Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan de
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan de
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure
– unsure fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non-
allergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak
allergic) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif
Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Prevalensi dari semua bentuk dermatitis adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0.69%,
dermatitis numuler 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,82%. (Marwali, 2000). Di Amerika Serikat,
90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak.
Antigen penyebab utamanya adalah nikel, potassium dikromat dan parafenilendiamin. Konsultasi
ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak. Dermatitis tangan mengenai 2%
dari populasi dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur hidupnya. Anak-anak
dengan dermatitis kontak 60% akan positif hasil uji tempelnya. Di Skandinavia yang telah lama
memakai uji tempel sebagai standar, maka insiden dermatitis kontaknya lebih tinggi dari pada
Amerika. Dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat
pekerjaan disebut dermatitis kontak alergik akibat kerja (DKAAK) yang mencapai 25% dari
seluruh dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). Dermatitis kontak akibat kerja mencapai 90%
dari dermatitis akibat kerja (DAK) prevalensi DKAAK berbeda-beda di tiap Negara tergantung
macam serta derajat industrialisasi Negara tersebut. Di Eropa insiden juga tinggi seperti Swedia
dermatitis kontak dijumpai pada 48% dari populasinya. Di belanda 6% di Stockholm 8% dan
Bergen 12%. Menurut Survei Rumah Tangga dari beberapa Negara menunjukkan penyakit alergi
adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga.
Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar
80% dantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. Penderita
alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam
dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah
lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai
Dermatitis (alergi kulit). Di Indonesia laporan dari bagian penyakit kulit dan kelamin FK Unsrat
1
Manado dari tahun 1988-1991 dijumpai insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%. Di RSUD Dr.
Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada tahun 1991-1992 dijumpai insiden dermatitis
kontak sebanyak 17,76%. Sedangkan di RS Dr. Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak pada
tahun 1992 sebanyak 37,54% tahun 1993 sebanyak 34,74% dan tahun 1994 sebanyak 40,05%.
Dari data kunjungan pasien baru di RS Dr. Pirngadi Medan, selama tahun 2000 terdapat 3897
pasien baru di poliklinik alergi dengan 1193 pasien (30,61%) dengan diagnosis dermatitis kontak
dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 2122 pasien alergi dengan 645 pasien (30,40%)
menderita dermatitis kontak. Di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731
pasien baru dipoliklinik alergi dimana 201 pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari
bulan januari hingga juni 2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita
dermatitis kontak.
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,
bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi pada kulit.
Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus
menerus mengalami mitosis, dan bergangti dengan yang baru sekitar 30 hari.
Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan
nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang di hasilkan oleh sel-sel
yang di sebut keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya taahan
tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan
melindungi epidermis dari iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin
adalah komponen utama appendix kulit : rambut dan kuku.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis
dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone hipofisis
anterior, hormone perangsang melanosis (melanocyte Stimulatting Hormone, MSH).
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam
produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin,
semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian
kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misalnya: putting susu)
mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal
bergantung pada ras dan bervariasi dari merah meda dan hingga cerah. Penyakit
sistemik juga akan memengaruhi warna kulit. Sebagai contoh, kulit akan tampak
kebiruan bila tiba oksigenasi darah yang akan mencukupi, berwarna kuning-hijau
pada penderita icterus, atau merah atau terlihat Flushing bila terjadi inflamasi atau
3
demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dalam sinar matahari
yang berbahaya.
Sel-sel imun, yang disebut Sel Langerhans, terdapat di seluruh epidermis. Sel
Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan
membangkitkan suatu sarana imun. Sel Langerhans mungkin bertanggung
jawabmengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit di plastic atau neoplastic. Sel
Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-saraf simpatis, yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara system saraf dan kemampuan kulit untuk
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel
Langerhans dengan meningkatkan rangsangan simpatis. Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
2. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis yang
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit.
Lapisan papilla dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun terutama
dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari permbuluh dara dan limfe,
serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea. serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel,
asam hialuronat, di sekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi
protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada
seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh
limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringant dan palit (sebasea). Sel mast, yang
mengeluarkan histamine selama cedera atau peradangan, dan makrofag, yang
memfagositosis sel-sel mati dan mikro-organisme, juga terdapat di dermis.
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen pada dermis dan
epidermis, serta membuang produk-produk sisa. Aliran darah dermis memungkinkan
tubuh mengontrol tempraturnya. Pada penurunan suhu tubuh, saraf-saraf simpatis ke
pembuluh darah meningkatkan pelepasan norepinefrin. Pelepasan norepinefrin
menyebabkan kontriksi pembuluh sehingga panas tubuh dapat dipertahankan. Apabila
4
suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan simpatis terhadap pembuluh daran dermis
berkurang sehingga terjadi dilatasi pembuluh sehingga panas tubuh akan dipindahkan
ke lingkungan. Hubungan arteriovena (AV) yang disebut anastomosis, dijumpai pada
sebagian pembuluh darah. Anastomosis AV mempermudah pengaturan suhu tubuh
oleh kulit dengan memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada keadaan
yang sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga mempersaraf kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, serta folikel rambut.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak dan
jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator
panas. jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh.
Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, secara
parsial akan menyebabkan perbadaan bentuk tubuh laki-laki dengan perempuan.
Maka yang berlebihan akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringa
subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan factor penting dalam
pengaturan suhu tubuh.
4. Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi yang sudah di tentukan
sebelumnya, sel-sel epidermis tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut.
Folikel rambut ini disokong oleh matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi
rambut. Kemudian suatu saluran epitel akan terbentuk, melalui saluran inilah rambut
akan keluar ke permukaan tubuh. Sama seperti sisik, rambut terdiri atas keratin mati
dan dibentuk dengan kecepatan tertentu. Sistin dan metionin, yaitu asam amino yang
mengandung sulfur dengan ikatan kovalen yang kuat, memberikan kekuatan pada
rambut.
Pada kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari. Setiap
folikel rambut melewati siklus: pertumbuhan (9rambut anagen), stadium
5
intermedia(rambut kotagen), dan involusi (rambut tolagen). Stadium anagen pada
kulit kepala dapat bertahan selama kurang lebih 3 tahun, sedangkan stadium tolagen
hanya bertahan sekitar 3 bulan saja. Begitu folikel rambut mencapai stadium tolagen,
maka rambut akan rontok. Pada akhirnya foliker rambut akan mengalami regenerasi
menjadi stadium anagen dan akan terbentuk rambut baru. Aktivitas siklus folikel
rambut ini satu dengan lainnya tidak saling bergantungan. Pola mosaic ini mencegah
terjadinya kebotakan sementara pada kulit kepala. Bila proses ini berhenti, maka
orang akan tersebut akan mengalami kebotakan permanen.
Sekitar 90% dari 100.000 folikel rambut pada kulit kepala yang normal berada
dalam fase pertumbuhan pada satu saat. Limapuluh hingga 100 lembar rambut kulit
kepala akan rontok setiap harinya.
Rambut pada berbagai bagian tubuh memiliki fungsi yang bermacam-macam.
Rambut pada bagian mata (alis dan bulu mata), hidung, dan telinga menyaring debu,
binatang kecil, serta kotoran yang terbawa oleh udara.
Warna rambut di tentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang
rambut. Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya pigmen
tersebut. Pada bagian tubuh tertentu, pertumbuhan rambut di kontrol oleh hormon-
hormon seks. Contoh yang paling nyata adalah rambut pada wajah (rambut janggut
dan kumis) dan rambut pada bagian dada, serta punggung yang dikendalikan oleh
hormone laki-laki yang dikenal sebagai hormone androgen.
Kuantitas dan distribusi rambut dapat dipengaruhi oleh kondisi endokrin. Sebagai
contoh, sindrom Cushing menyebabkan hirsutisme (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, khususnya pada wanita); hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif)
menyebabkan perubahan tekstur rambut. Pada banyak kasus, kemoterapi dan terapi
radiasi pada kanker akan menyebabkanpenipisan rambut atau pelemahan batang
rambut sehingga terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang parsial atau total dari kulit
kepala maupun bagian tubuh yang lain.
5. Kuku
Kuku merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis
matriks kuku. Matriks kuku terletak dibawah bagian proksimal lempeng kuku dalam
6
dermis. Bagian ini dapat terlihat sebagai suatu daerah putih yang disebut lunula, yang
tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan kutikula. Oleh karena rambut
maupun kuku merupakan struktur keratin yang mati, maka rambut dan kuku tidak
mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai aliran darah. Kuku akan melindungi
jari-jari tangan dan kaki dengan menjaga fungsi sensoriknya yang sangat berkembang,
serta meningkatkan fungsi-fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat benda-
benda kecil.
Pertumbuhan kuku berlangsung terus sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-
rata 0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebiih cepad pada kuku jari tangan
daripada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan proses penuaan.
Pembaruan total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan
pembaruan kuku jari kaki membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan (Smeltzer, 2002).
7
Kelenjar apokrin terdapat didaerah aksila, anus, skrotum, dan labia mayora.
Saluran keluarnya pada umumnya bermuara ke dalam folikel rambut. Kelenjar
apokrin akan menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar apokrin memproduksi keringat
yang keruh seperti seperti susu dan di uraikan oleh bakteri untuk menghasilkan bau
ketiak yang khas. Kelenjar apokrin yang khusus dan dinamakan kelenjar seruminosa
dijumpai pada telinga luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serum. Sekresi
apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi kelenjar
ini menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh
bakteri.
Sekret yang encer seperti air yang disebut keringat atau peluh dihasilkan oleh
bagian basal yang berbentuk seperti kumparan pada kelenjar ekrin dan dilepaskan ke
dalam saluran keluarnya yang sempit. Keringat terutama tersusun dari air dan
mengandung sekitar separuh dari kandungan garam dalam plasma darah. Keringat
dilepas Dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan
kenaikan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalikan oleh system saraf
simpatik. Pengeluaran keringat yang berlebihan pada telapak tangan dan kaki, aksila,
dahi dan daerah-daerah lainnya dapat terjadi sebagai reaksi terhadap rasa nyeri, serta
stress.
7. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut.
1. Proteksi
2. Sensasi
3. Termoregulasi
4. Metabolisme,sintesis vitamin D
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
7. Penyimpanan nutrisi
Selain fungsi di atas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi
nonverbal, sebagai contoh dalam kaitannya dengan emosi, misalnya wajah
8
kemerahan dalam menahan marah atau malu dan petunjuk tentang kondisi usia
seseorang dan status kesehatan.
a. Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm yang
memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia, dan biologis dari dan
invasi bakteri. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap
pengaruh trauma yang terus-menerus terjadi di daerah tersebut.
Bagian sratum korneum epidermis merupakan barier yang paling efektif terhadap
berbagai factor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan serangga,
luka karena gesekan angin, dan trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi zat-zat dari luar yang
berbahaya ataupun kehilangan cairan dan substansi lain yang vital bagi homeostasis tubuh.
Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan melalui jaringan ikat fibrosa
dan serabut kolagennya. Serabut elastic dan kolagen yang saling berjalin dengan epidermis
memungkinkan kulit untuk berperilaku sebagai satu unit. Dermis tersusun dari jalinan vascular,
akar rambut tubuh, dan kelenjar peluh, serta sebasea. Oleh karena epidermis bersifat avaskular,
dermis merupakan barier transportasi yang efisien terhadap substansi yang dapat menembus
stratum korneum dan epidermis. Factor-faktor lain yang memengaruhi fungsi protektif kulit
mencakup usia kulit, daerah kulit yang terlibat dan status vascular.
b. Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau
secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah
untuk mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan (sentuhan yang berat).
Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.
Meskipun tersebar di seluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih terkonsentrasi pada sebagian daerah
dibandingkan bagian lainnya. Sebagai contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinevasi
ketimbang kulit pada bagian punggung tangan.
9
c. Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh vasokonstraksi
(yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas ke kulit), dan sensasi suhu. Perpindahan
suhu dilakukan pada system vascular, melalui dinding pembuluh, ke permukaan kulit dan hilang
ke lingkungan sekitar melalui mekanisme penghilang panas. Pada kondisi suhu tubuh rendah,
pembuluh darah akan mengalami konstriksi. Sebaliknya saat suhu tinggi, hipotalamus
menghambat vasokonstriksi dan pembuluh dilatasi. Saat kulit menjadi dingin, sensori mengirim
informasi ke hipotalamus, yang mengakibatkan menggigil, menghambat keringat dan
vasokonstriksi. Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Sruktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi.
Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah gelombang elektromagnetik.
Adanya aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh
darah permukaan. Variasi jumlah panas yang di bawa ke permukaan bergantung pada
tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Penyebaran panas
dari kulit ke setiap objek kulit yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat
bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat. Vasodilatasi perifer juga meningkatkan
aliran darah ke kulit untuk memperluas penyebaran yang ke luar. Vasokonstriksi perifer
meminimalkan kehilangan panas ke luar. Sampai 85% area permukaan tubuh manusia
menyebarkan panas ke lingkungan. Namun, bila lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh
mengabsorbsi panas melalui radiasi. Perawat meningkatkan kehilanhan panas melalui
radiasi dengan melepaskan pakaian atau selimut. Posisi pasien meningkatkan kehilangan
panas melalui radiasi.
Konduksi
Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain melalui
kontak langsung. Proses pengeluaran atau perpindahan suhu tubuh terjadi pada saat kulit
hangat menyentuh objek yang lebih dingin. Ketika kondisi suhu dua objek sama,
10
kehilangan panas konduktif terhenti. Perpindaha panas secara konduksi dapat melalui
benda padat, gas, dan cair. Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa cara
menurunkan panas tubuh secara konduksi hanya menyebabkan sedikit kehilangan panas.
Perawat meningkatkan kehilangan panas konduktif ketika memberikan beberapa lapis
pakaian akan mengurangi efek konduktif.
Konveksi
Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan udara yang
secara langsung kontak dengan kulit. Adanya arus udara membawa udara hangat akan
menyebabkan kehilangan panas secara konveksi. Sebaliknya arus udara dingin
meningkatkan pengeluaran panas melalui konveksi. Pemberian pakaian atau selimut akan
menurunkan efek dari konveksi. Kondisi ini memberikan inplikasi pada perawat dalam
mengatur suhu lingkungan pada pasien yang mengalami kondisi hipertermi atau
hipotermi.
Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energy panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap.
Tubuh secara kontinu kehilangan panas secara evaporasi. Kira-kira 600-900 ml sehari
meguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan
normal ini dipertimbangkan kehilangan air tidak kasat mata (insensible water loss)dan
tidak memainkan peran utama dalam pengaturan suhu.
Dengan mengatur perspirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan kehilangan
panas evaporative tambahan. Berjuta-juta kelenjar keringat yang terletak dalam dermis
kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada permukaan kulit. Ketika suhu tubuh
meningkat, hipotalamus anterior member sinyal kelenjar keringat untuk melepaskan
keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara
untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolic
(Potter,2006).
11
d. Metabolisme
Meskipun sinar matahari yang kuat dapat merusak sel-sel epitel dan jaringan,
tetapi sinar matahari dengan jumlah yang dapat di toleransi sangat di perlukan tubuh
manusia. Ketika radiasi sinar ultraviolet memberikan paparan, maka sel-sel epidermal di
dalam stratum spinosum dan stratum germinativum akan mengonversi pelepasan steroid
kolesterol menjadi vitamin D3, atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi
kolekalsiferol menjadi produk yang digunakan organ ginjal untuk menyintesis hormon
kalsitriol. Kalsitriol merupakan komponen yang penting untuk membantu absorpsi
kalsium dan fosfor di dalam usus halus. Ketidakadekuatan dari pengiriman kalsitriol akan
menghambat pemeliharaan dan pertumbuhan tulang.
e. Keseimbangan air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian
akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh
dan mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan.
Apabila kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar, cairan dan
elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat sehingga bisa terjadi kolaps
sirkulasi, syok serta kematian. Di lain pihak, kulit tidak sepenuhnya impermeable
terhadap air. Sejumlah kecil air akan mengalami evaporasi secara terus-menerus dari
permukaan kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible
perspiration) yang berjumlah kurang lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang
normal. Kehilangan air yang tidak kasat mata (insensible water loss) bervariasi menurut
suhu tubuh. Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat. Ketika terendam
dalam air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga empat kali berat normalnya.
Contoh keadaan ini yang lazim dijumpai adalah pembengkakan kulit sesudah mandi
berendam untuk waktu yang lama.
12
dan substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal atau
lewat lubang-lubang folikel.
9. Pertimbangan Gerontologi
Secara fisiologis sistem integument akan mengalami perubahan yang
signifikan akibat proses penuaan. Kondisi perubahan utama yang terjadi pada kulit
lansia meliputi kering, keriput, pembentukkan pigmentasi yang tidak merata, dan
terbentuknya berbagai lesi proliferative.
Secara struktur terjadi perubahan seluler dimana terjadi penipisan titik
temu antara dermis dan epidermis sehingga meningkatkan kondisi kekeringan
pada kulit. Keadaan ini menyebabkan lokasi pengikatan yang lebih sedikit antara
dua lapisan kulit tersebut sehingga suatu kondisi cedera atau stress yang ringan
pada epidermis dapat menyebabkan lapisan itu terlepas dari dermis. Kondisi ini
memberikan implikasi pada perawat bahwa fenomena penuaan ini dapat menjadi
penyebab meningkatnya kerentanan kulit yang menua terhadap trauma, misalnya
pasien yang kurang mobilisasi akan meningkatkan resiko ulkus tekan yang lebih
tinggi disbanding usia dewasa muda.
Dengan bertambahnya usia, struktur dari epidermis dan dermis akan
mengalami penipisan dan pendataran sehingga timbul pengeriputan kulit, kulit
yang menggantung , dan lipatan kulit yang saling tumpah tindih. Hilangnya
substansi elastin, kolagen, dan lemak subkutan dalam jaringan bawah kulit
bertanggung jawab terhadap penurunan daya perlindungan, pembantalan jaringan
dan organ di bawahnya, serta menurunkan tonus otot.
13
Perubahan struktur kulit akibat pergantian sel yang melambat karena
proses penuaan meningkatkan terbentuknyaa pigmentasi pada kulit. Dengan
terjadinya penipisan lapisan dermis, kulit akan menjadi rapuh dan transparan.
Pasokan darah ke kulit juga berubah sejalan dengan bertambahnya usia. Pembuluh
darah, terutama lingkaran kapiler akan menurun jumlah dan ukurannya.
Perubahan vascular ini turut menghambat penyembuhan luka yang umum terlihat
pada pasien-pasien lansia. Selain itu, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea juga
akan menurun jumlah dan kapasitas fungsionalnya sehingga kulit menjadi kering
dan bersisik. Penurunan kadar hormone androgen diperkirakan turut menyebabkan
berkurangnya fungsi kelenjar sebasea.
Pertumbuhan rambut akan berkurang secara bertahap, terutama rambut di
tungkai bawah dan dorsum kaki. Penipisan rambut sering terlihat di kulit kepala,
aksila, dan pubis. Fungsi lain yang dipengaruhi oleh proses penuaan normal
adalah fungsi barier, persepsi sensorik, dan termoregulasi.
14
2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa
menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar uv, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya pada seseorang yang memiliki riwayat kepekaan
terhadap zat tertentu.
2.4 Patofisiologi
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,
bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup
keadaan terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun
serta air, dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi
pada kulit. Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui
hipersensitifitas lambat jenis seluler tipe IV.
a. Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
menyebabkan rperubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen
dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
15
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis. Kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-
ulang.
b. Dermatitis Kontak Alergik
Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 – 14 hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV
terjadi melalui 2 fase yaitu:
1. Fase sensitisasi
Terjadi saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberi respons, yang memerlukan 2-3 minggu. Pada fase
induksi/fase sensitisasi ini, hapten masuk ke dalam kulit dan berikatan dengan
protein karier membentuk antigen yang lengkap. Antigen ini ditangkap dan
diproses lebih dahulu oleh makrofag dan sel langerhans. Kemudian memacu
reaksi limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit sehingga sensitisasi terjadi
pada limfosit T. melalui saluran limfe, limfosit tersebut bermigrasi ke darah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan
berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan
sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian
kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan
keadaan sensitisasi yang sama di seluruh kulit tubuh.
2. Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan
ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses
secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di
permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen akan
dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di
kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya
berlangsung antara 24-48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi
16
dan infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya terlihat pada
permukaan dorsal tangan.
17
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, mengidentifikasi respon
alergi. Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya
dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada
kulit, maka hasilnya positif.
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga
pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya
adalah:
18
1. Antihistamin.
2. Kortikosteroid
3. Siklosporin
4. Pentoksifilin
5. FK 506 (Takrolimus)
6. Ca++ antagonis
7. Derivat vitamin D3
8. SDZ ASM 981
2.8 Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah
disebutkan di atas. Program perawatan kulit sebaiknya diikutsertakan dalam program
pendidikan, memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit yang terkait dengan
pekerjaan. Juga pengenalan diri penyakit kulit dan kegunan prosedur perlindungan, sebagai
contoh program perlindungan kulit pada pekerja di “pekerjaan basah”, yaitu mencuci tangan
dengan air biasa, lalu bilas dan keringkan tangan dengan sempurna setelah mencuci, karena
kulit yang tidak dilindungi lebih mudah terkena iritasi, maka disarankan memakai sarung
tangan untuk melindungi kulit terhadap air, kotoran, deterjen, sampo, dan bahan makanan.
Yang juga penting diperhatikan, hindari pemakaian cincin selagi bekerja, karena
dermatitis umumnya dimulai pada jari yang memakai cincin sebagai reaksi terhadap iritan
yang terjebak dibawah cincin. Pemakaian disinfektan sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan tempat kerja. Sebab, umumnya disinfektan bersifat iritan dan turut berperan
terhadap perkembangan menjadi dermatitis kontak di tangan.
Cara lainnya gunakan pelembab sewaktu bekerja atau setelah bekerja. Pilih pelembab
yang banyak mengandung lemak dan bebas parfum, serta bahan pengawet berpotensi
alergenik terendah. Pelembab terbukti dapat mempermudah regenerasi fungsi sawar kulit dan
kandungan lemak berhubungan dengan kecepatan proses regenerasi tersebut. Pelembab
sebaiknya dipakai diseluruh tangan, termasuk sela jari, ujung jari, dan punggung tangan.
Pekerja yang mempunyai riwayat alergi pada kulit cenderung terkena dermatosis daripada
yang tidak mempunyai riwayat alergi kulit. Pekerja yang kebersihan perorangannya buruk
lebih banyak yang dermatosis daripada yang kebersihan perorangannya baik atau sedang.
19
Strategi pencegahan meliputi:
a. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
b. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.
c. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
d. Pekerja dengan usia di atas 40 tahun atau usia lanjut sebaiknya mengurangi
kontak dengan bahan kimia. Karena semakin tua usia kulit menjadi semakin
menipis dan kehilangan kelenturan. Hal ini memudahkan terjadinya dermatitis.
2.9 Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut,
gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama
staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
21
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya gatal-gatal yang hebat
pada bagian kulit..
Alasan masuk rumah sakit :
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan keluhan adanya gatal –
gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.
22
Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan gatal-gatal timbul secara tiba-tiba dan menetap dan cenderung
mengeluarkan cairan dan setalah itu akan meninggalkan bekas yang berupa tonjolan kulit
ke luar.
Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis : 30 Oktober 2012
Dermatitis : 2 Nopember 2012
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Penampilan umum : Keadaan umum lemah.
Kesadara : Composmentis
Klien tampa : lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
ND : 90 i/menit
RR : 27 i/menit
S : 36,3 c
23
3. Kulit
Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul, Ekskoriasi,
krusta dan likeforasi.
Palpasi : suhu panas,
4. Kepala/Rambut
Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk
kepala simetris.
Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri
tekan.
5. Mata
Fungsi penglihatan : Baik
Pupil dan reflek cahaya : Normal
Konjungtiva : Anemis
Lensa/iris : Tidak ada kekeruhan lensa
Odema palpebra : Tidak ada
6. Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : Bersih
Daun telinga : Simetris Kiri dan kanan
Sekret : Tidak ada
Mastoid : Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid
24
8. Mulut dan Tenggorokan
Membran mukosa : kering
Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris
Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
Tanda radang : Tidak ada
Trismus : Tidak ada trismus
Kesulitan menelan : Tidak ada
9. Leher
Trakea : Simetris
Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
Gerakan leher : Normal
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
11. Abdomen
Inspeksi : tdak terdapat kelainan
Perkusi : normal
Palpasi : tidak terdapat massa
Auskultasi : bising usus 10 X / menit
13. Neurologis
Status mental : Compos mentis
Motorik : Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik, kejang dan tremor tidak
ada
25
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
b. Uji temple
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
d. Uji kultur dan sensitivitas
26
lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan
psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap
penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan
kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &
lingkungan.
g. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya
dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien
menganut agama apa selama sakit klien sering berdoa.
3.3 Intervensi
Intervensi Rasional
27
integritas kulit. harus di nasehati agar tidak mencubit atau
menggaruk daerah yang sakit.
3. Diet TKTP diperlukan untuk
3. Tingkatkan asupan nutrisi.
meningkatkan asupan dari kebutuhan
pertumbuhan jaringan.
4. Apabila masih belum mencapai dari
kriteria evaluasi 5x24 jam, maka perlu
4. Evaluasi kerusakan jaringan dan
dikaji ulang factor-faktor menghambat
perkembangan pertumbuhan jaringan.
pertumbuhan dan perbaikan dari lesi.
5. Banyak masalah kosmetika pada
hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan
kulit kronik.
kosmetik dan preparat tabir surya.
6. Penggunaan anti histamine dapat
mengurangi respon gatal serta
mempercepat proses pemulihan
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti histamine dan salep
kulit
2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entrée pada lesi.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak.
Kriteria Hasil :
1. Lesi akan menutup pada hari ke-7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
pada area lesi.
2. Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji kondisi lesi, banyak dan besarnya
1. Mengidentifikasi kemajuan atau
bula, serta apakah adanya order khus dari tim penyimpangan dari tujuan yang
dokter dalam melakukan perawatan kulit. diharapkan.
2. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci
28
kepada pasien mengenai program terapi. 2. Pendidikan pasien yang efektif
bergantung pada ketrampilan-
keterampilan interpersonal
professional kesehatan dan pada
pemberian instruksi yang jelas yang
diperkuat dengan instruksi tertulis.
4. Berikan terapi antibiotik bila perlu. 5. Pasien dan keluarga dapat
mengenal tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi.
29
baik dapat menurunkan resiko
komplikasi.
2. seseorang dengan drrmatitis kontak
memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan.
Kebiasaan menggaruk dan menggosok
3. Meningkatkan cara hidup sehat seperti
bagian yang gatal akan memperpanjang
intake makanan yang baik, keseimbangan
lamanya penyakit.
antara aktivitas dan istirahat, monitor
status kesehatan dan adanya infeksi.
3. Meningkatkan system imun dan
4. Jelaskan tentang kondisi penyakit dan
pertahanan terhadap infeksi.
pentingnya penatalaksanaan dermatitis
kontak.
30
Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet
akibat garukan.
2. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal.
3. Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman.
Intervensi Rasional
1. Periksa daerah yang terlibat. 1. Pemahaman tentang luas dan
karakteristik kulit meliputi bantuan
dalam menyusun rencana interfensi
31
60%;gunakan alat pelembab. b. Kesejukan mengurangi gatal.
b. Pertahankan lingkungan dingin
c. Upaya ini mencakup tidak adanya
c. Gunakan sabun ringan atau sabun yang larutan diterjen, zat pewarna atau bahan
dibuat untuk kulit sensitif. pengeras.
32
segera setelah mandi. kerusakan kulit karena garukan.
e. Tindakan ini membantu meredakan
gejala.
d. Menjaga agar kuku selau terpangkas. f. Tindakan koping biasanya akan
meningkatkan kenyamanan.
e. Menggunakan terapi tropikal seperti
yang preskiripsikan. g. Masalah pasien dapat disebabkan
f. Membantu pasien menerima terapi yang oleh iritasi atau sensitisasi pengobatan
lama, yang diperlukan pada beberapa sendiri.
kelainan kulit.
g. Menasehati pasien untuk menghindari
pemakaian salep atau losion yang di beli
tanpa resep dokter
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri
3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri nsendiri
5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya gangguan pada citra diri
1. Gangguan citra diri akan menyertai
pasien ( Menghindari kontak mata, setiap penyakit atau keadaan yang
merendahkan diri sendiri,Ekspresi muak nyata bagi pasien. Kesan seseorang
terhadap kondisi kulitnya ). terhadap dirinya sendiri akan
berpengaruh pada konsep diri.
33
2. Terdapat hubungan antara stadium
2. Identiffikaasi stadium psikososial tahap perkembangan, citra diri dan reaksi
perkembangan. serta pemahaman pasien terhadap
kondisi kulitnya.
34
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus
Kriteria Hasil :
1. Mencapai tidur yang nyenyak
2. Melaporkan gatal mereda
3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
4. Menghindari konsumsi kafein
5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur
6. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan
Intervensi Rasional
1. Cegah dan obati kulit yang kering. 1. Pruritus nokturnal mengganggu tidur
yang normal.
b. Menasehati pasien untuk menjaga
a. Udara yang kering membuat kulit
kamar tidur agar tetap memiliki fentilasi terasa gatal, lingkungan yang nyaman
dan kelembaban yang baik. meningkatkan relaksasi.
c. Menjaga agar kulit selalu lembab.
b. Tindakan ini mencegah kehilangan air,
Mandi hanya diperlukan jika kulit sangat kulit yang kering dan gatal biasanya tidak
kering. dapat disembuhkan, tapi bisa di
kendalikan.
d. Jangan gunakan sabun atau gunakan
c. Semua tindakan ini kan memelihara
sabun yang lembut oleskan losion segera kelembaban kulit.
sesudah mandi sementara kulit masih
lembab.
35
tidur pada saat yang sama dan bangun
a. Dengan kelembaban yang rendah kulit
pada sat yang sama. akan kehilangan air.
c. Menghindari minuman yang
mengandung kafein menjelang tidur
b. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam
dimalam hari. sesduah di konsumsi.
d. Melaksanakan gerak badan secara
c. Gerak badan memberikan efek yang
teratur. menguntungkan untuk tidur jika
dilaksanakan pada sore hari.
d. Tindakan ini memudahkan peralihan
e. Mengerjakan hal – hal yang rirual dan dari keadaan terja menjadi tertidur.
rutin menjelang tidur.
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat untuk mencapai hasil yang efektif.Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan
yang diberikan baik mutunya.Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat
tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
3.5 Evaluasi
1. Terjadi peningkatan integritas kulit
2. Tidak terjadi infeksi selama perawatan
3. Terpenuhinya informasi kesehatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
36
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure
– unsure fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non-
allergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak
allergic) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif
Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,
bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi pada kulit.
Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas
lambat jenis seluler tipe IV. (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pengobatan yang
diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
4.2 Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah
penularan dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
37
Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Salemba Medika. Jakarta.
Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Volume 3.
Mansyoer, arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Jilid
2.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
jilid 2
38