Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………
1. Pendahuluan ………………………………………………
1.1. Latar Belakang ………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………
1.3. Tujuan ………………………………………………
2. Pembahasan ………………………………………………
2.1. Sejarah Sastra Melayu ………………………………………………
2.2. Ciri – Ciri Sastra Melayu ………………………………………………
2.3. Penggolongan Sastra Melayu ………………………………………………
2.4. Macam Macam Sastra Melatu ………………………………………………
3. Penutup ………………………………………………
3.1. Kesimpulan ………………………………………………
3.2. Saran ………………………………………………
4. Daftar Pustaka ………………………………………………
KATA PENGANTAR

Puji-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami memuji
dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta salam
kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau lah
yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.

Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Karya Sastra Melayu
Riau”. Pada isi makalah akan diuraikan Sejarah, Ciri – ciri, dan penggolongan Sastra melayu
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Kesusastraan Melayu merupakan bukti konkret kebudayaan berupa hasil pemikiran orang-
orang yang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan bahasa. Karya sastra Melayu
Klasik berhubungan erat dengan hikayat, syair, undang-undang dan gurindam. Karya-karya
tersebut mempunyai bahasa yang indah dan tidak jarang memiliki petuah atau pelajaran hidup
yang masih relevan hingga saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian sastra Melayu?
2.      Apa yang menjadi ciri-ciri sastra melayu?
3.      Apa saja penggolongan sastra melayu?
4.      Apa saja macam-macam sastra Melayu?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian sastra Melayu


2. Mengetahui ciri-ciri sastra Melayu
3. Mengetahui penggolongan sastra melayu
4. Mengetahui macam-macam sastra Melayu
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sastra Melayu

Sastra melayu klasik juga disebut dengan Sastra melayu lama adalah sastra yang terbentuk
lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ajaran atau ucapan. Sastra melayu lama
masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13.
Sastra melayu lama adalah bagian dari karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun
1870-1842. Peninggalan sastra melayu lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan
seorang muslim di minye tujuh, Aceh. Sastra melayu klasik berkembang dilingkungan
masyarakat sumatera seperti “langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera lainnya”.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Yang dimaksud dengan sastra melayu klasik adalah sastra yang hidup dan berkembang di
daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam hingga mendekati tahun 1920-an di
masa balai pustaka. Masa sesudah islam merupakan zaman dimana sastra melayu
berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh islam yang mengembangkan
sastra melayu. Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7
Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian
selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini
menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai
tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sastra Melayu adalah hasil budaya yang dapat
diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa
Melayu yang lahir dari perasaan dan pemikirannya bisa berbentuk lisan maupun tulisan.

2.2 Ciri-ciri Sastra Melayu

Sastra Melayu lama sering juga disebut sastra Melayu klasik, sastra Melayu kuno atau
sastra Melayu purba. Yang digolongkan karya sastra Melayu lama adalah karya sastra yang
muncul sejak masa purba sampai tahun 1920-an. Contohnya antara lain sejarah Melayu,
taman raja-raja dan hikayat hangtuah. Berikut merupakan ciri sastra Melayu lama yaitu :
1.      Statis, maksudnya terikat dalam aturan-aturan ketat
2.      Milik bersama karena tidak diketahui pengarangnya ( anonim )
3.      Isi berkisar seputar kerajaan
4.      Banyak menggunakan kata-kata klise, misalnya konon atau sebermula
5.      Disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut
6.      Banyak dipengaruhi budaya Melayu dan Arab
7.      Berbahasa Melayu kuno
8.      Berisi ajaran hidup atau didaktis
9.      Bersifat khayalan, misalnya ada manusia bisa berubah wujud
10. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
11. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana.

2.3 Penggolongan Sastra Melayu

Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tetentu karena
hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya merupakan milik bersama. Karena
itu, penggolongan biasanya berdasarkan bentuk, isi, dan pengaruh asing. Adapun
penggolongan sastra melayu klasik yaitu:
1.      Melayu Klasik Asli
Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa sastra melayu klasik asli ini merupakan
sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran dan ucapan.
2.      Sastra melayu pengaruh jawa
Pengaruh jawa cukup mewarnai khazanah sastra melayu nusantara baik yang tumbuh di
tataran tanah Melayu Sumatera seperti sastra melayu Deli, Aceh, Minang Palembang, dan
sebagainya, maupun diluar sumatera seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan
sebagainya. Kondisi semacam ini berkaitan dengan kekuasaan pemerintahan kerajaan yang
jumlahnya cukup banyak di Tanah Jawa. Puncaknya, adalah munculnya Kerajaan Majapahit
yang menguasai banyak kerajaan kecil di berbagai tempat termasuk kerajaan-kerajaan yang
muncul di kawasan Malaysia, Brunai, Filipina, Singapura, dan sebagainya.
3.      Sastra melayu India
Awal jaman prasejarah adalah sejak bumi Indonesia didiami dan berakhir setelah
Indonesia mengenal tulisan. Bila dilihat dari letak Indonesia merupakan jembatan
penghubung yang terletak di tengah-tengah dua Negara besar yang merupakan sentral
perekonomian Asia yaitu India dan Cina. Hubungan India-Cina terjadi jauh sebelum abad V
Masehi. Bukti-bukti adanya India-Indonesia tidak begitu banyak. India sejak sebelum tarikh
masehi telah mengenal tulisan dan telah mengenal sistem kerajaan, mestinya terdapat
peninggalan sejarah yang merekam hubungan India – Indonesia secara jelas. Namun ternyata
tidak di temukan dengan lengkap.

2.4 Macam-macam Sastra Melayu


Macam-macam jenis sastra melayu diantaranya sebagai berikut :
1.      Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan
irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan
semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama seperti hal yang sebelumnya.
2.      Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra proses yang berisikan tentang kisah, cerita,
dongeng maupun sejarah. Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat
adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di
dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban.
Dick Hartoko dan B. Rahmanto memberikan defenisi hikayat sebagai jenis prosa cerita
Melayu lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja
atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan muzizat tokoh
utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentuk riwayat hidup.
Salah satu contoh hikayat sastra Melayu klasik yang akan dipublikasikan pada tulisan ini
adalah hikayat tentang Hang Tuah, yaitu sebuah karya sastra Melayu yang paling tersohor
dan bercerita tentang Hang Tuah dalam kemakmuran Kesultanan Malaka. Hang Tuah
merupakan seorang laksamana yang amat termasyur.

3.      Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris.
Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Ciri-ciri dari karmina yaitu:

1. Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.


2. Bersajak aa-aa, aa-bb
3. Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan. Tidak memiliki sampiran, hanya
memiliki isi.
4. Semua baris diawali huruf capital.
5. Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
6. Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.

4.      Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku
kata, kata, persajakan dan isi) Pantun itu sendiri dijadikan sebagai identitas jati diri bangsa
Melayu. Menurut Maman S. Mahayana ada tiga hal yang menjadi alasan mengapa pantun
dijadikan sebagai identitas jati diri bangsa Melayu, yaitu: (1) merupakan karya asli bangsa
Melayu, (2) mencakup bangsa Melayu (3) digunakan dalam berbagai tempat dan kesempatan.
Pertama, pantun merupakan karya sastra asli bangsa Melayu yang telah ada sebelum
Hindu, Buddha, dan Islam datang. Bahkan sejak tahun 1688, pantun telah menjadi objek
penelitian. Penelitian terhadap pantun biasanya memfokuskan diri pada tiga hal, yaitu: (1)
asal kata pantun dan usaha membandingkannya dengan pola persajakan sejenis. (2) fungsi
dua larik pertama yang disebut sampiran atau pembayang dan dua larik terakhir yang
ditempatkan sebagai isi dan (3) mengkategorisasikan jenis pantun dan kedudukannya dalam
masyarakat.
Kedua, pantun tidak terikat oleh batasan usia, jenis kelamin, stratafikasi sosial, dan
hubungan darah. Ketiga, pantun dipergunakan dalam berbagai tempat dan dalam berbagai
macam kondisi sosial. “Adat berpantun, pantang melantun” merupakan salah satu pengingat
yang sering diucapkan oleh para orangtua agar dalam berpantun harus berdasarkan etika dan
norma-norma sosial masyarakat.
Melalui pantun, nilai-nilai tersebut disebarluaskan kepada masyarakat dan diwariskan
kepada anak cucunya. Selain itu, pantun juga berperan untuk mewujudkan pergaulan yang
Seresam, hiburan serta penyampai aspirasi masyarakat. Untuk melihat peranan pantun dalam
masyarakat Melayu, kita bisa melihatnya pada pantun berikut ini:
Apa guna orang bertenun
Untuk membuat pakaian adat
Apa guna orang berpantun
Untuk memberi petuah amanat
Ciri – ciri pantun melayu yaitu :
a.      Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang
disebut bait/kuplet.
b.      Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku
kata ).
c.      Separoh bait pertama merupakan merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun),
separuh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan). Bait pertama yang umumnya
tentang alam (flora dan fauna), dua baris terakhir merupakan isi yang merupakan tujuan dari
pantun tersebut.
d.     Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab – ab atau abc – abc atau abcd – abcd)
e.      Beralun dua
5.      Talibun
Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya,
separuh merupakan sampiran, dan separuh lainnya merupakan isi. Talibun adalah pantun
yang susunannya terdiri dari empat, enam, delapan atau sepuluh baris. Pembagian baitnya
sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu enam baris
maka tiga baris pertama merupakan sampiran, sedangkan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Berirama abc – abc, abcd – abcd, abcde – abcde dan seterusnya.
6.      Seloka
Seloka, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris sebait tetapi persajakannya datar (a-a-a-
a). Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepatah maupun perumpamaan
yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris
memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih
dari empat baris.
a.      Contoh seloka 4 baris :
Anak pak dolah malan lepat,
Makan lepat sambil melompat,
Nak hantar kad raya dah tak sempat,
Pakai sms pun ok wat ?
7.      Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul setelah
terjadinya pengaruh kebudayaan Islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait, berisi nasehat,
dongeng dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.
Ciri-ciri syair sebagai berikut:
a.       Terdiri dari empat baris
b.      Tiap baris terdiri dari 4 – 5 kata ( 8 – 12 suku kata )
c.       Persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d.      Tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e.       Terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f.       Biasanya berisi cerita atau berita
Contoh :
Diriku lemah anggota layu
Rasakan cinta bertalu – talu
Kalau begini datangnya selalu
Tentulah kakanda berpulang dahulu
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan dari pembahasan materi yang berjudul sastra melayu yaitu:
Sastra melayu adalah hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk
mengungkapkan gagasannya melalui bahasa melayu yang lahir dari perasaan dan
pemikirannya bisa berbentuk lisan maupun tulisan.
Ciri-ciri sastra melayu lama yaitu: Statis, anonym, isi berkisar seputar kerajaan, banyak
menggunakan kata-kata klise misalnya konon atau sebermula, disampaikan secara lisan dari
mulut ke mulut, banyak dipengaruhi budaya melayu dan arab, berbahasa melayu kuno, berisi
ajaran hidup atau didaktis, bersifat khayalan. Macam-macam sastra melayu yaitu : gurindam,
hikayat, karmina, pantun, talibun, seloka, dan syair.

3.2   Saran
Penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah di masa yang akan datang. Atas masukan kritik dan saran penulis
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet

Anda mungkin juga menyukai