Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tarissah januarti

Kelas : 2Ka

Nim : 061930400575

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

ESAI

PARAGRAF PENGANTAR

(TESIS)ADA yang coba mengutak-atik Pancasila menjadi Trisila dan akhirnya


Ekasila: Gotong-royong! Quo vadis (mau dibawa ke mana) Pancasila?.
(ANGGAPAN) Pertanyaan ini perlu dilontarkan kepada wakil-wakil rakyat di
Senayan, dan juga kepada pemerintah yang sedang bersiap untuk membahas
Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). (PERALIHAN)
Pada 12 Mei 2020 lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mengesahkan RUU HIP
ini sebagai usul inisiatif mereka. (PENJELASAN) RUU ini segera dibahas bersama
pemerintah untuk kemudian disahkan menjadi undang-undang. (SANGGAHAN)
Namun, suara-suara penolakan ramai digaungkan atas RUU yang dikhawatirkan akan
membangkitkan komunisme ini.

PARAGRAF TUBUH PERTAMA

(PERALIHAN) Apa saja indikasi kebangkitan komunisme tersebut?


(PENJELASAN) Pertama, Ketetapan MPRS No XXV/MPRS/1966 Tahun 1966
tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), Pernyataan Sebagai Organisasi
Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia Bagi PKI, dan Larangan
Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Paham atau Ajaran
Komunisme-Marxisme-Leninisme, tidak dijadikan konsideran atau rujukan dalam
penyusunan RUU HIP ini. (PERALIHAN) Kedua, (ANGGAPAN) ada dugaan
“pemerasan” sila-sila dalam Pancasila menjadi Trisila (tiga sila) bahkan akhirnya
Ekasila (satu sila), yakni gotong-royong yang sering dikonotasikan dengan paham
dan ideologi sosialisme dan komunisme. (PERALIHAN) Ketiga, (PENDAPAT)
RUU HIP akan menimbulkan kerancuan dalam sistem ketatanegaraan kita.
(KESIMPULAN PARAGRAF) Bagaimana bisa Pancasila yang merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang keberadaannya termaktub di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 diatur di dalam UU? Ini dapat mendegradasi
eksistensi Pancasila.

PARAGRAF TUBUH KEDUA

(PERALIHAN) Lalu, apa itu Trisila? (PENJELASAN) Ialah Sosio-Nasionalisme,


Sosio-Demokrasi, danKetuhanan yang Berkebudayaan. (PERALIHAN) Adapun
Ekasila adalah Gotong-royong. (SANGGAHAN) Dugaan “pemerasan” Pancasila
menjadi Trisila bahkan Ekasila ini berpotensi melanggar Pancasila. (PENJELASAN)
Sebab, Pancasila merupakan “state fundamental norm” atau norma dasar negara.
(PERALIHAN) Bila kita bicara Pancasila, (PENDIRIAN) maka sila pertama dan
utama dari Pancasila adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. (PENJELASAN) Dengan
adanya sila pertama inilah Indonesia benar-benar menjadi berbeda dengan negara-
negara lain di dunia. (PENDAPAT) Di negeri kita ini segala sesuatu yang
menyangkut nilai-nilai kemanusiaan, persatuan dan kesatuan serta demokrasi dan
keadilan sosial, semua harus dijiwai oleh sila pertama Pancasila. (PENJELASAN)
Pancasila melindungi hak asasi manusia (HAM), termasuk hak memeluk agama. Sila
pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa” mewujud bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragama, di mana agama juga memberikan perlindungan terhadap hak
asasi manusia sebagai makhluk Tuhan. (KESIMPULAN PARAGRAF) Memeluk
agama dan menganut kepercayaan adalah wujud pengakuan adanya Tuhan,
sebagaimana termaktub di dalam sila pertama Pancasila, dan hal itu diakui sebagai
kemerdekaan tiap-tiap penduduk, pengakuan mana kemudian tertuang di dalam Pasal
29 ayat (2) UUD 1945.
PARAGRAF TUBUH KETIGA

(PERALIHAN) Dalam RUU HIP, (PENDAPAT) ada indikasi prinsip-prinsip


tersebut hendak dikesampingkan atau bahkan dihilangkan, sehingga begitu RUU ini
kelak disahkan menjadi UU maka negeri ini akan berubah dari negara yang
menghormati dan menjunjung tinggi agama menjadi negara sekuler yang tidak lagi
membawa-bawa agama dan Tuhan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
(PERALIHAN) Maka, (SANGGAHAN) suara-suara penolakan pun digaungkan.
(PERALIHAN) Penolakan itu datang dari antara lain para purnawirawan TNI/Polri,
dan teranyar dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Maklumat Pimpinan Pusat
MUI No Kep-1240/DM-MUI/VI/2020 tertanggal 12 Juni 2020. (ANGGAPAN) Para
purnawirawan yang antara lain diwakili Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden RI dan
mantan Panglima ABRI, serta Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia
(LVRI) Saiful Sulun menilai RUU HIP akan menimbulkan “over lapping” atau
tumpang- tindih serta kekacauan dalam sistem ketatanegaraan maupun pemerintahan
di Indonesia. (PERALIHAN) Memang, (KESIMPULAN PARAGRAF) bila
ideologi Pancasila sebagai landasan pembentukan UUD kemudian diatur di dalam
undang-undang maka itu adalah sebuah kekeliruan.

PARAGRAF TUBUH KEEMPAT

(PERALIHAN) Adapun penolakan MUI disuarakan karena RUU HIP telah


mendistorsi substansi dan makna nilai-nilai Pancasila sebagaimana yang termaktub di
dalam Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuhnya. (PENDAPAT) Menurut MUI,
Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuhnya telah memadai sebagai tafsir dan
penjabaran paling otoritatif dari Pancasila. (SANGGAHAN) Adanya tafsir baru
dalam bentuk RUU HIP justru akan mendegradasi eksistensi Pancasila.
(ANGGAPAN) MUI berpandangan RUU HIP akan “memeras” Pancasila menjadi
Trisila lalu menjadi Ekasila yakni gotong royong, yang nyata-nyata merupakan upaya
pengaburan dan penyimpangan makna dari Pancasila. (PENJELASAN) Hal itu
secara terselubung ingin melumpuhkan keberadaan sila pertama Pancasila, yakni
“Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang telah dikukuhkan para founding fathers kita
dengan Pasal 29 ayat (1) UUD 1945. (SANGGAHAN) RUU HIP juga
menyingkirkan peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
(PENJELASAN) Hal ini adalah bentuk pengingkaran terhadap keberadaan
Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuhnya sebagai dasar negara sehingga bermakna
pula sebagai pembubaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berdasarkan pada lima sila dalam Pancasila tersebut. (PERALIHAN) Para
purnawirawan TNI/Polri adalah representasi generasi pejuang yang masih memegang
erat nasionalisme. MUI adalah representasi dari para ulama yang religius dan banyak
pengikutnya di masyarakat. Para ulama dulu juga berada di garda terdepan dalam
perjuangan mengusir penjajah. Kini, bila kaum nasionalis dan religius sudah bersuara
sama menolak RUU HIP, lalu apakah eksekutif dan legislatif akan tetap nekad?
(SANGGAHAN) Sejatinya hendak dibawa ke mana Pancasila dan NKRI ini, dengan
RUU HIP yang berpotensi melanggar Pancasila dan Tap MPRS No XXV/1966 itu?
(ANGGAPAN) Bila DPR RI dan pemerintah tetap keukeuh, jangan salahkan bila ada
yang berpandangan ada yang hendak mengaburkan fakta sejarah, terutama
pengkhianatan terhadap Pancasilan dan UUD 1945. (PERALIHAN) Cermati pula
“ultimatum” MUI bahwa (PENDIRIAN)jika maklumatnya diabaikan oleh pemerintah
maka segenap Pimpinan MUI Pusat dan Pimpinan MUI Provinsi se-Indonesia
mengimbau umat Islam Indonesia agar bangkit bersatu dengan segenap upaya
konstitusional untuk menjadi garda terdepan dalam menolak paham komunisme,
demi terjaga dan terkawalnya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
(KESIMPULAN PARAGRAF) Jika hal tersebut tak diindahkan, maka potensi
konflik vertikal dan konflik horisontal sudah membayang di depan mata. Bila sudah
demikian, siapa yang akan rugi? Tentu kita semua, segenap bangsa Indonesia.

PARAGRAF KESIMPULAN

(PERALIHAN) Alhasil, (PENGESAHAN TESIS) hentikan pembahasan RUU HIP


bahkan didrop dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2020-2024 bila tidak
mencantumkan Tap MPRS No XXV/1966 dalam konsiderannya. (RANGKUMAN
PENDIRIAN) Jangan habiskan energi bangsa ini untuk hal-hal yang kontraproduktif,
apalagi energi bangsa ini sudah terkuras untuk menghadapi pandemi Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai