Anda di halaman 1dari 5

Batuan galena merupakan bahan baku dari logam timah hitam (Pb).

Melalui sebuah proses, batuan yang


masih banyak mengandung unsur-unsur pengotor kemudian dimurnikan dan diambil logam timah
hitamnya.

Dalam bisnis perdagangan logam, Timah Hitam (Pb) merupakan salah satu jenis logam yang banyak
dibutuhkan. Industri yang amat memerlukan logam ini adalah industri baterai. Hampir 75% penggunaan
timah hitam digunakan untuk industri ini (Gambar 1). Industri lain yang menggunakan logam ini adalah
pada produk-produk plumbing dan minyak.

Di Indonesia, kebutuhan Pb masih belum dapat dipenuhi oleh ketersediaannya sehingga logam ini
sangat dicari. Terlebih lagi, dengan adanya regulasi yang baru menyebabkan para eksportir tidak dapat
lagi mengirim langsung dalam bentuk batuan/mineral ke luar negeri, tetapi harus diolah dulu setidaknya
menjadi bullion (batangan).

Di siniilah SUI ingin masuk ke dalamnya, baik secarmandiri maupun bermitra dengan perusahaan lain
dalam hal pengembangan instalasi dan pengoperasian pemrosesan galena.

3. PEMROSESAN GALENA MENJADI TEPUNG (KONSENTRAT) PbS

3.1. Batuan Galena

Biji timah paling banyak muncul sebagai galena (lead sulfide), selain itu juga muncul sebagai cerrusite
(lead carbonate) dan anglesite (lead sulphade). Batuan galena muncul sebagai akibat proses
hydrothermal seperti di daerah sukabumi. Galena biasanya ditemukan dekat permukaan tanah dan
muncul bersama seng ZnS (zinc sulfide, Sphalerit) dan tembaga CuFeS2 (Chalcopyrit). Dengan
menggunakan metoda ekstraksi kovensional, keduanya dapat dengan mudah dipisahkan. Metoda
pemisahan yang paling sering dipakai adalah flotation dan mekanis (meja pemisah).
Gambar 2. Galena

Untuk memisahkan mineral dari batuan galena, sifat masing-masing mineral baik fisik, kimia dan
mineralogi harus dikenali dengan baik. Mineral galena PbS memiliki karakteristik sebagai berikut
kekerasan mosh 3,5 s/d 4, berat jenis 7,2 s/d 7,6, metal mengkilap, warna abu-abu dengan garis hitam
saat digores. Sedangkan Sphalerit ZnS sebagai mineral pendamping dengan karateristik kekerasan mosh
3,5 s/d 4, berat jenis 3,9 s/d 4,2, metal mengkilap, warna kuning, coklat atau hitam, goresan warna
orange kuning. Pendamping lainnya, Chalcopyrit CuFeS2 bercirikan kekerasan mosh 3,5 s/d 4, berat jenis
4,1 s/d 4,3, metal mengkilap, warna kuning tembaga, goresan hitam kehijauan.

3.2. Penghancuran Dan Pembubukan Batu Galena

Pada metoda Flotation mula-mula biji timah di hancurkan (crushing) sampai ukuran 1 cm dan kemudian
dihaluskan (grinding) dengan bantuan ball mill (Gambar 3 dan 4) atau rod mill. Optimal apabila
penghalusan mencapai ukuran butiran kurang dari 0,25 mm. Karena kekerasan mosh ketiga mineral
sama, maka waktu yang dibutuhkan penghalusan sama. Waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan
galena ukuran 1 cm menjadi 0,25 mm antara 3 sampai 4 jam.

Gambar 3. Ball Mill Sebagai Penghancur galena

Gambar 4. Ball mill tradisional menggunakan Belt (masing-masing dengan kapasitas 50 kg/4jam)
3.3 Pengapungan Selektif (Selective Flotation)

Menggunakan metoda flotation biji timah diubah menjadi suspensi dengan cara penghalusan di dalam
air. Kepekatan suspensi bervariasi antara 5% sampai 40% berat padatan. Kemudian suspensi diaduk
diaerasi dengan gelembung udara dan ditambah dengan beberapa bahan kimia agar material yang lain
terikat gelembung udara dan di bawa ke permukaan. Urutan proses untuk memisahkan galena, seng dan
perak dari batuan galena diperlihatkan oleh gambar 5.

Mula-mula suspensi dikondisikan di tangki precondition untuk pengapungan PbS. Seluruh mineral
pendamping ditekan dengan masing-masing depressant, kemudian PbS diaktifkan menggunakan
activator untuk bereaksi dengan collector. Setelah PbS tertutup lapisan tipis collector, suspense
dipindahkan ke tabung reaksi, diatur Ph-nya dengan Ph-regulator dan ditambah frothers. Campuran
diaduk dan diaerasi sehingga terbentuk gelembung-gelembung udara. Terjadi ikatan antara permukaan
gelembung udara dengan partikel PbS, sehingga PbS akan terangkat ke permukaan dan diluapkan. PbS
akan mengapung bersama CuFeS2 dan CuS yang selanjutnya dipisahkan menggunakan Flocculants.
Sedangkan partikel yang mengendap akan dipindahkan ke tabung reaksi lainya (serial) untuk
pengapungan ZnS dst. Proses pengapungan ZnS, FeS Pyrit, AuS Gold atau mineral yang lainya sama
dengan pengapungan PbS dengan bahan kimia yang berbeda.

Gambar 5. Proses Flotation PbS, ZnS dan CuFeS2

Karena cukup ketatnya ambang keluaran, yakni PbS dengan kandungan 85% maka proses pengapungan
bisa diulang sampai dengan 2-3 kali. Setiap putaran proses membutuhkan waktu selama kurang lebih 4
menit. Dengan kapasitas dari mesin flotation yang disiapkan sekitar 100 kg/4 menit atau 1,5 ton/jam,
berarti dengan masukan batuan dalam sehari 5 ton dibutuhkan kurang lebih 3,5 s/d 5 jam. Waktu
pengeringan keseluruhan produk sekitar 5 jam.
Secara konstruksi mesin flotation dapat dilihat pada Gambar 6, beberapa bejana larutan kimia
dilengkapi dengan pompa ukuran (dosing pump) dan sebuah bejana reaksi yang dilengkapi dengan
pengaduk dan aerator. Sistem pengolahan ini berjalan secara kontinyu, ini dapat diartikan perhitungan
material masukan, waktu proses dan material keluaran harus tepat.

Gambar 6. Tangki Bahan Kimia Dengan Dosing Pump

Gambar 7. Tangki Reaksi

Gambar 8. Pengaduk Dengan Aerasi

3.4. Proses Ramah Lingkungan (Green Process)

Sebaiknya proses dibuat ramah lingkungan (green process), untuk itu perlu penambahan biaya investasi
berupa instalasi pengolahan limbah cair B3 (IPAL B3) dan penangkap polutan udara (scrubber). IPAL B3
yang direkomendasikan (Gambar 9) adalah membrane polymer chemical resistant yang dilengkapi
dengan Advanced Oxidation Process.
Gambar 9. IPAL B3 membrane polymer chemical resistant Dan Advanced Oxidation process

Anda mungkin juga menyukai