Skills Lab Blok 10-RS 2018 - Skills Lab Blok 10
Skills Lab Blok 10-RS 2018 - Skills Lab Blok 10
A. Pendahuluan
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan obstretik untuk optimalisasi luaran
maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6
alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal yaitu:
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dengan petugas kesehatan
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan
merawat bayi.
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan
ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
2. Pemeriksaan
a. Keadaan umum
- Tanda Vital
- Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi menurut Leopold (> 20 minggu)
- Auskultasi DJJ
c. Inspekulo
3. Laboratorium
a. - Darah rutin
- Urin rutin
- Golongan darah
- KGD
- Anti Hepatitis B Virus
- Antibodi Rubella
- HIV/VDRL
b. USG-rutin pada kehamilan 18-22 minggu
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Diukur dari tepi atas simfisis sampai ke fundus uteri dengan menggunakan pita pengukur,
mengikuti aksis atau linea mediana dinding abdomen. Pastikan pengukuran dilakukan pada
saat uterus tidak sedang kontraksi. Lebar pita harus menempel pada dinding abdomen ibu.
- Pemeriksaan Leopold I – IV
Pada pemeriksaan Leopold I – III, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada
pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu.
i. Leopold I
Dilakukan untuk menentukan :
- Tinggi fundus uteri : dengan mengetahui tinggi fundus uteri, dengan membandingkan
dengan patokan simfisis, umbilikus, processus xiphoideus, dapat diketahui perkiraan
umur kehamilan
ii. Leopold II
Dilakukan untuk mementukan batas samping uterus, serta bagian janin yang ada di samping
ibu. Dapat menentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah dengan
menghubungkan bokong dengan kepala. Pada letak lintang, dapat menentukan letak kepala
janin.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
iv. Leopold IV
Dilakukan untuk menentukan apakah bagian terendah janin sudah memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) atau belum. Bila belum masuk, akan teraba ballotemen kepala.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
- Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin
yang masih berada di atas tepi atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa
(perlimaan). Bagian di atas simfisis adalah proporsi yang belum masuk Pintu Atas Panggul
(PAP), dan sisanya yang tidak teraba menunjukan sejauh mana bagian terbawah janin telah
masuk ke dalam rongga panggul. Pada pemeriksaan ini dapat dilakukan perabaan dengan
perbandingan telapak tangan pemeriksa, bagian terendah janin dapat teraba 5/5, 4/5, 3/5, 2/5,
atau 1/5 bagian.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
- 0/5 : jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar, dan seluruh
bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul
- Pemeriksaan his (kontraksi) : tangan penolong diletakan di atas uterus dan palpasi jumlah /
frekuensi kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit, lama / durasi setiap kontraksi
yang terjadi, kekuatan, relaksasi, simetri, dan dominasi fundus. Pada fase aktif, minimal terjadi
dua kontraksi dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi akan
terjadi relaksasi dinding uterus.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ pada lebih dari satu kontraksi.
Perhatikan pula irama DJJ. Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian
sebelum atau selama puncak kontraksi. Denyut jantung janin normal berkisar antara 120 – 160
x/menit. Denyut jantung janin < 110 x / menit, disebut bradikardi, dan bila > 160 x / menit, disebut
takikardi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ < 100 atau > 160 x / menit. Bila
demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5
menit dari pemeriksaan sebelumnya, lalu simpulkan perubahan yang terjadi.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Pengamatan
No Langkah 0 1 2 3
33
I Memberi salam dan memperkenalkan diri
II Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan minta izin
lisan pemeriksaan
III Mempersiapkan ibu berbaring ditempat tidur periksa
1. Tidur berbaring pakai bantal dan lutut ditekuk
2. Kedua tangan ditaruh disisi badan kiri & kanan
3. Baju disisihkan ke atas sehingga perut nampak dan tungkai
ditutup dengan selimut/kain
IV Pemeriksaan
1. Mencuci dan mengeringkan tangan
2. Memberitahukan kepada pasien bahwa akan dimulai
pemeriksaan
3. Pemeriksaan Palpasi Leopold I
a. Pemeriksa berdiri disebelah kanan dan menghadap muka
pasien
b. Menetukan tinggi fundus uteri (TFU), dengan kedua
tangan difundus
c. Mengukur tinggi fundus uteri (TFU) dengan meteran
mulai dari pinggir atas simfisis pubis sepanjang linea
medialis pada dinding perut sampai puncak fundus uteri.
(dilakukan setelah kehamilan 20 minggu)
d. Menentukan bagian janin yang berada di fundus (kepala
keras, melenting, bokong terasa lunak
e. Melaporkan hasil pemeriksaan
Tinggi fundus uteri dalam Cm
Bagian janin pada fundus uteri
4. Melakukan Palpasi Leopold II
a. Posisi Pemeriksa tetap seperti pada Leopold I
b. Tempatkan tangan kanan pada sisi kiri dan tangan kiri
pada sisi kanan perut ibu
c. Tentukan letak punggung janin yaitu bagian yang keras,
rata dan memanjang dan bagian-bagian kecil
(ekstremitas) dengan palpasi mulai dari fundus kearah
bawah kedua tangan bergerak bergantian atau simultan.
d. Melaporkan hasil pemeriksaan (punggung kiri atau
kanan)
5. Melakukan Palpasi Leopold III
a. Pemeriksa disisi kanan dan menghadap ke muka ibu
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
No Langkah klinis
I Persetujuan pemeriksaan
1. Menyapa dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan minta persetujuan lisan
II. Persiapan.
1. Ranjang periksa,kapas dan larutan antiseptik,sarung
tangan,sabun dan air mengalir, apron.
2. Meminta ibu mengosongkan kandung kemih, dan berbaring
diranjang periksa.
III. Pemeriksaan.
1. Pemeriksa mencuci tangan lalu dikeringkan dengan handuk
kering.
2. Memakai sarung tangan steril atau DTT tangan kiri dan
kanan.
3. Meminta ibu menekuk lutut atau posisi litotomi.
4. Labium mayus dibuka dengan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri.
5. Masukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan kedalam
vagina.
6. Tangan kiri dipindahkan kefundus uteri.
7. Tentukan besar sudut arkus pubis yaitu sudut yang dibentuk
os pubis kiri dan kanan menggunakan bagian palmar kedua
jari.
8. Telusuri linea innominata kiri dan kanan.
9. Menilai dinding panggul dengan cara meraba dinding
panggul mulai dari bagian tengah linea innominata kiri dan
kanan kearah bawah (normal dinding panggul rata.)
10. Meraba tonjolan tulang spina iskiadika yang berlokasi kira-
kira 5 cm dari PAP kearah bawah, meneruskan perabaan
dinding panggul.
11. Meraba tuberosits iskiadikum dengan meneruskan perabaan
dinding panggul kiri dan kanan lalu nilai distansia
intertuberosum.
12. Meraba tulang sakrum dengan menggeser tangan kebelakang,
nilai konkavitas dengan meraba keatas dan kebawah pada
bagian tengahnya.
13 Meraba tulang koksigeus dengan meneruskan perabaan
panggul kebawah, lalu nilai inklinasi, kedepan kearah jalan
lahir atau kebelakang.
14. Meraba promontorium dengan memindahkan jari kelinea
innominata dan menelusuri kebelakang. Apabila
promontorium teraba ukur tentukan panjang konjugata
diagonalis dengan penggaris.
15. Beritahukan ibu pemeriksaan telah selesai.
III. Pencegahan infeksi.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Instruktur.
(---------------------------------------------------
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
1. Ny X, G2P1A0, datang diantar suaminya ke klinik bersalin pada tanggal 15 maret 2016 pukul
17:35. Ia mengeluh mules-mules sejak pukul 10:00 pagi. Dilakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil:
a. Tekanan darah 110/60, nadi 80x/menit, temperature 36,70C.
b. Presentasi belakang kepala, presentasi kepala dengan penurunan 3/5. Kontraksi uterus
terjadi 4 kali dalam 10 menit, masing-masing berlangsung 20-40 detik. Denyut jantung
janin 130x/menit.
c. Pembukaan serviks 5cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
Suhu, nadi, DJJ, dan kontraksi uterus diukur lagi setiap 30 menit dan hasilnya adalah sebagai
berikut:
a. Pukul 18:05 : Suhu 36,70C, nada 82x/menit, DJJ 135x/menit, kontraksi 4 kali dalam 10
menit berlangsung 20-40 detik.
b. Pukul 18:35 : Suhu 36,70C, nadi 85x/menit, DJJ 140x/menit, kontraksi 4 kali dalam 10
menit dan berlangsung 20-40 detik.
c. Pukul 19:05 : Suhu 36,70C, nadi 88x/menit, DJJ 135x/menit, kontraksi 4 kali dalam 10
menit dan berlangsung selama 20-40 detik.
Pada pukul 21:35, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam.
a. Tekanan darah 110/70, nadi 86x/menit, 36,70C.
b. Penurunan kepala 2/5. Kontraksi uterus 4 kali dalam 10 menit dan berlangsung 20-40
detik/kontraksi. DJJ 140x/menit.
c. Pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban utuh, tidak ada penyusupan.
Pada pukul 23:05 mules bertambah. Dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam.
Hasilnya :
a. Tekanan darah 110/70, nadi 88x/menit, suhu 36,80C.
b. Penurunan kepala 1/5. Kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit dan berlangsung 45
detik/kontraksi, DJJ 140x/menit.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
2. Ny. Y, G1P0A0, datang diantar suaminya ke klinik bersalin pada tanggal 17 maret 2016 pukul
10:00. Dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam. Hasilnya :
a. Tekanan darah 110/60, nadi 82x/menit, suhu 36,50C.
b. Penurunan kepala 5/5. Kontraksi uterus 2 kali dalam 10 menit, dengan lama his kurang dari
20 detik, DJJ 140x/menit.
c. Pembukaan serviks 4 cm, selaput ketuban utuh, tidak ada penyusupan.
Pemeriksaan diulang kembali pukul 14:00. Dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
dalam. Hasilnya :
a. Tekanan darah 110/70, nadi 88x/menit, suhu 36,70C.
b. Penurunan kepala 5/5, kontraksi 1 kali dalam 10 menit dengan his kurang dari 20 detik, DJJ
140x/menit.
c. Pembukaan serviks 4 cm, ketuban pecah spontan, dan cairan ketuban jernih.
Apa yang harus dilakukan?
PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantuk untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan
proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu
dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
Mencatat kemajuan persalinan.
Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan.
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
waktu.
Partograf harus digunakan :
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal
maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang
tidak disertai dengan penyulit.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen
dan Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan
yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka.
Kondisi janin :
1. DJJ;
2. Warna dan adanya air ketuban;
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit)
maka ibu harus segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera dirujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (lihat Tabel 2-1).
Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0 – 10
yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks (Gambar 2-6). Nilai setiap angka
sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak
tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm. pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin
tercantum angka 1 – 5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
(Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit
untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan
catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda
‘X’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan
serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil
periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan
serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda ‘X’ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi
serviks dan garis waspada.
Hubungan tanda ‘X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Contoh : Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2 – 6) :
Pada pukul 17:00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat di
“garis waspada” dan waktu pemeriksaan ditulis dibawahnya.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan pada garis waspada
tetapi pada angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3
kotak kontraksi.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan :
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20
detik
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 – 40
detik
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik
INGAT :
1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm. biasanya fase laten
berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan pada catatan
kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm. biasanya
pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam (pembukaan serviks)
pada garis waspada di partograf.
Gambar 2 – 3
Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif.
INGAT :
1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30
menit selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi 10 menit observasi.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga
adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai: ↕
Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperature tubuh pada kotak yang sesuai.
1. Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Halaman belakang partograf (Gambar 2 – 5) merupakan bagia untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I
hingga kala IV dan bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan
Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama pada
kala tempat persalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan
membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat
keputusan klinik (misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu catatan
persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan
asuhan persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut :
Data atau Informasi Umum
Kala I
Kala II
Kala III
Bayi baru lahir
Kala IV
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
I. Pendahuluan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus. Persalinan
normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan (aterm) letak
memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri.
Sebagian besar persalinan berlangsung normal, hanya sekitar 12 – 15 % merupakan persalinan
patologis. Pada beberapa kondisi, persalinan normal dapat beralih menjadi persalinan patologis
apabila terjadi kesalahan dalam penilaian kondisi ibu dan bayi atau juga akibat kesalahan dalam
memimpin proses persalinan.
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia,
dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani
komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan
kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar persalinan di Indonesia masih
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan keterampilan dan pengetahuan
petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap
serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal.
Kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan normal, adalah sebagai berikut :
1. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi, misalnya
mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung tangan sesuai dengan yang diharapkan,
menjaga lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan kelahiran bayi, serta
menerapkan standar proses peralatan.
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir,
termasuk penggunaan partograf. Partograf digunakan sebagai alat bantu untuk membuat
suatu keputusan klinik, berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang mungkin terjadi
dan memilih tindakan yang paling sesuai.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pascapersalinan, dan nifas,
termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan
meminta para suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses persalinan dan
kelahiran bayi.
4. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya, seperti episiotomi rutin,
amniotomi, kateterisasi, dan penghisapan lendir secara rutin sebagai uapaya untuk
mencegah perdarahan pascapersalinan.
6. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan menghangatkan tubuh
bayi, memberi ASI secara dini, mengenal sejak dini komplikasi dan melakukan tindakan
yang bermanfaat secara rutin.
7. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk dalam masa nifas
dini secara rutin. Asuhan ini akan memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi aman
dan nyaman, mengenal sejak komplikasi pascapersalinan dan mengambil tindakan yang
sesuai dengan kebutuhan.
8. Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi baru lahir.
9. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang
bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun
patologis. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membuat keputusan klinik
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses
sistematik dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja,
membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan
dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu
dan / atau bayi baru lahir.
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, sekitar 10-15% di
antaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi
fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetric dan bayi
baru lahir.
IV. Tujuan skill lab.
1. Menjelaskan batasan dan mendiagnosis kala dua persalinan.
2. Membuat persiapan pertolongan kala dua.
3. Menjelaskan posisi mengedan dan memimpin ibu mengedan.
4. Menilai kemajuan persalinan kala dua.
5. Menilai kondisi janin dan ibu selama kala dua.
6. Mampu menolong kelahiran janin dan plasenta.
7. Mampu menilai perdarahan pasca persalinan.
Coaching:
Mahasiswa dibimbing oleh
Instruktur
90 Menit Mahasiswa melakukan sendiri Instruktor
secara bergantian.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Medan, ..................2019
Instruktur,
(........................................)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
PENDAHULUAN
Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya pelayanan kebidanan (maternity care)
dalam suatu negara atau daerah adalah kematian maternal (maternal mortality). Kematian maternal
terutama disebabkan komplikasi langsung kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan, infeksi/sepsis
dan preeklampsia/eklampsia yang dikenal sebagai trias penyebab kematian maternal. Menurut SDKI
2007 angka kematian maternal di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup, meningkat menjadi
359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
Kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan secara
mekanik. Proses mekanika yang digunakan adalah dengan aplikasi tekanan pada korpus uteri sebagai
upaya pengganti kontraksi miometrium (yang untuk sementara waktu tidak dapat berkontraksi).
Kontraksi moimetrium dibutuhkan untuk menjepitanya manca bang-cabang pembuluh darah besar
yang berjalan diantaranya.
Prosedur ini dilakukan dariluar (kompresi bimanual eksternal) atau dalam(kompresi bimanual
internal), tergantung tahapan upaya mana yang memberikan hasil atau dapat mengatasi perdarahan
yang terjadi. Bila kedua upaya tersebut belum berhasil, segera lakukan usaha lanjutan, yaitu kompresi
aorta abdominalis.
Pada keadaan yang sangat terpaksa dan tempat rujukan sangat jauh ,walaupun bukti-bukti
keberhasilan kurang menyokong tetapi dapat dilakukan tindakan alternative yaitu pemasangan tampon
pada tuterovaginal dan kompresi eksternal.
Upaya-upaya tersebut diatas sebaiknya dikombinasikan dengan uterotonika (oksitosin 20 IU,
ergometrin 0,4 mg dan/atau misoprostol 600 mg).
INDIKASI
LANGKAH KLINIK
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
I. PASIEN
1. Infusdancairannyasudahterpasang
2. Perutbawah, lipatpahadan vulva sudahdibersihkandengan air dansabun
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
6. Bilaperdarahanberhentipertahanankanposisidemikianhinggakontraksi uterus
membaikkemudianlanjutkankelangkah 7.
7. Keluarkanperlahan-lahantangankanandenganmengubahkepalantanganmenjaditanganobstetric.
8. Masukkankeduatangankedalamwadah yang berisilarutanklorin 0,5 %
bersihkansarungtangandaridarahataucairantubuhpasien.
9. Lepaskansarungtangansecaraterbalikdanrendamdalamwadahtersebut.
10. Cucitangandengan air sabun. Keringkantangandenganhandukbersihdankering.
11. Pakaisarung DTT yang barusecarabenar.
G. KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
1. Baringkanibu di atasranjang ,penolongmenghadapsisikananpasien.
Aturposisipenolongsehinggapasienberadadalamketinggian yang samadenganpinggulpenolong.
2. Tungkaidiletakkanpadadasar yang rata (tidakmenggunakanpenopang kaki)
dengansedikitfleksipadaartikulasiokoksae.
3. Raba
pulsasiarterifemoralisdenganjalanmeletakkanujungjaritelunjukdantengahtangankananpadalipatp
aha, yaitupadaperpotongangarislipatpahadengangaris horizontal yang melaluititik 1
sentimeterdiatasdansejajardengantepiatassimfisisossium pubis.
Pastikanpulsasiarteritersebutterabadenganbaik.
4. Setelahpulsasidikenali, janganpindahkankeduaujungjaridarititikpulsasitersebut.
5. Kepalkantangankiridantekankanbagianpunggungjaritelunjuk, tengah, manisdankelingkingpada
umbilicus kearahkolumnavertebralisdenganarahtegaklurus.
6. Dorongankepalantangankananakanmengenaibagian yang
kerasdibagiantengah/sumbubadanibudanapabilatekanankepalantangankirimencapai aorta
abdominalismakapulsasiarterifemoralis (yang
dipantaudenganujungjaritelunjukdantengahkanan) akanberkurang/terhenti
(tergantungdariderajattekananpada aorta).
7. Perhatikanperubahanperdarahanpervaginam (kaitkandenganperubahanpulsasiarterifemoralis).
Perhatikan:
Bilakontraksimembaiktetapiperdarahanmasihberlangsungmakalakukankompresieksterna
ldanpertahankanposisidemikianhinggapasienmencapaifasilitasrujukan.
Bilakompresisulitdilakukansecaraterusmenerusmakalakukanpemasangantampon padat
utero-vaginal, pasangguritaibudengankencangdanlakukanrujukan.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
kemudiandekatkanujungkasadidepan vulva.
6. Pegangklem ovum dengantangankiri, naikkanbibirdepanporsio
(hinggakanalisservisistampakdenganjelas) kemudianmasukkanujungkasakedalam uterus
hinggamencapai fundus.
7. Jepitkembalikasa yang beradadekatdenganporsiokemudiandorongkankembalikedalamkavum
uteri (perhatikanjulurankasa agar tidakmengenaibagian-
bagianterbukadaritubuhibumaupunpenolong).
8. Lakukaknberulang kali sehinggasemuakavum uteri dan vagina dipenuhiolehakasa
(lakukanpenyambungandengankasabaruapabilakavum uteri belumpenuh)
9. Sisakan 15 cm kasabagianujung, untukekstraksikemudian.
Pasangkatetermenetapapabilakasadidalam vagina, menekanuretra.
10. Lakukankompresiluardenganjalanmemasangguritakencangpadaperutibu
11. Segerakeluarkan tampon apabilaperdarahan massif telahsangatberkurang.
..Pastikanpemberianinfusdanuterotonikatetapdiberikan
.. Beriantibiotikakombinasi (ampisilin 3 x 1 g danmetronidazol 3 x 500 mg)
..Tampon tidakbolehlebihdari 24 jam
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
I. Pendahuluan
Seorang dokter harus selalu terjaga kemampuan klinik ataupun keterampilannya. Oleh karena itu
seorang dokter harus selalu belajar dan berusaha menambah keilmuan yang lebih baru. Dengan
meningkatkan kemampuan klinik dan keterampilan, akan terhindar dari ketertinggalan keilmuan dan
kesalahan (malpraktek) serta sekaligus dapat melindungi pasien dari kesalahan tindakan.
Sikap penderita wanita yang datang pada dokter agak berbeda dengan sikap penderita pria, lebih-
lebih apabila ia datang untuk keluhan ginekologik. Cenderung menunjukkan gejala-gejala
kecemasan, kegelisahan, rasa takut dan rasa malu. Waktu dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya
didampingi oleh seorang petugas wanita, misalnya bidan. Gadis remaja atau anak kecil perlu
didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekat.
II. Pemeriksaan
Sebelum pemeriksaan seorang dokter selayaknya mengetahui dan melakukan berbagai hal berikut
ini :
Dokter harus sensitif kepada keluhan penderita/pasien
Dokter harus respek terhadap privasi penderita
Bicara sopan dan tidak keras
Yakinkan bahwa pemeriksaan ini penting dan mempunyai akurasi tinggi
Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dokter
Melakukan pemeriksaan secara perlahan dan tegas (gentle)
Perhatikan bahasa tubuh pasien (kesakitan atau ketakutan)
Beri alasan/penjelasan langkah-langkah yang dilakukan dokter
Lakukan pemeriksaan di tempat yang bersih, baik dan tersedia air/tissu
Penderita dipersilahkan mengosongkan kencing dan bersihkan area genitalia
Penderita dipersilahkan menanggalkan baju yang diperlukan secukupnya
Bantu untuk naik ke meja ginekologi serta usahakan senyaman mungkin
Cuci tangan dan keringkan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaaan.
2. Letak penderita
Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal tiga jenis letak
a. Letak Litotomi
Letak ini paling popular, terutama di Indonesia. Untuk itu, diperlukan meja ginekologik dengan
penyangga bagi kedua tungkai.
Penderita berbaring di atasnya sambil lipat lututnya diletakkan pada penyangga dan tungkainya
dalam fleksi santai, sehingga penderita berbaring dalam posisi mengangkang. Dengan demikian,
dengan penerangan yang memadai (sebaiknya dengan lampu sorot), vulva, anus, dan sekitarnya
tampak jelas dan pemeriksaan dengan spekulum sangat mudah.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Pemeriksaan berdiri atau duduk di depan vulva. Pemeriksaan inspekulo dilakukan sambil duduk,
sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya sambil berdiri.
Pemeriksaan bimanual dapat dilakukan juga tanpa meja ginekologik. Penderita berbaring
terlentang di tempat tidur biasa, sambil kedua tungkai ditekuk dilipat lutut dan agak
mengangkang. Pemeriksaan berdiri di sebelah kanan penderita, sambil kedua jari tangan
dimasukkan ke dalam vagina, dan tangan kiri diletakkan di perut. Dengan cara demikian,
inspeksi vulva, anus dan sekitarnya tidak seberapa mudah.
Gambar 1. Litotomi
a. Letak Miring
Penderita diletakkan di pingggir tempat tidur miring ke sebelah kiri sambil paha dan lututnya
ditekuk dan kedua tungkai sejajar. Posisi demikian hanya baik untuk pemeriksaan in spekulo.
b. Letak Sims
Letak ini hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan
ditekuk ke arah perut, dan lututnya diletakkan pada alas (tempat tidur), sehingga panggul (garis
bitrokhanter) membuat sudut miring dengan alas; lengan kiri di belakang badan dan bahu
sejajar dengan alas. Dengan demikian, penderita berbaring setengah tengkurap.
Dalam keadaan tertentu, posisi Sims mempunyai keunggulan, yaitu dengan penggunaan
spekulum Sims atau spekulum cocor-bebek; pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan lebih
mudah dan lebih teliti, terutama pemeriksaan dinding vagina depan untuk mencari fistula
vesikovaginalis yang kecil.
3. Pemeriksaan Umum
a. Inspeksi
Perhatikan penampilan penderita secara umum dan catat kelainan pada seluruh organ tubuh,
adalah kelainan infeksi, atau suatu benjolan abnormal yang terdapat di kepala, leher, subklavia
dan payudara/dada serta abdomen atas dan bawah, lipat paha, serta tungkai atas dan bawah.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Apabila ditemukan suatu pembesaran abnormal (edema) atau tumor, perhatikan apakah ada
hubunganya dengan organ lain khususnya dengan organ genitalia.
b. Palpasi
Lakukan palpasi daerah yang diduga tumor, tentukan konsistensi, batasnya, gerakan dan ukur
besar tumor permukaan sedikitnya 2 dimensi (panjang dan lebar).
c. Perkusi
Pemeriksaan perkusi terutama di daerah toraks dan abdomen. Bila ditemukan massa/tumor,
tentukan asalnya, apakah organ pencernaan atau ginekologi. Periksan secara cermat. Bila masih
meragukan apakah pembesaran rongga abdomen akibat tumor padat/kista ovarium atau asites,
lakukan beberapa tes asites di antaranya :
- Fluid Wave test
- Shiffting Dullness test
- Puddle sign
- Timpani pada abdomen atas (posisi supina udara mengisi usus
Mengapung dalam asites)
- Bulging Flanks pada posisi supinasi (dengan berat asites menekan dinding samping
abdomen).
d. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi organ rongga dada dan abdomen.
Terutama dicari apakah ada peradangan, iritasi kulit, dan tumor; apakah orifisium urethra
eksternum merah dan ada nanah, apa ada karunkula, atau polip. Nanah tampak lebih jelas, apabila
dinding belakang urethra diurut dari dalam ke luar dengan jari. Apakah ada benda menonjol dari
introitus vagina (prolapsus uteri, mioma yang sedang dilahirkan, polipus servisis yang panjang);
adakah sistokel dan rektokel; apakah glandula Bartholini membengkak dan meradang; apakah
himen masih utuh (hanya dilakukan pada kondisi tertentu); apakah introitus vagina sempit atau
lebar; dan apakah ada parut di perineum; adakah kondilomata akuminata atau kondilomata lata?
Pada pendarahan per vaginam dan fluor albus perlu pula diperhatikan banyaknya, warnanya, kental
atau encernya dan baunya. Dalam menghadapi prolapsus uteri, penderita disuruh batuk atau
meneran sambil meniup punggung tangannya (maneuver valsalva), sehingga tampak lebih jelas.
Sekalian untuk pemeriksaan apakah ada stress inkotinensia.
Untuk wanita yang masih virgo, tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam.
Spekulum Sims dipasang lebih dahulu kedalam vagina bagian belakang. Mula-mula ujung
spekulum dimasukkan agak miring ke dalam introitus vagina, didorong ke dalam sedikit, dan
diletakkan melintang dalam vagina; lalu spekulum ditekan kebelakang dan didorong lebih dalam
lagi, sehingga ujung spekulum menyentuh puncak vagina di fornik posterior. Pada proses yang
mudah berdarah di porsio pemasangan spekulum ini harus dilakukan sangat hati-hati, sehingga
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
ujung spekulum tidak menyentuh/menekan porsio yang mudah berdarah itu. Ujung spekulum harus
diarahkan lebih ke belakang lagi dan langsung diletakkan di fornik posterior pada dinding belakang
vagina. Setelah spekulum pertama dipasang dan ditekan ke belakang, maka pemasangan spekulum
Sims kedua (depan), yang harus lebih kecil daripada yang pertama, menjadi sangat mudah;
ujungnya ditempatkan di fornik anterior dan ditekan sedikit ke depan. Biasanya porsio langsung
tampak dengan jelas.
Apabila porsio menghadap terlampau ke belakang atau terlampau ke depan, maka posisi kedua
spekulum perlu disesuaikan, yaitu ujung spekulum belakang digerakkan lebih ke belakang dan/atau
yang depan digerakkan lebih ke depan, sehingga porsio letaknya ditengah antara kedua spekulum.
Pemasangan spekulum cocor bebek dilakukan sebagai berikut : Dalam keadaan tertutup spekulum
dimasukkan ujungnya ke dalam introitus vagina sedikit miring, kemudian diputar kembali menjadi
melintang dalam vagina dan didorong masuk lebih dalam ke arah forniks posterior sampai di
puncak vagina. Lalu spekulum dibuka pada tangkainya. Dengan demikian, dinding vagina depan
dipisah dari yang belakang dan porsio tampak jelas dan dibersihkan dari lendir atau getah vagina.
Waktu spekulum dibuka daun depan tidak menyentuh porsio karena agak lebih pendek dari daun
belakang.
Juga spekulum cocor-bebek perlu disesuaikan porsinya apabila porsio belum tampak jelas; dan
pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati apabila ada proses mudah berdarah di porsio.
Spekulum silindris sekarang jarang digunakan.
Dengan menggunakan spekulum diperiksa dinding vagina (rugae vaginales, karsioma, fluor albus)
dan porsio vaginalis servisis uteri (bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosio, peradangan,
polip, tumor, atau ulkus, terutama pada karsinoma).
Untuk pemeriksaan dengan spekulum, mutlak diperlukan lampu penerang yang cukup, sebaiknya
lampu sorot yang ditempatkan di belakang pemeriksa agak ke samping, diarahkan ke porsio.
Selain itu dengan spekulum dapat pula dilakukan pemeriksaan pelengkap, seperti usap vagina dan
usap serviks untuk pemeriksaan sitologi, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan gonorea, dan
getah dari forniks posterior untuk pemeriksaan trikomonoasis dan kandidiasis.
III. Tujuan
1. Umum
Setelah selesai skill lab, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi.
2. Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi, meliputi pemeriksaan abdomen
bawah dan lipat paha, pemeriksaan genitalia eksterna, pemeriksaan dengan spekulum,
pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rektovaginal.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Coaching:
Mahasiswa dibimbing oleh Instruktur
100 menit Self Practice :
Mahasiswa melakukan pemeriksaan
ginekologi dengan pasien simulasi /
mahasiswa itu sendiri diamati oleh
instruktor waktu yang diperlukan 10
Mahasiswa= 10 x 10 menit: ± 100 menit.
V. Lembar Pengamatan
No Pengamatan
Langkah
0 1 2
A PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri.
2 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
3 Meminta persetujuan lisan untuk pemeriksaan.
B PERSIAPAN
1 Persiapan alat-alat pemeriksaan.
2 Meminta pasien untuk BAK dan melepas pakaian dalam.
3 Meminta pasien berbaring di meja periksa ginekologi.
C PEMERIKSAAN BAGIAN BAWAH ABDOMEN DAN LIPAT PAHA
(GROIN)
1 Memapar seluruh abdomen dan lipat paha
2 Inspeksi
a. Apakah perut membesar atau terdapat benjolan?
b. Apakah ada jaringan parut bekas operasi
3 Palpasi
a. Dengan telapak tangan dan jari-jari dicari apakah ada nyeri tekan defance
musculaire atau massa pada abdomen dan lipat paha.
b. Dengan menekan lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk, konsistensi, batas-
batas dan pergerakan massa/tumor (kalau ada).
c. Menentukan lokasi nyeri tekan, apabila terdapat nyeri tekan, periksa
apakah ada nyeri lepas?
4 Perkusi
Menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites
D PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA
1 Meminta pasien berbaring dalam posisi litotomi.
2 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
3 Pemeriksa duduk dikursi menghadap genitalia eksterna.
4 Melakukan inspeksi pada vulva dan perineum.
5 Dengan membuka labia mayora, perhatikan muara uretra, labia minor,
klitoris dan introitus vagina.
6 Mempalpasi labia minora, lihat apakah terdapat benjolan, keputihan, nyeri
(tenderness), ulkus dan fistula.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
8 Memeriksa kelenjar Bartholin untuk melihat apakah ada sekret dan nyeri.
Masukkan jari telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah mulut vagina(jam 4-
5 dan jam 7-8) dan meraba dasar masing-masing labia majora. Dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, mempalpasi setiap sisi untuk
mencari apakah ada benjolan atau nyeri. (Jika ada sekret ambil hapusan
(smear) untuk pwarnaan Gram dan tes apakah ada gonorrhea dan
Chlamydia).
9 Meminta ibu untuk mengedan ketika menahan labia dalam posisi terbuka.
Periksa apakah terdapat benjolan pada dinding anterior atau posterior
vagina.(prolapsus uteri, vesikokel dan rektokel).(Melaksanakan maneuver
valsalva)
10 Melihat perineum. Memeriksa apakah terdapat parut (scaring), lesi,
inflamasi atau retakan kulit.
E PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM
1 Mengambil spekulum cocor bebek (cusco) dan menunjukkannya kepada
ibu. Menjelaskan apa yang akan dilakukan.
2 Memasukkan spekulum. Tangan kiri membuka labia mayora dan tangan
kanan memasukkan cocor bebek dalam posisi tertutup dan miring ke
dalam vagina kemudian diputar sehingga melintang dalam vagina dibuka
dan di dorong kearah forniks posterior sampai puncak vagina,sambil
melihat dinding vagina dan perhatikan apakah terjadi inflamasi, keputihan,
kista atau ulkus.Setelah portio tampak jelas lalu dikunci .
3 Melihat portio/serviks perhatikan , posisi, warna, erosi, polip, ulkus yang
mudah berdarah atau terdapat sekret dari kanalis servikalis, ambil spesimen
untuk pewarnaan Gram dan untuk pemeriksaan gonorrhea dan
Chalamydia.
4 Melepas spekulum dalam keadaan tertutup dan miring.
5 Menaruh speculum dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi.
F PEMERIKSAAN BIMANUAL
1 Basahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang akan dimasukkan ke
dalam vagina (pelvic hand) dengan air bersih .
2 Memisahkan labia dengan dua jari tangan abdomen (abdominal hand) lalu
masukkan ujung jari telunjuk dan jari tengah pelvis (pelvic hand) ke dalam
vagina.
3 Ketika memberi tekanan ke bawah, tunggu sampai otot perineum menjadi
relaks/lemas. Secara bertahap masukkan kedua jari sepenuhnya sampai
menyentuh serviks.
4 Memutar telapak tangan menghadap keatas dan ikuti mukosa vagina
anterior sampai serviks tersentuh.
5 Meraba serviks dan tentukan arahnya, bentuknya bulat atau terbelah
melintang, besar dan konsistensinya, apakah turun (prolaps), apakah ostium
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
A.Pendahuluan.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS
menjadi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggungjawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru ini
misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya
integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Salah satu pesan kunci dalam rencana strategik nasional Making Pregnamcy Safer <MPS> di
Indonesia 2001 – 2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan.
Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut , keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama.
Pencegahan kesakitan dan kematian maternal merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan
keluarga berencana. Masih banyak alasan lain misalnya membebaskan dari rasa khawatir terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus
tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan dimasyarakat.
Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan pilian jenis kontrasepsi. Hal ini tidak
hanya karena terbatasnya metode yang ada, tetapi juga oleh ketidaktahuan tentang persyaratan dan
keamanan metode kontrasepsi yang ada. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif
bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap
klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sbb:
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.
2. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah kehamilan.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya dimasyarakat.
4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.
5. Bila metode tersebut dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali kontrasepsi
mantap.
Dalam memberikan konseling khususnya bagi calon akseptor baru hendaknya dapat diterapkan enam
langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tidak perlu
berurutan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah sbb:
SA: Beri SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada
mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya.
T: Tanyakan informasi tentang dirinya, mengenai pengalaman KB dan kesehatan reproduksi,
tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan klien.
U:Uraikan kepada klien mengenai piihannya dan beritahu pilihan yang paling mungkin
termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi yang lain.
TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Uji apakah klien
sudah mengerti bagaimana cara menggunakan kontrasepsinya.
U: Perlu dilakukan kunjungan Ulang. Buat perjanjian untuk kontrol, selain itu perlu diingatkan
agar kembali apabila terjadi suatu masalah sehubugan dengan kontrasepsi.
1.Jenis AKDR.
CuT-380A. Terbuat dari kerangka plastik yang fleksibel berbentuk huruf T diselubungi
kawat halus yang terbuat dari tembaga <Cu>.
Nova T.
Multiload.
2.Cara kerja.
Menghambat sperma masuk kedalam tuba falloppii.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Mencegah implantasi dalam uterus.
3.Keuntungan.
Efektifitasnya tinggi.
Efeksif segera setelah pemasangan.
Metode jangka panjang < 10 thn pada CuT-380A>.
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
Dll.
4.Kerugian.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
5.Waktu pemasangan.
Setiap waktu dalam siklus haid asal dipastikan tidak hamil.
Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
Segera setelah melahirkan, 48 jam pertama atau setelah 4 minggu persalinan. Perlu diingat
angka ekspulsi tinggi bila dipasang segera atau 48 jam persalinan.
Segera atau dalam 7 hari setelah abortus.
Dalam 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
D. Tujuan.
Setelah skill lab mahasiswa mampu melakukan pemasangan AKDR jenis CuT 380-A.
E.Rancangan Pembelajaran.
20 menit : Penjelasan dan demo oleh narasumber pada kelas besar.
10 menit : Mahasiswa dibagi 5 kelompok, dibimbing instruktur melakukan pemasangan
AKDR pada model.
90 menit :Mahasiswa melakukan sendiri bergiliran diawasi instruktur.
No Langkah-langkah 0 1 2
A Persiapan
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Keterangan:
0 : Mahasiswa tidak melakukan.
1 : Mahasiswa melakukan tidak sempurna.
2 : Mahasiswa melakukan sempurna. Instruktur
(......................................................................)
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
I. Pendahuluan.
Kontrasepsi implan disebut juga AKBK yaitu alat kontrasepsi bawah kulit. Merupakan kontrasepsi
hormonal progestin.
A.Jenis.
Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4
mm berisi 36 mg levonorgestrel tiap batang dengan lama kerja 5 tahun.
Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur panjang 40 mm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-
keto-desogestrel, lama kerja 3 tahun.
Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang berisi 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
B.Cara kerja.
Lendir serviks menjadi kental.
Mengganggu pertumbuhan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
Mengurangi transportasi sperma.
Menekan ovulasi.
C.Efektivitas.
Sangat efektif (0,2 -1 kehamilan per 100 perempuan).
D.Keuntungan.
Daya guna tinggi.
Perlindungan jangka panjang.
Kesuburan cepat kembali setelah pencabutan.
Bebas pengaruh estrogen.
Tidak mengganggu ASI.
Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
Mengurangi nyeri haid.
Mengurangi jumlah darah haid.
Melindungi terjadi kanker endometrium.
Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Dll.
E.Keterbatasan.
Dapat menyebabkan perobahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea , serta
amenorea.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Dll.
G.Waktu pemasangan.
Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
tambahan.
Setelah hari ke-7 haid (bersih haid) tapi tidak sedang hamil, dan dianjurkan pakai kontrasepsi
lain selama 7 hari pertama setelah pemasangan apabila bersanggama.
Apabila tidak haid dapat dipasang setiap saat asalkan tidak hamil dan tidak bersanggama dalam
7 hari pertama setelah pemasangan atau pakai cara lain.
Pada saat laktasi antara minggu ke-6 sampai 6 bulan paskapersalinan. Dapat dipasang setiap
saat dan bila ASI eksklusif tidak diperlukan metode lain apabila sanggama.
II.Alat-alat yang diperlukan.
Tempat tidur pasien/meja periksa.
Implan .
Doek steril.
Sarung tangan steril.
Sabun cuci tangan.
Larutanantiseptik.
Larutan anestesi lidokain 1%.
Semprit 5 cc.
Trokar 10 dan mandrin (pendorong).
Skalpel.
Kasa steril.
Klem kecil/ mosquito.
Bak instrumen tertutup.
III.Tujuan.
Setelah skill lab ini mahasiswa mengetahui cara pemasangan implan.
IV.Rancangan pembelajaran.
20 menit : Penjelasan dan demonstrasi dikelas besar oleh narasumber diikuti oleh
seluruh mahasiswa dan instruktur.
10 menit : Mahasiswa dibagi 5 kelas kecil masing-masing 10 orang melakukan
pemasangan dibimbing instruktur.
90 menit : Mahasiswa melakukan sendiri bergantian diawasi instruktur.
V.Prosedur pemasangan.
NO Langkah klinik 0 1 2
I. Persiapan.
1. Menyapa dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan dan meyakinkan ibu tentang tindakan yang akan
dilakukan termasuk terasa sedikit sakit saat penyuntikan anestesi.
3. Meminta ibu mencuci lengan atas kiri tempat pemasangan implan
dengan air mengalir dan sabun dan mengeringkan.
4. Meminta ibu berbaring ditempat tidur dengan lengan kiri lurus
kesamping dan telapak tangan menghadap keatas.
5. Tentukan tempat pemasangan yang optimal, yaitu ± 8 cm diatas
lipat siku dan tandai dengan spidol tempat pemasangan batang
implan sehingga berbentuk pola seperti kipas.
6. Buka kemasan implan tanpa menyentuh dan tempatkan diwadah
steril.
II. Anestesi lokal.
1. Cuci tangan dengan air dan sabun lalu keringkan.
2. Pakai sarung tangan steril.
3. Cuci tempat pemasangan dengan povidon iodin dan alkohol 70%
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Penilaian :
1 : Mahasiswa tidak melakukan.
2 : Mahasiswa melakukan tidak sempurna.
3 : Mahasiswa melakukan sempurna.
Medan,.....................2019
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Instruktur
(.......................................)
Pencabutan Implan
1. Cuci
2. Anestesi
3. Insisi 0.5 cm di daerah antara kedua impla atau lihat bekas insersi implant sebelumnya.
4. Eksplorasi implant dengan memasukkan klem bengkok. Masukkan klem bengkok dengan
ujung menghadap ketasa. Bila ada jaringan melekT DGN IMPLAN,, bersihkan dg kassa.
Masih belum bersih dr jaringan, dapat dibersihkan dengan punngung scalpel tanpa
melepaskan klem tadi. Jika jarigan ikat sudsh bersih , dgn klrm yg lain , jepit implan yang
sudah bersih dengn klem yg lain. Sebelum menarik implant yg sdh bersih, lepaskan klem
yang pertama.
5. Bersihkan luka insisi dengan povidon iodine lalu tutp luka dengan plester.
6. Edukasi pasien
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
A. Pendahuluan
Didalam profesi kedokteran paling tidak terdapat 3 komponen penting, yaitu komponen ilmu
dan teknologi kedokteran, komponen moral dan etik kedokteran, serta komponen hubungan inter
personal antara dokter dan pasien. Standar hubungan dokter-pasien ini merupakan suatu seni di
bidang kedokteran (the art of medicine), yang mengatur bagaimana sebaiknya berkomunikasi,
berempati, simpati, sopan santun dan penuh perhatian terhadap pasien dengan masalah
kesehatannya. Dari komunikasi yang baik inilah dokter dapat menegakkan diagnosis yang tepat.
Pada waktu meminta pertolongan pasien mempunyai harapan yang besar dan kadang-kadang
terlalu besar, sehingga bila harapannya tidak tercapai timbul kekecewaan yang besar, akhirnya
menimbulkan perkara. Hubungan dokter-pasien harus berciri formal, altruistika, dan ramah, tetapi
tidak kaku dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan, budaya dan kepercayaan pasien.
Dokter yang melayani dalam bidang obstetri dan ginekologi langsung berhubungan tidak hanya
dengan organ-organ reproduksi perempuan, tetapi juga dengan dimensi kehidupan yang paling intim
dan privasi dari perempuan. Oleh karena itu ia harus menghargai martabat perempuan yang
membutuhkan bantuan seorang profesional untuk menangani masalah reproduksinya.
Tidak mudah menggali keterangan dari pasien karena itu perlu dibangun hubungan saling percaya
yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan ataupun kepentingan
masing-masing. Keterangan yang benar dan lengkap dari pasien akan membantu dokter
menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan yang baik. Komunikasi yang baik dan dalam
kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien mau dan dapat menceritakan keluhannya secara
jujur dan jelas.
Seorang dokter harus mempunyai kompetensi melakukan komunikasi efektif secara verbal maupun
nonverbal. Komunikasi efektif tidak hanya dengan pasien dan keluarganya tetapi juga dengan
sejawat, masyarakat dan profesi lain dan membuat rekam medis yang benar.
Sikap perempuan yang datang pada dokter agak berbeda dengan sikap penderita pria lebih-lebih
apabila datang untuk keluhan ginekologik. Seorang perempuan dengan keluhan pada alat
kelaminnya biasanya malu. Pada kasus tertentu rasa malu dikurangi dengan anamnesis tanpa
kehadiran orang lain. Tetapi pada saat pemeriksaan, dokter harus didampingi oleh seorang
perawat /bidan.
Dalam anamnesis penderita perlu diberi kesempatan untuk mengutarakan keluhan-keluhan secara
spontan baru kemudian ditanyakan gejala-gejala tertentu yang menuju kearah diagnosis.
B. Keluhan-keluhan Ginekologis
Simptomatologis penyakit-penyakit ginekologi untuk sebagian besar berkisar antara 3 gejala pokok
yaitu perdarahan, rasa nyeri, dan pembengkakan. Selain itu tidak jarang keluhan keputihan.
1. Perdarahan.
Perdarahan sehubungan dengan siklus haid dapat berupa menoragia, hipermenorea,
polimenorea, hipomenorea, oligomenorea atau metroragia.
Perdarahan yang didahului oleh terlambat haid biasanya disebabkan oleh abortus, kehamilan
mola, atau kehamilan ektopik terganggu (KET). Perdarahan juga dapat disebabkan oleh polip
serviks uteri, erosio porsio uteri dan karsinoma serviks uteri. Perdarahan sewaktu atau setelah
koitus dapat merupakan gejala karsinoma serviks uteri, walaupun dapat juga akibat polip serviks
uteri, erosio porsio uteri atau perlukaan saat koitus.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Perdarahan dalam menopause harus mendapat perhatian khusus karena dapat merupakan
petunjuk adanya keganasan baik pada vagina, serviks uteri, korpus uteri maupun ovarium.
Pemberian hormon estrogen dalam klimakterium dan menopause dapat menyebabkan
perdarahan abnormal.
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri diperut bawah, panggul, atau alat kelamin luar dapat merupakan gejala kelainan
ginekologik. Menilai rasa nyeri harus hati-hati untuk menghindari penderita yang pura-pura.
Dismenorea atau nyeri haid dapat dirasakan diperut bawah atau pinggang, dapat berupa seperti
mulas-mulas ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk. Nyeri hebat apabila mengganggu pekerjaan
sehari-hari atau harus berbaring dan minum obat anti nyeri. Rasa nyeri bisa timbul sebelum,
selama atau setelah haid. Endometriosis hampir selalu disertai dismenorea.
Dispareunia atau nyeri saat bersanggama dapat disebabkan faktor organic atau psikologik.
Faktor organik dapat berupa introitus vagina atau vagina terlampau sempit, peradangan atau
perlukaan, adneksitis, parametritis, atau endometriosis di ligamentum sakrouterina dan kavum
Douglas.
Nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan letak uterus, neoplasma dan terutama peradangan
baik akut maupun kronis. Nyeri hebat dapat terjadi akibat ruptur tuba, salpingo-ooforitis akut
ataupun putaran tangkai kista ovarium dan mioma uteri subserosa. Penjalaran nyeri ke bahu
sering pada KET.
Pasien perempuan umumnya merasa enggan untuk mengemukakan masalah-masalah seksual dan
kesehatan reproduksinya kecuali pada lingkungan yang kondusif. Dokter harus menciptakan
lingkungan yang privasi sifatnya, dan khusus pada pemeriksaan dalam diperlukan pendamping.
Memberi perhatian berarti:
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Berbicara dengan tenang tidak terlalu keras cara yang baik meyakinkan perempuan bahwa
pembicaraan tersebut bersifat rahasia. Harus peka terhadap pertimbangan budaya dan agama dan
menghormati pandangan perempuan tersebut. Hormati rasa privasi dan rasa sungkan perempuan
dengan menutup pintu atau gorden sekitar meja periksa.
D. Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan Skill Lab ini, mahasiswa mampu melakukan anamnesis penyakit-
penyakit ginekologi dan melakukan anamnesis obstetri dengan benar.
E. Rancangan Pembelajaran
Coaching:
Mahasiswa melakukan anamnesis
dibimbing oleh Instruktur
90 menit Self Practice :
Mahasiswa melakukan anamnesis
dengan pasien simulasi / mahasiswa
itu sendiri diamati oleh instruktor.
.
No Langkah-langkah 0 1 2
I Menyapa pasien,memperkenalkan diri dan mempersilahkan
duduk.
II Menanyakan identitas pasien:
(Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat,Pendidikan, Status Perkawinan)
III Keluhan Utama
1. Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu.
2. Lamanya mengalami gangguan tersebut.
IV. Riwayat haid
1. Hari pertama haid terakhir (HPHT), siklus haid.
2. Usia kehamilan dan taksiran persalinan menurut rumus Naegele.
V. Riwayat kehamilan dan persalinan.
1. Jumlah kehamilan,jumlah persalinan, jumlah keguguran.
(G,P,Ab)atau TPAL (term, premature, abortus, live)
2. Cara persalinan.
3. Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
4. Berat badan lahir, jumlah BBL < 2500 gr atau >4000 gr.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Instruktur
(........................................................)
Pengamatan
No Langkah
0 1 2
I Menyapa pasien,memperkenalkan diri dan mempersilahkan
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
duduk.
II Menanyakan identitas pasien:
Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat,Pendidikan, Status Perkawinan
III Keluhan Utama
IV Menanyakan Riwayat Penyakit sebelumnya
1. - Menanyakan Riwayat Penyakit Umum
( Jantung, Ginjal,hati,TBC, DM,Hipertensi)
- Riwayat Operasi non ginekologik
2. Riwayat Obstetri
- P.Ab
- Keguguran
- Kuretase
- Riwayat persalinan (normal/ operatif)
3. Riwayat Ginekologik
- Operasi Ginekologik (mioma, kista ovarium dll)
- Pemberian obat-obatan sehubungan penyakit ginekologik
(mis: preparat hormon)
4. Riwayat Haid
- Usia menars
- Haid terakhir
5. Riwayat Kontrasepsi/KB.
- Apakah akseptor KB/ kontrasepsi saat ini
- Apa jenis KB/ kontrasepsi yang dipakai
- Berapa lama jadi akseptor
- Ada keluhan akibat KB/ kontrasepsi.
III Keluhan Sekarang
1. Perdarahan dari Vagina
- Ada hubungan dengan haid
- Banyaknya darah
- Lamanya pendarahan
- Disertai rasa nyeri
- Disertai keluar jaringan, seperti mata ikan.
- Perdarahan setelah coitus (post coitalbleeding).
- Perdarahan karena trauma/ ruda paksa
2. Nyeri
Lokasi nyeri (perut bawah, genitalia eksterna)
Nyeri terus-menerus/hilang timbul
Intensitas nyeri (nyeri hebat)
Nyeri tiba-tiba/sudah lama
Nyerberhubungan denan haid (dismenorea)
Nyeri saat coitus (Dispareunia)
Minum obat penghilang rasa sakit
3. Benjolan.
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Lokasi dimana?
Sudah berapa lama?
Makin membesar?
Disertai rasa nyeri?
4. Keputihan (Leukorea, Flour albus)
Sudah berapa lama?
Terus menerus atau waktu tertentu?
Banyaknya, warna, bau, gatal ?
5. Gangguan berkemih (bak).
Nyeri berkemih (Disuria) apakah sebelum, seudsesudah atau
selama BAK
Tidak dapat kencing (misalnya: pada mioma, kista ovarium
besar).
Beser (Inkontinensia Urin)?
6. Ingin ber KB
-Pilihan jenis kontrasepsi
-Rekomendasi untuk pemakai
-Menejjelaskan keuntungan dan keryhian alat kontrasepsi yang
diinginkan oleh pasien
7.Ingin punya anak
Instruktur
( )
Hal. 59
Medical Faculty of UHKBPN 2020 Reproductive System (RS)
Hal. 59