
atau perdarahan), tumor, proses inflamasi dan degenerasi. Batang otak merupakan suatu
struktur yang secara anatomi kompak, secara fungsional bermacam-macam, dan secara klinis
penting. Bahkan suatu lesi tunggal yang relative kecilpun hamper selalu merusak beberapa
nucleus, pusat reflex, traktus, atau jaras. Lesi seperti itu seringkali bersifat vascular
(misalnya, perdarahan, iskemia oklusif), tetapi tumor, trauma, dan proses degenerative atau
demielinasi dapat juga merusak batang otak. Batang otak daerah susunan pyramidal dilintasi
oleh akar saraf otak ke-3, ke-6, ke-7 dan ke-12, sehingga lesi yang merusak kawasan
pyramidal batang otak sesisi mengakibatkan hemiplegic yang melibatkan saraf otak secara
khas dan dinamakan hemiplegic alternans. Lesi sesisi atau hemilesi yang sering terjadi diotak
jarang dijumpai dimedulla spinalis, sehingga kelumpuhan UMN akibat lesi di medulla
spinalis pada umumnya berupa tetraplegia atau paraplegia.
2.2 Anatomi
Arteri vertebralis timbul dari arteri subklavia dan ketika mereka melewati foramina
costotransverse dari C6 ke C2. Mereka memasuki tengkorak melalui foramen magnum dan
bergabung dipersimpangan pontomedullary untuk mmbentuk arteri basilar. Setiap arteri
vertebralis biasanya bercabang menjadi arteri serebelar posterior (PICA). Dibagian atas pons,
arteri basilar menjadi 2 arteri serebral posterior.
Arteri basilaris bercabang menjadi arteri serebral superior yang memasok bagian
lateral pons dan otak tengah, serta permukaan superior dari otak kecil dipasok oleh arteri
sirkumfleksan, arteri serebral anterior inferior dan arteri superior serebral dari arteri basilar.
Medulla diperdarahi ole PICA dan cabang kecil dari arteri vertebralis. Pons diperdarahi oleh
cabang-cabang dari arteri basilaris. PCA memperdarahi otak tengah, thalamus dan korteks
oksipital.
Gambar 1. Anatomi suplai darah pada mesensefalon
Gambar 2. Anatomi suplai darah pada pons.
2.3
Patogenesis
Plak aterotrombotik yang terjadi pada pembuluh darah ekstrakranial dapat lisis akibat
mekanisme fibrinotik pada dinding arteri dan darah, yang menyebabkan terbentuknya emboli
yang akan menyumbat arteri yang lebih kecil, distal dari pembuluh darah tersebut. Thrombus
dalam pembuluh darah juga dapat terjadi akibat kerusakan atau ulserasi endotel, sehingga
plak menjadi tidak stabil dan udah lepas membentuk emboli. Emboli dapat menyebabkan
penyumbatan pada satu atau lebih pembuluh darah. Emboli tersebut akan mengandung
endapan kolesterol, agregasi trombosit dan fibrin. Emboli akan lisis, pecah atau tetap utuh
dan menyumbat pembuluh darah sebelah distal, tergantung pada ukuran, komposisi,
konsistensi dan umur plak tersebut, dan juga tergantung pada pola dan kecepatan aliran darah
Sumbatan pada pembuluh darah tersebut (terutama pembuluh darah diotak) akan
menyebabkan matinya jaringan otak, dimana kelainan ini tergantung pada adanya pembuluh
darah yang adekuat. Otak yang hanya merupakan 2% dari berat badan total, menerima
perdarahan 15% dari cardiac output dan memerlukan 20% oksigen yang diperlukan tubuh
manusia, sebagai energy yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal. Energy yang
diperlukan tubuh manusia, sebagai energy yang diperlukan berasal dari metabolism glukosa,
yang disimpan di otak dalam bentuk glukosa atau glikogen untuk persediaan pemakaian
selama 1 menit, dan memerlukan oksigen untuk metabolism tersebut, lebih dari 30 detik
gambaran EEG akan mendatar, dalam 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, dalam 5 menit
maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan lebih dari 9 menit, manusia akan meninggal. Bila
aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk
pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na-K-ATPase, sehingga
membrane potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang CES sementara ion Na dan Ca
berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negative
sehingga terjadi membrane depolarisasi. Saat awal depolarisasi membrane sel masih
reversible, tetapi bila menetap terjadi perubahan structural ruang yang menyebabkan
kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10ml/gr.menit.
pada stadium vasigenic edema serebral tampak sebagai gambaran fingerlike pada
substansia alba. Pada stadium awal edema sitotoksik serebral ditemukan pembengkakan pada
daerah di sekitar arteri yang terkena. Hal ini menarik bahwa gangguan sawar darah otak
berhubungan dengan meningkatnya resiko perdarahan sekunder setelah rekanalisasi (disebut
juga trauma reperfusi). Edema serebral yang luas setelah terjadinya iskemia dapat berupa
space occupying lesion. Peningkatan TIK yang menyebabkan hilangnya kemampuan untuk
menjaga keseimbangan cairan didalam otak akan menyebabkan penekanan system ventrikel,
sehingga cairan serebrospinalis akan berkurang. Bila hal ini berlanjut, maka akan terjadi
herniasi ke segala arah, dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif. Akhirnya dapat
menyebabkan iskemia dan kematian otak.
2.4 SINDROM BATANG OTAK
SINDROM
SINDROM MEDULA
MESENSEFALO SINDROM PONS
OBLONGATA
N
Sindrom Weber Sindrom Foville- Sindrom wellenberg
Millard Gubler
Sindrom Benedict Sindrom Dejerine
Tegmentum
pontis kaudale
Tegmentum
pontis orale
Basis pontis
kaudalis
Basis pontis
tengahpontis
bagian tengah
Definisi
Sindrom Weber merupakan suatu kumpulan gejala klinis dan tanda yang
meliputi kelumpuhan nervus okulomotorius (N.III) ipsilateral, hemiparesis spastik
kontralateral, rigiditas parkinsonism kontralateral (substansia nigra), distaksia
kontralateral (traktus kortikopontis) serta adanya defisit saraf kranialis yang
kemungkinan disebabkan adanya gangguan pada persarafan supranuklear pada
nervus VII, IX, X dan XII.
Etiologi
3) Lesi yang disebabkan oleh proses neoplasmatik sebagai akibat invasi dari
thalamus atau serebelum. Lesi neoplasmatik sukar sekali memperlihatkan
keseragaman oleh karena prosesnya berupa pinealoma, glioblastoma dan
spongioblastoma dari serebelum. Penyebab yang jarang adalah tumor
(glioma).
6) Hematoma epiduralis.
Gambaran Klinis
Lesi ini biasanya bersifat unilateral dan mempengaruhi beberapa struktur
dalam otak tengah.
Tabel 1. Kerusakan struktur batang otak dan efeknya.
Diagnosis
2. Sindrom Benedickt
Definisi
Sindrom Benedickt merupakan sindrom neurologi paralisis
nervus okulomotorius (N.III) karena trauma pada N.III dan nukleus ruber.
Hal ini terjadi disebabkan tersumbatnya cabang-cabang
interpedunkularis dari arteri basilaris atau serebralis posterior atau
keduanya pada otak tengah. Ini digambarkan sebagai suatu kelumpuhan n.
okulomorius ipsilateral yang disertai oleh tremor berirama atau ritmik pada
tangan kanan atau kaki bagian kontralateral yang ditingkatkan oleh adanya
gerakan mendadak atau tanpa disengaja, dan menghilang ketika istirahat.
Yang merupakan akibat dari kerusakan pada nukleus ruber yang menuju
keluar dari sisi yang berlawanan ada hemisfer serebelum. Bisa juga terdapat
hiperestesia kontralateral. Selain itu, adanya gangguan sensasi raba, posisi,
getar kontralateral serta diskriminasi dua titik (keterlibatan lemniskus
medialis); hiperkinesia kontralateral (tremor, korea, atetosis) akibat
keterlibatan pada nukleus ruber; rigiditas kontralateral (substansia nigra).
Patofisiologi
Sindrom Benedickt terjadi bila salah satu cabang dari rami
perforantes para medial arteri basilaris yang tersumbat maka infark akan
ditemukan di daerah yang mencakup 2/3 bagian lateral pedunkulus serebri
dan daerah nucleus ruber. Maka hemiparesis alternans yang ringan
sekali saja disertai oleh hemiparesis ringan nervus III akan tetapi
dilengkapi juga dengan adanya gerakan involunter pada lengan dan tungkai
yang paretik ringan (di sisi kontralateral). Benedict terjadi jika lesi
menduduki kawasan nukleus ruber sesisi yang ikut rusak bersama-sama
radiks nervus okulomotorius ialah neuron-neuron dan serabut-serabut yang
tergolong dalam susunan ekstrapiramidal. Pada sindrom ini, lesi pada area
nucleus ruber memotong saraf fasikuler dari nervus III pada saat mereka
melewati otak tengah bagian ventral, beberapa lesi menyebabkan
kelumpuhan okulomotorius, dengan hiperkinesia kontralateral (tremor,
khorea, atetosis).
Sindrom Benedict merupakan hasil dari penggabungan dan pelunakan
fasikuler dari satu nervus okulomotorius pada region nukleus ruber ipsilateral.
Maka pasien akan mengalami kelumpuhan nervus III tipe perifer dengan
diskinesia (hiperkinesia dan ataksia) kontralateral dan tremor yang menetap
pada lengan. Sindrom Benedickt adalah bila pada otak tengah tingkat
kerusakan sampai di nukleus ruber atau di fasikulus nervus III akan
menyebabkan kelumpuhan pada nervus III yang komplit atau parsial.
Kerusakan sampai pada nukleus ruber (diluar dari sisi lain hemisfer
serebelum) juga akan menyebabkan tremor kontralateral.
Etiologi
Adanya lesi pada nukleus ruber dan nervus okulomotorius karena oklusi pada
ramus interpedunkularis arteri basilaris atau arteri serebri posterior atau keduanya
pada otak tengah, trauma atau tumor.
Manifestasi Klinis
Kelumpuhan nervus III ipsilateral dengan midrasis dan terfiksasi
(gangguan serabut radiks nervus III)
Gangguan sensasi raba, posisi dan getar kontralateral
Gangguan diskriminasi dua titik (keterlibatan lemnikus medialis dan
traktus spino talamikus)
Hiperkinesia kontralateral (tremor, khorea, atetosis), akinesia
kontralateral
Rigiditas kontralateral (substansia nigra)
Tabel 4. Kerusakan struktur batang dan efek yang terjadi6 :
Definisi
Hemiplegia alternans akibat lesi di pons adalah selamanya
kelumpuhan UMN yang melibatkan belahan tubuh sisi kontralateral, yang berada
dibawah tingkat lesi yang berkombinasi dengan kelumpuhan LMN pada otot-
otot yang disarafi oleh nervus VI atau nervus VII.
Etiologi
Sindrom ini terjadi disebabkan oklusi ramus interpedunkularis
arteri basilaris dan arteri serebri posterior. Sindrom Millard Gubler dan sindrom
Foville termasuk juga ke dalam bagian dari sindrom hemiplegia alternans pons.
Sindrom ini disebabkan akibat terbentuknya suatu lesi vaskuler yang bersifat
unilateral. Selaras dengan pola percabangan arteri-arteri, maka lesi vaskular
di pons dapat dibagi ke dalam:
Lesi paramedian akibat penyumbatan salah satu cabang dari ramus
perforantes medialis a. Basilaris
Lesi lateral, yang sesuai dengan kawasan perdarahan cabang sirkumferens
yang pendek
Manifestasi Klinik
Tabel 6. Pada sindrom Millard- Gubler, lesi mengenai bagian ventral pons dan
menyebabkan:
Manifestasi klinis
lateralis kontralateral
Manifestasi klinis
8.
Nukleus prinsipalis
Gangguan sensasi epikritik wajah ipsilateral
sensorik n. Trigeminus
medial
Definisi
Sindroma Wallenberg atau memiliki nama lain Sindroma medula lateral atau
Sindroma arteri cerebelar posterior inferior (PICA syndrome) merupakan suatu
penyakit dimana pasien memiliki gejala neurologis dengan onset yang
mendadak disebabkan oklusi atau embolisme di teritori arteria inferior posterior atau
arteria vertebralis. Adanya oklusi ini menyebabkan terjadinya infark pada bagian
lateral dari medula oblongata. Oklusi sering berasal dari arteri vertebralis yang
merupakan ibu cabang dari arteri serebeli posterior inferior. Hal ini sering
disebabkan oleh trauma pada leher, contoh kegiatan ciropractic, yoga dan trauma
kepala leher. Arteri vertebralis melintas di sepanjang leher sebelum masuk ke dalam
kepala dan bercabang menjadi arteri cerebeli posterior inferior. 9,10
Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda klinis yang muncul pada sindrom ini tergantung pada tempat
lesi yang terkena. Gejala klinis pada sindroma Wallenberg terbentuk karena adanya
trombosis yang membentuk plak ateromatosa di bagian a. Vertebralis. Hanya
sekitar 25 % sindroma ini yang berasal benar-benar oklusi dari arteri cerebeli
posterior inferior.
Manifestasi Klinis
Gambar 12.Sindrom
Dejerin Tabel 11.
Kerusakan struktur
batang dan efek yang
4
terjadi:
Struktur yang terlibat Efek klinis
Nervushipoglosus(nervusKelumpuhanflasidnervusXIIdengan
Hemiplagiakontralateral(bukanspastik)
Traktus piramidalis
tetapi terdapat refleks Babinski
M : menggerakan rahang
- bells’ palsy
- gerakan abnormal pada wajah (tic fascialis, myokimia,
crocodile tears syndrome, neuralgia genikulata)