Anda di halaman 1dari 13

PENYELESAIAN SENGKETA TAMBANG: STUDI KASUS SENGKETA

ANTARA MASYARAKAT SAMAWA DENGAN PT. NEWMONT


NUSA TENGGARA*

H. Salim H.S.** dan Idrus Abdullah***

Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Mataram, Mataram


Jalan Majapahit Nomor 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat, 83125

Abstract
Exploration activity in Batu Hijau and Elang Dodo has been conducted since contract of work was
settled between PT. Newmont Nusa Tenggara and government of Indonesia. In practical level, dispute
arose out between local people of Samawa ethnicity and the government Indonesia against PT. Newmont
Nusa Tenggara. Research show, that the causing factors for the dispute are, among other things, the
unresolved compensation, workforce issue, and an unexpected their party intervening into the contract.
The society wishes to resolve this dispute through adat law by negotiating or mediating with adat leaders
as the mediator.
Keywords: dispute, mining, adat.

Intisari
Kegiatan eksplorasi di Batu Hijau dan Elang Dodo dilakukan sejak kontrak karya disetujui antara PT.
Newmont Nusa Tenggara dengan Pemerintah Indonesia. Dalam praktiknya, kontrak ini menimbulkan
sengketa antara masyarakat etnis Samawa dan pemerintah Indonesia melawan PT. Newmont Nusa
Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya sengketa antara lain adalah
belum dipenuhinya permintaan ganti rugi, masalah ketenagakerjaan, serta adanya pihak ketiga yang
masuk dalam kontrak. Masyarakat menginginkan penyelesaian secara adat melalui negosiasi atau mediasi
tetua adat.
Kata Kunci: sengketa, pertambangan, adat.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................ 477
B. Metode Penelitian ...................................................................................................................... 480
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................................................... 480
1. Faktor Penyebab Timbulnya Sengketa antara Masyarakat Etnis Samawa dengan..............
PT. Newmont Nusa Tenggara dan antara Pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont
Nusa Tenggara...................................................................................................................... 480
2. Pola Penyelesaian Sengketa antara Masyarakat Etnis Samawa dengan PT. Newmont
Nusa Tenggara dan antara Pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara ... 485
D. Kesimpulan ................................................................................................................................ 487

*
Laporan Penelitian dibiayai Dana DIPA Universitas Mataram Tahun Anggaran 2009.
**
Alamat korespondensi: salimhs@yahoo.co.id
***
Alamat korespondensi: bangyut@yahoo.co.id
Salim H.S. dan Abdullah, Penyelesaian Sengketa Tambang 477

A. Latar Belakang Masalah dengan PT. Newmont Nusa Tenggara belum


Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan pernah dilakukan, namun yang pernah diteliti
provinsi yang kaya akan sumber daya alam adalah berkaitan dengan status hukum hutan
tambang. Sumber daya alam itu, meliputi emas, yang digunakan di kawasan hutan Elang Dodo,
tembaga, perak, dan lain-lain. Sumber daya alam Sumbawa. Hutan Elang Dodo adalah hutan
itu terdapat di Batu Hijau Kabupaten Sumbawa negara.1
Barat dan Elang Dodo, Kabupaten Sumbawa. Dengan demikian, penelitian tentang
Untuk mengelola sumber daya alam tambang faktor penyebab terjadinya sengketa dan pola
itu, Pemerintah telah menunjuk PT. Newmont penyelesaian sengketa ini merupakan penelitian
Nusa Tenggara, sebagai kontraktor pemerintah. yang layak untuk dikaji secara mendalam, karena
Penunjukan itu didasarkan atas dokumen kontrak dari hasil penelitian ini nantinya mempunyai nilai
karya yang telah ditandatangani pada tanggal strategis secara nasional, bahkan internasional.
2 Desember 1986. Kegiatan eksplorasi di Batu Hasil penelitian ini berguna untuk memecahkan
Hijau Kabupaten Sumbawa Barat telah dilakukan masalah yang terjadi antara masyarakat etnis
sejak ditandatanganinya kontrak karya dan mulai Samawa dengan PT. Newmont Nusa Tenggara dan
berproduksi sejak tahun 2000. Luas wilayah eks- antara Pemerintah Indonesia/Pemerintah Daerah
ploitasinya 51.932,23 ha, sementara itu kegiatan dengan PT. Newmont Nusa Tenggara. Kegiatan
eksplorasi di Elang Dodo telah dilakukan sejak eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber daya
tahun 2004. Wilayah eksplorasinya seluas alam tambang dapat berjalan dengan baik, dan
16.568,54 ha. PT. Newmont Nusa Tenggara dapat melaksanakan
Keberadaan PT. Newmont Nusa Tenggara hak dan kewajiban sebagaimana yang tercantum
dalam melakukan kegiatan eksplorasi, konstruksi dalam dokumen kontrak karya.
dan eksploitasi di wilayah kontrak karya Batu Sengketa pertambangan di Indonesia sudah
Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat dan Elang terjadi sejak tahun 1967, yaitu pada saat dilaku-
Dodo, Kabupaten Sumbawa telah dapat dirasakan kan kegiatan pertambangan di Papua oleh PT.
manfaatnya baik bagi masyarakat setempat, Freeport Indonesia. Jenis sengketa yang terjadi
Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. meliputi, sengketa hak atas tanah, lingkungan,
Namun demikian pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan kekerasan.2 Penelitian yang dilakukan oleh
maupun eksploitasi yang dilakukan oleh PT. Iskandar Zulkarnain, dari LIPI pada pertambang-
Newmont Nusa Tenggara tidak selamanya an emas di Pongkor, tambang batu bara di
berjalan dengan baik. Karena banyaknya terjadi Kalimantan Selatan dan tambang timah di Bangka
sengketa. Sengketa tersebut adalah sengketa antara Belitung. Hasil penelitian tersebut menyatakan
masyarakat etnis Samawa dengan PT. Newmont bahwa:
Nusa Tenggara dan sengketa antara Pemerintah Ada 3 aktor utama yang terlibat dalam melahir-
Pusat/Pemerintah Daerah dengan PT. Newmont kan konflik di daerah pertambangan Pongkor
dan Cikotok. Ketiga sumber itu, meliputi pe-
Nusa Tenggara, yang berkaitan dengan divestasi
rusahaan pertambangan (PT. Aneka Tambang)
saham PT. Newmont Nusa Tenggara sebesar 7%. Tbk., masyarakat lokal, dan penggali liar
Penelitian yang mengkaji tentang faktor (Peti). Berdasarkan pada ketiga aktor utama
penyebab terjadinya sengketa dan pola penye- itu, maka ada 3 jenis konflik yang terjadi di
lesaian sengketa antara masyarakat etnis Samawa daerah pertambangan. Ketiga jenis konflik

1
Salim H.S., et al., 2005, Kajian Sosio-Yuridis terhadap Status Hukum Kawasan Hutan Elang Dodo, Kecamatan Ropang, Sumbawa,
Kerjasama Pusat Kebijakan Publik dan Percepatan Otonomi Daerah (PKD-Proda) Nusa Tenggara dengan PT. Newmont Nusa Tenggara,
Mataram, hlm. 29-30.
2
H. Thomas Bustomi, “Konflik Freeport, Sebuah Ketidakadilan”, Pikiran Rakyat, 24 Maret 2006.
478 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

itu, meliputi (1) konflik antara perusahaan Apabila dikaji pendapat di atas, bahwa konflik
versus masyarakat, (2) konflik antara peru- itu terjadi antara perusahaan tambang dengan
sahaan dengan Peti, dan (3) konflik antara
masyarakat adat atau pribumi. Hal ini disebabkan
masyarakat lokal dengan Peti. Ada 5 faktor
penyebab timbulnya konflik antara perusaha- karena perusahaan tambang tidak memperhatikan
an dengan masyarakat, yaitu (1) komuni- hak-hak masyarakat adat yang telah ditentukan
kasi yang mandeg antara perusahaan dan dalam undang-undang dan pelanggaran terhadap
masyarakat, (2) berkurangnya lahan garapan hak-hak asasi manusia atas nama industri
masyarakat akibat berpindahnya kepemi-
tambang. Hal ini bertentangan dengan Artikel 57
likan, (3) sistem penerimaan tenaga kerja
yang nepotisme, (4) program pengembangan the Philippine Mining Act of 1995 menentukan
masyarakat (community development) yang bahwa kewajiban kontraktor adalah membantu
parsial, dan (5) adanya gap antara aparat memajukan masyarakat yang berada di lingkar
pemerintah dengan perusahaan. Ada 4 alasan tambang, meningkatkan kesejahteraan penduduk,
yang dapat dikategorikan sebagai sumber
dan memajukannya dalam bidang ilmu pengeta-
konflik antara perusahaan dengan Peti, yakni
(1) permainan aparat keamanan, (2) Peti lokal huan dan teknologi tambang. Namun, dalam
berhak untuk ikut melakukan eksploitasi, realitasnya perusahaan tambang yang ada
(3) Peti pendatang merasa berani melaku- di Philipina kurang memperhatikan hak-hak
kan eksploitasi, dan (4) perbedaan persepsi masyarakat lokal.
antara perusahaan dan aparat pemerintah.
Ada 3 faktor yang dianggap sumber konflik Hasil penelitian lain tentang sengketa tam-
dalam konflik antara masyarakat dengan bang dikemukakan José G. Vargas-Hernández.
Peti, yakni (1) Peti pendatang dan jaringannya Sengketa tambang ini terjadi di Mexico. Ia
menguasai lahan masyarakat, (2) Peti pen- mengemukakan bahwa:
datang dan jaringannya melakukan tindakan Keberadaan perusahaan tambang telah me-
kekerasan kepada masyarakat, (3) adanya nyebabkan konflik sosial yang buruk, antara
perlawanan dari masyarakat terhadap Peti penghuni San Pedro, mengisyaratkan bahwa
pendatang.3 semua orang yang mempunyai perhatian
Konflik serupa juga terjadi di Filipina, seperti (consent) terhadap warisan sejarah, budaya
diungkapkan William Holden: dan isu-isu lingkungan. Keberadaan per-
usahaan telah merusak lingkungan hidup,
The Philippines is a developing country well- keanekaragaman hayati, dan kesehatan pen-
endowed with mineral resources. In recent duduk.5
years, the government has made substantial
efforts to encourage the exploitation of these Jenis sengketa tambang yang terjadi di Mexico
resources. This mining-based development ini adalah kurangnya perhatian perusahaan tam-
paradigm has come into conflict with the in- bang terhadap kerusakan lingkungan, keaneka-
digenous peoples of this nation. This conflict
ragaman hayati, dan kesehatan penduduk.
has entailed disputes between the mining
industry and indigenous peoples about the Yang menjadi fokus penelitian ini adalah
validity of the Philippines indigenous peoples bagaimana pola penyelesaian sengketa, jika terjadi
rights legislation and alleged human rights sengketa antara masyarakat dengan perusahaan
abuses on the behalf of the mining industry. tambang dan antara pemerintah pusat/pemerintah
The Philippines strong civil society has as-
daerah dengan PT. Newmont Nusa Tenggara.
sisted the indigenous peoples in regard to this
conflict. Possible solutions to this conflict are Pada garis besarnya, ada dua cara penyelesaian
examined.4 sengketa, yaitu melalui jalur pengadilan dan di

3
Iskandar Zulkarnaen, et al., 2003, Potensi Sengketa di Daerah Pertambangan: Kasus Pongkor dan Cikotok, LIPI, Jakarta, hlm. 90-97.
4
William Holden, “Indigenous Peoples and Non-Ferrous Metals Mining in the Philippines”, The Pacific Review, Vol. 18, Maret 2005, hlm.
417-438.
5
José G. Vargas-Hernández, “Co-Operation and Conflict Between Firms, Communities, New Social Move-ments and the Role of
Government V. Cerro De San Pedro Case”, International Journal of Social Economics, Vol. 34, 2007, hlm. 320-344.
Salim H.S. dan Abdullah, Penyelesaian Sengketa Tambang 479

luar pengadilan. Litigasi adalah penyelesaian yang pihak-pihak yang mengalami konflik;
terjadi antara pihak di pengadilan. c) Kebutuhan dasar manusia, baik fisik,
mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau
Pola penyelesaian sengketa di luar pengadil-
dihalangi;
an adalah menggunakan ADR (alternative d) Identitas yang terancam, yang sering berakar
dispute resolution) atau alternatif penyelesaian pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di
sengketa (APS) adalah sekumpulan prosedur atau masa lalu yang tidak diselesaikan;
mekanisme yang berfungsi memberikan alternatif e) Masalah-masalah ketidaksetaraan dan ke-
tidakadilan yang muncul sebagai masalah-
atau pilihan suatu cara penyelesaian sengketa.6
masalah sosial, budaya dan ekonomi;
Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa masya- f) Ketidakcocokan dalam cara-cara komuni-
rakat mempunyai dua wajah, yaitu konflik dan kasi di antara berbagai budaya yang
konsensus. Oleh karena itu, Ia berpendapat bahwa berbeda-beda.
teori sosiologi harus dibagi menjadi dua bagian, Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, serta
yaitu teori konflik dan teori konsensus. Teori Nader dan Todd mengemukakan teori tentang
konflik menganalisis konflik kepentingan dan strategi penyelesaian konflik. Dean G. Pruitt dan
penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat Jeffrey Z. Rubin mengemukakan 5 strategi dalam
bersama di hadapan tekanan itu. Sementara itu, penyelesaian sengketa/konflik. Kelima strategi
teori konsensus menguji nilai integrasi dalam itu, meliputi:10
masyarakat.7 Randall Collins merupakan tokoh a) contending (bertanding), yaitu mencoba
menerapkan suatu solusi yang lebih disukai
penting dalam membangun teori konflik yang
oleh salah satu pihak atas pihak lainnya;
lebih sintesis dan integratif. Teori konflik integratif b) yielding (mengalah), yaitu menurunkan
Randall Collins lebih menekankan pada analisis aspirasi sendiri dan bersedia menerima
mikro. Ia mengemukakan bahwa: kurang dari yang sebetulnya diinginkan;
Kontribusi utama untuk teori konflik adalah c) problem solving (pemecahan masalah),
menambah analisis tingkat mikro terhadap yaitu mencari alternatif yang memuaskan
teori yang bertingkat makro ini. Analisis- aspirasi kedua belah pihak;
nya difokuskan pada stratifikasi sosial dan d) with drawing (menarik diri), yaitu memilih
organisasi. Stratifikasi dan organisasi ini meninggalkan situasi konflik, baik secara
didasarkan pada interaksi kehidupan sehari- fisik maupun psikologis; dan
hari.8 e) inaction (diam), yaitu tidak melakukan apa-
apa.
Simon Fisher yang mengkaji dan mengana- Nader dan Todd juga mengemukakan 7
lisis faktor penyebab terjadinya konflik. Fisher cara penyelesaian sengketa. Ketujuh cara itu,
mengemukan bahwa penyebab terjadinya konflik meliputi:11
adalah adanya:9 a) membiarkan saja atau lumping it;
a) Polarisasi (kelompok yang berlawanan) b) mengelak (avoidance);
yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan c) paksaan atau coercion;
permusuhan di antara kelompok yang d) perundingan (negotiation);
berbeda dalam suatu masyarakat; e) mediasi (mediation);
b) Posisi-posisi yang tidak selaras dan f) arbitrase; dan
perbeda-an pandangan tentang konflik oleh g) peradilan, adjudication.

6
H. Priyatna Abdurrasyid, 2002, Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar, PT. Fikahati Aneska bekerjasama dengan
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), Jakarta, hlm. 17.
7
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2004, Teori Sosiologi Modern (Modern Sociological Theory), Prenada, Jakarta, hlm. 153-154.
8
Ibid.
9
Imam Taufik, “Relasi Negara dan Masyarakat dalam Diskursus Sengketa di Indonesia dalam Mengelola Sengketa Membangun Damai”,
dalam Mukhsin Jamil, 2007, Teori Strategis dan Implementasi Resolusi Sengketa,WMC (Walisongo Mediation Center) Semarang dan
IAIN Walisongo, Semarang, hlm. 155-158.
10
Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, 2004, Konflik Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 4-6.
11
Laura Nader dan Harry F. Todd Jr, 1978, The Disputing Process Law in Ten Societies, Columbia University Press, New York, hlm. 9-11.
Lihat juga Ihromi T.O., 1993, Antropologi Hukum: Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor, Jakarta, hlm. 210-212.
480 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

Dari ketujuh cara ini, maka dapat dibagi dan antara Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah
menjadi tiga cara penyelesaian sengketa, yaitu dengan PT. Newmont Nusa Tenggara. Jumlah
tradisional, ADR, dan pengadilan. Yang termasuk sampel yang dipilih sebanyak 70 orang. Penelitian
cara tradisional adalah membiarkan saja atau dilakukan di Kabupaten Sumbawa, Kabupaten
lumping it, mengelak (avoidance) dan paksaan. Sumbawa Barat, Mataram, dan Jakarta. Teknik
Penelitian ini akan menganalisis penyelesaian yang digunakan dalam pengumpulan data ke-
sengketa yang terjadi dengan masyarakat dengan pustakaan adalah menggunakan studi dokumen.
PT. Newmont Nusa Tenggara dan antara Pe- Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data
merintah Pusat/Pemerintah Daerah dengan PT. lapangan adalah wawancara mendalam (depth
Newmont Nusa Tenggara, apakah menggunakan interview) dengan para responden. Analisis data
negosiasi, mediasi, arbitrase, mengelak, peng- yang digunakan dalam penelitian ini adalah
adilan, dan lain-lain. Ke semua cara-cara ini analisis kualitatif. Hal-hal yang akan dianalisis,
yang akan diteliti dan dikaji secara mendalam, meliputi faktor penyebab terjadinya sengketa dan
hasil penelitian ini akan dirumuskan sebuah cara untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi
model penyelesaian sengketa yang menyeluruh antara masyarakat etnis Samawa dengan PT.
dan paling tepat untuk digunakan dalam rangka Newmont Nusa Tenggara dan antara Pemerintah
mengakhiri sengketa yang timbul antara Pusat/Pemerintah Daerah dengan PT. Newmont
masyarakat etnis Samawa dengan PT. Newmont Nusa Tenggara.
Nusa Tenggara dan antara Pemerintah Pusat/
Pemerintah Daerah dengan PT. Newmont Nusa C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tenggara. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan 1. Faktor Penyebab Timbulnya Sengketa
masalah sebagai berikut: (1) Faktor-faktor apakah antara Masyarakat Etnis Samawa
yang menyebabkan timbulnya sengketa antara dengan PT. Newmont Nusa Tenggara dan
masyarakat, (2) Samawa dengan PT. Newmont antara Pemerintah Indonesia dengan PT.
Nusa Tenggara dan antara Pemerintah Indonesia Newmont Nusa Tenggara
dengan PT. Newmont Nusa Tenggara, dan (3) Sengketa di bidang pertambangan merupa-
Bagaimanakah pola penyelesaian sengketa yang kan sengketa atau konflik atau pertentangan
terjadi antara masyarakat Samawa dengan PT. yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan per-
Newmont Nusa Tenggara dan antara Pemerintah tambangan. Kegiatan pertambangan meliputi
Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara. kegiatan untuk melakukan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, eksploitasi,
B. Metode Penelitian pemurnian dan penjualan terhadap sumber daya
Penelitian ini merupakan gabungan dari alam, yang berupa mineral, kumpulan mineral,
penelitian normatif dan penelitian antropologi batuan, bijih maupun batu bara.
hukum. Sumber data yang digunakan dalam Kelima kegiatan itu tidak selalu dapat
penelitian in, yaitu data kepustakaan dan dilaksanakan dengan baik oleh kontraktor yang
lapangan. Data kepustakaan dalam ilmu hukum ditunjuk. Dalam pelaksanaan kegiatan tambang,
dapat dibedakan menjadi 3 macam bahan hukum, kontraktor yang ditunjuk selalu menimbulkan
yaitu bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. masalah. Masalah itu tidak hanya terjadi antara
Data primer merupakan data yang berasal dari masyarakat dengan kontraktor, tetapi juga terjadi
data lapangan. Sampel utama dalam penelitian antara Pemerintah dengan kontraktor. Pada
ini adalah para pihak yang bersengketa. Pihak tanggal 2 Desember 1986, Pemerintah Indonesia
yang bersengketa adalah antara masyarakat etnis telah menunjuk PT. Newmont Nusa Tenggara
Samawa dengan PT. Newmont Nusa Tenggara sebagai kontraktor untuk melakukan kegiatan
Salim H.S. dan Abdullah, Penyelesaian Sengketa Tambang 481

penambangan di wilayah Batu Hijau, Kabupaten kontrak karya (44%). Para pihak yang bersengketa,
Sumbawa Barat dan Elang Dodo, Kecamatan yaitu masyarakat desa Labangkar dengan PT.
Ropang, Kabupaten Sumbawa. Penambangan Newmont Nusa Tenggara. Yang menjadi objek
yang dilaksanakan tidak selalu berjalan dengan sengketa ini adalah wilayah kontrak karya yang
baik, karena selalu mendapat hambatan dari digunakan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara
masyarakat sekitar area penambangan maupun untuk melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah
dari pemerintah daerah. Berdasarkan hasil kontrak karya Elang Dodo, Kecamatan Ropang
penelitian yang penulis lakukan, baik di wilayah seluas 16.568,54 ha. Faktor penyebab terjadinya
Batu Hijau Kabupaten Sumbawa Barat, wilayah sengketa wilayah kontrak karya yang digunakan
Elang Dodo, Kecamatan Ropang Kabupaten oleh PT. Newmont Nusa Tenggara untuk
Sumbawa, maupun di Kota Mataram, maka ada melakukan kegiatan eksplorasi, disajikan dalam
5 jenis sengketa yang terjadi antara masyarakat tabel 1.
etnis Samawa dengan PT. Newmont Nusa Hasil penelitian menunjukkan bahwa se-
Tenggara dan antara Pemerintah Indonesia dengan banyak 25 orang responden atau 83%, berpen-
PT. Newmont Nusa Tenggara. Kelima jenis dapat bahwa faktor penyebab timbulnya sengketa
sengketa itu, meliputi sengketa wilayah kontrak antara masyarakat Desa Lebangkar dengan PT.
karya (44%), sengketa program community Newmont Nusa Tenggara adalah karena belum
development (Comdev) PT. Newmont Nusa dipenuhinya permintaan ganti rugi oleh PT.
Tenggara (57%), sengketa hak atas tanah (1%), Newmont Nusa Tenggara. Alasan masyarakat
perusakan rumah kepala desa Ropang (9%), dan meminta ganti rugi kepada PT. Newmont Nusa
divestasi saham (10%). Dari kelima jenis sengketa Tenggara karena wilayah kontrak karya yang
itu, maka yang akan dianalisis dalam penelitian ini digunakan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara
hanya sengketa wilayah kontrak karya, sengketa untuk melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah
program Comdev PT. Newmont Nusa Tenggara, kontrak karya Elang Dodo, Kecamatan Ropang
dan divestasi saham. Ketiga jenis sengketa itu, seluas 16.568,54 ha merupakan tanah adat yang
disajikan berikut ini. ditinggalkan oleh leluhur mereka 77 tahun yang
a) Sengketa Wilayah Kontrak Karya lalu.
Sengketa wilayah kontrak karya merupakan Sebanyak 3 orang responden (12%) ber-
sengketa yang terjadi antara perusahaan tambang pendapat bahwa faktor penyebab terjadinya
dengan masyarakat yang berada di sekitar wilayah sengketa antara masyarakat Labangkar dengan

Tabel 1. Penyebab Sengketa Wilayah Kontrak Karya (n=30)

No. Faktor Penyebab Sengketa Responden Persentase


Wilayah Kontrak Karya (orang) (%)
1. Ganti rugi hak atas tanah di Elang 25 83
Dodo (wilayah KK)
2. Status wilayah Elang Dodo 3 12
3. Pemerintah terlalu dekat dengan 1 4
perusahaan
4. PT. NNT tidak pernah masuk ke 1 4
masyarakat
Total 30 103%
Sumber: Data Primer Diolah (2009).
482 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

PT. Newmont Nusa Tenggara adalah karena permintaan masyarakat terhadap proposal yang
status hukum wilayah Elang Dodo, Kecamatan diajukan oleh masyarakat Desa Ropang kepada
Ropang, Kabupaten Sumbawa. Dengan demikian, PT. Newmont Nusa Tenggara. Nilai proposal yang
ditinjau dari segi hukum adat, warga Lebangkar diajukan oleh masyarakat desa Ropang sebanyak
dan warga lainnya sebagai individu yang Rp10 milyar. Uang sebanyak itu digunakan
mempunyai hubungan emosional dengan warga untuk pembangunan infrastruktur, pertanian,
Lebangkar tidak lagi berhak atas tanah yang sudah dan pelatihan tenaga kerja. Akibat dari tidak
membelukar itu, tetapi warga Lebangkar sebagai dipenuhinya permintaan itu, maka masyarakat
suatu komunitas desa (masyarakat) tetap berhak telah melakukan pembakaran base camp PT.
terhadap tanah di wilayah Elang Dodo (tanah Newmont Nusa Tenggara di Elang Dodo,
komunal desa). Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa pada
b) Sengketa Program Community Develop- tanggal 19 Maret 2006.
ment PT. Newmont Nusa Tenggara Dari hasil wawancara dengan Asraruddin
Sengketa program community development Rahman, bahwa faktor penyebab masyarakat
merupakan sengketa yang terjadi antara masya- melakukan pembakaran base camp PT. Newmont
rakat lingkar tambang, terutama masyarakat Nusa Tenggara adalah karena tidak dipenuhi
Desa Ropang, Kecamatan Ropang, Kabupaten substansi kontrak karya sosial oleh PT. Newmont
Sumbawa dengan PT. Newmont Nusa Tenggara Nusa Tenggara. Inti kontrak karya sosial itu,
berkaitan dengan tidak dipenuhinya usulan meliputi: (1) Masyarakat desa Ropang dapat
proposal senilai Rp10 milyar. Faktor penyebab berpartisipasi sebagai tenaga kerja lokal dalam
terjadinya sengketa antara masyarakat Desa pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi PT.
Ropang, Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa Newmont Nusa Tenggara; dan (2) Dipenuhinya
dengan PT. Newmont Nusa Tenggara, disajikan proposal senilai Rp10 milyar.
dalam tabel 2 berikut ini. Di samping itu, Asraruddin Rahman,
Penyebab utama timbulnya sengketa antara berpendapat bahwa faktor penyebab terjadinya
masyarakat Desa Ropang, Kecamatan Ropang, pembakaran base camp PT. Newmont Nusa
Kabupaten Sumbawa dengan PT. Newmont Tenggara adalah: (1) Tidak adanya komunikasi
Nusa Tenggara adalah karena tidak dipenuhinya antara masyarakat Desa Ropang, Kecamatan

Tabel 2. Faktor Penyebab Sengketa antara Masyarakat Ropang dengan PT. Newmont Nusa
Tenggara (n=40)
No. Faktor Penyebab Sengketa antara Responden Persentase
Masyarakat Ropang dengan PT. NNT (orang) (%)
1. Tidak dipenuhinya permintaan proposal 34 100
Rp10 milyar
2. Kecemburuan tenaga kerja 3 9
3. Tidak transparan pemerintah 1 3
4. Pengaruh dari luar desa Ropang 1 3
5. Kekecewaan masyarakat terhadap PT. 2 6
NNT karena tidak dijumpai di base camp
PT. NNT di Elang
6. Pernyataan bupati yang menghina 2 6
masyarakat
Total 43 127%
Sumber: Data Primer Diolah (2009),
Salim H.S. dan Abdullah, Penyelesaian Sengketa Tambang 483

Ropang, Kabupaten Sumbawa dengan Pemerintah sepakatan antara perusahaan tambang dengan
Daerah Sumbawa dan PT. Newmont Nusa pemerintah pusat/pemerintah daerah tentang cara-
Tenggara; (2) Tidak adanya penjelasan tentang cara pembayaran harga saham yang ditawarkan
pemanfaatan tenaga kerja lokal dalam pelaksana- oleh perusahaan tambang. Perusahaan tambang
an kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi; (3) menginginkan pembayaran dengan menggunakan
Tidak dipenuhinya permintaan proposal yang pinjaman yang berasal dari perusahaan tambang
telah diajukan oleh masyarakat, pada hal PT. itu sendiri dan berdasarkan prinsip business to
Newmont Nusa Tenggara telah meminta kepada business, sementara Pemerintah Pusat, khususnya
masyarakat untuk mengajukan proposal dengan Pemerintah Provinsi/Kabupaten menginginkan
nilai proposalnya Rp10 milyar; (4) Tidak pembayaran harga saham menggunakan uang
transparannya PT. Newmont Nusa Tenggara pihak ketiga. Berdasarkan hasil penelitian
tentang program-program pengembangan yang dengan responden, maka yang menjadi penyebab
akan dilakukan, baik pada kegiatan eksplorasi timbulnya sengketa divestasi saham, disajikan
maupun eksploitasi; dan (5) Tidak adanya dalam tabel 3 berikut ini.
penjelasan dari PT. Newmont Nusa Tenggara Dalam dokumen kontrak karya yang telah
tentang dampak negatif dan positif dari kegiatan dibuat dan ditandatangani antara Pemerintah
pertambangan. Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara
Pelaksanaan program pengembangan masya- pada tanggal 2 Desember 1986 telah diatur
rakat bagi masyarakat yang berada di daerah dan ditentukan kewajiban PT. Newmont Nusa
lingkar tambang Elang Dodo, Kecamatan Ropang, Tenggara. Salah satu kewajiban dari PT. Newmont
Kabupaten Sumbawa belum dilakukan oleh PT. Nusa Tenggara adalah melakukan divestasi saham
Newmont Nusa Tenggara, ini disebabkan wilayah yang dikuasinya kepada Pemerintah Indonesia
kontrak karya Elang Dodo, masih dalam tahap atau masyarakat Indonesia atau perusahaan
kegiatan eksplorasi, yaitu tahap untuk menentukan Indonesia. Divestasi saham dimaknakan sebagai
secara detail kandungan emas, tembaga dan perak. pengalihan saham yang dimiliki oleh investor
Biasanya pelaksanaan program pengembangan asing kepada Pemerintah Indonesia, warga
masyarakat PT. Newmont Nusa Tenggara baru negara Indonesia atau perusahaan Indonesia yang
dilakukan pada saat dilakukan kegiatan konstruksi dikendalikan oleh warga negara Indonesia.
dan eksploitasi. Perintah untuk melakukan divestasi saham
c) Sengketa Divestasi Saham PT. Newmont Nusa Tenggara telah ditentukan
Sengketa divestasi saham merupakan seng- dalam Pasal 79 huruf y Undang-Undang Nomor
keta yang terjadi antara perusahaan tambang 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dengan pemerintah pusat/pemerintah daerah yang dan Batubara, Peraturan Pemerintah Nomor
berkaitan dengan divestasi saham. Timbulnya 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
seng-keta ini adalah disebabkan karena ketidak- Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara,

Tabel 3. Faktor Penyebab Sengketa Divestasi Saham (n= 7)


No. Faktor Penyebab Sengketa Jumlah Responden Persentase
Divestasi Saham (orang) (%)
1. Tidak konsisten PT. NNT dalam 4 57
pelaksanaan KK
2. Adanya pihak ketiga 3 43
Total 7 100
Sumber: Data Primer Diolah (2009).
484 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 Dari tawaran di atas, nampak bahwa PT.
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Newmont Nusa Tenggara menyetujui untuk
Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan menjual saham kepada Pemerintah Provinsi
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Kabupaten
Batubara. Dalam ketentuan itu, diatur tentang Sumbawa Barat dan Pemerintah Kabupaten
peserta dan jumlah saham yang harus ditawarkan Sumbawa, namun, uang yang digunakan untuk
kepada peserta Indonesia. Peserta Indonesia yang membeli saham itu berasal dari pemegang saham
dapat membeli saham yang didivestasikan itu, asing PT. Newmont Nusa Tenggara, yaitu
meliputi: Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, Newmont Indonesia Limited dan Nusa Tenggara
atau pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, Mining Corporation. Besarnya pinjaman yang
BUMD, atau badan usaha swasta nasional. Jumlah diberikan kepada Perseroan Terbatas bentukan
saham yang wajib ditawarkan sebanyak 51%. Pemerintah Daerah disesuaikan dengan jumlah
Di samping itu, ketentuan tentang divestasi saham yang dibelinya. Pinjaman ini bersifat non-
diatur dalam Pasal 24 ayat (3) sampai dengan recourse, dalam arti bahwa pengembalian
ayat (6) Kontrak Karya. Dalam ketentuan itu telah hanya akan berasal dari dividen dan segala
diatur tentang peserta penawaran, jumlah saham hak yang berasal dari saham PT. Newmont Nusa
yang akan ditawarkan, cara-cara melakukan Tenggara.
penawaran, dan besarnya harga saham yang Tawaran sistem pembayaran saham yang
ditawarkan. Saham yang dimiliki oleh PT. New- diajukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara
mont Nusa Tenggara akan ditawarkan untuk dijual kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
atau diterbitkan kepada Pemerintah Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan
warga negara Indonesia; atau perusahaan Indo- Pemerintah Kabupaten Sumbawa itu ditolak oleh
nesia yang dikendalikan oleh warga negara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
Indonesia. Jumlah saham yang ditawarkan kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, sementara
peserta Indonesia telah ditentukan dalam Pasal Pemerintah Kabupaten Sumbawa menerima
24 ayat (5) Kontrak Karya. Jumlah saham yang tawaran yang disampaikan oleh PT. Newmont
ditawarkan kepada peserta Indonesia sebanyak Nusa Tenggara.
31%. Alasan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Para responden berpendapat bahwa dengan Barat dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa
adanya ketentuan itu, maka kewajiban utama Barat untuk menolak tawaran yang disampaikan
dari PT. Newmont Nusa Tenggara adalah oleh PT. Newmont Nusa Tenggara adalah karena
mengalihkan saham yang dimilikinya kepada mereka akan membayar harga saham dengan
pemerintah Indonesia/pemerintah daerah, namun, cara kontan. Namun, uang yang digunakan untuk
PT. Newmont Nusa Tenggara sendiri membuat pembayaran saham itu berasal dari PT. Bumi
persyaratan-persyaratan yang sangat sulit untuk Resources Tbk. Hal ini didasarkan pada MoU
dipenuhi oleh pemerintah Indonesia/pemerintah yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal
daerah. 16 Maret 2007 antara PT. Bumi Resources Tbk,
PT. Newmont Nusa Tenggara telah Gubernur Nusa Tenggara Barat dan Bupati
menawarkan 2 cara untuk membeli saham Sumbawa. Isinya MoU tersebut untuk membeli
yang ditawarkan kepada Pemerintah Provinsi saham 3% dari PT. Newmont Nusa Tenggara. Di
Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Kabupaten samping itu, PT. Bumi Resources Tbk., Gubernur
Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa, yaitu: Nusa Tenggara Barat dan Bupati Sumbawa akan
(1) Perjanjian jual beli saham; dan (2) Perjanjian membentuk perusahaan daerah yang akan dimiliki
pinjaman uang. oleh Pemerintah Daerah.
Salim H.S. dan Abdullah, Penyelesaian Sengketa Tambang 485

Tawaran yang disampaikan oleh PT. New- 2. Pola Penyelesaian Sengketa antara Masya-
mont Nusa Tenggara dengan sistem pinjaman rakat Etnis Samawa dengan PT. Newmont
uang kepada pemilik modal asing PT. Newmont Nusa Tenggara dan antara Pemerintah
Nusa Tenggara kepada Pemerintah Provinsi Indonesia dengan PT. Newmont Nusa
Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Kabupaten Tenggara
Sumbawa Barat ditolak oleh kedua pemerintah Dari hasil penelitian yang penulis lakukan
tersebut. Tanggal 30 November 2007, PT. diketahui bahwa sengketa yang terjadi antara
Newmont Nusa Tenggara menawarkan sistem masyarakat etnis Samawa dengan PT. Newmont
penjualan saham kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara dan antara Pemerintah Indonesia
Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Kabupaten dengan PT. Newmont Nusa Tenggara diselesai-
Sumbawa Barat dengan sistem business to kan dengan menggunakan hukum Negara, hukum
business. Syarat penjualan saham dengan adat, dan arbitrase internasional. Pendapat
sistem business to business, meliputi: (1) Para responden tentang hal itu, disajikan dalam tabel
penjualnya, yaitu Newmont Indonesia Limited dan berikut ini:
Nusa Tenggara Mining; (2) Corporation; dan (3) Hukum Negara dituangkan dalam bentuk
Pembelinya suatu Perseroan Terbatas (PT) yang undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
100% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi presiden, dan seterusnya. Masyarakat mengingin-
Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Kabupaten kan setiap ada masalah dalam pelaksanaan
Sumbawa Barat. kontrak karya PT. Newmont Nusa Tenggara harus
Sistem penjualan saham yang ditawarkan oleh menggunakan hukum yang dibuat oleh Negara
PT. Newmont Nusa Tenggara juga ditolak oleh karena hukum Negara mengandung sanksi bagi
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan para pelanggar. Bahkan mereka berpendapat
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, karena setiap kejahatan harus dihukum dengan seberat-
syarat itu sangat sulit untuk dipenuhi oleh kedua beratnya, sehingga menimbulkan perasaan
pemerintah tersebut. Ini disebabkan karena dengan takut bagi masyarakat yang lainnya. Apabila
sistem penjualan saham dengan cara business to terjadi sengketa perdata antara PT. Newmont
business, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Nusa Tenggara dengan masyarakat juga harus
Barat dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menggunakan hukum Negara. Hukum Negara
harus menyiapkan sejumlah uang kontan yang yang mengatur tentang penyelesaian sengketa,
berasal dari kedua pemerintah tersebut. Untuk meliputi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
membeli saham senilai 3%, maka pembeli saham tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian
harus menyiapkan dana sebanyak Rp1,3 triliun. Sengketa dan Pasal 154 Undang-Undang Nomor
Dana sebanyak itu sangat sulit untuk dipenuhi 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Batubara. Di dalam Undang-Undang Nomor
dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif

Tabel 4. Pola Penyelesaian Sengketa (n=70)


No. Pola Penyelesaian Sengketa Jumlah Responden Persentase
(orang) (%)
1. Hukum Negara 3 4%
2. Hukum Adat 60 86%
3. Arbitrase Internasional 7 10%
Total 70 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2009).
486 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

Penyelesaian Sengketa telah ditentukan lima dapat diselesaikan dengan adanya kekompakan
cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, masyarakat. Dalam istilah masyarakat disebut
yaitu dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, dengan “teri awan no akan ko tanah” artinya
konsiliasi atau penilaian ahli. Sedangkan di dalam “awan” atau langit tidak akan jatuh ke tanah kalau
Pasal 154 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 masyarakatnya kompak dalam menyelesaikan
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah masalah secara bersama-sama.
ditentukan dua cara penyelesaian sengketa, yaitu Sementara itu, istilah saling basabalong,
melalui pengadilan dan arbitrase dalam negeri basasai, atau yasasapah mengandung makna
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- setiap orang atau masyarakat yang bersengketa
undangan. Kedua cara penyelesaian sengketa atau konflik harus segera diperbaiki sehingga
itu digunakan untuk mengakhiri sengketa hubungan para pihak menjadi baik. Penyelesaian
yang timbul di dalam pelaksanaan IUP (Izin dengan menggunakan cara saling basabalong,
Usaha Pertambangan), IPR (Izin Pertambangan basasai, atau yasasapah ini melibatkan pihak
Rakyat), dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan ketiga, seperti tokoh-tokoh masyarakat atau
Khusus). tokoh-tokoh agama. Saling basabalong, basasai,
Penggunaan hukum Negara dalam penye- dan yasasapah mirip dengan mediasi. Di samping
lesaian sengketa pertambangan karena mem- itu, dalam masyarakat Ropang dikenal juga istilah
berikan kepastian hukum tentang hak dan kewajib- “saling sariri lemah bariri“. Saling sariri lemah
an antara masyarakat dengan PT. Newmont Nusa bariri artinya setiap ada masalah harus saling
Tenggara. Sementara itu, pandangan masyarakat segera untuk diperbaikinya supaya menjadi
yang paling dominan tentang cara penyelesaian baik.
sengketa antara masyarakat dengan PT. Newmont Penyelesaian sengketa melalui arbitrase inter-
Nusa Tenggara (85%) adalah menggunakan nasional merupakan cara pengakhiran sengketa
hukum adat. Hukum adat merupakan kaidah- yang telah disepakati antara Pemerintah Indonesia
kaidah hukum yang hidup dan berkembang dengan PT. Newmont Nusa Tenggara. Kesepakatan
dalam masyarakat. Dari hasil penelitian dengan ini telah dituangkan dalam dokumen kontrak
responden, ditemukan istilah-istilah yang dikenal karya PT. Newmont Nusa Tenggara. Cara yang
dalam masyarakat untuk mengakhiri sengketa yang ditempuh untuk menyelesaikan sengketa itu
terjadi antara masyarakat dengan PT. Newmont adalah melalui lembaga Arbitrase UNCITRAL di
Nusa Tenggara, yang meliputi: Tumaq Barema, New York. Tujuan Pemerintah Indonesia mengaju-
Tumaq basuan, Saling basabalong, Basasai dan kan gugatan melalui Arbitrase UNCITRAL di
Yasasapah. New York adalah menjaga iklim investasi dan
Istilah tumaq barema atau tumaq basuan sikap menghormati kontrak. Gugatan Pemerintah
mengandung pengertian yang sama. Tumaq ba- Indonesia diajukan pada tanggal 3 Maret 2008,
rema atau tumaq basuan artinya duduk bersama- sedangkan default dilakukan 11 Februari 2008.
sama (tokal barema) untuk menyelesaikan dan PT. Newmont Nusa Tenggara diberi kesempatan
mengakhiri sengketa yang timbul, baik antara perpanjangan waktu dua kali, yaitu masing-
masyarakat dengan masyarakat maupun antara masing tanggal 22 Februari 2008. Bertindak
masyarakat dengan PT. Newmont Nusa Tenggara. sebagai arbiter dalam gugatan perkara divestasi
Cara seperti ini tidak melibatkan pihak ketiga, ini terdiri dari 3 arbiter, yakni Dr. Robert Briner,
melainkan para pihaklah yang menyelesaikan Profesor M. Sonarajah dan Judge Stephen M.
sendiri sengketa atau konflik yang terjadi di antara Scwebel.
mereka. Konsekuensi dari penyelesaian secara Robert Briner merupakan arbiter independen,
bersama-sama ini, maka yang berat atau ringan yang berasal dari Swiss. Profesor M Sonarajah dari
Salim H.S. dan Abdullah, Penyelesaian Sengketa Tambang 487

Singapura ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia. D. Kesimpulan


Sedangkan arbiter Judge Stephen M. Scwebel Faktor penyebab terjadinya sengketa antara
berasal dari AS, mewakili Sumitomo Corporation masyarakat etnis Samawa dengan PT. Newmont
dan Newmont Corp. Nusa Tenggara dan antara Pemerintah Indonesia
Sidang perdana telah dilakukan pada tanggal dengan PT. Newmont Nusa Tenggara bervariasi.
10 Desember 2008 di Hotel JW Marriot Jakarta. Faktor-faktor tersebut, meliputi (1) belum
Pada tanggal 31 Maret 2009, sidang arbitrase dipenuhinya permintaan ganti rugi oleh PT.
internasional di bawah the UNCITRAL Arbitration Newmont Nusa Tenggara (83%) dan (2) belum
Rule 1976 telah menetapkan putusan sebagai jelasnya status hukum wilayah Elang Dodo,
berikut: Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa (12%).
1) PT. Newmont Nusa Tenggara diwajibkan Penyebab utama timbulnya sengketa antara
untuk menjamin bahwa saham yang
masyarakat Desa Ropang, Kecamatan Ropang
akan dialihkan/dijual kepada Pemerintah
Indonesia sesuai dengan Pasal 24 ayat Kabupaten Sumbawa dengan PT. Newmont
(3) Kontrak Karya adalah bebas dari Nusa Tenggara adalah karena tidak dipenuhinya
gadai. permintaan masyarakat terhadap proposal
2) Mewajibkan PT. Newmont Nusa Tenggara yang diajukan oleh masyarakat Desa Ropang,
untuk melakukan divestasi saham:
Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa kepada
a. 3% tahun 2006;
b. 7% tahun 2007 PT. Newmont Nusa Tenggara (100%). Nilai
kepada Pemerintah Provinsi Nusa proposal yang diajukan oleh masyarakat Desa
Tenggara Barat, Kabupaten Sumbawa Ropang sebanyak Rp10 milyar. Faktor penyebab
Barat dan Kabu-paten Sumbawa. timbulnya sengketa divestasi saham antara
3) Mewajibkan PT. Newmont Nusa Tenggara
Pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont Nusa
untuk mendivestasikan saham tahun 2008
sebesar 7% kepada Pemerintah Indonesia Tenggara adalah karena tidak konsistennya PT.
atau Pemerintah Daerah atau badan hukum Newmont Nusa Tenggara dalam melaksanakan
Indonesia. kontrak karya (57%) dan adanya pihak ketiga
4) PT. Newmont Nusa Tenggara diberikan (43%).
waktu jangka waktu 180 hari, sejak putusan
untuk melakukan divestasi saham kepada Persepsi masyarakat tentang cara atau pola
Pemerintah Republik Indonesia. untuk mengakhiri atau menyelesaikan sengketa
Dengan adanya putusan tersebut, tidak antara masyarakat etnis Samawa dengan PT.
ada alasan bagi PT. Newmont Nusa Tenggara Newmont Nusa Tenggara dan antara Pemerintah
untuk menolak untuk melakukan divestasi Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara,
saham kepada Pemerintah Republik Indonesia meliputi hukum Negara (4%), hukum adat
atau Pemerintah Daerah. Apabila dalam tempo (86%), dan arbitrase internasional (10%). Pola
180 hari, divestasi tidak dapat dilakukan, maka penyelesaian sengketa yang paling dominan
Pemerintah Republik Indonesia dapat mengakhiri adalah menggunakan hukum adat. Cara-cara itu,
kontrak karya yang telah dibuat antara Pemerintah meliputi (1) tumaq barema atau tumaq basuan,
Republik Indonesia dengan PT. Newmont Nusa dan (2) saling basabalong atau basasai atau
Tenggara. yasasapah.
488 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012, Halaman 377 - 569

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku B. Antologi Bereditor


Abdurrasyid, H. Priyatna 2002, Arbitrase & Taufik, Imam, “Relasi Negara dan Masyarakat
Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu dalam Diskursus Sengketa di Indonesia dalam
Pengantar, PT. Fikahati Aneska bekerjasama Mengelola Sengketa Membangun Damai”,
dengan Badan Arbitrase Nasional Indonesia dalam Mukhsin Jamil, 2007, Teori Strategis
(BANI), Jakarta. dan Implementasi Resolusi Sengketa, WMC
Ihromi T.O., 1993, Antropologi Hukum: Sebuah (Walisongo Mediation Center) Semarang dan
Bunga Rampai, Yayasan Obor, Jakarta. IAIN Walisongo, Semarang.
Nader, Laura, dan Harry F. Todd Jr, 1978, The
Disputing Process Law in Ten Societies, C. Artikel Jurnal
Columbia University Press, New York. Holden, William, “Indigenous Peoples and Non-
Pruitt, Dean G., dan Jeffrey Z. Rubin, 2004, Konflik Ferrous Metals Mining in the Philippines”,
Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. The Pacific Review, Vol. 18, Maret 2005.
Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman, 2004, Vargas-Hernández, José G., “Co-Operation and
Teori Sosiologi Modern (Modern Sociological Conflict Between Firms, Communities,
Theory), Prenada, Jakarta. New Social Move-ments and the Role of
Salim H.S., et al., 2005, Kajian Sosio-Yuridis Government V. Cerro De San Pedro Case”,
terhadap Status Hukum Kawasan Hutan International Journal of Social Economics,
Elang Dodo, Kecamatan Ropang, Sumbawa, Vol. 34, 2007.
Kerjasama Pusat Kebijakan Publik dan
Percepatan Otonomi Daerah (PKD-Proda) D. Artikel Koran
Nusa Tenggara dengan PT. Newmont Nusa Bustomi, H. Thomas, “Konflik Freeport, Sebuah
Tenggara, Mataram. Ketidakadilan”, Pikiran Rakyat, 24 Maret
Zulkarnaen, Iskandar, et al., 2003, Potensi 2006.
Sengketa di Daerah Pertambangan: Kasus
Pongkor dan Cikotok, LIPI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai