A. DEFINISI (Yuni)
a. Pertumbuhan
b. Pekembangan
Pertumbuhan hanya mengacu pada menjadi lebih besar. Perkembangan makhluk hidup
adalah sebuah proses seperti perubahan bentuk. Sumber : Alvin Silverstein. 2008. Growth
and Development. USA: Twenty First Country Books. Page 6.
Secara khusus istilah pertumbuhan berbeda dengan perkembangan. Istilah pertumbuhan
mengacu pada perubahan yang bersifat kuantitas, sedangkan perkembangan lebih mengarah
kepada kualitas.Konsep pertumbuhan lebih mengarah ke fisik yang bersifat pasti seperti dari
kecil menjadi besar, dari pendek atau rendah menjadi tinggi dan lain-lain. Sifat dari
pertumbuhan tidak dapat kembali ke bentuk semula, contohnya dari pendek menjadi tinggi
tetapi tidak mungkin dari tinggi menjadi pendek lagi. Selain itu yang terpenting dari
pertumbuhan adalah terjadinya proses pematangan fisik yang ditandai dengan makin
kompleksnya sistem jaringan otot, sistem saraf maupun fungsi organ tubuh, kematangan
tersebut menyebabkan organ fisik merasa siap untuk dapat melakukan tugas-tugas dan
aktivitas sesuai dengan tahap perkembangan individu. Di saat inilah anak mulai mampu
berkembang dan melakukan aktivitas untuk mengembangkan seluruh potensi kognitif, dan
afeksi dengan baik.
Perkembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan kematangan dan kesiapan
fisik yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah
mempunyai suatu pengalaman. Dengan pengalaman ini, ia akan dapat melakukan suatu
aktivitas yang sama dalam waktu mendatang. Tolok ukur untuk melihat adanya
perkembangan seseorang individu ialah pada aspek kemampuan yang dimiliki sesuai dengan
tahap perkembangannya.Dengan membandingkan keadaan satu fase dengan fase berikutnya
maka apabila terjadi peningkatan pada fase sesudahnya dari pada fase sebelumnya, maka
individu telah mengalami fase perkembangan.
Sumber :
- Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia DIni Pengantar Dari Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Penada Muda Group. Page 266.
- Ki Fudyartanta. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Page 81.
d. Hubungan Pertumbuhan dan Perkembangan
Jadi, hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan yaitu semakin seseorang tumbuh
lebih besar dari sebelumnya baik dari segi anatomis dan fisiologis (perubahan biologis)
contohnya seperti bayi yang tumbuh menjadi anak-anak. Maka didampingi perkembangan
yang menjadikan individu tersebut lebih besar pula seperti dari aspek psikis dan motoriknya.
Namun, terkadang ada individu yang memiliki masalah atau kelainan yang membuat
pertumbuhan dan perkembangan terhenti.
Sumber : Mc. Leod. S.A. 2012. “Piaget’s Cognitive Theory in Simple. Psychology. London:
Lexington books. Page 112.
Menurut Hurlock dalam bukunya yang berjudul Child Development, perkembangan anak
dibagi menjadi 5 periode, yaitu :
1. periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir. Pada periode ini
terjadi perkembangan fisiologis yang sangat cepat yaitu pertumbuhan seluruh tubuh
secara utuh.
2. Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini terhitung mulai 0 sampai
dengan 14 hari. Pada periode ini bayi mengadakan adaptasi terhadap lingkungan yang
sama sekali baru untuk bayi tersebut yaitu lingkungan di luar rahim ibu.
3. Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada masa ini bayi
belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi tersebut mempunyai keinginan
untuk mandiri.
4. Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan akhir masa
kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak berusia 2 sampai 6 tahun,
masa ini disebut juga masa pra sekolah yaitu masa anak menyesuaikan diri secara
sosial. Akhir masa kanak-kanak adalah anak usia 6 sampai 13 tahun, biasa disebut
sebagai usia sekolah.
5. Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa ini termasuk periode
yang tumpang tindih karena merupakan 2 tahun masa kanak-kanak akhir dan 2 tahun
masa awal remaja. Secara fisik tubuh anak pada periode ini berubah menjadi tubuh
orang dewasa.
Sumber : Hurlock, E.B., Child Development, Mc Graw Hill Book Company, NY, USA,
1993, hal. 37
General
Neural
Kurva neural menggambarkan pertumbuhan otak, sistem saraf dan struktur terkait,
seperti mata wajah bagian atas dan bagian tengkorak. Jaringan ini mengalami percepatan
pertumbuhan di awal kehidupan mencapai 95 pada unia 7 tahun. Jaringan syaraf
menunjukkan kenaikan yang stabil setelah unia 7 tahun. dengn sedikit pertambahan
pertumbuhan selama masa remaja, dan mencapai 100 usia 20 tahun
Genital
Lymphoid
Sumber : Badrinatheswar GV. Periodontics Practice and Management. Ed. 2010 page. 58
Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang
mengemukakan bahwaperkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial dan
mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap yaitu : tahap
percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun),
tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder (6- 12 tahun),
tahap identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm 117).
Dalam teori perkembangan psikososial anak usia 3-5 tahun termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari pengalaman
baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya untuk mengekplorasikan
keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan
dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri
anak (Wong, 2008, hlm 118).
Sumber : Donna L. Wong (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Vol.1. EGC.
Jakarta halaman 118-120.
1. Teori Genetik
Teori ini menunjukkan dominasi pertumbuhan pengaruh genetik. Menurut teori ini,
pertumbuhan ditentukan secara genetik.
Didalilkan oleh sicher, teori ini menyatakan bahwa sutura bertanggung jawab atas
pertumbuhan kubah tengkorak. Ini menekankan peran jaringan tulang rawan, tulang dan
periosteal dalam pertumbuhan. Ini menyatakan bahwa sutura mengkalsifikasi dan memaksa
tulang terpisah sehingga menyebabkan gaya atau tindakan ekspansil. Menurut Sicher, sutura
paralel berpasangan yang menempel pada kompleks nasomaxillary, tumbuh ke depan untuk
mempercepat pertumbuhannya dengan mandibula. Teori ini memberikan lebih banyak
aktiverol untuk sutura, oleh karena itu disebut teori dominasi sutural. Namun, hal itu
diabaikan karena berbagai studi eksperimental dimana pertumbuhan terus berlanjut bahkan
tanpa sutura.
3. Hipotesis Scott
Teori ini menekankan peran faktor pertumbuhan intrinsik yang dikutip dalam tulang
rawan dan periosteum adalah yang utama sedangkan sutura hanya bersifat sekunder dan
bergantung pada pengaruh ekstrasutural. Dia menyatakan bahwa tulang rawan adalah pusat
pertumbuhan utama. Menurutnya, pertumbuhan merupakan respon dari proliferasi
synchondrosis dan faktor lingkungan setempat. Ada bukti eksperimental untuk mendukung
hipotesis Scott. Yang menyatakan pertumbuhan sutural adalah pertumbuhan synchondrosis
sekunder yang terjadi pada waktu yang bersamaan.
a. Reseksi atraumatik septum nasal menyebabkan gangguan yang signifikan pada bagian
tengah wajah atau pertumbuhan rahang atas.
b. Pertumbuhan tidak terjadi pada kasus celah langit-langit di mana tidak ada sutura.
4. Prinsip Berbentuk “V” Enlow dan Bang atau Teori Relokasi Area
Teori ini didasarkan pada teori komponen tengkorak fungsional Van der Klaauw.
Menurut teori ini, ada sembilan komponen tengkorak fungsional yang berbeda dalam
kerangka kraniofasial, masing-masing menjalankan fungsi tertentu. Dia menyatakan bahwa
setiap komponen tengkorak fungsional terdiri dari unit kerangka dan matriks fungsional dan
pada gilirannya unit kerangka terdiri dari unit mikro-dan makro-skeletal sementara matriks
fungsional terdiri dari matriks periosteal dan kapsuler.
Moss mengklaim bahwa peran biomekanik adalah melindungi dan atau mendukung
matriks fungsional spesifiknya. Misal mandibula adalah unit makroskeletal dengan proses
koronoid, kondilus, sudut rahang bawah, dan alveolus menjadi unit makroskeletal. Matriks
periosteal seperti otot dan gigi bekerja langsung pada unit kerangka mikro dalam
menghasilkan pertumbuhan aktif; yang mengubah bentuk unit kerangka masing-masing.
Matriks kapsuler bekerja pada unit makroskeletal (mandibula) dan menghasilkan translokasi
atau pertumbuhan pasif.
Sumber : Badrinatheswar GV. 2010. Pedodontic Practice and Management. New Delhi :
Jaypee Brother Med. Publishers. Pg. 58-59.
Faktor genetik berperan dalam ukuran bayi saat lahir adalah 18% terhadap genom janin, 20%
terhadap genom ibu, 32% dengan faktor lingkungan ibu dan 30% ke faktor yang tidak
diketahui. Setelah lahir, tingkat pertumbuhan terkait dengan susunan genetiknya sendiri. Oleh
karena itu, neonates dengan usia kehamilan yang kecil, akan tetapi memiliki kapasitas
genetic, dapat mengejar ke kisaran normal yang pada umumnya ditandai dengan proses
pertumbuhan cepat dalam 6 bulan pertama kehidupan pasca kelahiran. Ukuran saat lahir
berkorelasi baik dengan ukuran ibu.
2. Faktor ibu
Peran kondisi rahim: Janin akan terus bertambah besar dan mengisi seluruh rongga
rahim saat tumbuh. Oleh karenanya, adanya kendala pada rahim dapat membatasi
pertumbuhan janin.
Peran plasenta: Plasenta tumbuh dengan meningkatkan sel hingga usia kehamilan 35
minggu. Pada usia kehamilan 38-40 minggu, plasenta mencapai pertumbuhan penuh
dan kemudian menunjukkan tanda-tanda regresi.
Faktor sosial ekonomi: semakin rendah status sosial ekonomi maka akan semakin
kecil ukuran anak.
Kesehatan ibu: Rubella, ketidakcocokan Rh atau kesehatan sakit lainnya yang
mempengaruhi ibu akan secara langsung mempengaruhi perkembangan janin.
Tobacco : merokok dapat menganggu detak jantung janin dan mengubah kandungan
kimia darah janin.
Emosi: Aktivitas janin dan detak jantung meningkat akibat stres ringan ibu. Stres ibu
yang parah dan berkepanjangan mempengaruhi pasca kelahiran serta perkembangan
prenatal.
Nutrisi: Janin mampu memperoleh nutrisi yang memadai untuk pertumbuhan prenatal,
bahkan dengan menguras ibu. Oleh karena itu, kekurangan gizi yang parah pada ibu
untuk memiliki efeknya pada anak.
Alkohol : Jika sering digunakan maka berat kemungkinan akan merusak
perkembangan fisik dan mental anak.
Faktor endokrin: Gangguan endokrin pada ibu akan secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin. Contohnya, diabetes ibu menyebabkan pertumbuhan janin yang
berlebihan dan dengan demikian bayi yang kelebihan berat badan.
Faktor lainnya : Toxemia, hipertensi, penyakit ginjal dan jantung, penggunaan agen
eksogen seperti etanol, nikotin, hydantoin, warfarin dll.
3. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan pasca kelahiran dan perkembangan anak tergantung pada faktor genetik
dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
adalah faktor sosial ekonomi, merokok, emosi, nutrisi, faktor endokrin dan kesehatan umum.
Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6 cm atau 2,5 inch
pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini, menandakan
pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi sudah sempurna pada usia 7
tahun (Behrman, Kliegman, & Alvin, 2000). Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki
berat badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata
kenaikan berat badan anak usia sekolah 6-12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg pertahun.
Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan oleh factor genetic dan
lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan memiliki
tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm. setelah usia 12 tahun, tinggi badan
kurang lebih 150 cm (Kozier, Erb, Behrman, & Synder, 2011).
Habitus tubuh, (endomorfi, mesomorfi, dan ektomorfi) cenderung secara relative tetap
stabil selama masa anak pertengahan. Pertumbuhan wajah bagian tengah dan bawah terjadi
secara bertahap. Kehilangan gigi desidui (bayi) merupakan tanda maturasi yang lebih
dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-gigi molar pertama. Penggantian
dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering
timbul tonsil adenoid yang mengesankan membutuhkan penanganan pembedahan (Behrman,
Kliegman, & Arvin, 2000; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz,
2009; Kozier, Erb, Berhman, & Snyder, 2011).
Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-menerus.
Kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti menari, melempar bola,
dan bermain anak music. Kemampuan perintah motorik yang lebih tinggi adalah hasil dari
kedewasaan maupun latihan; derajat penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas
dalam bakat, minat dan kesempatan bawaan sejak lahir. Organ-organ seksual secara fisik
belum matang, namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap
aktif pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pada pubertas (Behrman,
Kliegman, & Arvin, 2000).
Sumber : Sarayati, Safirah. 2016. Analisis faktor perilaku. Universitas Airlangga. Hal : 14-15
2. Sosial (Isan)
Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai krisis
antara keaktifan dan inferioritas. Perkembangan kesehatan membutuhkan peningkatan
pemisahan dari orangtua dan kemampuan menemukan penerimaan dalam kelompok yang
sepadan serta merundingkan tantangan- tantangan yang berada diluar (Behrman, Kliegman,
& Arvin, 2000).
Anak akan belajar untuk bekerjasama dengan bersaing dengan anak lainnya melalui
kegiatan yang dilakukan, baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan yang dilakukan bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak di fase ini,
terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan keluarga terdekat. Perubahan fisik, emosi, dan
sosial pada anak yang terjadi mempengaruhi gambaran anak terhadap tubuhnya (body
image). Interaksi sosial lebih luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari
teman atau lingkungannya mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu anak
semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak dengan dilandasi
adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang mempunyai tujuan. Kemampuan anak untuk
berinteraksi sosial lebih luas dengan teman dilingkungannya dapat memfasilitasi
perkembangan perasaan sukses (sense of industry).
Perasaan tidak adekuat dan rasa inferiority atau rendah diri akan berkembang apabila
anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya.
Harga diri yang kurang pada fase ini akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan
dewasa. Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa terhadap
prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam
melakukan sesuatu.
b. Identitas versus kerancuan peran (12-18 tahun)
Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai anak yang sedang
berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Mereka menunjukkan perannya
dengan bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan kelompoknya, bergaul dengan
mengadopsi nilai kelompok dan lingkungannya, untuk dapat mengambil keputusannya
sendiri. Kejelasan identitas diperoleh apabila ada kepuasan yang diperoleh dari orangtua atau
lingkungan tempat ia berada, yang membantunya melalui proses pencarian identitas diri
sebagai anak remaja, sedangkan ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan
menimbulkan kerancuan peran yang harus dijalankannya (Supartini, 2004).
Menurut Erikson, tugas utama anak usia sekolah adalah pada fase industry versus
inferiority. Pada masa ini, anak-anak mulai membentuk dan mengembangkan rasa
kompetensi dan ketekuanan. Anak usia sekolah termotivasi oleh berbagai kegiatan yang
membuatnya merasa berguna. Mereka berfokus pada upaya menguasai berbagai keterampilan
yang akan membuat mereka berfungsi di dunia dewasa. Meskipun berjuang keras untuk
sukses, anak pada usia ini selalu dihadapkan pada kemugkinan gagal yang dapat
menimbulkan perasaan inferior. Anak-anak yang dapat mencapai sukses pada tahap
sebelumnya akan termotivasi untuk tekun dan bekerjasama dengan anak-anak yang lain untuk
mencapai tujuan umum (Erikson, E. H., 1963; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Sumber : Sarayati, Safirah. 2016. Analisis faktor perilaku. Universitas Airlangga. Hal : 24-26
3. Sensorik (Fajrul)
Kemampuan sensorik adalah kemampuan seorang anak dalam menggunakan indera yang
ada pada tubuhnya. Selanjutnya, mereka memakai data masukan dari indera tersebut sebagai
sarana untuk melakukan penafsiran terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
a. Taste, yaitu stimulasi yang berhubungan dengan rangsangan pada indera pengecap
dengan memperkenalkan rasa
b. Taktil yaitu stimulasi yang berhubungan dengan indera peraba, yang dapat dilakukan
melalui sentuhan dan tekanan
c. Pendengaran, yaitu stimulasi auditori yang berhubungan dengan rangsangan pada
indera pendengaran
d. Penglihatan, yaitu stimulasi visual yang berhubungan dengan rangsangan pada indera
penglihatan
e. Penciuman, yaitu stimulasi olfaktori brhubungan dengan rangsangan pada penciuman
dengan memberikan aroma wewangian
f. Proprioception, yaitu stimulasi propioseptif yang berhubungan dengan rangsangan
pada persendian tubuh dengan menggerak-gerakkan otot secara perlahan
g. Vestibular, yaitu stimulasi vestibular yang berhubungan dengan rangsangan pada
keseimbangan tubuh. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan memberi rangsangan
dengan melakukan ayunan lembut.
Sumber : Rosiyanah. 2020. Pengembangan stimulasi sensori anak berbasis aktivitas bermain
tujuh indera. Universitas Negeri Jakarta.
4. Motorik (Ghina)
a. Motorik Kasar
• Saat sistem saraf pusat matang, refleks ini terhambat yang pada gilirannya
memungkinkan bayi melakukan gerakan yang disengaja. Misalnya, refleks Moro
mengganggu kendali kepala dan keseimbangan duduk. Saat refleks ini berkurang dan
menghilang pada usia 6 bulan, bayi mendapatkan stabilitas progresif dalam posisi
duduk
• Pusat kortikal yang lebih tinggi memediasi perkembangan respons ekuilibrium dan
memungkinkan bayi dapat berdiri pada usia 9 bulan dan mulai berjalan pada 12 bulan.
Respons keseimbangan tambahan berkembang selama tahun kedua setelah lahir untuk
memungkinkan gerakan yang lebih kompleks, seperti bergerak mundur, berlari, dan
melompat.
• Pada usia 18 bulan, seorang anak dapat melakukan gerakan terkoordinasi dengan baik
yang mencakup perubahan arah dan kecepatan yang cepat. Penggunaan kedua lengan
dan tungkai secara bersamaan terjadi setelah penggunaan masing-masing tungkai
berhasil secara independen
• Pada usia 2 tahun, seorang anak dapat menendang bola, melompat dengan dua kaki,
dan melempar bola besar secara overhand
b. Motorik Halus
• Bayi belajar memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, pertama
menggunakan mulut sebagai tahap peralihan (5 bulan) dan kemudian langsung dari
tangan ke tangan (6 bulan). Antara usia 6 bulan dan 12 bulan, kemampuan
genggaman meningkat memungkinkan penahanan objek dari berbagai bentuk dan
ukuran. Ibu jari menjadi lebih terlibat untuk menggenggam objek, menggunakan
keempat jari di dekat ibu jari pada 8 bulan , dan akhirnya menjadi hanya dua jari dan
ibu jari pada 9 bulan. Pada usia 10 bulan, bayi dapat melepaskan kubus ke dalam
wadah atau menjatuhkan barang ke lantai
• Pada usia 36 bulan, mereka dapat menggambar lingkaran, memakai sepatu, dan
menyusun 10 balok. Mereka membuat potongan dengan gunting dengan bergantian
antara ekstensi dan fleksi jari penuh. Genggaman dan keterampilan manipulasi tangan
memungkinkan mereka merangkai manik-manik kecil dan membuka kancing pakaian
dan mencuci tangan secara mandiri
• Pada usia 5 tahun, anak sudah bisa berpakaian dan membuka pakaian sendiri,
menyikat gigi dengan baik.
Sumber : Marwah N. Pediatric Dentistry. Ed-3. New Delhi; Jaypee Brothers Medical
Publisher, 2014. Hal 91-95.
5. Mental (Nana)
Penelitian telah menunjukkan bahwa tiga emosi berbeda hadir sejak lahir: kemarahan,
kesenangan dan ketakutan. Semua bayi mendemonstrasikan ekspresi wajah universal yang
mengungkapkan emosi, meskipun mereka tidak menggunakan ekspresi ini sebelum usia 3
bulan.
Pada usia 15 bulan, seorang anak menunjukkan empati dengan terlihat sedih ketika
dia melihat orang lain menangis. Dia juga menampakkan emosi sadar diri (malu, bangga) saat
dia mengevaluasi perilakunya sendiri dalam konteks lingkungan sosial. Setelah melakukan
perlakuan lucu atas permintaan, dia tiba-tiba tampak malu dan menolak untuk tampil ketika
dia menyadari bahwa orang lain menonton.
Pada usia 2 tahun, ia mulai menutupi emosi untuk etika sosial. Selama tahun-tahun
prasekolah, anak-anak belajar lebih banyak strategi perilaku untuk mengelola emosi mereka,
tergantung pada situasi tertentu. Mereka mulai mengerti bahwa emosi mereka yang
diekspresikan — baik wajah, vokal, atau ekspresi perilaku — tidak perlu begitu cocok
dengan pengalaman emosional subjektif mereka.
Sumber : Marwah N. Pediatric Dentistry. Ed-3. New Delhi; Jaypee Brothers Medical
Publisher, 2014. Hal 97