Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK

DISUSUN OLEH

NAMA : LOIDIKHE FERDINANDUS

KELAS : A

NPM : 12114201180075

PRODI : KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat-
NYA sehingga makalah dengan judul "Asuhan Keperawatan Menjelang ajal tentang
penyakit gagal ginjal kronik ” ini dapat selesai dengan baik.

Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Menjelang ajal dan paliatif. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengaku masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki guna untuk menyempurnakan makalah ini. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan guna meningkatkan semangat
penulis dalam membuat tugas di waktu yang akan datang.

Ambon 18,Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ………………………………………………………………………4


B. Tujuan………………………………………………………………………………..4
C. Manfaat………………………………………………………………………………5

BAB. II PEMBAHASAN

A. Tinjauan teoritis
1.Definisi…………………………………………………………………………….6
2.Etiologi……………………………………………………………………………..6
3.Patofisiologi………………………………………………………………………..6
4. Manifestasi klinis………………………………………………………………….8
5.Penatalaksanaan…………………………………………………………………..9

B. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian……………………………………………………………………..10
2. Diagnosa keperawatan ………………………………………………………12
3. Rencana keperawatan…………………………………………………………12

BAB. III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………...17
B. SARAN…………………………………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………18

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang
sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin yang kemudian dikeluarkan
dari tubuh Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal fungsi
tersebut akan berubah.
Gagal ginjal kronik biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehunggga biasaanya
diketahui setelah pasien dalam kondisi parah .Gagal ginjal kronik dapat terjadi pada
semua umur dan semua tingkat sosial ekonomi.Pada penderita gagal ginjal kronik
kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85%.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan
terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal.Selama ini, pengelolaan
penyakit gagal ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap
penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis
atau transplantasi ginjal jikasudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan
bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat
dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya
yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap
penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk
penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan

B. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang konsep dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik (GGK)

C. Manfaat
Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan dan dapat menambah informasi tentang asuhan keperawatan
pada pasien gagal ginjal kronik

Manfaat bagi perawat

4
Makalah ini dapat di gunakan sebagai acuan dalam melakukan pengkajian sampai
evaluasi keperawatan sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara tepat
khususnya pada pasien gagal ginjal kronik

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
GGK didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana nilai Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) berada di bawah batas normal selama lebih dari tiga bulan (Davey, 2006).
Pada keadaan ini fungsi ginjal mengalami penurunan secara perlahan-lahan(menahun) yang
bersifat progresif dan irreversible (Suwitra, 2006). Penurunan fungsi ginjal meliputi fungsi
ekskresi, pengaturan, dan penumpukan zat-zat toksik yang kemudian mengakibatkan
sindroma uremia (Wilson, 2006).

2. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) dan Digiulio,Jackson, dan Keogh (2014) begitu
banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik. Akan tetapi
apapun penyebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal
sendiri dan luar ginjal. Penyebab dari ginjal : Penyakit pada saringan (glomerulus) :
glomerulonefritis, Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis, Batu ginjal : nefrolitiasis, Kista
diginjal : polcytis kidney, Trauma langsung pada ginjal , Keganasan pada ginjal, sumbatan :
batu ginjal, penyempitan/striktur Penyebab umum di luar ginjal : Penyakit sistemik: diabetes
melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, Dyslipidermia, Infeksi di badan : TBC Paru, sifilis,
malaria, hepatitis, Preklamsi, Obat-obatan, Kehilangan banyak cairan yang mendadak
(kecelakan) dan toksik

3. Patofisiologi

Patofisiologi GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awalnya tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Namun, setelah itu proses yang terjadi adalah sama. Pada diabetes melitus,
terjadi hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi nefropati diabetik, dimana terjadi
peningkatan tekanan glomerular sehingga terjadi ekspansi mesangial, hipertrofi glomerular.
Semua itu akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang mengarah pada
glomerulosklerosis Tingginya tekanan darah juga menyebabkan terjadi GGK. Tekanan darah

6
yang tinggi menyebabkan perlukaan pada arteriol aferen ginjal sehingga dapat terjadi
penurunan filtrasi Pada pasien GGK, terjadi peningkatan kadar air dan natrium dalam tubuh.

Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu keseimbangan


glomerulo tubular sehingga terjadi peningkatan intake natrium yang akan menyebabkan
retensi natrium dan meningkatkan volume cairan ekstrasel. Reabsorbsi natrium akan
menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju kapiler peritu bular 12 sehingga dapat
terjadi hipertensi .Hipertensi akan menyebabkan kerja jantung meningkat dan merusak
pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah ginjal mengakibatkan gangguan filtrasi
dan meningkatkan keparahan dari hipertensi Gambaran umum perjalanan gagal ginjal kronik
dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin dan LFG sebagai
persentase dari keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar ureum dengan rusaknya
massa nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik.

Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu :

A.Stadium I

Stadium pertama dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin
serum dan kadar ureum normal, dan penderita asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal
mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut,
seperti test pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test LFG yang teliti (Price
dan Wilson, 2006).

B.Stadium II

Stadium kedua perkembangan ini disebut insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak (LFG besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar
ureum baru mulai meningkat di atas batas normal. Peningkatan konsentrasi ureum ini
berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dalam diet. Pada stadium ini, kadar kreatinin
serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan, kecuali bila
penderita misalnya mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi. Pada
stadium insufisiensi ginjal ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria (diakibatkan oleh
kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respons terhadap stress

7
dan perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu
memperhatikan gejala-gejala ini (Price dan Wilson, 2006).

C.Stadium III

Stadium ketiga atau stadium akhir gagal ginjal kronik disebut gagal ginjal stadium
akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron
telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10%
dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar ureum akan meningkat dengan sangat menyolok
sebagai respons terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita mulai merasakan gejala gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Pada stadium
akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan
dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialysis (Price dan Wilson, 2006)

4. Manifestasi klinis

Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2009): (1) Menurunnya cadangan ginjal


pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga 25% dari normal. (2) Insufisiensi
ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan nokturia, GFR 10% hingga 25%
dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal. (3) Penyakit
ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar
serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek .

8
5. Penatalaksanaan

Terdapat dua tahap dalam pengobatan GGK yaitu terapi konservatif dan terapi pengganti
ginjal. Penanganan konservatif meliputi menghambat perkembangan GGK, menstabilkan
keadaan pasien, dan mengobati faktor-faktor reversible (Haryanti & Khairun, 2015).

Adapun terapi konservatif dalam pengaturan diet pada pasien GGK yaitu diet rendah protein.
Diet tersebut dapat mengurangi gejala anoreksia, mual dan muntah. Selain itu diet rendah
protein mampu mengurangi beban ekskresi ginjal sehingga terjadi penurunan hiperfiltrasi
glomerulus, tekanan intraglomerulus dan cedera sekunder pada nefron infark (Sukandar,
2006).

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada pasien GGK stadium lima, berupa hemodialisa,
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
Hemodialisa adalah suatu proses terapi pengganti ginjal yang bertujuan untuk mengambil zat-
zat toksik dalam darah dan mengeluarkan cairan yang berlebih (Rahman, Kaunang, & Elim,
2016). CAPD adalah proses dialisis yang dilakukan melalui rongga peritoneum (selaput
rongga perut) sehingga CAPD sering disebut “cuci darah” melalui perut (Supono, 2010).
Transplantasi ginjal dapat disebut dengan cangkok ginjal yang bertujuan untuk
mempertahankan kualitas hidup pasien GGK, memperpanjang usia harapan hidup tanpa
tergantung pada tindakan hemodialisa, dan mengurangi biaya pengobatan jangka panjang
(Bonar & Marbun, 2008).

Menurut Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) menjelaskan terapi GGK dibagi menjadi terapi
nonfarmakologis dan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis terdiri dari:
a) Pengaturan asupan protein
b) Pengaturan asupan kalori: 35 Kal/kg BB ideal/hari
c) Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang
sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
d) Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
e) Pengaturan asupan garam dan mineral
f) Pengaturan asam folat pasien hemodialisa: 5 mg
g) Air dengan jumlah urine 24 jam + 500 ml (insensible water loss).
Terapi peritoneal dialisis jumlah air disesuaikan dengan jumlah dialisat yang keluar.

9
Terapi farmakologis terdiri dari:
a) Mengontrol tekanan darah
b) Mengontrol gula darah untuk pasien GGK disertai dengan penyakit diabetes mellitus.
Hindari memakai metforminim dan obat-obatan sulfonylurea dengan masa kerja yang
panjang.
c) Mengontrol target hemoglobin 10-12 g/dl untuk mencegah anemia
d) Mengontrol hiperfosfatemi: kalsium karbonat atau kalsium asetat
e) Mengontrol osteodistrol renal: kalsitriol
f) Mengkoreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mEq/l
g) Mengkoreksi hyperkalemia
h) Mengontrol dislipidemia dengan target Low Density Lipoprotein (LDL) < 100 mg/dl,
dianjurkan golongan statin

B. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan


membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan

1) Identitas pasien Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku
bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
2) Keluhan utama Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
3) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya Berapa lama pasien sakit,
bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya
apakan teratur atau tidak, apasaja yang dilakukan pasien untuk menaggulangi
penyakitnya.
4) Aktifitas/istirahat : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak
5) Sirkulasi Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan, nadi

10
lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap
akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.
6) Integritas ego Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
7) Eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat,
merah, coklat, oliguria.
8) Makanan/Cairan Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes, pembesaran hati
(tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
9) Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah, gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan
tipis
10) Nyeri/kenyamanan Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
11) Pernapasan Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak,
takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum encer
(edema paru).
12) Keamanan Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu
tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang,
keterbatasan gerak sendi
13) Seksualitas Penurunan libido, amenorea, infertilitas
14) Interaksi social Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
15) Penyuluhan/Pembelajaran Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal),
penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan
pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.

11
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa


keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut
(Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):

1) Hipervolemia
2) Defisit nutrisi
3) Nausea
4) Gangguan integritas kulit/jaringan
5) Gangguan pertukaran gas
6) Intoleransi aktivitas
7) Resiko penurunan curah jantung
8) Perfusi perifer tidak efektif
9) Nyeri akut

3. Rencana keperawatan

Tahap perencanaan memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya sebagai alat


komunikasi antar sesama perawat dan tim kesehatan lainnya, meningkatkan kesinambungan
asuhan keperawatan bagi pasien, serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan
keperawatan yang ingin dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah
membuat orioritas urutan diagnoa keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria
evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan (Asmadi, 2008).

Tabel 1. Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik (sumber: SIKI,
2018) .

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


. keperawatan Hasil
1 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi Observasi
keperawatan selama 3x8 1) Identifikasi status
jam diharapkan nutrisi
pemenuhan kebutuhan 2) Identifikasi makanan
nutrisi pasien tercukupi yang disukai
dengan kriteria hasil: 3) Monitor asupan

12
1. intake nutrisi makanan
tercukupi 4) Monitor berat badan
2. asupan makanan Terapeutik
dan cairan 5) Lakukan oral hygiene
tercukupi sebelum makan, jika
perlu
6) Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
7) Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
8) Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
9) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
10) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori
2 Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual Observasi
keperawatan selama 3x8 1) Identifikasi
jam maka nausea pengalaman mual
membaik dengan kriteria 2) Monitor mual (mis.
hasil: Frekuensi, durasi, dan
1. Nafsu makan tingkat keparahan)
membaik Terapeutik
2. Keluhan mual 3) Kendalikan faktor
menurun lingkungan penyebab
3. Pucat membaik (mis. Bau tak sedap,
4. Takikardia suara, dan rangsangan
membaik (60-100 visual yang tidak

13
kali/menit) menyenangkan)
4) Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual (mis.
Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
Edukasi
5) Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
6) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika
merangsang mual
7) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengatasi
mual(mis. Relaksasi,
terapi musik,
akupresur) Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
kulit keperawatan selama 3x8 1) Identifikasi penyebab
jam diharapkan integritas gangguan
kulit dapat terjaga dengan 2) integritas kulit (mis.
kriteria hasil: Perubahan sirkulasi,
1. Integritas kulit perubahan status nutrisi)
yang baik bisa Terapeutik
dipertahankan 3) Ubah posisi tiap 2 jam
2. Perfusi jaringan jika tirah baring
baik 4) Lakukan pemijataan pada
3. Mampu area tulang, jika perlu
melindungi kulit 5) Hindari produk berbahan
dan dasar alkohol pada kulit

14
mempertahankan kering
kelembaban kulit 6) Bersihkan perineal dengan
air hangat Edukasi
7) Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion
atau serum)`
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi Observasi
pertukaran gas keperawatan selama 3x8 1) Monitor frekuensi, irama,
jam diharapkan pertukaran kedalaman dan upaya
gas tidak terganggu napas
dengak kriteria hasil: 2) Monitor pola napas
1. Tanda-tanda vital 3) Monitor saturasi oksigen
dalam rentang 4) Auskultasi bunyi napas
normal Terapeutik
2. Tidak terdapat otot 5) Atur interval pemantauan
bantu napas respirasi sesuai kondisi
Memlihara pasien
kebersihan paru 6) Bersihkan sekret pada
dan bebas dari mulut dan hidung, jika
tanda-tanda perlu
distress pernapasan 7) Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
8) Dokumentasikan hasil
pemantauan Edukasi
9) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10) Informasikan hasil
pemantauan Kolaborasi
11) Kolaborasi penentuan
dosis oksigen

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan penurunan cadangan ginjal, insufisiensi
ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan komplikasi-komplikasi
target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik
menjadi gagal ginjal terminal perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran

16
klinis laboratorium sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi. Jika
sudah terjadi gagal ginjal terminal pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah dialisis dan
transplantasi ginjal Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya
kematian

B. SARAN

Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal kronik, diharapkan


masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar
menjaga kesehatan melalui makanan maupun berolaharaga yang benar. Para tenaga ahli juga
sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta
tindakan pengobatan yang tepat untuk menanganinya.

DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG

Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Dan
NANDA NIC-NOC Jilid 2 Medaction

17
Semeltzer, S. C. and Bare, B. G. 2006. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H. Y. Kuncara, Monica Ester, Yasmin Asih, Jakarta
: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai