Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA ABDOMEN

Disusun oleh:

MUKHAMMAD NAUFAL RIZALDI

P17221173020

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG

2021
1. DEFINISI TRAUMA ABDOMEN

Trauma abdomen adalah pukulan atau benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan pada isi rongga abdomen, terutama pada organ padat seperti
hati, prankeas, limpa, dan ginjal. Tekanan ini juga bisa menindas organ yang berongga seperti
lambung, usus halus, usus besar, pembuluh-pembuluh darah abdominal dan mengakibatkan
rupture abdomen (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000) dalam (Nadeak,
2019).

Trauma abdomen merupakan penyebab utama syok hemoragik pada pasien cedera berat
dan berhubungan dengan angka mortalitas (jumlah kematian pada suatu populasi) dan
morbiditas (jumlah kasus) yang tinggi. Dalam kasus trauma abdomen salah satu tugas
terpenting dari tim ruang gawat darurat adalah mengindentifikasi kebutuhan untuk intervensi
operasi secepat mungkin. Kematian dari trauma abdomen meningkat seiring dengan parahnya
syok hemoragik dan penundaan sebelum stabilisasi bedah (Lechler et al., 2014).

2. PATOFISOLOGI

2.1 ETIOLOGI
Trauma abdomen disebabkan oleh dua kekuatan yang merusak yaitu karena benda
tumpul dan trauma tembus. Menurut (Hudak & Gallo, 2001) dalam (Nadeak, 2019) trauma
atau kecelakaan yang sering terjadi disebabkan oleh trauma tumpul. Misalnya pada
kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika benda tumpul tersebut mengenai abdomen namun
tanpa adanya pendarahan atau luka yang Nampak di abdomen tersebut. Sedangkan trauma
akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan
yang besar didalam abdomen. Trauma abdomen juga disebabkan oleh luka tusuk namun luka
tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal abdomen.

a. Benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Trauma
abdomen karena benda tumpul biasanya disebabkan oleh kekerasan fisik atau
pukulan, jatuh, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi
atau sabuk pengaman. Penyebab tersering dalam kasus ini yaitu kecelakaan lalu
lintas dan sering dianggap remeh ketika abdomen terkena benturan namun tidak
terlihat luka di perut tersebut padahal hal tersebut bisa jadi terkena trauma
abdomen dan jika ada pendarah dalam abdomen yang tidak segera diketahui dan
ditindak lanjuti maka akan terjadi syok hemoragik yang berakibat kematian.
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tembus ini disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak. Dalam kasus
ini penderita akan segera ke rumah sakit karena trauma ini dapat dilihat langsung.
2.2 GEJALA DAN TANDA
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium) ditandai dengan:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Jika dicurigai adanya rupture kandung kemih maka akan terjadi nyeri hebat di
hypogastrium, tidak mampu berkemih, dan gross hematurai (Eckert, 2005).
3. jika hasil radiologi sudah keluar makan terlihat adanya pendarahan intra
abdominal
4. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
muntah, dan BAB hitam (melena).
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
b. Trauma Tembus/ Penetrasi
Trauma tembus dapat dilihat secara langsung tandanya seperti:
1. Terdapat luka robekan pada abdomen
2. Luka tusuk menembus abdomen
3. Pada kasus tertentu organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari abdomen
4. Penanganan harus dilakukan dengan tepat agar tidak memperbanyak darah
dan memperburuk keadaan.
Gejala dari trauma abdomen:
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
2. Cedera kandung kemih pada trauma tumpul
Pada trauma tumpul abdominal bagian bawah kemungkinan terjadi
cedera kandung kemih dan ditandai dengan hematuria, nyeri, dan
ketidakmampuan untuk berkemih (Eckert, 2005)
3. Gejala jika terjadi pendarahan limpa
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
2.3 PATHWAY

Trauma paksa (jatuh, benda Trauma benda tajam (Pisau,


tumpul, kompresi dll) peluru, dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Kerusakan Kerusakan organ Kerusakan Kompresi organ abdomen


Jaringan Kulit abdomen jaringan vaskuler

Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
hematoma) Hipovolemia Peningkatan TIA
Resiko
infeksi Distensi Abdomen

Nyeri akut
Mual/muntah

Kerusakan
integritas kulit ketidak
seimbangan nutrisi
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. FAST
Sonografi Perut Terfokus untuk Trauma (FAST)
Sebagian besar perdarahan intraperitoneal yang relevan dicatat dengan cara ini dan
penundaan sampai perawatan bedah dapat diminimalkan. Pada pasien hemodinamik
yang tidak stabil, FAST positif dipandang sebagai indikasi untuk laparotomi darurat.
jika FAST negatif, perdarahan ekstra-abdominal harus disingkirkan Laparotomi
darurat digunakan untuk hemostasis secepat mungkin organ perut yang terluka.
Dalam kasus perdarahan masif dengan ketidakstabilan peredaran darah dan lokasi
yang tidak jelas, penjepitan suprazoliak singkat pada aorta atau manuver Pringle
(penjepitan ligamentum hepatoduodenal) dapat memiliki efek menstabilkan dan
menawarkan kemungkinan kontrol perdarahan lokal (Lechler et al., 2014)
2. CT Scan
CT aksial memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk cedera
intraabdominal dan merupakan tes yang sangat baik untuk mengklarifikasi
keberadaan dan keparahan cedera, dan untuk membantu menentukan disposisi.
Diskusi lengkap tentang cedera dan penatalaksanaan organ spesifik berada di luar
cakupan artikel ini; namun, beberapa prinsip umum harus diingat saat meninjau
gambar aksial perut (Brenner & Hicks, 2018)
3. Pengukuran hitung darah lengkap (CBC) setiap 8 jam.
Perubahan status hemodinamik, perkembangan peritonitis, bukti kehilangan darah
yang sedang berlangsung, atau leukositosis diselidiki lebih lanjut dengan CT scan,
DPL, atau LAP. Jika tidak ada temuan ini, pasien dipulangkan setelah toleransi makan
(Biffl & Moore, 2010)
4. Pemeriksaan abdomen serial
Pemeriksaan perut serial (penilaian fisik berulang setiap 4 jam atau kurang) harus
dilakukan oleh penyedia yang sama untuk mendeteksi perubahan kecil dalam status.
Mekanisme cedera harus digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk
menentukan kegunaan pencitraan lebih lanjut (Brenner & Hicks, 2018)
5. Pemeriksaan urine rutin. Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital.
4. PENATALAKSANAAN

4.1 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


1. Kaji TTV
2. Memberikan gerojokan cairan isotonic RL,D5 dan cairan isotonic lainnya jika
terjadi pendarahan
3. Pembatasan aktivitas/ tirah baring
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesic dan antibiotic
5. Berkolaborasi dalam persiapan pemeriksaan penunjang lain, agar intervensi
medias lain dapat dilakukan

4.2 PENATALAKSANAAN MEDIS


a. Trauma tumpul
1. Pengambilan contoh darah dan urin
Lakukan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan contoh sampel darah
lengkap, potasium, glukosa, amylase. Sedangkan sampel urin digunakan untuk
mengetahui apakah ada cedera pada kantung kemih pasien
2. Abdominal paracentesis
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan
indikasi untuk laparotomy
3. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen
4. Pemeriksaan rongten
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum
atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi
segera.
5. Study kontras urologi dan gastrointestinal . Dilakukan pada cedera yang
meliputi daerah duodenum, kolon ascendensatau decendens dan dubur.
b. Trauma penetrasi
1. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi
yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
2. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
3. Dilakukan pemeriksaan secara lokal oleh ahli bedah
4. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo
atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru
atau adanya udara retro peritoneum
5. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
6. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
7. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada: Fraktur pelvis dan Trauma non – penetrasi

5. ASUHAN KEPERAAWATAN

5.1 PENGKAJIAN FOKUS


a. Airway
Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan
cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah
ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan
tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan
napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas
Periksa juga hb pasien untuk mengetahui pasien membutuhkan transfuse atau
tidak.
d. Disability
Bagaimana tingkat kesadaran pasien. Ppenurunan kesadaran dapat terjadi pada
kasus ini dikaena pendarahan hebat yang menyebabkan syok hemoragik.
e. Eksposure
Bagaimana keadaa tubuh pasien, apakah ada deformitas, contousio, abrasi,
penetrasi dan bagaian mana yang terdapat luka tersebut.

5.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan

2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka sobek

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya


pertahanan tubuh.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
5.3 RENCANA KEPERAWATAN

1. Hipovolemia NOC : Hydration NIC : Fluid Management


Definisi :beresiko mengalami
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dehidrasi vaskuler, seluler, atau 1. Monitor status
selama 2x24 defisit volume cairan teratasi
intraseluler. hidrasi
dengan kriteria hasil:
Faktor risiko : 2. Monitor vital sign
 Kehilangan volume cairan aktif No Indikator Awal Tujuan 3. Monitor intake
1 Tekanan
 Kurang pengetahuan output
darah,
 Penyimpangan yang 4. Monitor status
nadi, suhu
mempengaruhi absorpsi cairan nutrisi
tubuh 5
 Penyimpangan yang 5. Anjurkan keluarga
dalam
mempengaruhi akses cairan untuk memberikan masukan nutrien
batas
 Penyimpangan yang dan cairan
normal
mempengaruhi asupan cairan 6. Monitor berat
2 Tidak ada 5
badan
 Kehilangan berlebihan melalui tanda
7. Kolaborasi dengan
rute normal ( mis : diare ) tanda
tim medis dalam pemberian cairan
 Usia lanjut dehidrasi,
intravena
 Berat bdan ekstrem Elastisitas
8. Monitor status
 Faktor yang mempengaruhi turgor kulit
cairan, respon pasien terhadap cairan.
kebutuhan cairan ( mis : status baik,
hipermetabolik ) membran
 Kegagalan fungsi regulator Mukosa
 Kehilangan cairan melalui rute lembab,
abnormal : mis : slang menetap ) tidak ada
 Agens farmaseutikal rasa haus
( mis : diuretik) yang
berlebihan
3 Ferfusi
5
jaringan
4 Intake oral
dan
5
intravena
adekuat

Skala Indikator
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
2. Nyeri akut NOC : Pain Level NIC : Pain Management
Definition : pengalaman sensori
dan emosional yang tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 1. Mengkaji lokasi, karakteristik,
menyenangkan yang muncul 24 jam, klien menunjukkan perbaikan level durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,
akibat kerusakan jaringan yang nyeri dengan kriteria hasil : dan faktor pencetus nyeri secara
aktual atau potensial atau komfrehensif
digambarkan dalam hal No Indikator Awal Tujuan 2. Kontrol lingkungan yang dapat
kerusakan sedemikian rupa 1 Melaporkan mempengaruhi nyeri
( international Association for nyeri 5 3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas
study of pain ) : awitan yang berkurang dalam
2 Ekspresi
tiba-tiba atau lambat dari 4. Ajarkan prinsip dari manajemen
wajah saat 5
intensitas ringan hingga berat nyeri
nyeri
dengan akhir yang dapat 3 Gelisah 5 5. Monitor TTV
diantisipasi atau diprediksi dan 4 Mengerang / 6. Gunakan cara mengontrol nyeri
5
berlangsung < 6 bulan merintih sebelum nyeri menjadi berat
5 TTV 5
Batasan karakteristik : 7. Pastikan klien menerima pemberian
 Perubahan selera makan Indikator analgetik
 Perubahan tekanan darah 1. Gangguan ekstrem 8. Kolaborasi dengan tim medis dalam

 Perubahan frekuensi jantung 2. Berat pemberian obat golongan analgetik

 Perubahan frekuensi 3. Sedang


pernafasan 4. Ringan
 Laporan isyarat 5. Tidak ada gangguan

 Diaforesis
 Mengekspresikan perilaku
( mis : gelisah, merengek,
menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah )
 Masker wajah ( mis : mata
kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu
fokus, meringis )
 Sikap melindungi area nyeri
 Fokus menyempit ( miss :
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan )
 Indikasi nyeri yang dapat
diamati
 Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
 Melaporkan nyeri secara
verbal
 Fokus pada diri sendiri
 Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agens cedera ( mis : biologis,
zat kimia, fisik, psikologis )

3. Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue integrity : Skin & Mucous NIC : Incission Site Care
Definition : Membranes
Perubahan / gangguan epidermis 1. Kaji luka insisi ( kemerahan dan
dan / atau dermis Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemasangan selang drainase )
Batasan karakteristik : selama 2x24 jam, pasien menunjukkan 2. monitor luka insisi untuk
 Kerusakan lapisan kulit perbaikan integritas kulit dengan kriteria menemukan tanda dan gejala
 Gangguan permukaan kulit hasil : infeksi

 Invasi struktur tubuh 3. lakukan perawatan luka steril

Faktor yang berhubungan N Indikator Awal Tujuan 4. gunakan antiseptik sesuai indikasi

Eksternal o 5. anjurkan klien cara untuk


1 Perfusi meminimalisasi stress / tekanan
 zat kimia
jaringan 5 dari luka insisi
 usia yang ekstrem
normal 6. ajarkan klien / keluarga cara
 kelembapan 2 Tidak ada
5 merawat luka post operasi
 hipertermia tanda infeksi
 hipotermia 3 Tekstur 7. jelaskan kepada klien / keluaraga
 imobilisasi fisik jaringan 5 tanda dan gejala infeksi
Internal normal 8. kolaborasi dengan tim medis dalam
4 Proses pemberian terapi farmakologis
 perubahan status cairan
penyembuha 5
 perubahan turgor
n luka
 perubahan pigmentasi 5 Jaringan kulit
5
 penurunan imunologis kering

Indikator
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
REFERENSI

Biffl, W. L., & Moore, E. E. (2010). Management Guidelines for Penetrating Abdominal
Trauma. Current Opinion in Critical Care, 16(6), 609–617.
https://doi.org/10.1097/MCC.0b013e32833f52d2

Brenner, M., & Hicks, C. (2018). Major Abdominal Trauma: Critical Decisions and New
Frontiers in Management. Emergency Medicine Clinics of North America, 36(1), 149–
160. https://doi.org/10.1016/j.emc.2017.08.012

Eckert, K. L. (2005). Penetrating and Blunt Abdominal Trauma. Critical Care Nursing
Quarterly, 28(1), 41–59. https://doi.org/10.1097/00002727-200501000-00005

Lechler, P., Heeger, K., Bartsch, D., Debus, F., Ruchholtz, S., & Frink, M. (2014). Diagnosis
and Treatment of Abdominal Trauma. Unfallchirurg, 117(3), 249–261.
https://doi.org/10.1007/s00113-014-2556-9

Nadeak, B. (2019). Buku Materi Pembelajaran Manajemen Pelatihan dan Pengembangan.


UKI Press, 2019, 53(9), 217. file:///C:/Users/User/Downloads/fvm939e.pdf
KASUS

Seorang laki-laki usia 41 dilarikan tetanggannya ke RS akibat ditusuk oleh orang yang tidak
dikenal pada perut bagian kiri. Saat sampai di depan IRD, kesadaran pasien menurun akibat
pendarahan yang terus mengalir. Tampak sebuah pisau menancap di perut sebelah kiri
dibebat dengan baju kaos. Pasien masih bernafas spontan namun mngalami penurunan rata-
rata dalam semenit. Nadi lemah dan cepat, terdapat tanda-tanda penurunan perfusi perifer.

ASUHAN KEPERAWATAN
Di RUANG IRD

Tanggal pengkajian: 17 Februari 2021 Pukul: 08.50

Identitas Pasien
Nama : Tn.P
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat / No. Telp: Lawang, malang/ 081234*******
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam

1. Keluhan utama:
Pasien mengalami penurunan kesadaran
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien dilarikan ke IRD karena ditusuk oleh orang yang tidak dikenal pada bagian perut
kiri. tampak sebuah pisau menancap diperut bagian kiri dan dibebat dengan kaos. Pasien
mengalami penurunan kesadaran karena pendarahan yang terus mengalir.
3. Riwayat penyakit dahulu
⎕ Hipertensi
⎕ DM
⎕ CVA
⎕ IMA
⎕ Dll
4. Usaha pengobatan yang telah dilakukan (pre hospital):
Pada daerah tusukan dibebat oleh kaos yang bertujuana untuk menfiksasi pisau agar tidak
memperparah luka.
5. Alergi obat:
Tidak ada

6. Pengkajian ABCD dan data fokus


a) Airway (jalan nafas)
Jalan Nafas : tidak ada sumbatan pada jalan nafas
Obstruksi :-
Suara nafas : normal
Keluhan lain : tidak ada keluhan untuk jalan nafas
⎕ Sekret/muntahan ⎕ Darah ⎕ Gurgling ⎕ Snoring ⎕Stridor
⎕ Dll

b) Breathing (pernafasan)
Gerakan dada : simetris
Irama Nafas : Reguler
Sesak Nafas :-
RR : 18 x/ menit
Keluhan lain : nafas pasien spontan namun mengalami penurunan rata-rata dalam
semeniit
⎕ Cyanosis ⎕ Penetrating injury ⎕ Flail chest ⎕ Sucking chest wounds
⎕ Pergeseran trakea ⎕ Suara abnormal pada dada
⎕ Penggunaan otot bantu napas
⎕ Dll

c) Circulation (sirkulasi)
Nadi : Frenkuensi nadi 140 x/ menit, terasa lemah
Sianosis : tidak
CRT : >3 detik
TD : 70/50 mmHg
Membrane mukosa : Kering
Turgor kulit : menurun
Perdarahan : terdapat pendarahan yang terus mengalir yang berasal dari luka
tusukan di daerah perut kiri
Keluhan lain : terdapat tanda-tanda perfusi perifer
 Hipotensi  Takikardia ⎕ Takipnea ⎕ Hipotermia ⎕ Ekstremitas dingin
 Pucat  Penurunan capillary refill ⎕ Penurunan produksi urin
⎕ Dll

d) Disability (Tingkat Kesadaran)


Respon : Verbal
Kesadaran : Apatis
GCS : E: 3, V:4 , M: 5
Pupil : isokor
Keluhan lain : pasien mengalami penurunan kesadaran karena pendarahan yang
terus mengalir

e) Exposure
Deformitas :-
Contusio :-
Abrasi :-
Penetrasi : terdapat luka penetrasi pada perut bagian kiri
Laserasi : terdapat sobekan kulit pada daerah tusukan
Edema : sedikit edema pada daerah tusukan
Keluhan lain : -

f) Data fokus
Kepala
Bentuk : Bulat lonjong
Ukuran : Normal
Posisi : Simetris
Keadaan rambut/ warna : Hitam, distribusi baik, dan tidak rontok.
Kebersihan : Kulit kepala dan rambut bersih
Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Vena Jugularis : Normal
Kekakuan : Tidak ada kekakuan

Thoraks
Inspeksi thorax : Simetris.
Auskultasi : Bunyi napas normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Hiperesonan
Nyeri Dada :-
Produksi sputum : Tidak ada produksi sputum.
Irama Pernapasan : Reguler

Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus menurun
Perkusi : Timpani
Palpasi Tanda- tanda nyeri tekan : Nyeri tekan daerah abdomen kiri
Benjolan/ massa : Tidak ada benjolan

Pelvic:
Normal, tidak ada pergeseran pelvic

Ekstremitas atas dan bawah:


Tidak ada kelainan pada ekstermitas bawah dan atas

A. ASSESSMENT (MASALAH)
1. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan
B. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
1. Prioritas : P1 P2 P3 P4

2. Tindakan keperawatan

1. Kaji ttv
2. Memberikan gerojokan cairan IV isotonic RL
3. Memberikan oksigenasi sesuai instruksi dokter, nasal kanul 4 lpm
4. Menganjurkan pasien untuk tirah baring
5. Berkolaborasi dalam pemberian analgesic dan antibiotic
6. Berkolaborasi dalam perisapan pemeriksaan penunjang lain, CT-Scan, dll
3. Tindakan dan terapi medis
1. Menghentikan perdarahan dan mencari sumber perdarahan
2. Dilakukan pemeriksaan secara lokal oleh ahli bedah
3. Skrining pemeriksaan rontgen
4. Uretrografi untuk mengetahui adanya ruputur uretra
5. Jika hasil pemeriksaan darah sudah keluar dan jumlah hb kurang dari 10 g/dL
maka dilakukan transfuse darah
6. Mempersiapkan untuk operasi pengangkatan pisau
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan urin
3. IVP (Intra Venous Pyelography)

b) Radiologi
1. CT-Scan
2. Uretrografi
C. EVALUASI
a) Airway
Jalan nafas normal, tidak ada hambatan
b) Breathing
Pernafasan normal, nafas spontan dan tidak ada penurunan nafas
c) Circulation
- Setelah di lakukan lab, hb darah pasien kurang dari 10 g/dL maka dilakukan
transfuse darah
- Membran mukosa kembali normal
- Frekuensi nadi: 110 x/ menit
d) Disability
Kesadaran pasien membaik, pasien mulai sadar
e) Exposure
Tidak ada luka yang lain selain luka pada perut bagian kiri, dan tidak ditemukkanya
kerusakan pada organ dalam seperti ginjal dan pelvis

Lawang, 13 Maret 2021

(MUKHAMMAD NAUFAL RIZALDI)

Anda mungkin juga menyukai