Disusun oleh :
1. Erlinawati
2. Haslinda
3. Sy. Kasmarazmuaty
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas kelompok
mata kuliah Psikologi Kebidanan dengan judul “ Wanita sebagai Ibu”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita hantarkan untuk junjungan Nabi kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Kami menyampaikan
rasa terimakasih kepada dosen mata kuliah Psikologi Kebidanan ibu Evi Zahara, SST, M. keb.
Penulis berharap agar makalah ini berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak lagi
kekurangan dalam laporan ini, Oleh kasrena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini untuk lebih baik lagi. Demikian
dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf .
Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
A. Keluarga dan wanita sebagai Ibu..........................................................................................3
B. Keibuan dan Sifat-sifat Ibu.................................................................................................10
C. Relasi Ibu dan Anak............................................................................................................17
BAB III.........................................................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................................................21
A. Kesimpulan.........................................................................................................................21
B. Saran...................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan lembaga paling utama dan paling pertama bertanggung jawab ditengah
masyarakat dalam menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia
karna ditengah keluargalah anak manusia dilahirkan serta mendidik hingga menjadi
dewasa.
Keibuan itu bersangkutan dengan relasi ibu dengan anaknya, sebagai kesatuan
fisiologis, psikis dan sosial. Relasi tersebut dimulai sejak si janin ada dalam kandungan
ibunya, dan dilanjutkan dengan proses proses fisiologis berupa masa hamil, kelahiran,
periode menyusui dan memelihara seorang anak. Semua fungsi fisiologis tersebut
senantiasa dibarebgi sengan komponen komponen fisiologis ,yang pada setiap spesies
menjadi typis khas dan sama sifatnya. Namun secara individual menujukkan adanya
perbedaan, karena sifat – sifat kepribadian setiap individu wanita perbedaan, karena sifat-
reproduksi itu dimulai dengan kehamilan dan kelahiran bayi, sampai pada mengasuh
anak. Salah satu kesulitan pokok dalam pelaksanaan tugas ialah berkonfliknya
kepentingan spesies (demi melenggangkan spesies manusia). Maka tugas paling berat
bagi ibu muda tersebut ialah menciptakan unitas atau kesatuan yang harmonis di antara
1
diri sendiri dengan anaknya. Dengan kata lain, ibu tersebut harus mampu
“memanunggalkan diri” atau mengidentifikasikan diri secara selaras dengan bayi dengan
anaknya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang psikologi wanita
sebagai ibu
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan psikologi tentang wanita sebagai ibu dan relasi ibu
anak
Dapat memberikan gambaran psikologi tentang wanita sebagai ibu dan relasi ibu
anak
terkait gambaran gambaran psikologi tentang wanita sebagai ibu dan relasi ibu anak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
manusia sebab keluarga menyajikan lingkungan sosial yang total dan lengkap selama
tahun pertama, yang perlu sebagai alas dasar bagi pembentukan kepribadian. Selanjutnya
terkecil juga memberikan bimbingan dan latihan bagi bakal warga negara sejak
kehidupan anak yang masih dini. Oleh karena itu rumah tangga dan keluarga merupakan
lingkungan keluarga. Dan sejak masa bayi, anak sudah menghirup udara kasih sayang
dan kesetiaaan terhadap ideologi keluarga. Ideologi ini diisi dengan kebiasaan, tradisi,
anggota menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu keluarga merupakan sarana paling
penting untuk menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi yang
Keluarga merupakan pokok sosial yang paling intim, yang diikat oleh ikatan seks,
cinta, kesetiaan dan pernikahan. Di mana wanita berfungsi sebagai istri dan pria sebagai
suami. Dilihat dari segi naluri, dorongan paling kuat bagi wanita untuk menikah ialah
3
cinta dan mendapatkan cinta dari orang yang dicintainya, walaupun hal ini menuntut
banyak penderitaan lahir dan batin pada diri wanita tersebut. Penderitaan oleh status
perkawinan ini oleh banyak sosiologi disebut sebagai ”sindrom ibu-ibu rumah tangga”.
Wanita sebagai ibu adalah wanita yang paling menonjol pada sifatnya sebagai
yang mulia, dihormati, membimbing, mengasuh, atau dapat dikatakan sebagai guru,
penuntun yang penuh kasih dan merawat walaupun semata-mata tidak dibatasi oleh
hubungan biologis.
a. Finansial
sokongan finansial yang lebih baik, keluarga dapat menikmati kualitas hidup yang
gizi yang cukup,.pendidikan yang baik, dan tempat tinggal serta pakaian yang
layak. Selain itu, keluarga juga mampu memenuhi kebutuhan pelengkap seperti
Wanita cenderung memiliki wawasan yang luas, pola pikir yang terbuka,
dan sikap yang dinamis . hal ini dapat menunjang relasi yang sehat dan positif
daengan suami. Sebagai istri , seorang wanita bekerja juga dijadikan partner
bertukar pikiran untuk saling membagi harapan dan pandangan. Dengan demikian,
suami tidak merasa sendirian dalam memikul tanggung jawab sebagai kepala
keluarga.
4
Masih terkait dengan kecenderungan wanita bekerja yang berwawasan luas,
hal ini nantinya juga akan menjadi keuntungan ibu dalam membimbing
perkembangan sangg anak. Memasuki usia sekolah , tentu anak akan memiliki
banyak pertanyaan yang menuntut wawasan luas ibu agar dapat memberi jawaban
memuaskan. Sedangkan ketika menginjak usia remaja dan dewasa, anak akan
lebih bisa menerima ibu yang memiliki pola pikir terbuka dan dinamis sehingga
d. Kebutuhan sosial
Para ibu juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhan untuk menjalin
relasi sosial dengan orang lain. Dalam dunia bekerja, ibu akan memiliki banyak
kesempatan untuk bertemu dengan rekan dan relasi sehingga akan banyak pula
kesempatan untuk membina hubungan sosial. Ibu bisa saling berbagi perasaan,
produktif dan kreatif. Dengan bekerja, wanita berusaha menemukan arti dan
kompetensi yang iya miliki untuk bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan
5
Dalam biduk rumah tangga, dibutuhkan kerja sama yang baik antara suami
dan istri.ibaratnya, suami dan istri seperti kaki kanan dan kiri yang bekerja sama
untuk menjadi ibu bekerja seperti yang telah dibahas, menjadi ibu bekerja jelas
dapt meningkatkan kualitas hidup keluarga. Oleh karena itu, sebagai bentuk
penghargaan terhadap usaha istri, sudah sepantasnya suami ikut membantu istri
mengenai hal-hal yang dapat ia lakukan untuk membantu anda. Mulai dari hal-hal
sarapan atau makan malam, membawa si kecil cek kesehatan kedokter, dan
memiliki penilaian bahwa suami tidak akan mampu mengurus hal-hal rumah
tangga. Memang sulit untuk menghapus nilai yang sudah tertanam bahwa
”perempuan yang paling tahu urusan dapur ”. Apalagi jika menyangkut urusan si
kecil. Tanpa sadar ibu terkadand menilai ayah tidak seterampil dirinya dalan
memahami dan memenuhi kebutuhan bayi. Sebenarnay, ada banyak hal yang bisa
ibu ajarkan kepada ayah sehingga ibu bisa tenang mendelegasikan tugas-tugasnya.
c. Realisti-cari bantuan
Menjadi supermom sekali lagi bukan berarti menjadi seorang ibu dengan
kekuatan super, ytang mampu mengerjakan semua hal sendiri. Ibu bekerja harus
6
realistis dan tidak bermimpi menjadi wanita super karena pasti akan ada saat –saat
dimana ibu membutuhkan bantuan pihak lain. Misalkan saja ketika anak
memasuki usia sekolah. Mungkin ibu (dan ayah) akasn kesulitan mengantar
sikecil kesekolah setiap pagi karena pada saat bersamaan juga harus berangkat
kekantor yang tidak searah dengan sekolah anak. Pada saat seperti ini, wajib
hukumnya untuk meminta pihak lain. Munkin si mbok dirumah, atau jasa
angkutan antar-jemput khusus dari sekolah. Untuk hal-hal lain, ibu juga harus jeli
dari keluarga terdekat, atau tetangga yang sudah dikenal baik. Ini berarti ibu
bekerja juga harus pintar-pintar menjalin hubungan baik dengan keluarga dekat
sendiri. Bila terjadi sesuatu, jangan sesali keputusan yang telah dibuat.Itu hanya
akan membuat ibu bekerja terperosok dalam kondisi emosi yang negatif. Pikirkan
Walaupun menjadi ibu bekerja terkadang merepotkan, tapi tentu ada banyak
keuntungan lain yang bisa dinikmati keluarga. Oleh karena itu, tidak ada gunanya
Ini dia yang sering terlupakan oleh banyak ibu bekerja. Saking sibuknya
membelah diri menjadi ibu rumah tangga dan wanita karier, seringkali para ibu
7
bekerja mengesampingkan jauh-jauh beberapa hal yang sebenarnya penting bagi
bersenang-senang. Dalam hal ini, seorang ibu bekerja tidak boleh lupa melakukan
refreshing untuk diri sendiri. Luangkan waktu melakukan hal-hal yang bisa
aksi egois, malah justru prilaku yang dilakukan demi kemaslahatan orang banyak.
Meski sibuk bekerja dan mengurusi anak, jangan sampai suami terlupakan
merupakan salah satu faktor penting yang mendorong suami – suami untuk
bercerai dari isteri. Jangan sampai suami berpikiran bahwa ia hanya duduk di
urutan kesekian, setelah urusan karier dan anak. Suami. Anda adalah partner.
Partner anda juga butuh perhatian . Ada beberapa aktivitas yang bisa anda lakukan
dengan suami, misalnya nonton teve/bioskop, makan siang atau makan malam
berdua . anda juga bisa saling menelpon atau mengirim SMS saat bekerja.
a. Anticipatory Stage adalah seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan mulai
b. Honeymoon stage adalah ibu mulai memahami peran dasar yang dijalaninya, pada
8
c. Plateu stage adalah ibu akan mencoba apakah mampu berperan sebagai, tahap ini
d. Disengagement adalah tahap penyelesain yang mana latihan peran sudah berakhir
a. Aktivitas taking on (mimicry) adalah meniru sikap orang lain yang menjadi model
baginya (misal wanita yang sedang hamil) dan belajar dari berbagai sumber tentang
dengan peran diri sebelumnya melepas peran yang tidak mungkin lagi dilakukan.
a. Ibu berusaha untuk menjadi orang tua yang terbaik bagi anaknya, agar anaknya bisa
b. Ibu akan berusaha menghilangkan sifat-sifat atau perilaku dalam dirinya yang buruk
agar anaknya bisa memandang sesosok ibunya itu sebagai orang tua yang paling
sempurna
c. Seorang ibu berusaha untuk memberikan semua kasih sayangnya kepada anaknya
agar anak tersebut tidak merasa bahwa dirinya itu tidak diharapkan
9
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Psikologi
b. Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika
wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu. Mereka mulai
berfikir seakan-akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu
c. Fungsi keibuan
j. Sifat keibuan
Merupakan sifat yang lazim dimiliki wanita, sifat tersebut mendorong seorang
wanita untuk bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang dan ketulusan, tetapi dari
kesemuanya itu tidak menutup kemungkinan seorang wanita atau ibu tidak memiliki sifat
keibuan.
Keibuan itu bersangkutan dengan relasi ibu dengan anaknya, sebagai kesatuan
fisiologis, psikis dan sosial. Relasi tersebut dimulai sejak si janin ada dalam kandungan
ibunya, dan dilanjutkan dengan proses proses fisiologis berupa masa hamil, kelahiran,
periode menyusui dan memelihara si upik atau sibuyung. Semua fungsi fisiologis tersebut
10
senantiasa dibarebgi sengan komponen komponen fisiologis ,yang pada setiap spesies
menjadi ciri khas dan sama sifatnya. Namun secara individual menujukkan adanya
perbedaan, karena sifat – sifat kepribadian setiap individu wanita perbedaan, karena sifat-
kewajiban serta reaksi-reaksi emosional yang khas, baik yang bersifat positif (umpama
kebahagian), maupun yang bersifat negatif, misalnya kecemasan dan ketakutan tertentu.
Sifat-sifat keibuan itu secara garis besar bisa digolongkan dalam dua ide, yaitu:
2. Gejala emosional pada wanita tersebut, yang bersumber pada ketidak berdayaan bayi
dan anak, sebab bayi atau anak selalu bergantung dan membutuhkan pertolongan
Sifat-sifat keibuan yang unggul itu dimiliki oleh para wanita yang feminin
sifatnya, yang memiliki keseimbangan antara tendansi-tendansi narsisme yang sehat dan
tersebut bersedia berkorban diri dan mencintai anak keturunannya. Keinhinan yang
narsistis dari wanita untuk dicintai oleh kekasih atu suaminya itu kini mengalami proses
untuk mencintai anaknya. Dalam hal ini keinginan narsistis itu berubah menjadi wujud
Cinta kasih ibu ini sering dibarengi oleh perasaan dedikasi (kebaktian,
11
Pada tipe wanita yang barsifat sangat narsistis, intensitas kasih-sayangnya
terhadap anak-anaknya emnjadi semakin berkurang dengan semakin besar serta makin
dewasanya anak-anaknya, dan tidak banyak memerlukan lagi pertolongan serta rawatan
ibunya.
bentuk kesediaan untuk berkorban diri demi kebahagiaan anaknya, tanpa meminta balas-
jasa bagi segala jerih payahnay. Oleh kasih-sayangnnya yang tiada terbatas besarnay
kalau saja semua pengorbanan dan kesenduannya itu bisa menumbuhkan (menyebabkan
Dengan segala upaya ibu itu akan berusaha untuk melindungi anaknya dari segala
macam mara bahaya yang bersifat lahiriah maupun batiniah, memberi makan yang
cukup. Juga memberikan arena bermain yang teduh dan aman guna bereksplorasi bagi
anaknya, agar anaknya bisa mengembangkan diri. Semua kegiatan dalam bentu
itu diudkung kuat oleh dorongan-dorongan instiktif dan fylogenetis (perkembangan dari
keibuan yang semula bersifat istinktif alami atau kodrati, dalam perkembangannya
pengalaman yang individual ataupun unifersal. Sehingga cinta-kasih keibuan tadi lambat
laun sifatnya lebih sosio-kultural. Intrinsik keibuan itu mempunyai sumber-sumber utama
pada komponen khemis bilogis yang tumbuh secara alami, berbareng dengan eksistensi
12
janin yang dikandungnya. Bahkan dorongan instinktif ini sering juga sudah timbul sejak
masa gadis. Instuink-instink alamiah ini tidak nampak jelas dalam masyarkat manusi
yang berbudaya, dan sering terpendam dibaewah pacade kepribadian individual, serta
Ciri utama insting wanita ini ialah kelembutan (twenderness). Semua bentuk agresi dan
sensualitas seksual yang cukup sehat, di kemudian hari akan di tranformasikan dalam
bentuk kasih sayang pada anaknya yaitu merupakan bentuk emosi yang khas terhadap
Kondisi fisiologis atau jasmani seorang wanita ketika mengandung, serta ketidak-
berdayaan sang bayi yang menuntut perlindungan dan pertolongan dari ibunya, kedua hal
ini menggugah secara aktual pola-pola insting pada pribadi ibu tersebut untuk melindungi
anaknya, yang sebenarnya sudah ada secara latent sejak masa gadis dan tidak dapat
disangkal bahwa aktivitas yang didorong oleh komponen instinktual ini berkaitan dengan
fungsi terproduksi. Karakter dan intensitas dari impuls-impuls instinktual tadi berbeda
pada setiap individu yaitu bergantung sekali pada perbedaan konstitusi seluruh
kepribadian.
Salah satu impuls instinktual yang sangat jelas itu diwujudkan dalam bentuk
Tendens untuk memberi makan pada anaknya dan pada objek lain yang diminati.
Kejadian ini merupakan komponen ”oral” pada sifat-sifat keibuannya, yang ingin
dianggap sebagai ”anaknya”. Misalnya, para ibu yang sangat menderita batinnya selama
13
pecahnya perang dunia kedua atau semasa peperangan di Timur Tengah pada saat
sekarang ini, pasti rela memberikan makanan pada setiap pejuang yang tengah menderita
bertujuan untuk memberikan kepuasan pada anak dan suaminya. Oleh karena itu banyak
orang yang menyatakan, bahwa Cinta- terutama cinta pria-, pada hakekatnya
Minat yang sangat besar pada masalah makanan ini kita jumpai secara khusus pada
wanita-wanita Yahudi, yang sangat menjaga anak-anaknya. Di Indonesia, hal ini kita
temui pada wanita Jawa. Wanita Jawa lebih susa membelanjakan uangnya pada makanan
atau bahan makanan atau bahan makanan, untuk memuaskan anak-anaknya serta
suaminya, dari pada menggunakanya untuk membeli perhiasan intan-berlian dan pakaian
yang mewah-mewah. Mereka akan sangat bahagia, jika suami dan anak-anaknya bisa
Sehubungan dengan intens khusus pada masalah ”mulut” atau makanan tadi, pada
umumnya wanita Jawa sangat ”marsudi” dalam seni memasak, dan menggunakan
berpuluh-puluh macam bumbu dan rempah-rempah yang khas. Maka tidak heran bahwa
lambat laun masakan Jawa ini menjadi populer dan sangat disukai orang diseluruh dunia;
Selanjutnya dikenal sebagai masakan khas Indonesia. Sebagai contoh, para tamu di
kedutaan besar indonesia diluar negeri banyak yang datang berjual-beli pada acara
undangan khusus, bukan untuk urusan-urusan politik atau ekonomi akan tetapi karena
mereka pada umumnya sangat menyukai masakan khas Jawa atau khas Indonesia ini.
14
Sifat-sifat keibuan ini juga harus harmonis dengan tendens-tendens psikis lainnya.
Jika berlansung ketidak-harmonisan, dan sifat-sifat keibuan jadi sangat tidak imbang dan
keliru.
Salah satu hambatan yang ditimbulkan oleh sifat keibuan yang eksesif ini ialah
Inhibisi terhadap nafsu erotik yaitu nafsu seks menjadi berkurang, dan perhatian terhadap
suami atau terhadap kaum pria, jika wanita tadi belum menikah maka akan mengecil.
perawat, pengurus yayasan yatim-piatu atau rumah orang jompo, dan lain-lain.
Sebaliknya dapat juga dinyatakan, bahwa macam-macam interest sosial dan relasi
perasaan keibuan itu diperkuat oleh reaksi-reaksi emosional khusus, yang menampilkan
aspek-aspek psikologis dari setiap fase tersebut. Umpama saja eraksi-reaksi emosional
khusus, yang menampilkan aspek-aspek psikologis dari dari setiap fese tersebut.
Umpama saja reaksi-reaksi emosional pada saat hamil muda, semasa mengandung tua,
waktu menyusui, amemelihara bayi, ldan lain-lain yang mengandung nuansa emosional
15
Pada kehidupan kejiwaan manusia, juga pada kehidupan psikis wanita, komponen-
komponen reaksi emoisonal itu tidak ada satupun yang berdiri sendiri secara otonom.
Komponen-komponen efektif itu saling berkaitan satu sama lain, saling mempengaruhi
secara simultan ataupun secara suksetif. Ada kalanya saling memperkuat, tetapi sering
juga bertentangan satu sama lain, sehingga menimbulkan inhibisi dan konflik batin. Oleh
karena itulah maka unsur perasaan pada setiap individu wanita tersebut berbeda-beda,
khas pribadi, sangat kompleks, sering pula tidak diduga-duga (grilling),dan misterius.
khusus yang tidak dimiliki oleh kaum pria, yaitu dunia psikologis dari keibuan dengan
2. Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika
wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu. Mereka mulai
berfikir seakan-akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu
3. Fungsi keibuan
16
Sifat keibuan merupakan sifat yang lazim dimiliki wanita, sifat tersebut
mendorong seorang wanita untuk bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang dan
ketulusan, tetapi dari kesemuanya itu tidak menutup kemungkinan seorang wanita atau
Relasi relasi orangtua-anak adalah suatu hubungan timbal balik yang terjalin
antara orangtua dengan anaknya, yang dapat dilihat dari beberapa aspek maupun
karakteristik, yaitu:
Namun, tidak semua orang tua dapat melakukan relasi yang baik dengan anak
karena setiap keluarga memiliki perjalanan hidup yang diwarnai dengan faktor internal
dan eksternal yang menyebabkan setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam.
Dampak jika orangtua tidak melakukan relasi yang baik dengan anak maka relasi yang
buruk dapat menimbulkan dampak negatif pada masalah perilaku anak, seperti anak
berperilaku impulsif (bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu), menarik diri dari
lingkungan sosial, anak sulit terbuka dengan orang tua dan dapat menjadi pelaku
kenakalan remaja.
Peran orang tua sangat penting dalam membangun relasi yang baik dengan anak,
karena hal tersebut sangat mempengaruhi kepribadian anak kedepannya, terutama bagi
17
orang tua yang memiliki anak usia remaja, perannya untuk membangun relasi hubungan
yang baik sangat dibutuhkan. Peran orang tua dalam membangun relasi yang baik pada
anak biasanya dilakukan oleh ibu, padahal ayah juga memiliki peran tanggung jawab
dalam membangun relasi yang baik pada anak. Karena ayah juga merupakan sosok
penting dalam kehidupan anak. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat membentuk
karakter baik bagi anak laki-laki dan dapat menjadi sosok laki-laki baik dan dapat
dipercaya yang dikenal oleh anak perempuannya. Oleh karena itu, sangat baik apabila
ayah dan ibu sama-sama membangun relasi yang baik terhadap anaknya. Bila telah
terbangun rasa percaya, maka anak akan terbuka pada orangtua untuk menceritakan
permasalahan yang dialaminya. Dengan begitu orang tua dapat memberikan saran yang
Oleh karena itu pentingnya orangtua mengetahui cara menjalin relasi yang baik
2. Bersikap toleransi
reproduksi itu dimulai dengan kehamilan dan kelahiran bayi, sampai dengan
1. Menciptakan unitas atau kesatuan yang harmonis di antara diri sendiri dengan
anaknya. Dengan kata lain, seorang ibu harus mampu mengidentifikasikan diri secara
18
selaras dengan bayi atau anaknya. Jika ibu tersebut mengabdikan diri sepenuhnya
pada tugas-tugas mengasuh anaknya secara ekslusif, maka dia akan kehilangan
individualitasnya. Oleh karena itu, pada zaman kebudayaan modern sekarang, wanita
lebih leluasa untuk mengadakan kerja sama diantara melaksanakan fungsi keibuannya
dengan pengembangan ego sendiri. Sehingga dia lebih bebas dalam memuaskan
kepribadian sendiri.
2. Ibu harus mengabdikan dirinya dalam proses mengasuh atau merawat anaknya
3. Ibu ikut berperan serta dalam mendidik anaknya sebab disamping pemeliharaan fisik,
kini ibu harus melibatkan diri dalam menjamin kesejahteraan psikis anaknya, agar
anaknya bisa mengadakan adaptasi terhadap lingkungan sosial. Hal yang sangat
b. Konflik-konflik batin yang belum bisa diselesaikan, yang kini mencari jalan
Akan tetapi ada kalanya unsur ketidaksadaran itu justru bisa memperkaya
terhadap anaknya.
19
3. Kecenderungan narsisitis untuk dicintai, diubah menjadi bentuk kasih sayang ibu
raganya demi keselamatan anaknya. Sehubung dengan ini semua, dapat dinyatakan
kehidupan psikis ibu yang bersangkutan, misalnya jika unsur-unsur tadi selalu
Pada taraf permulaan, pribadi ibu lebih mirip dengan sebuah studio pemancar
yang memancarkan bebagai macam emosi keibuan. Sedangkan seorang anak menjadi
subjek reseptor pasif yang menerima segala pancaran afeksi ibunya. Unitas ibu-anak itu
sangat interdependen, saling bergantung satu sama lain, saling terlibat, lebih sempurna
apabila kemudian hari wanita yang bersangkutan bersedia untuk menikah lalu mengasuh
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran orang tua dalam membangun relasi yang baik pada anak biasanya dilakukan
oleh ibu, padahal ayah juga memiliki peran tanggung jawab dalam membangun relasi
yang baik pada anak. Karena ayah juga merupakan sosok penting dalam kehidupan anak.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat membentuk karakter baik bagi anak laki-laki
dan dapat menjadi sosok laki-laki baik dan dapat dipercaya yang dikenal oleh anak
perempuannya. Oleh karena itu, sangat baik apabila ayah dan ibu sama-sama membangun
relasi yang baik terhadap anaknya. Bila telah terbangun rasa percaya, maka anak akan
begitu orang tua dapat memberikan saran yang tepat dan meminimalisir dampak buruk
lainnya.
B. Saran
Agar semua orang tua dapat melakukan relasi yang baik dengan anak
karena setiap keluarga memiliki perjalanan hidup yang diwarnai dengan faktor
yang beragam.
21
DAFTAR PUSTAKA
wanita-sebagai-ibu/?frame=8e7c55786a0fca71b6ed79599b3a2c5963365f2c
midyuin08.blogspot.com/2010/05/makalah-psikologi-kebidanan.html
3. Argadita, W. N. R. E. (2019). Relasi antara orangtua dan anak pada remaja pelaku
%20publikasi%20ok%20–%20WANDA.pdf
22