1. Introduction
Transfusi darah tetap menjadi terapi penyelamat hidup dan menurut
pedoman World Health Organization (WHO), dari 10 unit per 1000 penduduk,
saat ini dibutuhkan sekitar 8 juta unit darah untuk memenuhi permintaan transfusi
untuk populasi sekitar 800 juta [1] . Sementara di dunia industri, penyediaan darah
dan keamanan darah sudah mapan, di Afrika, akses ke darah terbatas, dan
penyediaan darah yang tidak aman membuat keamanan darah menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang utama. Transfusi darah mungkin diperlukan dalam
keadaan seperti perdarahan obstetrik, kecelakaan lalu lintas jalan raya, konflik
bersenjata, penyakit sel sabit, anemia terutama pada anak-anak, malnutrisi, HIV,
malaria, dan infeksi parasit. Oleh karena itu penting untuk selalu menyoroti reaksi
transfusi darah, kemungkinan penyebab, gejala dan tanda yang diharapkan,
tindakan pencegahan, dan penatalaksanaan yang tepat. Ini selanjutnya akan
mendorong penggunaan darah dan komponen darah secara bijaksana.
Jika kesalahan klerikal terjadi atau gejala serius tambahan teridentifikasi, jangan
memerintahkan untuk memulai kembali transfusi darah. Sebagai gantinya
• Berikan asetaminofen 325 mg
• Teruskan memantau pasien dengan cermat dan sering
• Hentikan transfusi jika gejala memburuk atau timbul gejala tambahan
• Jika lancar, lengkapi formulir investigasi reaksi transfusi
• Kirim ke bank darah dengan sampel darah sesuai algoritma
Tersangka
• Reaksi transfusi hemolitik
• Kontaminasi bakteri