Edisi Asli
Hak Cipta © 2019 pada penulis
Griya Kebonagung 2, Blok I2, No.14
Kebonagung, Sukodono, Sidoarjo
Telp. : 0812-3250-3457
Website : www.indomediapustaka.com
E-mail : indomediapustaka.sby@gmail.com
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam,
atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ISBN: 978-623-7137-31-3
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga Buku Akuntansi Sosial Lingkungan telah dapat diselesaikan. Buku ini dapat
tersusun dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang amat dalam kepada keluarga, sahabat, dan pihak-pihak
lain yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini untuk itu kritik dan
saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat
memberi maanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
iv Akuntansi Sosial dan Lingkungan
Daftar Isi
I. Pendahuluan
Penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Lingkungan Hidup dimulai pada tahun
1976 disertai persiapan pembentukan kelompok kerja hukum dan aparatur dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kemudian menjadi Undang
Undang (UU) No.4/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Dengan adanya UU ini kesadaran masyarakat Indonesia akan arti penting untuk
memelihara lingkungan hidup mulai tumbuh. Untuk menindaklanjuti undang-undang
tersebut kemudian ditetapkan Peraturan Pemerintah (PP) No.29/1986 tentang Analisis
Dampak Lingkungan (AMDAL) yang merupakan pedoman pelaksanaan suatu proyek
pembangunan. Setiap proyek yang diperkirakan memiliki dampak penting diharuskan
melakukan studi AMDAL. Pada tahun 1997 Pemerintah Indonesia telah memperbaharui
UU No.4/1982 dengan UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Keppres No.23/1990 dibentuk Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) yang bertugas melaksanakan pemantauan dan pengendalian
kegiatan-kegiatan pembangunan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup.
Kemudian sejalan dengan perkembangan masalah pengelolaan lingkungan hidup,
pembentukan Bapedal diperbaharui dengan Keppres No.77/1994, dan kemudian
diperbaharui lagi dengan Keppres No.196/1998 dan Keppres No.10/2000. Melalui
2 Akuntansi Sosial dan Lingkungan
lingkungan terhadap pelaku usaha. Hal ini juga lebih dikarenakan tidak adanya
kewajiban pelaku usaha untuk melakukan audit lingkungan, yang ada hanyalah
kesukarelaan. Pernah dikatakan oleh sebuah LSM lingkungan mengeluarkan suatu
pernyataan pers yang isinya menghimbau pemerintah agar kegiatan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) dihapus dan diganti dengan kegiatan audit lingkungan.
Terlepas dari tepat tidaknya himbauan ini, tujuan utamanya adalah untuk memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap lingkungan kepada masyarakat luas.Tujuan
melindungi kepentingan masyarakat akan dapat dicapai, kalau kegiatan-kegiatan yang
mencemari atau merusak lingkungan dapat dihilangkan atau minimal dikurangi. Oleh
karena itu, jika kegiatan audit lingkungan dapat memenuhi tujuan tersebut nampaknya
masyarakat bisa menerima kalau laporan hasil audit tidak dipakai sebagai bukti untuk
memberatkan diri pengusaha itu sendiri (self-incriminating).
b. Image lingkungan
Mempunyai sikap positif terhadap lingkungan merupakan suatu hal yang baik
untuk dapat menumbuhkan image yang selanjutnya untuk memperbesar market
share. Memperluas pasar dengan greening image akan tercapai apabila konsumen
telah bernuansa hijau pula.
c. Lingkungan dan peluang pasar
Dengan adanya tuntutan pasar terhadap pelaku bisnis dan dunia usaha dalam hal
Sistem Manajemen Lingkungan (SML), yang selanjutnya dikembangkan menjadi
pemberian sertifikasi ISO 14001, maka hal ini memberikan dampak positif bagi
dunia usaha.
d. Ketaatan terhadap peraturan lingkungan
Meskipun law enforcement pemerintah masih lemah, namun demikian apabila
terjadi pelanggaran dalam pengelolaan lingkungan ataupun adanya pengaduan
masyarakat akibat dampak dari suatu aktivitas industri, maka akan berdampak
negatif terhadap reputasi industri tersebut. Selain itu, organisasi lingkungan lokal
dan internasioanal akan bereaksi keras apabila terjadi pelanggaran terhadap
peraturan lingkungan. Oleh sebab itu, ketaatan terhadap setiap peraturan
lingkungan secara proaktif sangat dianjurkan agar peluang untuk memperluas
pasar dan sasaran dari bidang usaha tidak terganggu. Sebagaimana telah diuraikan
diatas bahwa bisnis hijau adalah trend saat ini, yang mana untuk mencapai hal
tersebut harus ada interaksi antar ekonomi dan ekologi, hal ini disebabkan karena
adanya dampak sumber daya alam dan sumber daya manusia dari setiap aspek
dari suatu aktivitas perusahaan industri. Untuk mencapai tujuannya, maka suatu
perusahaan harus menciptakan sistem input, proses, dan output yang terintegrasi
sehingga memungkinkan tercapainya suatu perusahaan hijau secara komprehensif.
•• Jika dipandang dari sudut etika merupakan sesuatu yang sangat diinginkan dan
tidak dapat dihindari
•• Menjadikan perusahaan selangkah lebih maju dalam mentaati peraturan
lingkungan.
Perangkat Hukum
Perangkat hukum yang berhubungan dengan lingkungan hidup mengacu pada UU
No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keppres No.2/2002 tentang
pengalihan tugas, fungsi dan kewenangan Bapedal ke Menteri Negara dan Lingkungan
Hidup, serta Keppres No.4/2002 tentang unit organisasi dan tugas eselon I Menteri
Negara Lingkungan Hidup. Dalam melaksanakan tugasnya Menteri Negara Lingkungan
Hidup dibantu oleh:
a. Sekretariat Menteri Negara
b. Deputi Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup
c. Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan
d. Deputi Bidang Pengembangan Peran Masyarakat
e. Deputi Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Institusi
f. Deputi Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Non Institusi
g. Deputi Bidang Kelestarian Lingkungan
h. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup
i. Staf Ahli Bidang Lingkungan Global
j. Staf Ahli Bidang Hukum Lingkungan
k. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Lingkungan
l. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya
•• Perijinan
Setiap kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki analisis dampak lingkungan untuk memperoleh ijin
melakukan kegiatan tersebut. Ijin diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
•• Pengawasan
Menteri mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan atas
ketentuan yang telah ditetapkan dalam perundang-undangan lingkungan hidup.
Untuk melakukan pengawasan tersebut Menteri dapat menetapkan pejabat yang
berwenang.
•• Sanksi Administrasi
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan pemerintah
terhadap penanggung jawab kegiatan yang melanggar perundang-undangan
lingkungan hidup. Wewenang ini dapat diserahkan kepada Bupati/Walikota
Madya/Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan Daerah Tingkat I.
•• Audit Lingkungan
Pemerintah mendorong penanggung jawab kegiatan/usaha untuk melakukan audit
lingkungan hidup.
Lembaga
Berdasarkan UU No.23/1997 tidak secara eksplisit menyatakan struktur organisasi
yang menangani lingkungan hidup. Kementrian Negara Lingkungan Hidup bertugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup,
juga mengkoordinasi kegiatan seluruh instansi pemerintah yang berhubungan dengan
pengelolaan lingkingna hidup. Berdasarkan Keppres No.2/2002 maka tugas dan
wewenang Bapedal dialihkan ke Kementrian Negara Lingkungn Hidup sehinnga struktur
organisasinya mengalami perubahan sesuai Keppres No.4/2002. Sedangkan Bapelda
Bab 1—Kebijakan Sosial dan Lingkungan 7
Instansi Pemerintah
Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang ada saat ini semula bernama Kementerian
Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) yang dibentuk tahun
1978. Fungsi kementerian seperti saat ini yaitu menyusun kebijaksanaan pelestarian
lingkungan hidup dan mengkoordinasikan pelaksanaannya. Pada awal kegiatannya
digunakan pendekatan advocacy yaitu usaha difokuskan kepada peningkatan
kesadaran berlingkungan hidup dan pengembangan sarana-sarana dasar pelestarian
lingkungan hidup. Pada tahun 1988 mulai tahapan berikutnya yaitu accountability atau
pertanggung jawaban. Dalam kerangka accountability ini maka dibentuk Bapedal dan
mengembangkan kelembagaan serta meningkatkan penataan, baik melalui pendekatan
hukum maupun melalui instrumen kebijakan alternatif. Kelanjutan dari tahap ini adalah
mengembangkan berbagai produk hukum yang operasional, membentuk Bapedal
Wilayah dan kemudian mendororng dibentuknya Bapedal Daerah. Dimensi baru dalam
pelestarian lingkungan muncul pada tahun 1999 yaitu dimensi environmental ethics
yaitu antara lain keterbukaan dan peningkatan peran serta serta masyarakat dengan
intensitas yang lebih tinggi dalam mekanisme usaha pelestarian lingkungan hidup.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Pemerintah Daerah tetap mempertahankan
Bapedalda agar memiliki kemampuan koordinasi antar unit dalam Pemerintah Daerah.
Provinsi Kalsel, melalui Bappedalda, yang mengakibatkan tingkat keasaman air sungai
(ph) mencapai 2,97, sedangkan Peraturan Gubernur (Pergub) Kalsel mencantumkan
ph normal senilai 6 hingga 9. Selain itu, PT GC juga membuang limbah timbal mencapai
0,84, padahal sesuai Pergub Kalsel hanya dibolehkan 0,1. “Ini tentu saja bertentangan
dengan UU Lingkungan Hidup No 23 Tahun 1997 Bab VI tentang Persyaratan Penataan
Lingkungan Hidup Pasal 20 ayat 1 “Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang
melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup,” ujar Hegar menjelaskan.
Juga dengan KUHP Pasal 202 ayat (1) Barang siapa memasukkan barang sesuatu ke
dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam perlengkapan air minum untuk umum atau
untuk dipakai oleh atau bersama-sama dengan orang lain, padahal diketahuinya bahwa
karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Tercemarnya sungai Balangan ini juga telah menuai protes dari sejumlah
masyarakat. Kabupaten Balangan melakukan aksi di depan DPRD Balangan. Kemudian
selanjutnya giliran masyarakat Amuntai; Kabupaten Hulu Sungai Utara berbondong-
bondong mendatangi kantor PT AI di Dahai; Paringin. WALHI Kalsel juga mendapat info
bahwa gabungan masyarakat Amuntai dan Balangan akan melakukan aksi besar-besaran
apabila pemerintah dan instansi terkait lamban menangani kasus ini.
WALHI Kalsel sangat prihatin dan menyayangkan pencemaran sungai Balangan ini
justru terjadi tidak lama setelah Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI memberikan
penghargaan kepada PT. ADARO Indonesia dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan HIdup (PROPPER) Tahun 2009 dengan
peringkat HIJAU. Artinya PT AI dalam hal ini telah 2 kali mendapat predikat terbaik
dalam pengelolaan lingkungan hidup seluruh perusahaan di Indonesia dari KLH setelah
tahun 2008 yang lalu memperoleh penghargaan yang sama.Sebagai bentuk tanggung
jawab atas terjadinya pencemaran di Sungai Balangan ini, maka dengan ini WALHI Kalsel
meminta kepada KLH untuk;
1. Mencabut predikat HIJAU yang selama ini diberikan kepada PT AI dan selanjutnya
KLH harus meninjau kembali proyek PROPPER yang selama ini hanya lebih banyak
digunakan sebagai green wash perusahaan dan cenderung abai terhadap ancaman
penderitaan rakyat. PROPPER juga sarat dengan kepentingan dan membuka
peluang terjadinya penyalahgunaan wewenang (korupsi) oleh pejabat KLH.
2. Mendesak KAPOLDA Kalsel agar segera melakukan penyelidikan atas kejahatan
lingkungan yang telah dilakukan PT AI.
3. Meninjau ulang AMDAL PT. AI, karena WALHI Kalsel menganggap AMDAL tersebut
telah gagal dalam menjawab problem pengelolaan lingkungan hidup perusahaan.
Selanjutnya memberi sanksi kepada pembuat AMDAL beserta Komisi AMDALnya.
4. Menuntut kepada PT AI secepatnya merehabilitasi sungai Balangan yang telah
tercemar dan harus bertanggung jawab kepada masyarakat serta pihak-pihak
selama ini telah dirugikan.
Tugas
* Berdasarkan uraian kasus diatas, maka analisislah kasus tersebut dengan menggunakan
metode 5W dan 1 H (What, Why, Who, When, Where + How).