Disusun oleh :
Kelompok 1
MARET 2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran mengerjakan, sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul "Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam” program mata
kuliah Ekonomi Makro Islam selesai tepat pada waktunya dalam bentuk
makalah. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapat syafaatnya di
hari kiamat. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberi kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN
Tulungagung.
2. Muhammad Aswad, M.A. selaku ketua jurusan Ekonomi Syariah.
3. Siti Kalim, S. Sy., M. Sy., selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi
Makro Islam yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan atas
pembuatan tugas makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi kita semua, Amin
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
1. Pengertian Uang........................................................................................3
2. Sejarah Uang.............................................................................................3
C. Jenis-jenis Uang............................................................................................6
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uang adalah instrumen perekonomian yang sangat penting. Hampir
semua kegiatan ekonomi sangat bergantung pada instrumen ini yang
antara lain, berfungsi sebagai alat tukar ataupun alat bayar. Oleh karena
itu, kehadiran uang dalam kehidupan sehari-hari sangat vital, terutama
untuk memperoleh barang, jasa, serta kebutuhan hidup lainnya.
Uang adalah inovasi modern yang menggantikan posisi barter, atau
tukar menukar satu barang dengan barang lainnya. Disamping itu
terhapusnya sistem pertukaran barter dalam sejarah ekonomi bangsa tidak
terjadi dalam waktu yang sama. Sekalipun pertukaran barter mengalami
penurunan tajam setelah uang mengambil alih fungsi sebagai alat tukar
perdagangan internasional, namun pertukaran barter kini banyak dilihat
sebagai alternatif yang bagus dalam perdagangan antar negara.
Perekonomian modern tidak dapat dipisahkan dengan pentingnya
uang. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, tanpa uang, perekonomian
tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang membuat
penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul Uang dalam
Perspektif Ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan sejarah uang?
2. Bagaimana Kriteria dan Fungsi Uang dalam perspektif Islam?
3. Apa saja jenis-jenis uang?
4. Bagaimana teori permintaan uang dalam ekonomi konvensional?
5. Bagaimana konsep uang dalam ekonomi Islam?
6. Bagaimana pengertian Time Value of Money dan Economic Value of
Time?
1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah uang
2. Untuk mengetahui Kriteria dan Fungsi Uang dalam perspektif Islam
3. Untuk mengetahui jenis-jenis uang
4. Untuk mengetahui teori permintaan uang dalam ekonomi
konvensional
5. Untuk mengetahui konsep uang dalam ekonomi Islam
6. Untuk mengetahui pengertian Time Value of Money dan Economic
Value of Time
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Sejarah Uang
Sejarah uang bagaimana dipaparkan Nurul Huda dkk. (2009), yaitu
sebagai berikut: 2
a) Pada pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara
mandiri. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan
buah-buahan. Karena kebutuhannya masih sederhana, mereka belum
membutuhkan orang lain. Setiap individu memenuhi kebutuhan
makanannya secara mandiri. Dalam periode yang dikenal sebagai
periode ini manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau
kegiatan jual beli
b) Jumlah manusia semakin bertambah serta kegiatan dan interaksi antar
sesama manusia semakin meningkat tajam. Manusia mulai saling
membutuhkan karena tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sejak saat itulah, manusia mulai mempergunakan berbagai cara dan
1
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016, hlm.
81-82
2
Ibid., hlm. 82
3
alat untuk melakukan pertukaran barang dalam rangka memenuhi
kebutuhan mereka. Periode itu disebut zaman barter.
c) Pertukaran barter mensyaratkan keinginan yang sama pada waktu yang
bersamaan (double coincidence of want) dari pihak-pihak yang
melakukan pertukaran. Akan tetapi, semakin beragam dan kompleks
kebutuhan manusia, hal ini sulit diwujudkan. Sebagai contoh adalah
ketika seseorang yang memiliki beras membutuhkan garam, pada saat
yang bersamaan, pemilik garam tidak membutuhkan beras tetapi
membutuhkan daging sehingga pertukaran barter antara berat dengan
garam tidak terpenuhi. Hal ini mendorong dilakukannya suatu alat
tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar inilah yang
disebut uang titik pertama kali uang dikenal dalam peradaban Sumeria
dan Babylonia.
d) Uang semakin berkembang dan berevolusi. Dari perkembangan ini
uang bisa dikategorikan dalam empat jenis, yaitu uang barang, uang
logam uang kertas dan uang giral atau uang kredit.
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa
diperjualbelikan apabila barang tersebut tidak digunakan sebagai uang
titik tidak semua barang bisa menjadi uang titik suatu barang bisa
dijadikan uang jika memenuhi syarat berikut:
a) Kelangkaan (Scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas
b) Daya tahan (Durability), barang tersebut harus tahan lama
c) Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai
tinggi sehingga tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam
melakukan transaksi.
4
Oleh karena itu, pandai emas dan mengeluarkan surat (uang kertas)
dengan nilai yang besar dari emas atau perak yang dimilikinya. Karena
uang kertas ini didukung oleh kepemilikan atas emas dan perak,
masyarakat umum menerima uang kertas ini sebagai alat tukar.
Dengan demikian, aspek penerimaan masyarakat secara luas dan
umum berlaku sehingga menjadikan uang kertas berlaku sebagai alat
tukar yang sah.
3
Ibid., hlm. 83
4
Ibid., hlm. 84
5
a. Alat tukar umum, yaitu dipergunakan untuk membeli atau
mendapatkan barang/jasa
b. Satuan hitung, uang merupakan satuan ukuran yang digunakan
untuk menentukan besarnya nilai atau harga suatu barang dan jasa.
2. Fungsi Turunan Uang
a. Alat pembayaran, misalnya untuk membayar utang, membayar
rekening listrik, membayar pajak dan sebagainya
b. Alat untuk menabung
c. Pemindah kekayaan, misalnya berupa tanah, rumah, dan
sebagainya
d. Pembentuk/penimbun kekayaan
e. Alat pendorong kegiatan ekonomi.
C. Jenis-jenis Uang
5
Ibid., hlm. 84
6
dipergunakan untuk melakukan pembayaran dengan perantara cek,
bilyet, giro, atau perintah membayar. Uang giral dikeluarkan oleh
bank umum dan merupakan uang yang tidak berwujud karena
hanya berupa saldo tagihan di bank.
3. Berdasarkan nilainya
a. Uang bernilai penuh, uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik) sama
dengan nilai nominalnya. Pada umumnya, uang yang bernilai penuh
terbuat dari logam.
b. Uang tidak bernilai penuh, uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik)
lebih rendah dari nilai nominalnya. Pada umumnya, uang yang tidak
bernilai penuh terbuat dari kertas.
4. Berdasarkan penerbitnya
a. Uang kartal dapat berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah. Jenis
uang ini diterbitkan dan diedarkan oleh bank sentral. Di Indonesia
yang ditunjuk sebagai bank sentral adalah Bank Indonesia. Menurut
UU/1953, terdapat 2 jenis uang kartal, yaitu uang negara dan uang
bank.
b. Uang negara, uang yang dikeluarkan oleh pemerintah yang terbuat
dari kertas yang memiliki ciri-ciri:
1) Dikeluarkan oleh pemerintah
2) Dijamin dengan UU
3) Bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya
4) Ditandatangani oleh menteri keuangan. Akan tetapi sejak
berlakunya UU No. 13/1968, uang negara dihentikan
peranannya dan diganti oleh uang bank.
c. Uang bank, uang yang dikeluarkan oleh bank sentral berupa uang
logam dan uang kertas. Ciri-ciri uang bank:
1) Dikeluarkan oleh bank sentral
2) Dijamin dengan emas atau valuta asing disimpan di bank serta
bertuliskan nama bank sentral negara yang bersangkutan
3) Ditandatangani oleh gubernur bank sentral
7
d. Uang giral, merupakan rekening giro pada bank yang dapat
digunakan sebagai alat pembayaran dengan perantara cek atau giro.
Jenis uang ini diterbitkan oleh bank umum atau bank komersial.
Bank komersial dapat dibagi menjadi dua, yakni bank milik
pemerintah dan bank milik swasta. Keuntungan menggunakan uang
giral:
1) Alat pembayaran yang dapat diterima untuk jumlah yang tidak
terbatas;
2) Nilainya sesuai dengan yang dibutuhkan;
3) Lebih aman karena risiko uang hilang lebih kecil dan apabila
hilang bisa segera dilaporkan ke bank yang mengeluarkan
cek/giro dengan cara pemblokiran.
e. Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat digunakan
sebagai alat pembayaran. Biasanya uang ini terdiri atas deposito
berjangka dan tabungan serta rekening.
6
Ibid., hlm. 90
8
bertambah mahal sehingga dibutuhkan lebih bnyak uang untuk
membelinya.
d. Pengeluaran konsumen. Semakin besar pengeluaran konsumen pada
bulan-bulan menjelang hari raya, semakin bertambah banyak
permintaan uang.
Teori permintaan uang dalam ekonomi konvensional terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu teori permintaan uang klasik dan teori permintaan uang
Kenyes.
1. Teori Permintaan Uang Klasik
Teori permintaan uang tercermin dalamteori kuantitas uang. Pada
awalnya teori ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang
atau masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan dari
uang itu sendiri. Menurut Fisher (Sukirno, 2003), jumlah proporsional
dengan harga, dengan asumsi kecepatan uang dan transaksi dianggap
tetap. Dengan sederhana, Irving Fisher merumuskan teori kuantitas
uang sebagai berikut: 7
M = Uang beredar (penawaran uang)
P = Tingkat harga
V = Kecepatan perputaran uang
T = Jumlah barang dan jasa yang diperjualbelikan dalam satu tahun
tertentu.
Dalam persamaan itu, M merupakan uang beredar yang sempit. Ini
berarti M samadengan jumlah uang kertas, uang logam, dan uang giral
yang terdapat dalam perekonomian. Kelajuan peredaran uang, yaitu V
ditentukan berdasarkan keseringan uang beredar yang terdapat dalam
masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun.
Menurut Sukirno (2003).faktor terakhir dalam persamaan diatas
yaitu T, menunjukkan jumlah barang jadi dan barang setengah jadi
yang diperjualbelikan. Adapun PT adalah hasil penjumlahan dari
7
Ibid., hlm. 91
9
perkalian diantara masing-masing barang yang termasuk pendapatan
nasional dengan harga-harganya. Singkatnya, PT bukan meliputi
pendapatan nasional saja, melainkan juga nilai ke atas baranng-
barang. Ini berarti PT selalu lebih besar daripada pendapatan nasional.
Adapun teori kuantitas uang menurut versi yang dikemukakan oleh
Marshall (Azis, 2002), dengan formulasi berikut:
M = kPO = kY
Di mana:
k = 1/V
Secara sistematis, formulasi Alfred Marshall ini samadengan
formulasi Irving Fisher, tetapi implikasinya berbeda. Marshall
memandang bahwa individu atau masyarakat selalu menginginkan
sebagian (proporsi) tertentu pendapatannya (Y) diwujudkan dalam
bentuk uang kas (k) sehingga kY yang merupakan keinginan individu
atau masyarakat dapat diformulasikan sebagai berikut:
Md = kPO = kY
Md = adalah permintaan uang kas
Dengan formulasi tersebut teori Marshall merupakan awal dari teori
permintaan akan uang. Teori ini masih sangat sederhana dan di
dalamnya terdapat banyak kelemahan, yaitu dalam kenyataannya V
tidaklah tetap. Di negara maju atau negara berkembang, V cenderung
tidak konstan.
10
harian. Permintaan ini dipengaruhi oleh besar kecilnya
pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar
permintaan uang untuk tujuan transaksi. Permintaan ini juga
dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin besar pendapatan, semakin
besar permintaan uang untuk berjaga-jaga, atau sebaliknya.
M1 L1
L1
Y/P
0 L1
Keynes menyatakan bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi
merupakan fungsi pendapatan. Keuntungan ini dilukiskan dalam
gambar diatas dimana L, menunjukkan jumlah saldo riel yang
diminta untuk tujuan transaksi.
L2
0 L2
Kebergantungan permintaan uang untuk spekulasi dinyatakan oleh
L atas suku bunga dalam grafik diatas. Kurva L 2, atas suku bunga
11
dalam grafik diatas. Kurva L2L2, condong menurun, mencerminkan
hubungan terbalik antara permintaan uang untuk spekulasi dan
suku bunga. Keynes mengakui bahwa masyarakat bisa memilih
menyimpan saldo uang melebihi kebutuhan untuk tujuan transaksi
karena keinginannya untuk menyimpan aktiva yang benar-benar
bebas dari resiko dilihat dari segi uang. Saldo yang memenuhi
fungsi penyimpanan nilai merupakan permintaan uang untuk
spekulasi. 8
Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan
tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan kapital. Sebaliknya dalam
ekonomi konvensional, konsep uang sering diartikan secara bolak-balik, yaitu
uang sebagai uang dan uang, serta adanya kerancauan konsep uang dalam
pemikiran konvensional, dibutuhkan kajian-kajian mendalam mengenai uang
agar keberadaan uang tersebut dapat menciptakan maslahah. 9
Perbedaan lain bahwa dalam ekonomi Islam, uang adalah sesuatu yang
bersifat flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept,
sedangkan dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian.
Federic S. Mishkin, pendapat pertama mengemukakan konsep Irving Fisher
yang menyatakan bahwa: 10
MV = PT
Keterangan :
M = Jumlah uang
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
8
Ibid., hlm. 93-94
9
Ibid., hlm. 81
10
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, hlm. 77.
12
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa semakin cepat perputaran uang
(VT), maka semakin besar income yang diperoleh. Persamaan ini berarti
bahwa uang adalah flow concept. Fisher juga mengatakan bahwa sama sekali
tidak ada kolerasi antara kebutuhan memegang uang (demand for holding
money) dengan tingkat suku bunga. Konsep Fisher in7i hampir sama dengan
konsep yang ada dalam ekonomi Islam, bahwa uang adalah flow concept,
M = kPT
bukan stock concept. Sedangkan
Keterangan : pendapat kedua mengemukakan konsep dari
M = Jumlah uang
Marshall Pigou dari Cambridge, yaitu:
k = 1/v
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
13
yang baru dalam ekonomi Islam, bahwa konsep ini sudah terimplementasi,
baik dalam bentuk musyarakah, muzara’ah, musaqah dan lain-lain, seperti
tertuang dalam berbagai Hadis Nabi. 11
Uang Capital
ANALOGI :
Air yang masuk dan keluar dari kolam air adalah aliran (flow),
sedangkan air yang berada dalam kolam tersebut dalam jangka waktu
tertentu adalah persediaan (stock). Pendapatan (Income) adalah flow
sedangkan kekayaan (wealth) adalah stock.
Pt = Po (1+r)
11
Ibid., hlm. 78-79
14
Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai
teori bunga majemuk menjadi:
FV = PV (1+r)
Jadi, future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun
ke-t, persent value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun
ke-0, sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat
pertumbuhan populasi titik jelas hal ini keliru besar karena uang
bukanlah makhluk hidup yang dapat dikembangbiak dengan sendirinya.12
Islam tidak mengenal time value of money, yang dikenal adalah
economic value of time. Menurut Mohammad (2004), konsep ini
menyebutkan bahwa nilai komoditas pada saat ini lebih tinggi
dibandingkan dengan nilainya pada masa depan. Dengan demikian, fiture
value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-t, persen
value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0,
sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan
populasi menurut adiwarman (2011), jelas hal ini keliru karena uang
bukanlah makhluk hidup yang bisa berkembang biak dengan
sendirinya.13
12
Ibid., hlm. 87-88
13
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016, hlm.
104
15
riil, sedangkan return on money berkaitan dengan interest rate.
Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan di awal dan untuk itu
digunakan projected return. Menurut Adiwarman A Karim (2011), jika
kemudian ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sama
dengan angka proyeksinya. Maka yang digunakan adalah angka aktual
bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal
time value money. Time mempunyai economic value jika dan hanya jika
waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah produksi yang lain
sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh return.14
Menurut Muhammad 2004, teori ini berkembang pada abad ke-7
Masehi. Pada saat digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar.
Dalam pandangan Islam mengenai waktu ke waktu bagi semua orang
adalah sama kuantitasnya. Nilai waktu antara satu orang dan orang
lainnya akan berbeda dari segi kualitasnya. Hal ini terdapat dalam firman
Allah SWT dalam Q.S. Al-Asr (103):1-3
Artinya:
“Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”.
Dengan demikian, faktor yang menentukan nilai waktu adalah cara
seseorang memanfaatkan waktu tersebut. Menurut Muhammad (2004),
semakin efektif (tepat guna) dan semakin efisien (tepat cara), semakin
tinggi nilai waktunya sehingga memperoleh keuntungan di dunia.
14
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, hlm. 88
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Nasution dkk. (2010), uang sebagai benda-benda yang disetujui
oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar
menukar/perdagangan. Terdapat beberapa karakteristik uang, menurut
Sadono Sukirno (2012) yakni nilainya tidak mengalami perubahan dari
waktu ke waktu, mudah dibawa-bawa, mudah disimpan tanpa mengurangi
nilainya, tahan lama, jumlah terbatas (tidak berlebih-lebihan), bendanya
mempunyai mutu yang sama. Sedangkan pada fungsinya terbagi menjadi
dua yanki fungsi ung asli dan fungsi uang turunan.
Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan
tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan kapital. Sebaliknya dalam
ekonomi konvensional, konsep uang sering diartikan secara bolak-balik,
yaitu uang sebagai uang dan uang, serta adanya kerancauan konsep uang
dalam pemikiran konvensional, dibutuhkan kajian-kajian mendalam
mengenai uang agar keberadaan uang tersebut dapat menciptakan maslahah.
B. Saran
Bagi para pembaca jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui
lebih jauh maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar membaca
buku-buku yang berkaitan dengan judul “Ekonomi Makro Islami”.
17
DAFTAR PUSTAKA
Yuniarti, Vinna Sri. Ekonomi Mikro Syariah. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016.
Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: Rajawali Pers, 2015,
Edisi. Ketiga.
18